Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIMBINGAN PRIBADI - SOSIAL


(DEFINISI, TUJUAN, DAN RAGAM PERMASALAHAN PRIBADI-
SOSIAL)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu:
Dr. Atot Sugiri, M. Pd. I

Oleh:
Daniah Saepudin
NIM: 60403100320008

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA MUTIARA SUKABUMI
2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pribadi – sosial
2.2 Tujuan Pelayanan pada Diri Pribadi dan Sosial
2.3 Ragam Masalah pada Diri - Sosial

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah serantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
pribadi untuk mata kuliah Bimbingan dan Konseling, dengan judul: “Bimbingan Pribadi – sosial
(Definisi, Tujuan, dan Ragam Masalah Pada Pribadi – Sosial)”.
Penuliz menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makakah ini jauh dari pengetahuan yang sempurna namun terbatasnya pengalaman
dan yang penulis alami. karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat membantu penulis untuk mengembangkan
bakat dalam menulis, meneliti, dan menelaah kembali atas saran yang rekan-rekan berikan. Dan
penulisan makalah ini dibuat untuk menyusun tugas mata kuliah Bkmbingan Konseljng dengan Dosen
Pengampu : Bapak. Dr. Atot Sugiri, M. Pd. I.

Penulis,
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan adanya
manusia lain terkait kebutuhannya baik dalam bentuk jasa maupun yang bersifat material. Kebutuhan
manusia akan mudah terpenuhi dari orang lain apabila terjalin suatu hubungan yang baik antar sesama
manusia yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya,
memerlukan hubungan sosial yang ramah dengan cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
Manusia selalu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Manusia ingin bergabung dengan
orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan ingin mencintai dan dicintai (Rakhmat, 2005:
14). Keadaan seperti itu dirasakan oleh setiap orang dalam kehidupannya termasuk para remaja.
Sejatinya manusia sebagai mahkluk individu dan makhluk sosial yang bertingkah laku saling
mempengaruhi sehingga menimbulkan sikap sosial tertentu. Sikap sosial tersebut akan berpengaruh
terhadap pola interaksi tingkah laku setiap individu dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kemampuan sikap sosial seseorang menyebabkan terjadinya cara-cara dalam bertingkah laku yang
dinyatakan secara berulang terhadap suatu objek sosial dan biasanya sikap sosial tersebut tidak hanya
dinyatakan oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat
(Gerungan, 2010). Sikap sosial dapat dilihat sebagai suatu sikap yang berkaitan dengan kondisi sosial.
Sikap sosial memiliki kecenderungan untuk mengevaluasi hal-hal sosial dengan cara tertentu yang
ditandai dengan kepercayaan diri positif dan negatif (Setiawan & Suardiman, 2018).
Sikap sosial yang positif akan membantu individu dalam perkembangan kepribadiannya dan
membantu membentuk pribadi individu menjadi insan yang baik untuk dirinya dan orang di
sekitarnya. Individu yang memiliki sikap sosial positif, maka masyarakat akan menilai diri individu
tersebut juga positif. Namun jika individu memiliki sikap sosial yang negatif baik terhadap diri sendiri
ataupun dengan orang lain, maka kepribadian yang terbentuk pada diri individu tersebut akan negatif
dan penilaian orang lain terhadap individu tersebut akan negatif juga.Sikap sosial yang positif tersebut
dapat ditunjukkan dengan perilaku individu terhadap orang lain, seperti cara bersikap atau bertingkah
laku yang baik terhadap orang lain dan cara berbicara yang baik dan sopan terhadap orang lain
khususnya kepada orang yang lebih tua.
Peneliti masih menjumpai siswa-siswa yang bertingkah laku dan berbicara kurang sopan, baik
dengaKarena itu tidak aneh bila dikatakan masa remaja adalah masa yang paling penting, yaitu tahap
pencarian jati diri, remaja mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan
bahwa dirinya adalah individu yang unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di masyarakat,
baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun bersifat memperbarui. Tetapi karena peralihan
yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap
perubahan sosial dan historis di pihak lain, maka akan mengalami krisis identitas. Bila krisis ini tidak
segera diatasi, maka remaja akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas, yang dapat
menyebabkan anak merasa terisolir, minder atau kurang percaya diri, cemas, hampa dan bimbang,
serta kurang memiliki keyakinan akan kemampuan diri.
