Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

BLOK XXII

Kelompok 7
Dosen Pembimbing : dr. Ardi Artanto, MKK., Sp.Ok

Anggota :
Khalifah Hasanah Ilham 702018009
Muhammad Kevin Al-Hafidz 702018018
Nabila Tahiyyah 702018035
Shinta Kusuma Putri 702018044
Dinda Putri Kencana Ningrum 702018045
Haura Zatty Alifah 702018051
Irene Regina Agustin 702018059
Maulidiyah Tasya Salsabilla 702018072
Ratu Balkis Romadhona 702018090
Shafa Almira 702018097

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Skenario A Blok 22“ sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.


2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materi maupun spiritual.
3. dr. Ardi Artanto, MKK., Sp.Ok. selaku tutor kelompok 7.
4. Teman-teman sejawat.
5. Semua pihak yang membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat adalah
Blok XXII pada Semester VII dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial
merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning
(PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator
untuk memecahkan kasus yang ada. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi
kasus skenario A.
Dokter Gebi mengeluh di akhir bulan Agustus masih rendahnya
cakupan vaksinasi Covid-19 terkait masih terdapatnya penambahan kasus
konfirmasi positif Covid-19 di wilayah Puskesmas yang berasal dari suspek
dan kontak erat karena beberapa wilayah Palembang masih masuk di dalam
kategori zona merah. Dokter Gebi mengamati perilaku masyarakat selama
melakukan aktifitas di luar rumah seperti mengadakan pertemuan di dalam
dan di luar ruangan, tidak patuh pada protokol kesehatan seperti
menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer
maupun menjaga jarak serta masih banyak masyarakat yang belum mau
melakukan vaksinasi Covid-19 sesuai dengan himbauan pemerintah. Dokter
Gebi berupaya mengendalikan penularan Covid-19 dengan melakukan
promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan agar masyarakat lebih
memahami dan mematuhi protokol kesehatan serta mau melakukan vaksinasi
Covid-19 di Puskesmas.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-
langkah seven jumps.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Data Tutorial


Tutor : dr. Ardi Artanto, MKK., Sp.Ok
Moderator : Dinda Putri Kencana Ningrum
Sekretaris meja : Nabila Tahiyyah
Sekretaris papan : Irene Regina Agustin
Hari/Tanggal : Selas, 02 November 2021
Kamis, 04 November 2021

Peraturan Tutorial :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat.
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama.
4. Izin bila ingin keluar ruangan.

2.2. Skenario kasus


“Corona, Ku hadang engkau dengan vaksin Covid-19 “

Dokter Gebi mengeluh di akhir bulan Agustus masih rendahnya cakupan


vaksinasi Covid-19 terkait masih terdapatnya penambahan kasus konfirmasi
positif Covid-19 di wilayah Puskesmas yang berasal dari suspek dan kontak erat
karena beberapa wilayah Palembang masih masuk di dalam kategori zona
merah. Dokter Gebi mengamati perilaku masyarakat selama melakukan
aktifitas di luar rumah seperti mengadakan pertemuan di dalam dan di luar
ruangan, tidak patuh pada protokol kesehatan seperti menggunakan masker,
mencuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer maupun menjaga jarak serta
masih banyak masyarakat yang belum mau melakukan vaksinasi Covid-19
sesuai dengan himbauan pemerintah. Dokter Gebi berupaya mengendalikan
penularan Covid-19 dengan melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan
kesehatan agar masyarakat lebih memahami dan mematuhi protokol kesehatan
serta mau melakukan vaksinasi Covid-19 di Puskesmas.

2.3. Klarifikasi Istilah


1. Puskesmas : Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di
wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2019)
2. Covid-19 : Coronavirus disease (Covid-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (WHO, 2021).
3. Kontak erat : Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable atau konfirmasi Covid-19 berupa tatap muka, sentuhan fisik
langsung, memberikan perawatan langsung dan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat (Kemenkes RI, 2020).
4. Protokol kesehatan : Aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala
pihak agar dapat beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan
keamanan atau kesehatan orang lain (Kemenkes RI, 2020).
5. Promosi kesehatan : Proses yang mengupayakan indivivdu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan (WHO, 2011).
6. Vaksinasi : salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani
masalah COVID-19 yang bertujuan untuk menciptakan kekebalan
kelompok (Herd Immunity) agar masyarakat menjadi lebih produktif
dalam menjalankan aktIvitas kesehariannya (Kemenkes RI, 2020).
7. Penyuluhan : Proses, cara, perbuatan menyuluh (KBBI, 2020).
8. Suspek : Seseorang yang memiliki salah satu atau beberapa kriteria
berupa gejala infeksi saluran napas (ISPA) seperti demam, memiliki
riwayat kontak dengan orang yang termasuk kategori probable atau justru
sudah terkonfirmasi, menderita infeksi saluran napas (ISPA) dengan
gejala berat dan perlu menjalani perawatan di Rumah Sakit tanpa
penyebab yang spesifik (Kemenkes RI, 2020).
9. Hand sanitizer : Cairan atau gel yang umumnya digunakan untuk
mengurangi patogen pada tangan.
10. Kasus konfirmasi : Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus
Covid-19 dengan hasil positif pada tes disertai dengan adanya gejala
(PDPI, 2020).
11. Perilaku : Cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan
merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis,
dan psikologis.
12. Zona merah : Daerah dengan kasus Covid-19 yang sangat tinggi (Satgas
Covid-19).

2.4 Identifikasi Masalah


1. Dokter Gebi mengeluh di akhir bulan Agustus masih rendahnya cakupan
vaksinasi Covid-19 terkait masih terdapatnya penambahan kasus
konfirmasi positif Covid-19 di wilayah Puskesmas yang berasal dari
suspek dan kontak erat karena beberapa wilayah Palembang masih
masuk di dalam kategori zona merah.
2. Dokter Gebi mengamati perilaku masyarakat selama melakukan aktifitas
di luar rumah seperti mengadakan pertemuan di dalam dan di luar
ruangan, tidak patuh pada protokol kesehatan seperti menggunakan
masker, mencuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer maupun menjaga
jarak serta masih banyak masyarakat yang belum mau melakukan
vaksinasi Covid-19 sesuai dengan himbauan pemerintah.
3. Dokter Gebi berupaya mengendalikan penularan Covid-19 dengan
melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan agar
masyarakat lebih memahami dan mematuhi protokol kesehatan serta mau
melakukan vaksinasi Covid-19 di Puskesmas.

