KARBOHIDRAT
A. Tujuan
Memahami metode identifikasi karbohidrat.
B. Teori Dasar
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat
diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis, disusun oleh dua sampai delapan
monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan
hewan maupun jaringan tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan
oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk
glukosa dan glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu, untuk sumber energi, pemanis pada makanan,
penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, penawar racun, baik untuk yang terkena
konstipasi (sembelit), dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang lainnya.
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut
organik tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida). Karbohidrat dibagi dalam tiga
golongan yaitu :
1. Monosakarida; adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih
sederhana lagi, dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom C pada molekulnya, dan gugus
aldehid atau keton yang dikandung berubah menjadi aldosa dan ketosa. Monosakarida
merupakan gula sederhana yang memiliki satu atom karbon asimetrik, contoh : glukosa,
galaktosa, fruktosa, manosa, dan ribosa.
2. Oligosakarida; adalah karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh molekul
monosakarida yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Biasanya dikenal dengan disakarida,
contoh : maltosa, laktosa, dan sukrosa.
3. Polisakarida; adalah karbohidrat yang mengandung lebih dari sepuluh monosakarida yang
berikatan. Bila dihidrolisis dapat menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida, contoh :
glikogen dan amilum (pati) merupakan polimer glukosa. Berfungsi untuk penyimpanan
karbohidrat.
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat :
1. Uji Molisch
Adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang
dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa
furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi Molisch dengan
memberikan warna ungu pada larutan.
2. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang
mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida.
Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua
golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang
berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya
fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan
natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis
dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas,
sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan
Benedict.
3. Uji Barfoed
Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH
serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed
mengandung senyawa tembaga asetat.
4. Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh
asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang
menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah
dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff
yang akan memberikan warna jingga pada larutan.
Bahan :
- Larutan Iodium 0,05 M
- Larutan NaOH 2 %
- Larutan HCl 2 N
Pereaksi :
- Pereaksi Molisch
- Pereaksi Benedict
- Pereaksi Barfoed
- Pereaksi Seliwanoff
Larutan Karbohidrat :
- 0,1 M Sukrosa
- 0,1 M Glukosa
- 0,1 M Arabinosa
- 0,1 M Maltosa
- 0,1 M Galaktosa
- 0,1 M Fruktosa
- 0,1 M Laktosa
- Larutan Pati (amilum) 1%
D. Prosedur Percobaan
Uji Molisch
3 tetes pereaksi Molisch
1 ml larutan karbohidrat ( 0,1 M glukosa, sukrosa, maltosa, arabinosa, larutan 1% amilum, dan
selulosa/kapas yang disuspensikan dalam air.)
Dikocok perlahan
Uji Benedict
3 tetes larutan karbohidrat
dimasukkan
2 ml reagen BenedictTabung reaksi
Dibiarkan dingin dan diperhatikan perubahan warna serta endapan (endapan hijau, kuning atau
merah, menunjukkan reaksi positif).
Uji Barfoed
1 ml larutan karbohidrat
Penangas air mendidih dan direbus selama 1 menit atau lebih. Jika perlu hingga reaksi reduksi
terjadi. Biarkan dingin pada air mengalir selama 2 menit.
Uji Seliwanoff
3 tetes larutan karbohidrat (sukrosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, arabinosa)
dimasukkan
3 ml pereaksi Seliwanoff
dididihkan di atas api kecil selama 30 detik
Penangas air mendidih 1 menit
Perubahan warna merah jingga dan endapan, menunjukkan reaksi positif ketosa. Bila endapan
dilarutkan dalam alkohol menjadi merah.