Dalam ruang lingkup sekolah cara siswa berinteraksi dengan teman sangat beraneka ragam. Ada yang
memiliki keterampilan berinteraksi dengan baik dan ada pula yang tidak. Siswa yang mempunyai
keterampilan berinteraksi yang baik, akan memiliki banyak teman dan diterima dalam lingkungannya.
Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki keterampilan berinteraksi, akan terisolasi, merasa minder dan
tidak percaya diri. Seperti yang dikemukakan oleh Sustisna (2010: 3) bahwa tanpa adanya rasa
percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa anak (siswa), pesismisme dan rasa rendah diri
akan dapat menguasainya dengan mudah. Fenomena-fenomena di atas tentunya sangat berkaitan erat
dengan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling pada hakekatnya adalah bantuan dalam rangka memfasilitasi siswa agar
mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal dan memandirikan. Salah satu bentuk bimbingan
yang dapat diberikan untuk membantu siswa yang berkaitan dengan upaya Peningkatan kepercayaan
dirinya ialah bimbingan pribadi sosial, karena bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk
membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi dan sosial. Individu yang percaya
diri memiliki keyakinan dalam mengembangkan kemampuannya tanpa membanding-bandingkan
dirinya dengan orang lain (Mulkiyan, 2017). Individu yang berada pada tingkat kepercayaan diri
tinggi, akan mampu menerapkan pikiran positif dalam dirinya untuk dapat mengelola semua
kebutuhan hidupnya (Pratiwi & Laksmiwati, 2016). Sebaliknya individu yang memiliki kepercayaan
diri yang rendah, cenderung pesimis dalam menjalani sesuatu, mereka cenderung mudah menyerah
sebelum bertindak (Ghufron & Risnawati, 2014).
Oleh karena itu kepercayaan diri ini perlu dibentuk dalam diri setiap siswa. Siswa yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi diharapkan mampu bersikap atau berperilaku positif dengan orang-orang
di sekitarnya. Adanya sikap percaya diri dalam diri siswa dapat membantu siswa dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, karena individu dengan kepercayaan diri tinggi umumnya lebih mudah
terlibat secara pribadi dengan orang lain dan lebih berhasil dalam hubungan interpersonal
(Purnamaningsih, 2003). Siswa tersebut dapat bersosialisasi dengan teman, bersosialisasi dengan guru
atau karyawan sekolah, dan ketika dalam proses belajar.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa itu Bimbingan Pribadi – Sosial?


2. Apa Tujuan dan Manfaat dari pelaksanaan uji Pribadi – sosial?
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial merupakan salah satu jenis layanan yang diberikan kepada individu untuk
membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan psikologis dan sosial klien, sehingga
nantinya diharapkan indiviu mempunyai keyakinan dalam memantapkan dan mengembangkan potensi
yang dimilikinya dalam menangani masalah pribadinya (Yusuf & Nurihsan, 2005). Selain itu layanan
bimbingan pribadi bertujuan membantu individu mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik (Tohirin, 2007). Dengan pemberian layanan
bimbingan pribadi sosial diharapkan dapat membantu memiliki kesiapan dalam menghadapi resiko,
dan secara aktif dapat memberikan kontribusidalam meningkatkan kepercayaan diri siswa
(Tohir, 2016).
Siswa yang menyadari pentingnya layanan bimbingan pribadi sosial akan memiliki persepsi yang
positif, mampu memahami manfaat adanya layanan bimbingan pribadi di sekolah dan mendorong
siswa tersebut dapat mengambil keputusan sendiri sehingga lebih percaya diri ketika bersosialisasi
dengan lingkungan di sekitarnya. Individu yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan lebih mudah
berinteraksi dengan lingkungan. Karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi
tercermin dalam tindakan-tindakannya yaitu tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan
sesuatu yang diinginkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri
sendiri (Lauster, 2003).