2.5 Priotitas Masalah


Nomor 1 : Dokter Gebi mengeluh di akhir bulan Agustus masih rendahnya
cakupan vaksinasi Covid-19 terkait masih terdapatnya penambahan kasus
konfirmasi positif Covid-19 di wilayah Puskesmas yang berasal dari suspek
dan kontak erat karena beberapa wilayah Palembang masih masuk di dalam
kategori zona merah.
Alasan : Karena pada identifikasi masalah pertama terdapat masalah pertama
yaitu rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19 dan penambahan kasus
konfirmasi Covid-19, sehingga harus dilakukan upaya promotive dan preventif
guna menanggulangi masalah tersebut.

2.6 Analisis Masalah


1. Dokter Gebi mengeluh di akhir bulan Agustus masih rendahnya cakupan
vaksinasi Covid-19 terkait masih terdapatnya penambahan kasus
konfirmasi positif Covid-19 di wilayah Puskesmas yang berasal dari
suspek dan kontak erat karena beberapa wilayah Palembang masih masuk
di dalam kategori zona merah.
a. Apa makna dokter Gebi mengeluh di akhir bulan Agustus masih
rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19 terkait masih terdapatnya
penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 di wilayah Puskesmas
yang berasal dari suspek dan kontak erat karena beberapa wilayah
Palembang masih masuk di dalam kategori zona merah ?
Jawab:
Makna-nya adalah disini dapat terlihat bahwa kemungkinan besar
banyak masyarakat wilayah Palembang kesadarannya masih rendah
untuk dapat berupaya memutuskan rantai penyebaran penyakit Covid-
19. Hal ini disinyalir dengan rendahnya angka cakupan vaksinasi
Covid-19, kondisi ini bisa juga terjadi karena tidak adanya
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya atau manfaat dari
vaksinasi. Sehingga tujuan utama vaksinasi yaitu untuk memberikan
kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit Covid-19 (herd immunity)
akan sulit untuk dicapai (Kemenkes, 2021).
Kondisi ini akan berakibat fatal bila masyarakat yang tidak
memiliki kekebalan spesifik berada di wilayah dengan risiko tinggi
untuk tertular Covid-19 (zona merah). Sehingga nantinya dapat
menyebabkan angka kejadian kasus suspek, kontak erat, dan kasus
konfirmasi positif Covid-19 mengalami peningkatan (Kemenkes,
2021).

b. Apa saja tugas pokok dan fungsi dari puskesmas?


Jawab:
Menurut Permenkes No. 42 Tahun 2019, tugas pokok puskesmas
yaitu Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan,
Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan
pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara
Puskesmas mengintegrasikan program untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas memiliki fungsi penyelenggaraan UKM (Upaya
Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan fungsi
penyelenggaraan UKM, maka puskesmas berwenang untuk:
1. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis
masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang
diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan pimpinan
wilayah dan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat;
6. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
8. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan
faktor biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual;
9. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
10. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat
kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan
sistem kewaspadaan dini, dan respon penanggulangan penyakit;
11. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga;
12. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui
pengoordinasian sumber daya kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.

Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat


pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikologi, sosial, dan budaya
dengan membina hubungan dokter - pasien yang erat dan setara;
2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada
individu, berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada
kelompok dan masyarakat;
4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
kesehatan, keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung,
dan lingkungan kerja;
5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
6) Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis;
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses Pelayanan Kesehatan;
8) Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
9) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan;
10) Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Puskesmas melakukan pembinaan terhadap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas dapat
berfungsi sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan, wahana
program internsip, dan/atau sebagai jejaring rumah sakit pendidikan.

c. Apa saja dasar hukum yang menjadi landasan puskesmas ?


Jawab:
Dalam peran puskesmas memiliki dasar hukum yang menjadi
landasan pelaksanaannya antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional
6. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementrian
Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas.
(Kemenkes, 2019).

d. Apa saja upaya-upaya pokok puskesmas?


Jawab:
Menurut Kepmenkes RI No. 128 Tahun 2004 BAB IV terkait Upaya
dan Azas Penyelenggaraan, untuk tercapainya visi pembangunan
kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat
Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global
serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Perbaikan Gizi
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f) Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

e. Apa saja macam-macam azas puskesmas?


Jawab:
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas
secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut
dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya
adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas
penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggung jawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan, sehingga berwawasan kesehatan
b) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
d) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas lainnya
(outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain:
a) Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b) Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c) Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e) Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f) Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g) Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK)
h) Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i) Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana
sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana
keagamaan

3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan.
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan, yakni:
a) Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
a) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
b) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa
c) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
d) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan
b) Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
(1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
(2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
pertanian
(3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
(4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,
agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
(5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga
kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
(6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

4. Azas rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah
rujukan. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal
puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang
sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang
dikenal, yakni:
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah
kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun
vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya
memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga
macam:
(1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
(2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
(3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan
bimbingan kepada tenaga puskesmas dan ataupun
menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar
biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana Rujukan
pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal
upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan upaya kesehatan
masyarakat dibedakan atas tiga macam:
(1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium
kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat,
vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
(2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian
masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
(3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara
lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja,
Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih)
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan
operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak
mampu.
f. Apa tujuan dari puskesmas?
Jawab:
Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan
puskesmas yang tertera pada peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut
Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang
meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu;untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam
lingkungan sehat;untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas

g. Bagaimana susunan struktur puskesmas ?


Jawab:
Struktur Organisasi Puskesmas dalam permenkes 75 tahun 2014
dibagi menjadi 3 (tiga) macam sesuai dengan kategori puskesmas.
Walaupun secara umum memiliki kesamaan, namun terdapat
beberapa bagian yang berbeda dari masing-masing kategori
puskesmas.
1. Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan
a) Kepala Puskesmas
b) Kasubag Tata Usaha
c) Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan
kesehatan masyarakat Membawahi:
- Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
- Pelayanan kesehatan lingkungan
- Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
- Pelayanan gizi yang bersifat UKM
- Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
- Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
d) Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan
Puskesmas, antara lain:
- Pelayanan kesehatan jiwa
- Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
- Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
- Pelayanan kesehatan olahraga
- Pelayanan kesehatan indera
- Pelayanan kesehatan lansia
- Pelayanan kesehatan kerja
- Pelayanan kesehatan lainnya
e) Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium
Membawahi beberapa kegiatan, yaitu:
- Pelayanan pemeriksaan umum
- Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
- Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
- Pelayanan gawat darurat
- Pelayanan gizi yang bersifat UKP
- Pelayanan persalinan
- Pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang
menyediakan pelayanan rawat inap
- Pelayanan kefarmasian
- Pelayanan laboratorium
f) Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan Membawahi:
- Puskesmas Pembantu
- Puskesmas Keliling
- Bidan Desa Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
2. Struktur Organisasi Puskesmas Perdesaan, memiliki pola
yang sama dengan puskesmas perkotaan atau tidak ada yang
berbeda sama sekali. Jadi, sebagai acuannya silakan lihat
struktur organisasi puskesmas perkotaan.
3. Struktur Organisasi Puskesmas Terpencil dan Sangat
Terpencil 

