Dosen Pengampu:
Dr. Atot Sugiri, M. Pd. I
Oleh:
Daniah Saepudin
NIM: 60403100320008
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pribadi – sosial
2.2 Tujuan Pelayanan pada Diri Pribadi dan Sosial
2.3 Ragam Masalah pada Diri - Sosial
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah serantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
pribadi untuk mata kuliah Bimbingan dan Konseling, dengan judul: “Bimbingan Pribadi – sosial
(Definisi, Tujuan, dan Ragam Masalah Pada Pribadi – Sosial)”.
Penuliz menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makakah ini jauh dari pengetahuan yang sempurna namun terbatasnya pengalaman
dan yang penulis alami. karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat membantu penulis untuk mengembangkan
bakat dalam menulis, meneliti, dan menelaah kembali atas saran yang rekan-rekan berikan. Dan
penulisan makalah ini dibuat untuk menyusun tugas mata kuliah Bkmbingan Konseljng dengan Dosen
Pengampu : Bapak. Dr. Atot Sugiri, M. Pd. I.
Penulis,
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan adanya
manusia lain terkait kebutuhannya baik dalam bentuk jasa maupun yang bersifat material. Kebutuhan
manusia akan mudah terpenuhi dari orang lain apabila terjalin suatu hubungan yang baik antar sesama
manusia yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya,
memerlukan hubungan sosial yang ramah dengan cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
Manusia selalu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Manusia ingin bergabung dengan
orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan ingin mencintai dan dicintai (Rakhmat, 2005:
14). Keadaan seperti itu dirasakan oleh setiap orang dalam kehidupannya termasuk para remaja.
Sejatinya manusia sebagai mahkluk individu dan makhluk sosial yang bertingkah laku saling
mempengaruhi sehingga menimbulkan sikap sosial tertentu. Sikap sosial tersebut akan berpengaruh
terhadap pola interaksi tingkah laku setiap individu dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kemampuan sikap sosial seseorang menyebabkan terjadinya cara-cara dalam bertingkah laku yang
dinyatakan secara berulang terhadap suatu objek sosial dan biasanya sikap sosial tersebut tidak hanya
dinyatakan oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat
(Gerungan, 2010). Sikap sosial dapat dilihat sebagai suatu sikap yang berkaitan dengan kondisi sosial.
Sikap sosial memiliki kecenderungan untuk mengevaluasi hal-hal sosial dengan cara tertentu yang
ditandai dengan kepercayaan diri positif dan negatif (Setiawan & Suardiman, 2018).
Sikap sosial yang positif akan membantu individu dalam perkembangan kepribadiannya dan
membantu membentuk pribadi individu menjadi insan yang baik untuk dirinya dan orang di
sekitarnya. Individu yang memiliki sikap sosial positif, maka masyarakat akan menilai diri individu
tersebut juga positif. Namun jika individu memiliki sikap sosial yang negatif baik terhadap diri sendiri
ataupun dengan orang lain, maka kepribadian yang terbentuk pada diri individu tersebut akan negatif
dan penilaian orang lain terhadap individu tersebut akan negatif juga.Sikap sosial yang positif tersebut
dapat ditunjukkan dengan perilaku individu terhadap orang lain, seperti cara bersikap atau bertingkah
laku yang baik terhadap orang lain dan cara berbicara yang baik dan sopan terhadap orang lain
khususnya kepada orang yang lebih tua.
Peneliti masih menjumpai siswa-siswa yang bertingkah laku dan berbicara kurang sopan, baik
dengaKarena itu tidak aneh bila dikatakan masa remaja adalah masa yang paling penting, yaitu tahap
pencarian jati diri, remaja mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan
bahwa dirinya adalah individu yang unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di masyarakat,
baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun bersifat memperbarui. Tetapi karena peralihan
yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap
perubahan sosial dan historis di pihak lain, maka akan mengalami krisis identitas. Bila krisis ini tidak
segera diatasi, maka remaja akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas, yang dapat
menyebabkan anak merasa terisolir, minder atau kurang percaya diri, cemas, hampa dan bimbang,
serta kurang memiliki keyakinan akan kemampuan diri.
Dalam ruang lingkup sekolah cara siswa berinteraksi dengan teman sangat beraneka ragam. Ada yang
memiliki keterampilan berinteraksi dengan baik dan ada pula yang tidak. Siswa yang mempunyai
keterampilan berinteraksi yang baik, akan memiliki banyak teman dan diterima dalam lingkungannya.
Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki keterampilan berinteraksi, akan terisolasi, merasa minder dan
tidak percaya diri. Seperti yang dikemukakan oleh Sustisna (2010: 3) bahwa tanpa adanya rasa
percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa anak (siswa), pesismisme dan rasa rendah diri
akan dapat menguasainya dengan mudah. Fenomena-fenomena di atas tentunya sangat berkaitan erat
dengan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling pada hakekatnya adalah bantuan dalam rangka memfasilitasi siswa agar
mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal dan memandirikan. Salah satu bentuk bimbingan
yang dapat diberikan untuk membantu siswa yang berkaitan dengan upaya Peningkatan kepercayaan
dirinya ialah bimbingan pribadi sosial, karena bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk
membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi dan sosial. Individu yang percaya
diri memiliki keyakinan dalam mengembangkan kemampuannya tanpa membanding-bandingkan
dirinya dengan orang lain (Mulkiyan, 2017). Individu yang berada pada tingkat kepercayaan diri
tinggi, akan mampu menerapkan pikiran positif dalam dirinya untuk dapat mengelola semua
kebutuhan hidupnya (Pratiwi & Laksmiwati, 2016). Sebaliknya individu yang memiliki kepercayaan
diri yang rendah, cenderung pesimis dalam menjalani sesuatu, mereka cenderung mudah menyerah
sebelum bertindak (Ghufron & Risnawati, 2014).
Oleh karena itu kepercayaan diri ini perlu dibentuk dalam diri setiap siswa. Siswa yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi diharapkan mampu bersikap atau berperilaku positif dengan orang-orang
di sekitarnya. Adanya sikap percaya diri dalam diri siswa dapat membantu siswa dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, karena individu dengan kepercayaan diri tinggi umumnya lebih mudah
terlibat secara pribadi dengan orang lain dan lebih berhasil dalam hubungan interpersonal
(Purnamaningsih, 2003). Siswa tersebut dapat bersosialisasi dengan teman, bersosialisasi dengan guru
atau karyawan sekolah, dan ketika dalam proses belajar.
1. Program bimbingan pribadi sosial Untuk peningkatkan kepercayaan diri Siswa adalah
program layanan Bimbingan pribadi sosial yang Terprogram dengan baik dengan
Mengembangkan berbagai aspek Kepercayaan diri seperti: memiliki Arah dan nilai-nilai yang
dipegang, Memiliki motivasi, memiliki emosi Yang stabil, berpikir positif, sadar diri,
Berperilaku fleksibel, menyenangiTantangan, enerjik dan memiliki Kesehatan mental yang
baik, siap Menghadapi risiko, dan memiliki Tujuan hidup yang jelas.
2. Program bimbingan pribadi sosial Terbukti efektif untuk meningkatkan Semua aspek
kepercayaan diri siswa. Perbedaan rata-rata setiap aspek Kepercayaan diri sebelum dan
Sesudah mendapatkan pelaksanaan Intervensi terbukti memiliki Perbedaan yang signifikan,
meskipun Besaran perbedaan setiap aspeknya Tidak sama. Perbedaan yang rata-rata Hasil
pretes dan postes relatif kecil Kecil adalah pada aspek memiliki Emosi yang stabil, berpikir
positif, Dan aspek siap menghadapi risiko.
3.2 Saran
1. Guru bimbingan dan konseling dapat Mengimplementasikan program Bimbingan pribadi
sosial untuk Peningkatan kepercayaan diri siswa. Untuk kelancaran dalam pelaksanaan
Program, guru BK perlu mendalami Berbagai aspek kepercayan diri Khususnya para siswa
MTs. Selain itu, Yang paling penting adalah guru Bimbingan dan konseling mampu
Memahami bagaimana cara Mengembangkan kemampuan siswa Agar lebih percaya diri.
Guru BK perlu Menguasai berbagai teknik dan metoda Pemberian layanan bimbingan agar
Pemberian layanan bimbingan dapat Menarik keinginan siswa untuk turut Aktif dalam
kegiatan layanan tersebut Dan muncul kepercayaan dirinya.
2. Bagi pihak sekolah, dalam rangka Pengembangan program sekolah, Terutama bidang
kesiswaan, untuk Mewujudkan sekolah yang mandiri, Unggul, dan berprestasi dapat
Memberikan dukungan dalam Melaksanakan program bimbingan Pribadi sosial untuk
meningkatkan Kepercayaan diri siswa. Program Layanan bimbingan ini seyogiyanya
Disosialisasikan kepada para guru atau Tenaga kependidikan yang lainnya Sehingga program
tersebut mendapat Dukungan dan bantuan dari semua Pihak. Supaya pelaksanaan program
Dapat berjalan efektif dukungan Fasilitas berupa ruangan, media, dan Alat bantu pun perlu
didukung Sehingga dapat menunjang Pelaksanaan program dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Dewi Astuti, Septy Sumaryani,Persepsi Bimbingan Pribadi Sosial dan
Sikap Sosial dengan Kepercayaan Diri. Bimbingan dan Konseling, IKIP PGRI
Wates Yogyakarta, Indonesia. Agustus – 2020
Tohir Dani, Journal of Regional Public Administration, Program Bimbingan
Pribadi Sosial untuk Peningkatan Kepercayaan diri siswa. 1. (1) 83 – 90, 2016