Kepercayaan diri diyakini bukan merupakan suatu bakat yang bersifat bawaatetapi sesuatu yang
diperoleh dari pengalaman hidup dan berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu dengan
baik (Tanjung & Amelia, 2017). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan kepercayaan
diri siswa yaitu bentuk fisik, bentuk wajah, status ekonomi, pendidikan dan kemampuan, kebiasaan
gugup, keluarga dan penyesuaian diri (Hakim, 2005). Rasa qpercaya diri yang dimiliki oleh seseorang
sangat berpengaruh terhadap kesuksesan Dalam belajar, bekerja, lingkungan keluarga Dan hubungan
sosialnya dengan orang lain (Komara, 2016). Kemampuan menyesuaikan Diri yang dimiliki oleh
seseorang memiliki Kontribusi yang cukup besar dalam Pembentukan kepercayaan diri.
Pembentukan kepercayaan diri di dalam pendidikan sekolah dapat diberikan Melalui layanan
bimbingan pribadi sosial oleh Guru Bimbingan dan Konseling. Materi yang terkait tentang
kepercayaan diri diyakini Dapat meningkatkan efektivitas dalam Aktivitas dan kegiatan (Margawati,
2019).Dorongan individu dalam berinteraksi dengan Lingkungan di sekitarnya, dipengaruhi oleh
Sikap sosial yang dimilikinya. Individu yang memiliki sikap sosial positif akan Meningkatkan
kepercayaan diri dalam Berinteraksi dengan individu lain, karena Pada hakikatnya manusia sebagai
makhluk Sosial selalu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga saling membutuhkan
Satu sama lain.
Rasa percaya diri (self confidence)merupakan salah satu modal dalam kehidupan yang harus
ditumbuhkan pada diri setiap siswa agar kelak mereka dapat menjadi manusia yang mampu
mengontrol berbagai aspek yang ada pada dirinya. Melalui kemampuan tersebut siswa akan lebih
jernih dalam mengatur tujuan dan sasaran pribadi yang jelas, serta akan lebih mampu dalam
mengarahkan perilaku menuju keberhasilan dan kesuksesan.
Hal ini perlu dikembangkan agar para siswa perlu memiliki kekuatan dan rasa percaya diri yang baik
sehingga dapat menunjang kesuksesan dalam belajar dan meraih cita-cita. Sebagai lembaga yang
berfungsi memberikan pelayanan pendidikan, sekolah seyogianya menjadi lembaga yang peduli
terhadap keberhasilan siswa.
Upaya memberikan bimbingan dan konseling yang tepat bagi siswa/remaja yang dilandasi dengan
kebutuhan yang benar-benar dirasakan siswa/remaja termasuk kebutuhan untuk peningkatan rasa
percaya diri baik dalam kegiatan belajar maupun dalam pergaulan di lingkungan sekolah.
Untuk menguji keefektifan program dilakukan dengan cara membandingkan data sebelum dengan
data sesudah dilakukan perlakuan atau intervensi dari satu kelompok sampel, atau membandingkan
data antar waktu dari satu kelompok sampel. Kemudian setelah diuji, perbedaan nilai rata-rata tersebut
perbedaannya signifikan, dalam artian pemberian layanan bimbingan pribadi sosial dengan tujuan
supaya siswa memiliki motivasi yang kuat dalam berbagai kegiatan yang diikutinya dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Motivasi berkaitan erat dengan kepercayaan diri, individu yang memiliki motivasi dalam melakukan
sesuatu sehingga mampu menikmati apa yang dilakukan tersebut. Bahkan, karena begitu asyik dalam
melakukan suatu hal itu membuat sulit mengalihkan perhatian.
Motivasi ini merupakan bagian penting dalam kehidupan, sebagai contoh apabila terdapat dua anak
yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai
tujuan, kinerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan
dengan anak yang tidak termotivasi.
Motivasi yang erat kaitannya dengan kepercayaan diri adalah motivasi berprestasi. Menurut Mc
Clelland (1987: 40) motivasi berprestasi didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil
dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun
prestasi sendiri. Senada dengan pendapat di atas, Santrork (2003: 103) menjelaskan bahwa motivasi
berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar
kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan.
Keberhasilan dalam mencapai kemampuan penyesuaian diri siswa, upaya dan kerja keras guru sebagai
pembimbing merupakan tugas dan tanggungjawabnya. Guru memiliki posisi central terhadap
Implementasi Layanan bimbingan dan konseling yang di berikan kepada siswa. Guru bimbingan dan
konseling sebagai Agent Of Change (Kulsum, 2013), agen of change bagi mahasiswa (Anwar et al.,
2019; Rochanah, 2020), diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan siswa, rekayasa proses
pembelajaran yang menyenangkan dan sebagai penasehat utama siswa di lingkungan sekolah.
