1. Bersifat koheren : Berhubungan satu sama lain dan tidak mengandung pernyataan yang
saling bertentangan. Meskipun berbeda tetap saling melengkapi dan tiap bagian
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri.
2. Bersifat menyeluruh : Pancasila dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika
masyarakat di Indonesia.
3. Bersifat mendasar : Pancasila dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan
manusia untuk menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
4. Bersifat spekulatif : Pancasila sebagai dasar negara pada mulanya merupakan buah pikir
dari tokoh-tokoh kenegaraan, yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui
rangkaian diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI dan PPKI.
Dengan demikian, Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berkaitan,
bahkan saling berkualifikasi antara satu sila dengan sila lainnya sehingga membentuk suatu
struktur yang menyeluruh untuk tujuan tertentu.
Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila yaitu tentang hubungan manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan masyarakat bangsa.
Menurut Ruslan Abdul Gani, Pancasila disebut sebagai filsafat karena merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam oleh para founding fathers atau pendiri bangsa Indonesia