Struktur organisasi puskesmas terpencil dan sangat terpencil
lebih sederhana karena disesuaikan dengan keterbatasan
sumber daya manusia di Puskesmas kawasan Terpencil dan
Sangat Terpencil. Pola struktur organisasi Puskesmas yang
dapat dijadikan acuan Puskesmas di kawasan Terpencil dan
Sangat Terpencil adalah sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala sub bagian Tata Usaha
c. Penanggungjawab UKM Esensial, UKM Pengembangan
dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan laboratorium
e. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
(Buku Data Puskesmas, 2015).

h. Apa saja zonasi wilayah penyebaran Covid-19 ?


Jawab:
a. Zona Hijau dengan kriteria tidak ada kasus COVID -19 di satu RT,
maka skenario pengendalian dilakukan dengan surveilans aktif,
seluruh suspek di tes dan pemantauan kasus tetap dilakukan secara
rutin dan berkala;
b. Zona Kuning dengan kriteria jika terdapat 1 (satu) sampai dengan
2 (dua) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT
selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah
menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat, lalu
melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan kontak erat
dengan pengawasan ketat;
c. Zona Oranye dengan kriteria jika terdapat 3 (tiga) sampai dengan
5 (lima) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT
selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah
menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat, lalu
melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan kontak erat
dengan pengawasan ketat, serta pembatasan rumah ibadah, tempat
bermain anak, dan tempat umum lainnya kecuali sektor esensial;
d. Zona Merah dengan kriteria jika terdapat lebih dari 5 (lima) rumah
dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (tujuh)
hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah pemberlakuan
PPKM tingkat RT yang mencakup:
1) menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat;
2) melakukan isolasi mandiri/terpusat dengan pengawasan ketat;
3) kegiatan keagamaan ditempat ibadah ditiadakan untuk
sementara waktu sampai dengan wilayah dimaksud tidak lagi
dinyatakan sebagai Zona Merah berdasarkan penetapan
Pemerintah Daerah;
4) menutup tempat bermain anak dan tempat umum lainnya secara
proporsional sesuai dengan dinamika perkembangan
penyebaran COVID-19, namun hal ini dikecualikan bagi sektor
esensial;
5) melarang kerumunan lebih dari 3 (tiga) orang;
6) membatasi keluar masuk wilayah RT maksimal hingga Pukul
20.00;
7) meniadakan kegiatan sosial masyarakat di lingkungan RT yang
menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan
penularan.
(Instruksi Menteri Dalam Negeri No 23 Tahun 2021).

i. Apa saja klasifikasi dari vaksinasi Covid-19 ?


Jawab:
Jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan di dunia adalah:
• Sinovac
• Sinopharm
• AstraZeneca
• Novavax
• Moderna
• Pfizer
• Cansino
• Sputnik V
Penggunaan vaksin di Indonesia hanya dapat dilakukan setelah
mendapatkan izin edar atau Izin Penggunaan Pada Masa Darurat
(Emergency Use of Authorization/ EUA) dari BPOM (Kemenkes,
2021).

Gambar 1. Jenis Vaksin Covid-19


Sumber: (Kemenkes, 2021)

Penyintas COVID-19 jika sudah dinyatakan sembuh minimal 3


bulan, maka dapat diberikan vaksinasi COVID-19. Dan bagi Ibu
menyusui dapat diberikan vaksinasi. Seluruh peserta vaksinasi SDM
Kesehatan yang sebelumnya tertunda akan diberikan informasi agar
datang ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa ulang dan divaksinasi
(Satgas Covid-19, 2021).
j. Bagaimana pola penyebaran dari Covid-19?
Jawab:
Adapun cara penularan SARS-CoV-2 adalah sebagai berikut:
1) Cara utama penularan SARS-CoV-2 adalah melalui paparan
tetesan pernapasan yang membawa virus menular dari kontak dekat
atau transmisi droplet dari individu presimptomatik, asimptomatik
atau simptomatik yang mengandung virus.
2) Penularan melalui udara dengan prosedur yang menghasilkan
aerosol juga terlibat dalam penyebaran COVID-19.
3) Penularan Fomite dari kontaminasi permukaan benda mati dengan
SARS-CoV-2 telah dikarakterisasi dengan baik berdasarkan
banyak penelitian yang melaporkan viabilitas SARS-CoV-2 pada
berbagai permukaan berpori dan tidak berpori (Cascella et al,
2021).

k. Apa saja definisi operasional dari Covid-19?


Jawab:
Klasifikasi menurut buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disesase (COVID-19) yaitu Kasus Suspek,
Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan,
Discarded, Selesai Isolasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus
Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
2. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada
hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2 :
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau
kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu
15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat.
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala. Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen kasus
konfirmasi.
5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik)
maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
6. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan
RT- PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut dengan
selang waktu >24 jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan
masa karantina selama 14 hari.
7. Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak
dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10
hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung
10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari
setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali
negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus
konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal (Kemenkes RI,
2020)
l. Bagaimana epidemiologi triangle dari Covid-19 ?
Jawab:

Gambar 2. Epidemiologi Triangle Covid-19


Sumber: (Tsui et al, 2020).

Pada kasus Covid-19, agen-nya adalah SARS-CoV-2. Penjamu-nya


adalah manusia
a. Karakteristik agen (SARS-CoV-2) (khususnya terkait kemampuan
virus bermutasi, obat anti-virus, & vaksin)
b. Karakteristik penjamu (Manusia) yang dapat mempengaruhi
pajanan, kerentanan, dan respons terhadap agen (SARS-CoV-2)
adalah: usia (lansia), status fisiologis (higienitas yg kurang baik),
status imunologis (penurunan sistem kekebalan tubuh), penyakit
lain yang sudah ada sebelumnya (DM, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, pneumonia), dan perilaku manusia (kurang olah
raga, merokok, diet tidak sehat).
c. Karakteristik lingkungan (Faktor ekstrinsik) yang mempengaruhi
keberadaan agen dan kerentanan terhadap agen adalah: lingkungan
fisik (sanitasi lingkungan buruk), kepadatan penduduk, dan modus
komunikasi (fenomena dalam lingkungan yang mempertemukan
penjamu dengan agen) (Tsui et al, 2020).

m. Apa tujuan dan manfaat dari vaksinasi Covid-19?