Secara umum, Rochman Natawidjaja ( 1987: 54-55 ) yang di kutip oleh Masdudi mengidentikasikan
peran guru dalam proses belajar siswa adalah : (1) memberikan perlakuan kepada siswa bahwa dirinya
memiliki potenti untuk berkembang dan dapat menyelesaikan masalah dengan mandiri; (2) sikap
positif dan wajar kepada siswa; (3) perlakuan diri kepada siswa dengan ramah, rendah hati serta
menyenangkan; (4) memahami siswa dengan empati; (5) menghargai martabat siswa; (6) penampilan
diri secara asli di depan siswa; (7) kongkrit dalam penyampaian mengenai diri pribadi; (8) menerima
siswa apa adanya; (9) perlakuan diri di depan siswa secara terbuka; (10) peka terhadap pernyataan
siswa melalui perkataan dan perbuatan untuk memahami apa yang di rasakan siswa; (11) kesadaran
bahwa belajar bukan hanya sebatas siswa menguasai bahan pembeelajaran; dan (12) professional,
penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus (Masdudi, 2015:37).
Peran guru dalam tumbuh kembang siswa terhadap perkembangan penyesuaian diri sangatlah penting.
Guru hendaknya menjadi model dan figure sentral bagi siswa, mencerminkan nilai-nilai moral,
mampu mengarahkan siswa kepada perilaku yang bertanggungjawab serta disiplin dalam proses
belajar (Adiningtiyas, 2017), peran guru dalam bimbingan belajar sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Upaya guru terhadap implentasi bimbingan dan konseling dapat mempengaruhi
2 hal yaitu cara berfikir, dapat di artikan kemampuan siswa dalam mengelola pandangan pikiran untuk
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan, dengan demikian proses tersebut dapat di
hubungkan antara pengertian satu dengan yang lain dalam mencapai penyelesaian masalah yang di
hadapinya (Asrori, 2020:68–69). Kognitif, merupakan sebuah keyakinan yang di dapatkan dari hasil
pembelajaran secara empiris. Biasanya cara belajar dan prestasi yang baik dapat memberikan
pengetahuan mengenai norma-norma yang belaku di masyarakat(Mislia & Malik, 2020:56). Sehinnga
proses belajar sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial anak dalam mengembangkan penyesuaian
diri siswa.
Prayitno dan Amti (2004) yang di kutip oleh Sumardjono Padmomartono, menyatakan bahwa
bimbingan dan konseling yaitu upaya memenuhi kebutuhan siswa di sekolah terhadap
perkembangannya baik yang bersifat sementara maupun kebutuhan seumur hidup siswa secara
menyeluruh. Dalam perkembangan pribadi sosial siswa, ada 4 bidang kebutuhan mendasar dalam
proses perkembangannya yang meliputi di antaranya, yaitu : (1) bidang bimbingan pribadi; (2) bidang
bimbingan belajar; (3) bimbingan belajar; (4) bimbingan karier(Padmomartono & Setyorini, 2014, p.
31).
Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurisan (2008) menyatakan bidang layanan bimbingan konseling pribadi
sosial merupakan salah satu layanan yang di berlakukan agar siswa atau konseli dapat
mengembangkan diri pribadi kearah lebih baik. Perkembangan yang di harapkan di antaranya: (1)
ketaqwaan kepada Tuhan yang maha kuasa; (2) perolehan system nilai yang baik; (3) kemandirian
dalam mengelola emosi; (4) perkembangan keterampilan intelektual; (5) mampu menerima diri serta
dapat mengembangkan secara efektif. Selain itu di lain pihak juga bahwa layanan bimbingan dan
konseling pribadi sosial layanan yang di berikan kepada konseli atau individu sehingga dapat
mengembangkan di antaranya : (1) perilaku sosial yang penuh dengan rasa bertanggug jawab; (2)
mencapai hubungan yang matang terhadap teman sebaya di lingkungan hidupnya; (3) mempersiapkan
kehidupan sebelum pernikahan dan berkeluarga(Padmomartono & Setyorini, 2014).
Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan (2008) menyatakan tujuan yang ingin di capai dari proses
bimbingan konseling pribadi sosial yaitu:
1. Komitmen dalam mengamalkan nilai-nilai keagamaan, keimanan, dan ketaqwaan kepada tuhan
yang maha kuasa, baik dalam keadaan kehidupan pribadi, pergaulan dengan teman sebaya, keluarga,
ligkungan sekolah, lingkungan tempat kerja dan masyarakat secara umum.
2. Menghormati dan menghargai perbedaan terhadap kepercayaan ummat beragama serta memelihara
hak dan kewajiban masing-masing.
3. Memiliki pemahaman bahwa irama kehidupan dapat bersifat fluktuatif baik kehidupan yang
menyenangkan (anugerah) maupun yang tidak menyenangkan (bencana dan musibah), diharapakan
individu dapat mesespon hal tersebut secara positif dengan pemahaman agama yang di anut.
4. Mampu memahami dan menerima diri sendiri secara objektif dan konstuktif baik yang berkenaan
dengan keunggulan diri maupun kelemahan diri, di tinjau dari fisik maupun psikis individu.
5. Mampu bersikap positif terhadap diri pribadi dan orang lain.
6. Mampu memilih dan bertindak secara tepat
7. Respek terhadap orang lain, menghargai dan menghormati orang lain yang bersifat privasi, tidak
melecehkan dan merendahkan harga diri orang lain.
8. Bertanggung jawab dengan komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
9. Mampu berinteraksi dengan sosialnya (humanrelationship) melalui persahabatan, rasa
persaudaraan, dan membangun hubungan baik dengan sesama manusia.
10. Mampu menyelesaikan masalah secara efisien baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang
lain.
11. Mengambil keputusan secara efektif (Padmomartono & Setyorini, 2014).Perlu kita ketahui bahwa
faktor pendorong sebagai sebuah kolaborasi agar anak mampu menyesuaikan dirinya terhadap
lingkungan, di antaranya adalah Orang tua, sebagai model di dalam sebuah keluarga, peranan
lingkungan keluarga merupakan salah satu hal terpenting dalam tri pusat pendidikan anak (Syahroni,
2017). Lingkungan keluarga sebagai pilar utama untuk membentuk baik buruknya pribadi anak agar
berkembang dengan baik dalam beretika, moral dan akhlaknya (Hulukati, 2015).
Penanaman sikap dalam belajar ini di mulai ketika anak berada di lingkungan keluarga, pendidikan
berawal dari unit terkecil hingga ke unit terbesar (Setyawati, 2018), Anak di harapkan dapat tumbuh
dan berkembang menjadi pribadi yang sehat fisik, mental, sosial dan emosi (Irmilia et al., 2015).
Guru, keberadaan guru BK dalam membimbing siswa adalah upaya untuk mencapai perkembangan
yang optimal (Tohirin, 2007) seorang guru di harapkan dapat memberikan pemahaman mendasar baik
berupa moral (bersikap dan berperilaku) (Jannah & Supriatna, 2018), layanan konseling kelompok
dengan teknik modelling memiliki efektifitas dalam meningkatkan disiplin shalat (Nurdiana et al.,
2020), ilmu pengetahuan, serta pemahaman karakter seorang siswa, terutama untuk mempersiapkan
siswa agar mampu menghadapi berbagai macam dinamika perubahan yang berkembang secara pesat
(Wardati, 2019), Long Life education yang berarti bahwa pendidikan di butuhkan seumur hidup
(Wati, 2018). Masyarakat, masyarakat merupakan factor utama dalam penyesuaian diri siswa, sebagai
tempat berinteraksi dan bergaul.
Masyarakat pada umumnya mempunyai peranan terpenting dalam membentuk Karakter atau
kepribadian diri siswa, sebagai tugas terpenting bagi masyarakat adalah mengajarkan anak untuk
berperilaku baik, memberikan contoh bagaimana sikap toleransi (Kasman, 2013) dalam
bermasyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan menjadi wadah pendidikan siswa serta
memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan siswa. Seperti apa yang di inginkan oleh
Negara, bahwa Anak-anak akan menjadi penerus warga Negara dan warga masyarakat yang memiliki
kewajiban terhadap negaranya (Ramli, 2003).
2.2 Tujuan Pelayanan Pribadi - Sosial
Adapun tujuan dari adanya bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa ini
adalah agar:
1. Siswa memiliki pemahaman tentang berbagai nilai-nilai luhur yang dipegang dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Siswa memiliki motivasi dalam melakukan sesuatu kegiatan sehingga mampu menikmati apa yang
dilakukannya.