⊕ 2,5 ml HCl 2 N
Uji Iodium dilakukan setiap 3 menit sampai hasil larutan berwarna kuning pucat
Pada uji Benedict larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuproksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi
dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus
aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan
karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam
bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil
aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi
berbagai macam reduktor. Hasil uji positif ditunjukkan oleh galaktosa, glukosa, maltosa, dan
arabinosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis fruktosa, sukrosa dan pati menunjukkan hasil
negatif. Fruktosa memberikan hasil yang negatif yang seharusnya memberikan hasil positif,
karena fruktosa bukanlah gula pereduksi. Tetapi memiliki gugus α-hidroksi keton, maka fruktosa
akan berubah menjadi glukosa dan manosa dalam suasana basa serta memberikan hasil positif
dengan pereaksi benedict. Sedangkan sukrosa tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom
karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi
terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini
menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi Benedict.
Reaksi uji Benedict :
OO
|| [o] ||
R — C — H + Cu2+ OH- R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)
Pada percobaan uji Barfoed, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Dalam asam, polisakarida
atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang
menjadi dasar untuk membedakan antara monosakarida, oligosakarida/disakarida, dan
polisakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa
berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam
mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan
lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Disakarida juga akan memberikan hasil
positif pada larutan memberikan warna biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan bila
didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis. Tapi dalam percobaan, hasil yang diperoleh sama
sekali tidak ada yang memberikan hasil yang positif, melainkan tidak ada perubahan warna sama
sekali. Hal ini terjadi dikarenakan proses hidrolisis kurang cukup waktu dan suhu yang masih
kurang panas.
Reaksi karbohidrat dengan Cu pada uji Barfoed :
OO
R – C – H + CuCH3COO R – C – OH + Cu2O (s) + CH3COOH
Di dalam uji Seliwanoff ada pembentukan 4-hidroksimetilfurfural yang terjadi pada reaksi antara
fruktosa, sukrosa, galaktosa, glukosa, dan arabinosa yang mendasari uji seliwanof. Fruktosa
merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi dengan
pereaksi Seliwanof akan menghasilkan senyawa berwarna jingga. Warna jingga yang muncul
disebabkan oleh senyawa kompleks. Dalam percobaan yang dilakukan sukrosa dan fruktosa
memberikan warna merah jingga, sedangkan pada galaktosa, glukosa, dan arabinosa memberikan
warna jingga pucat. Hidroksimetilfurfural yang mengalami kondensasi akan membentuk
senyawa kompleks.
Reaksi uji Seliwanoff :
Pada percobaan uji hidrolisis pati, amilum yang direaksikan dengan HCl menjadi berwarna
bening kemudian dihidrolisis dan ditambahkan dengan iodium menghasilkan warna ungu
kehitaman. Hal ini karena ada dua macam amilum atau pati, yaitu pati yang larut dan pati yang
tidak larut. Contoh pati yang larut adalah amilosa, dan pati yang tidak larut adalah amilofektin.
Jika amilosa direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin
direaksikan dengan iodium akan memberikan warna ungu kehitaman. Jadi, hasil yang diperoleh
merupakan jenis pati yang yang tidak larut, yaitu amilofektin.
G. Kesimpulan
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat
diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis.
Karbohidrat dibagi dalam tiga golongan yaitu : monosakarida, oligosakarida/disakarida, dan
polisakarida.
Uji Molisch : uji untuk membuktikan adanya karbohidrat dengan memberikan warna ungu
pada larutan. Uji Benedict : uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi, dengan memberikan
warna merah bata pada karbohidrat. Uji Barfoed : uji untuk membedakan monosakarida dan
disakarida. Uji Seliwanoff : prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat
dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi
hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah. Uji
Hidrolisis Pati : untuk mengetahui kelarutan amilum, dengan mereaksikan pati dan iodium yang
akan membentuk ikatan kompleks berwarna biru.
H. Daftar Pustaka
Murray RF; Granner OK; Rodwell V. Harper’s Review of Biochemistry. Penerbit : Buku
Kedokteran. Jakarta. 1995.
Lehninger.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah : Maggy Thenawijaya. Jakarta. Erlangga.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga.
Anonim. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Umum. Universitas Indonesia FMIPA Jurusan
Kimia. 1998 : 115-118.