Jawab:
Adapun tujuan vaksinasi Covid-19 adalah sebagai berikut (Kemenkes
RI, 2020).
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19
Seperti yang disebutkan sebelumnya, vaksin COVID-19 dapat
memicu sistem imunitas tubuh untuk melawan virus Corona.
Dengan begitu, risiko Anda untuk terinfeksi virus ini akan jauh
lebih kecil.Kalaupun seseorang yang sudah divaksin tertular
COVID-19, vaksin bisa mencegah terjadinya gejala yang berat dan
komplikasi. Dengan begitu, jumlah orang yang sakit atau
meninggal karena COVID-19 akan menurun.
2. Mendorong terbentuknya herd immunity
Seseorang yang mendapatkan vaksin COVID-19 juga dapat
melindungi orang-orang di sekitarnya, terutama kelompok yang
sangat berisiko, seperti lansia di atas 70 tahun. Hal ini karena
kemungkinan orang yang sudah divaksin untuk menularkan virus
Corona sangatlah kecil. Bila diberikan secara massal, vaksin
COVID-19 juga mampu mendorong terbentuknya kekebalan
kelompok (herd immunity) dalam masyarakat. Artinya, orang yang
tidak bisa mendapatkan vaksin, misalnya bayi baru lahir, lansia,
atau penderita kelainan sistem imun tertentu, bisa mendapatkan
perlindungan dari orang-orang di sekitarnya. Untuk mencapai herd
immunity dalam suatu masyarakat, penelitian menyebutkan bahwa
minimal 70% penduduk dalam negara tersebut harus sudah
divaksin.
3. Meminimalkan dampak ekonomi dan sosial
Manfaat vaksin COVID-19 tidak hanya untuk sektor kesehatan,
tetapi juga sektor ekonomi dan sosial. Jika sebagian besar
masyarakat sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik
untuk melawan penyakit COVID-19, kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat bisa kembali seperti sediakala.

n. Apa kemungkinan penyebab rendahnya cakupan vaskinasi Covid-19?


Jawab:
Kemungkinan penyebab rendahnya cakupan vaskinasi Covid-19
adalah sebagai berikut (Kemenkes, ITAGI, UNICEF dan WHO,
2020).
a. Masyarakat mungkin mempunyai tingkat kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap vaksin COVID-19 karena keterbatasan
informasi mengenai jenis vaksin, kapan vaksin akan tersedia dan
profil keamanannya.
b. Kekhawatiran terhadap keamanan dan keefektifan vaksin,
ketidakpercayaan terhadap vaksin dan mempersoalkan kehalalan
vaksin.
c. Kekhawatiran adanya efek samping seperti demam dan nyeri
d. Keraguan muncul dari responden yang takut jarum suntik
e. Responden menyatakan bahwa pandemic adalah produk
propaganda, konspirasi, hoaks dan/atau upaya sengaja untuk
menebar ketakutan melalui media untuk dapat keuntungan.
f. Menganggap mendalami spiritualitas adalah cara menjaga
kesehatan dan menghadapi penyakit.

o. Apa hubungan kasus konfirmasi positif dengan kasus suspek dan


kontak erat?
Jawab:
Semakin banyak kasus suspek maupun kasus kontak erat maka
akan semakin meningkat kasus terkonfirmasi positif covid-19, dimana
prinsip dasar upaya penanggulangan COVID-19 bertumpu pada
penemuan kasus suspek/probable (find), yang dilanjutkan dengan
upaya untuk isolasi (isolate) dan pemeriksaan laboratorium (test).
Ketika hasil test RT-PCR positif dan pasien dinyatakan sebagai kasus
konfirmasi, maka tindakan selanjutnya adalah pemberian terapi sesuai
dengan protokol. Pelacakan kontak (trace) harus segera dilaksanakan
segera setelah kasus suspek/probable ditemukan. Kontak erat akan
dikarantina selama 14 hari. Jika setelah dilakukan karantina selama 14
hari tidak muncul gejala, maka pemantauan dapat dihentikan. Akan
tetapi jika selama pemantauan, kontak erat muncul gejala maka harus
segera diisolasi dan diperiksa swab (RT-PCR) (Kemenkes RI, 2020).

2. Dokter Gebi mengamati perilaku masyarakat selama melakukan aktifitas


di luar rumah seperti mengadakan pertemuan di dalam dan di luar ruangan,
tidak patuh pada protokol kesehatan seperti menggunakan masker,
mencuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer maupun menjaga jarak
serta masih banyak masyarakat yang belum mau melakukan vaksinasi
Covid-19 sesuai dengan himbauan pemerintah.
a. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang atau
masyarakat?
Jawab:
1. Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga
dapat mendorong atau menghambat.
2. Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik
swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung.
3. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-
undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah
daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan
sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).

b. Apakah terdapat hubungan perilaku masyarakat dengan kasus Covid-


19 ?
Jawab:
Perilaku masyarakat yang tidak mengikuti protokol kesehatan
akan berdampak terhadap peningkatan angka kejadian Covid-19.
Seperti yang kita ketahui Covid-19 utamanya ditularkan dari orang
yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat
melalui droplet. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada
pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki
gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet
berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva
(mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan
yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi.

c. Bagaimana pedoman pencegahan Covid-19?


Jawab:
Adapun pedoman pencegahan Covid-19 adalah sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2020).
Pencegahan penularan pada individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus
SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan
mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu
dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30
detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih.
2) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang
mungkin dapat menularkan COVID-19).
3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
4) Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya.
5) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti
pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
7) Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
8) Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut
segera berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan
9) Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan
protokol kesehatan dalam setiap aktivitas.