3. Siswa memiliki kematangan dan pengendalian emosional.
4. Siswa memiliki kemampuan untuk senantiasa berpikir positif dan memiliki kemampuan untuk tetap
optimis.
5. Siswa memiliki pemahaman diri dan sadar pada potensi diri sendiri baik kekurangan maupun
kelebihannya.
6. Siswa memiliki kesadaran berperilaku fleksibel untuk menyesuaikan diri baik dengan teman
maupun lingkungannya.
7. Siswa senang untuk menghadapi tantangan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
8. Siswa dapat mengatur diri sendiri secara enerjik dan memiliki kesehatan mental yang baik.
9. Siswa memiliki kemampuan untuk bertindak dalam menghadapi ketidakpastian atau risiko yang
mungkin terjadi.
10. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk memiliki rasa yang padu (koherensi) terhadap
berbagai bagian yang berbeda dalam kehidupan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Program bimbingan pribadi sosial Untuk peningkatkan kepercayaan diri Siswa adalah
program layanan Bimbingan pribadi sosial yang Terprogram dengan baik dengan
Mengembangkan berbagai aspek Kepercayaan diri seperti: memiliki Arah dan nilai-nilai yang
dipegang, Memiliki motivasi, memiliki emosi Yang stabil, berpikir positif, sadar diri,
Berperilaku fleksibel, menyenangiTantangan, enerjik dan memiliki Kesehatan mental yang
baik, siap Menghadapi risiko, dan memiliki Tujuan hidup yang jelas.

2. Program bimbingan pribadi sosial Terbukti efektif untuk meningkatkan Semua aspek
kepercayaan diri siswa. Perbedaan rata-rata setiap aspek Kepercayaan diri sebelum dan
Sesudah mendapatkan pelaksanaan Intervensi terbukti memiliki Perbedaan yang signifikan,
meskipun Besaran perbedaan setiap aspeknya Tidak sama. Perbedaan yang rata-rata Hasil
pretes dan postes relatif kecil Kecil adalah pada aspek memiliki Emosi yang stabil, berpikir
positif, Dan aspek siap menghadapi risiko.

3.2 Saran
1. Guru bimbingan dan konseling dapat Mengimplementasikan program Bimbingan pribadi
sosial untuk Peningkatan kepercayaan diri siswa. Untuk kelancaran dalam pelaksanaan
Program, guru BK perlu mendalami Berbagai aspek kepercayan diri Khususnya para siswa
MTs. Selain itu, Yang paling penting adalah guru Bimbingan dan konseling mampu
Memahami bagaimana cara Mengembangkan kemampuan siswa Agar lebih percaya diri.
Guru BK perlu Menguasai berbagai teknik dan metoda Pemberian layanan bimbingan agar
Pemberian layanan bimbingan dapat Menarik keinginan siswa untuk turut Aktif dalam
kegiatan layanan tersebut Dan muncul kepercayaan dirinya.

2. Bagi pihak sekolah, dalam rangka Pengembangan program sekolah, Terutama bidang
kesiswaan, untuk Mewujudkan sekolah yang mandiri, Unggul, dan berprestasi dapat
Memberikan dukungan dalam Melaksanakan program bimbingan Pribadi sosial untuk
meningkatkan Kepercayaan diri siswa. Program Layanan bimbingan ini seyogiyanya
Disosialisasikan kepada para guru atau Tenaga kependidikan yang lainnya Sehingga program
tersebut mendapat Dukungan dan bantuan dari semua Pihak. Supaya pelaksanaan program
Dapat berjalan efektif dukungan Fasilitas berupa ruangan, media, dan Alat bantu pun perlu
didukung Sehingga dapat menunjang Pelaksanaan program dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Dewi Astuti, Septy Sumaryani,Persepsi Bimbingan Pribadi Sosial dan
Sikap Sosial dengan Kepercayaan Diri. Bimbingan dan Konseling, IKIP PGRI
Wates Yogyakarta, Indonesia. Agustus – 2020
Tohir Dani, Journal of Regional Public Administration, Program Bimbingan
Pribadi Sosial untuk Peningkatan Kepercayaan diri siswa. 1. (1) 83 – 90, 2016

Anda mungkin juga menyukai