Perlindungan kesehatan pada masyarakat


COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup
tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan
masyarakat yang dilakukan secara komprehensif. Perlindungan
kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan
dalam skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap
fasyankes. Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi
oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan
masyarakat harus dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat
baik pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukum serta komponen
masyarakat lainnya. Adapun perlindungan kesehatan masyarakat
dilakukan melalui:
Upaya pencegahan (prevent)
a. Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui
sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi
untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang,
serta keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui
media mainstream.
b. Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses
dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya
penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan
fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap
permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta
penegakkan kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko
dalam penularan dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun,
tidak menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas
umum dan lain sebagainya.
Upaya penemuan kasus (detect)
a. Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat melalui
koordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes.
b. Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua
orang yang berada di lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja,
tempat dan fasilitas umum atau kegiatan lainnya.
Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang
lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat
atau fasyankes untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan
laboratorium serta penanganan lain sesuai kebutuhan.

d. Apa tujuan dari protokol kesehatan dan bagaimana bentuk protokol


kesehatan yang benar?
Jawab:
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai
penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan
baru. Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet infection dari
individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah,
perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat
lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan
dan pengendalian COVID-19 di masyarakat dilakukan dengan:
3M: Memakai masker, Menjaga jarak dan menghindari kerumunan,
mencuci tangan
Memakai Masker
Memakai masker dapat melindungi diri kita sendiri dari
kemungkinan terpapar virus. Masker mencegah masuknya percikan
air liur (droplet) dan dahak dari orang lain saat batuk/bersin/berbicara,
sehingga kita tidak tertular. Begitu pun sebaliknya, dengan memakai
masker kita juga melindungi orang lain. Hal tersebut karena masker
yang kita gunakan juga menahan droplet yang keluar saat kita
batuk/bersin/berbicara sehingga tidak menularkan virus ke orang lain
(Satgas Covid-19, 2021).
Menjaga jarak dan menghindari kerumunan
Tujuan dari menjaga jarak adalah memperlambat penyebaran
COVID-19 dengan memutus rantai penularan dan mencegah
munculnya rantai penularan baru. Droplet yang keluar saat kita batuk,
jika tanpa masker bisa meluncur sampai 2 meter. Saat berbicara tanpa
masker, aerosol (partikel sangat kecil yang dapat mengapung di udara)
bisa meluncur sejauh 2 meter. Saat bersin tanpa masker, droplet bisa
meluncur sejauh 6 meter. Dengan menjaga jarak aman sejauh 2 meter,
maka kita bisa mengurangi risiko tertular dan menularkan hingga 85%
(Satgas Covid-19, 2021).

Mencuci Tangan dengan sabun


Tangan berperan penting dalam transmisi jasad renik atau
mikroorganisme dan mudah terjadi ketika kita tidak menjaga
kebersihan tangan dengan baik. Mencuci tangan merupakan salah satu
langkah paling penting yang bisa kita lakukan untuk menghindari
sakit dan menyebarkan virus ke orang lain. WHO telah menetapkan
sering mencuci tangan dengan sabun dan air sebagai tindakan
pencegahan untuk mengurangi kemungkinan penyebaran virus.
Mekanisme sabun dalam membunuh kuman dan menghilangkan virus
didasarkan pada mekanisme pecahnya membran virus, elusi
sederhana, dan penjeratan virus (Satgas Covid-19, 2021).

e. Apa hubungan cakupan vaksin yang rendah dengan kasus Covid-19 ?


Jawab:
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik
terhadap suatu penyakit Covid-19 sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan. Apabila seseorang tidak mendapatkan vaksinasi sehingga
angka cakupan vaksin rendah maka tidak akan terbentuk kekebalan
spesifik (herd immunity) terhadap covid-19. Hal ini nantinya dapat
meningkatkan risiko apabila masyarakat berada di wilayah dengan
risiko tinggi untuk tertular Covid-19. Kondisi ini nantinya dapat
menyebabkan angka kejadia kasus konfirmasi positif Covid-19
mengalami peningkatan (Kemenkes, 2021).

f. Bagaimana peranan protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19?


Jawab:
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan
Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19). Peran protokol Kesehatan yaitu untuk memutus mata rantai
penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan
baru/cluster pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang,
interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang
sehinggaasyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam situasi
pandemi COVID-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang
lebih sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh
seluruh komponen yang ada di masyarakat serta memberdayakan
semua sumber daya yang ada.

g. Apa dampak dari perilaku masyarakat yang tidak menerapkan


protokol kesehatan?
Jawab:
Dampaknya yaitu dapat terinfeksi virus Covid-19 dan menambah
mata rantai penularan kasus baru di masyarakat. Sehingga dapat
meningkatkan kasus konfirmasi positif COVID-19.

h. Bagaimana cara menggunakan masker dengan baik dan benar?


Jawab:
1. Bersihkan tangan dengan sabun atau hand sanitizer
2. Bagian berwarna merupakan bagian depan masker
3. Tanpa menyentuh bagian dalam masker, pakai masker secara
perlahan, pastikan menutupi mulut, hidung, dan dagu dengan rapat
4. Hindari menyentuh masker saat dipakai
5. Ganti masker jika lembab atau basah
6. Pemakaian masker maksimal adalah 4 jam
Gambar 2. Cara Penggunaan Masker yang Tepat
Sumber: (Kemenkes, 2020)
i. Bagaimana cara mencuci tangan yang benar menurut WHO?
Jawab:
Langkah-langkah Mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun
(WHO, 2009) :
1. Basahi tangan dengan air
2. Tuangkan sabun 3-5 cc
3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak
kiri dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air
10. Keringkan dengan handuk atau tisu sekali pakai sampai benar-
benar kering
11. Gunakan handuk atau tisu untuk menutup keran
12. Tangan sudah bersih

Virus mati dengan sabun dan air mengalir. Lakukan 6 langkah


cuci tangan dengan benar, yaitu cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir selama minimal 20 detik, atau cuci tangan dengan hand
sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%. Selain itu, Covid-
19 merupakan material kecil yang dibungkus oleh protein dan lemak.
Sabun dapat melarutkannya sehingga virus hancur dan mati
(Kemenkes, 2020).
Gambar 3. Cara Mencuci Tangan
Sumber: (WHO, 2009)

j. Apa saja jenis-jenis masker?


Jawab:
Adapun jenis-jenis masker adalah sebagai berikut (Burhan, 2020).
1) Masker kain
1. Kegunaan
• Bagi masyarakat sehat digunakan di tempat umum dan
fasilitas lainnya, tetap menjaga jarak 1-2 meter.
• Bagi tenaga medis tidak disarankan, 40-90% partikel
dapat menembus masker, idealnya dikombinasikan
dengan pelindung wajah
2. Perlindungan terhadap droplet: ya
3. Perlindungan terhadap aerosol/partikel airborne: tidak
4. Pencegahan keluarnya droplet dari batuk/bersin pemakai
• Ya (droplet besar)
• Tidak (droplet kecil)
5. Efektifitas filtrasi: 3 mikron (10-60%)
6. Kebocoran: ada
7. Dapat dipakai berulang: ya, perlu dicuci
2) Masker bedah (3 ply)
1. Kegunaan
• Bagi masyarakat yang memiliki gejala flu/influenza
(batuk, bersin, hidung berair, demam, nyeri
tenggorokkan)
• Bagi tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan
2. Perlindungan terhadap droplet: ya
3. Perlindungan terhadap aerosol/partikel airborne: tidak
4. Pencegahan keluarnya droplet dari batuk/bersin pemakai: ya
5. Efektifitas filtrasi: 0,1 mikron (30-<95%)
6. Kebocoran: ada
7. Dapat dipakai berulang: tidak
3) N95 atau ekuivalen
1. Kegunaan → Bagi tenaga medis yang harus kontak erat
langsung menangani kasus dengan tingkat infeksius tinggi
2. Perlindungan terhadap droplet: ya
3. Perlindungan terhadap aerosol/partikel airborne: ya
4. Pencegahan keluarnya droplet dari batuk/bersin pemakai: ya
5. Efektifitas filtrasi: 0,1 mikron (>95%)
6. Kebocoran: tidak
7. Dapat dipakai berulang: tidak, tetapi jika stok sedikit dapat
dipakai berulang
4) Facepiece respirator
1. Kegunaan → untuk pekerjaan yang memiliki resiko tinggi
terpapar gas-gas berbahaya
2. Perlindungan terhadap droplet: ya
3. Perlindungan terhadap aerosol/partikel airborne: ya
4. Pencegahan keluarnya droplet dari batuk/bersin pemakai: ya
5. Efektifitas filtrasi: 0,1 mikron (>99%)
6. Kebocoran: tidak
7. Dapat dipakai berulang: ya, dibersihkan dengan disinfektan
secara benar

k. Bagaimana proses terbentuknya perubahan perilaku pada kasus?


Jawab:
Terdapat 6 tahapan perubahan :
1. Prekontemplasi
Pada tahap ini klien belum menyadari adanya permasalahan
ataupun kebutuhan untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu
memerlukan informasi dan umpan balik untuk menimbulkan
kesadaran akan adanya masalah dan kemungkinan untuk berubah.
Nasehat mengenai sesuatu hal/informasi tidak akan berhasil bila
dilakukan pada tahap ini.
2. Kontemplasi
Sudah timbul kesadaran akan adanya masalah. Namun masih
dalam tahap keragu- raguan. Menimbang-nimbang antara alasan
untuk berubah ataupun tidak. Konselor mendiskusikan keuntungan
dan kerugian apabila menerapkan informasi yang diberikan.
3. Preparasi (Jendela kesempatan untuk melangkah maju atau
kembali ke tahap kontemplasi).
4. Aksi (Tindakan)
Klien mulai melakukan perubahan. Goalnya adalah dihasilkannya
perubahan perilaku sesuai masalah.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan perubahan perilaku yang telah dicapai perlu
dilakukan untuk terjadinya pencegahan kekambuhan.
6. Relaps
Saat terjadi kekambuhan, proses perubahan perlu diawali kembali.
Tahapan ini bertujuan untuk kembalinya upaya aksi (Kurniati,
2016).
Gambar 4. Tahapan Perubahan Perilaku
Sumber: (Kurniati, 2016)

Satgas Penanganan COVID-19 membentuk Bidang Perubahan


Perilaku dan menyusun pedoman perubahan perilaku untuk
mendorong perubahan perilaku masyarakat agar secara konsisten
melaksanakan 3M. Ada 4 strategi intervensi yang dilakukan untuk
membangun kesadaran dalam diri individu, yaitu:
1. Nasihat: memberi informasi yang masif dan benar agar
masyarakat memahami pentingnya perilaku 3M.
2. Dorongan: mengingatkan secara berulang-ulang, mendorong
tersedianya fasilitas agar masyarakat mudah menjalankan
protokol kesehatan 3M, dan mengembangkan inovasi dan
kreativitas daerah untuk menyukseskan program tersebut.
3. Insentif: memberi penghargaan atas perubahan yang terjadi.
4. Hukuman: memberi sanksi bagi yang belum patuh (Kementrian
PPN, 2021).

3. Dokter Gebi berupaya mengendalikan penularan Covid-19 dengan


melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan agar
masyarakat lebih memahami dan mematuhi protokol kesehatan serta mau
melakukan vaksinasi Covid-19 di Puskesmas.
a. Apa makna Dokter Gebi berupaya mengendalikan penularan Covid-
19 dengan melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan
kesehatan agar masyarakat lebih memahami dan mematuhi protokol
kesehatan serta mau melakukan vaksinasi Covid-19 di Puskesmas?
Jawab:
Maknanya dokter Gebi melakukan upaya intervensi yang ditujukan
pada upaya pengendalian penularan COVID 19 dan upaya kesehatan
masyarakat esensial.

b. Apa saja visi dan misi dari promosi kesehatan?


Jawab:
Visi :
Visi promosi kesehatan tidak terlepas dari visi pembangunan
kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial
ekonomi. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sebagai bagian dari
program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian
dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia
tersebut. Sehingga visi promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai
masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.

Misi :
1. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam
masyarakat, baik dalam pendekatan individu dan keluarga maupun
melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
perilaku hidup beraih dan sehat di masyarakat.
3. Mengadvokasikan para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan serta pihak pihak lain yang berkepentingan
(stekeholders) dalam rangka:
- Mendorong diberlakukan kebijakan peraturan perundang-
undangan yang bereawasan kesehatan.
- Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program-program kesehatan.
- Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah serta antara pemerintah dan masyarakat
(termasuk LSM) dan dunia usaha.
- Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada
khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.

c. Apa tujuan dari promosi kesehatan ?


Jawab:
Tujuan dari penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan
visi promosi kesehatan itu sendiri, yaitu menciptakan/membuat
masyarakat yang:
a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah
penyakit.
d. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan
baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak
statis (Susilowati, 2016).

d. Apa saja prinsip promosi kesehatan?


Jawab:
Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan mempunyai prinsip-
prinsip yang berguna sebagai dasar-dasar dari pelaksanaan program
promosi kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi (Hulu et al,
2020).
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion) merupakan proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya (the process of enabling people to
control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan
atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi
Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting
(core) dari Promosi Kesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku
di bidang kesehatan disertai dengan upaya memengaruhi
lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan)
dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya
pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan
pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya
advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan
dalam 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di
sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di
tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di
sarana kesehatan (where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi,
yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan
(transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit).
Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat,
juga secara lintas program dan lintas sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada
proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi
dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur
hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku
individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah
mutu dan frekuensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana,
gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain

e. Apa saja komponen utama dari promosi kesehatan?


Jawab:
Ada beberapa komponen utama dari promosi kesehatan menurut
piagam Ottawa, yaitu:
1. Membangun kebijakan public berwawasan kesehatan
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung
3. Memperkuat gerakan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan individu
5. Reorientasi pelayanan kesehatan

f. Siapa saja target promosi kesehatan ?


Jawab:
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis
sasaran, yaitu:
1. Sasaran primer adalah pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini
diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih
dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain)
maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan
media massa. Diharapkan dapat turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan PHBS, serta turut menyebarluaskan informasi
tentang PHBS dan menciptaka n suasana yang kondusif bagi
PHBS.
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidang-bidang lain yang berkaitan serta dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. Diharapkan turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) (Susilowati, 2016).

g. Bagaimana metode promosi kesehatan ?


Jawab:
Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. Metode promosi kesehatan individual
Metode yang digunakan apabila antara promoter kesehatan dan
sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap
muka (face to face) maupun melalui sarana komunikasi lainnya,
misalnya telepon dan konseling
b. Metode promosi kesehatan kelompok
Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini digunakan untuk
sasaran kelompok, ada dua kelompok :
a) Kelompok kecil : sasaran terdiri dari 6-15 orang, metode dan teknik
promosi kesehatan yang digunakan adalah diskusi kelompok, metode
curah pendapat, bola salju dan bermain peran
b) Kelompok besar : sasaran terdiri dari 15 – 50 orang, metode dan
teknik promosi yang digunakan adalah metode ceramah, seminar,
lokakarya, dan sebagainya
c. Metode promosi kesehatan massal
Apabila sasaran promosi kesehatan adalah missal atau publik, maka
metode dan teknik yang digunakan adalah ceramah umum,
penggunaan medoa massa elektronik, penggunaan media cetak dan
penggunaan media di luar ruang. (Notoadmojo, 2012)

h. Bagaimana ruang lingkup dari promosi kesehatan ?


Jawab:
Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah
Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup
berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan
ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular,
penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan
manula. Pada saat ini, model kesehatan yang baru yaitu social
model of health, mulai diterima, meninggalkan medical model.
Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada
penyebabnya, bukan semata-mata dengan mengobati penyakit
yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan.
2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan
Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi,
maka promosi kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam
upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and
Clark (1967):
a. Pencegahan primer, yang terdiri dari: I. Peningkatan derajat
kesehatan (health promotion) II. Perlidungan khusus (specific
protection)
b. Pencegahan sekunder III. Diagnosis dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and prompt treatment) IV. Pembatasan
cacat (disability limitation)
c. Pencegahan tertier: V. Rehabilitasi (rehabilitation) Ruang
lingkup promosi kesehatan yang bersifat komprehensif harus
mencakup kelima tingkat pencegahan tersebut.
3. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar
Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk
semua tahun 2000” menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan
dasar (Primary Health Care), yang meliputi: Acute primary care;
Health education; Health promotion; Disease surveilance and
monitoring; Community Development. Sigerist (1945)
mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat
pelayanan dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and
Green, 2004: 14)
a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
b. Pencegahan penyakit (prevention of disease)
c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease)
d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)
4. Ruang lingkup aktivitas
Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi
Kesehatan oleh WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup
aktivitas promosi kesehatan. Ottawa Charter mengemukakan 5
(lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan kesehatan (yang
bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:
a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)
b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang
mendukung)
c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)
d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan
keterampilan pribadi)
e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan)
5. Ruang Lingkup Perilaku
Kesehatan Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga
domain, yakni pengetahuan kesehatan (Health knowledge), sikap
terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health
practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari
konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini
berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan
individu yang menjadi unit analisis. Becker mengklasifikasikan
perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi:
a. Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui
oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan,
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan
tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan,
dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian
seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan, seperti sikap terhadap menular dan tidak menular,
sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi
kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti
tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan
terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
tindakan untuk menghindari kecelakaan (Susilowati, 2016).

i. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan promosi kesehatan?


Jawab:
Langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat adalah :
1. Pengenalan Kondisi Wilayah,
2. Identifikasi Masalah Kesehatan,
3. Survai Mawas Diri,
4. Musyawarah Desa atau Kelurahan,
5. Perencanaan Partisipatif,
6. Pelaksanaan Kegiatan dan
7. Pembinaan Kelestarian (Kemenkes, 2011).

j. Bagaimana kebijakan dalam promosi kesehatan ?


Jawab:
Kebijakan adalah seperangkat peraturan yang digunakan sebagai
petunjuk untuk melaksanakan kegiatan. Peraturan adalah penerapan
kebijakan dan penguatan hukum serta perundang-undangan.
Sedangkan organisasional adalah kegiatan memimpin atau
mengkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
program. Kebijakan promosi kesehatan adalah kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan yang meliputi pernyataan politik, alokasi
sumber daya, unsur budaya dan perilaku (Susilowati, 2016).

k. Apa saja media yang dapat digunakan dalam promosi kesehatan?


Jawab:
Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi
kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni
(Susilowati, 2016):
1) Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri
dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer
(selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada
surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan
informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara
lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat
dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah
pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan
efek suara dan mudah terlipat.
2) Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu
elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi,
radio, video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan
modem), SMS (telepon seluler). Seperti halnya media cetak,
media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap
muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya
dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih
besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya,
perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untuk mengoperasikannya.
3) Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media
cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner dan televisi layar lebar, umbul-umbul, yang
berisi pesan, slogan atau logo. Kelebihan dari media ini adalah
lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum
dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca
indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif
besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit
rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.
4) Media Lain, seperti:
1. Iklan di bus.
2. Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang
diadakan di pusat perbelanjaan atau hiburan yang menarik
perhatian pengunjung
- Road Show, suatu kegiatan yang diadakan dibeberapa
tempat / kota.
- Sampling, contoh produk yang diberikan kepada
sasaran secara gratis.
- Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi
program dan pesan-pesan promosi

l. Bagaimana merancang program promosi kesehatan ?


Jawab:
1. Tentukan dan Identifikasi Sasaran/Klien
Pertama-tama anda harus tahu terlebih dahulu siapa yang menjadi
sasaran promosi kesehatan, pelajari sifat/karakteristiknya untuk
memudahkan menyusun/merancang perencanaan.
2. Menyusun Jadwal Rencana
Pelaksanaan Merupakan penjabaran dari rencana waktu dan tempat
akan pelaksanaan promosi kesehatan
3. Menentukan prioritas pengajaran/topik/pokok bahasan
4. Menetapkan tujuan pembelajaran
Menentukan tujuan promosi, adalah suatu pernyataan tentang suatu
keadaan di masa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan
promosi. Tujuan harus SMART, yaitu specific (langsung ditujukan
untuk perubahan yang diharapkan pada sasaran), measureable
(dapat diukur), achievable/accurate (dapat dicapai/akurat), realistic
(disesuaikan dengan keadaan) dan timebound (memiliki batasan
waktu).
5. Menentukan substansi/isi materi promosi kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga
mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan
gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran mau melaksanakan
isi pesan tersebut.
6. Memilih strategi/metode belajar, sesuaikan dengan tujuan
perubahan yang diharapkan.
a. Untuk perubahan tingkat Pengetahuan: penyuluhan langsung,
pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll
b. Untuk merubah Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya
dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran
film/video
c. Untuk perubahan kemampuan/Keterampilan: sasaran harus
diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut
d. Pertimbangkan sumber dana & sumber daya
7. Memilih alat bantu mengajar / media promosi kesehatan
a. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan
menggunakan media.
b. Memilih media promosi, yaitu saluran yang akan digunakan
untuk menyampaikan pesan pada sasaran, yang didasarkan
pada selera sasaran bukan selera pengelola program.
c. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,
tingkat pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang
digunakan dan sumber daya yang ada. Selain itu Media yang
dipilih pun harus memberi dampak yang luas, oleh karena itu
perlu ditentukan tujuan media yang akan menjadi dasar
perencanaan media : Jangkauan, frekuensi bobot, kontinuitas
dan biaya.
d. Mengembangkan pesan-pesan dalam media yang akan
digunakan yang disesuaikan dengan tujuan promosi.
8. Merancang rencana kegiatan pelaksanaan
Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda dan
sasaran saat program pendidikan / promosi kesehatan akan
dilakukan, dimulai dari pembukaan, pelaksanaan kegiatan inti
penyuluhan dan penutupan.
9. Menyusun rencana evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan,
dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan
dievaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut
(Susilowati, 2016).

m. Bagaimana landasan hukum promosi kesehatan?


Jawab:
Adapun landasan hukum promosi kesehatan adalah sebagai berikut.
- UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
- Peraturan Presiden RI No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional
- Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 Tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1114/Menkes/SK.VII/2005 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas

n. Apa saja bentuk promosi kesehatan yang dianggap lebih cepat dalam
merubah perilaku masyarakat?
Jawab:
Media audio visual dapat memperjelas hal-hal yang abstrak dan
memberikan penjelasan yang lebih realistik, pesan lebih cepat
ditangkap dan mudah diingat, dan dapat diputar berulang-ulang untuk
menambah kejelasan sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses pembelajaran.
Beberapa alat peraga atau media yang digunakan untuk
penyuluhan mulai dari yang sederhana sampai dengan yang canggih
dapat digunakan pemanfaatannya dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi setempat seperti kondisi tempat, kondisi waktu, kondisi
sasaran, kondisi kebutuhan, tujuan dan lain sebagainya (Hulu, dkk
2020).
Dapat pula dilakukan promosi kesehatan kolaborasi lintas sektor
akan memberi peluang bagi setiap program kesehatan untuk
bekerjasama sejak awal dalam melaksanakan program aksi. Agar
setiap program aksi dapat saling mendukung. Salah satu contoh
program lintas sektoral adalah adanya program vaksinasi di kampus
yang melibatkan pihak RSMP dan puskesmas terkait (Kemenkes,
2006).

o. Bagaimana nilai-nilai islam terkait kasus?


Jawab:
Q.S. Al- Baqarah: 195
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan
berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik
HR. Ahmad:
Kebersihan itu sebagian dari iman
HR. Tirmidzi:
Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya Allah
itu bersih, menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah menyukai keindahan, karena itu
bersihkan tempat-tempatmu

2.7 Kesimpulan
Dokter Gebi melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
dikarenakan rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19 dan perilaku masyarakat
terkait protokol kesehatan sehingga terjadi peningkatan kasus konfirmasi
Covid-19 yang cepat
2.8 Kerangka Konsep

Pandemi Covid-19

Tidak mengikuti himbauan pemerintah

Tidak patuh protokol kesehatan Rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19

Penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19



Upaya pengendalian Covid-19

Promosi kesehatan
(Penyuluhan kesehatan)
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, E. 2020. Protokol Pemakaian Masker. Jakarta: Departemen Pulmonologi


dan Kedokteran Respirasi FKUI.
Cascella, M., Michael, R., Abdul, A., Scott, C. D., Raffaela, D. N. Features,
Evaluation and Treatment of Coronavirus (COVID-19). Trasure Island:
StatPearls Publishing. Available in:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/. Accessed on: 2nd of
November 2021
Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Hulu, V.T dkk. 2020. Promosi Kesehatan Masyarakat. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Kemenerian Kesehatan, ITAGI, UNICEF dan WHO. 2020. Survei Penerimaan
Vaksin COVID-19 di Indonesia. Available in: https://www.covid19.go.id.
Accessed on: 2nd of November 2021.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Perubahan Perilaku
Penanganan COVID-19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Buku Saku Tanya Jawab Seputar
Vaksinasi COVID-19. Edisi Pertama. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasioanl. 2021. Studi Pembelajaran
Penangan COVID-19 Indonesia. Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. 2021. Instruksi Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Perpanjangan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Dan
Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 Di Tingkat
Desa Dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus
Disease 2019. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. 2021. Pengendalian COVID-19 Dengan
3M, 3T, Vaksinasi, Disiplin, Kompak, dan Konsisten, Buku 2. ISBN: 978-
623-96783-2-6.
Susilowati, D. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Promosi Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Tsui, BCH., Deng A., & Pan, S. 2021. Coronavirus Disease 2019: Epidemiological
Factors During Aerosol-Generating Medical Procedures. Anesthesia
& Analgesia Journal: Volume 131, Issue 3, p.175-178 doi:
10.1213/ANE.0000000000005063
World Health Organization. 2009. Hand Hygiene: Why, How and When?.
Available in:
https://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Br
ochure.pdf. Accessed on: 2nd of November 2021.
World Health Organization. 2020. Coronavirus Disease (COVID-19) Advice for
The Public: When and How to Use Masks. Available in:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-
for-public/when-and-how-to-use-masks. Accessed on: 2nd of November
2021.

Anda mungkin juga menyukai