Anda di halaman 1dari 12

UAS

KEWIRAUSAHAAN
“JAGUNG TITI RASA COKLAT DAN KEJU”

1. Krisanti A. Niga (1801060017)


2. Sarita A. Bulu (1801060005)
3. Maria S. Ali (1801060029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2021
BAB I

MENYUSUN PERENCANAAN PROYEK BISNIS USAHA BARU

1.1. Riset Bisnis Barang Atau Jasa Yang Berkaitan Dengan Kimia
Bisnis yang kami rencanakan adalah dengan mengembangkan produk makanan
lokal masyarakat Lembata, yaitu jagung titi. Jagung titi sendiri memiliki kandungan gizi
per 100 gram yaitu, karbihidrat 79,1 gram, protein 9,4 gram, serat 0,8 gram, fosfor 142
miligram, energi 374 kalori, besi 2,9 miligram, kalsium 14 miligram dan lemak 2,2 gram.
Jagung titi sendiri diolah dengan cara disangrai lalu dititi menggunakan batu.
Koloid merupakan jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya
dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang dicampurkan. Fase terdispersi adalah zat yang
mengalami penyebaran secara merata dalam suatu zat lain, sedangkan zat yang
menyebabkan terjadinya penyebaran secara merata disebut medium pendispersi. Contoh
sistem koloid lainnya yang bisa kita temui di kehidupan sehari-hari antara lain ada
mayones, keju, jelly, cat, kosmetik, dan obat-obatan. Pada koloid, fase terdispersi dan
medium pendispersi bisa berwujud padat, cair, dan gas. Oleh karena itu, berdasarkan
perbedaan antara fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid dibagi
menjadi 8, yaitu bisa lihat di tabel berikut.

1.1.1. Sol Padat


Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang
padat juga. Sol padat ini terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga
menghasilkan padatan yang kokoh dan keras. Contohnya, batuan ruby (batuan
permata). Batuan ruby ini merupakan padatan kromium (Cr) yang tersebar dalam
padatan aluminium oksida. Sehingga, dari sini bisa kelihatan ya, kalau padatan
kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium oksida (AI2O3)
sebagai medium pendispersi.
1.1.2. Sol
Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak
mudah berubah sifatnya. Jadi, bedanya sol dengan sol padat itu terletak di medium
pendispersinya, ya. Kalau sol padat mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya
cair. Contohnya, cat tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di
antaranya kalsium karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase
terdispersi) inilah yang mengalami penyebaran dalam medium cair (medium
pendispersi) yang berupa air (H2O).
1.1.3. Aerosol Padat
Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas.
Contohnya, asap kendaraan. Asap kendaraan mengandung padatan berupa timbal,
karbon, karbon monoksida, dan lain sebagainya yang merupakan hasil pembakaran
tidak sempurna dari mesin. Makanya, ketika kamu melewati kendaraan bermotor yang
mengeluarkan asap, kadang kamu akan merasakan kelilipan karena adanya padatan
(fase terdispersi) di dalam asap (medium pendispersi).
1.1.4. Aerosol
Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi
berupa gas. Jadi, bedanya aerosol dengan aerosol padat terletak pada fase
terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal ini karena zat penyusunnya yang
mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara lingkungan. Contohnya, parfum.
Saat parfum disemprotkan di udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di
udara yang wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.
1.1.5. Emulsi Padat
Selanjutnya, ada emulsi padat yang memiliki fase terdispersi berupa cairan
dalam medium pendispersi padat. Contohnya, agar-agar. Agar-agar terbuat dari air
(fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium pendispersi). Pada
saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari agar-agar akan bergerak bebas.
Saat proses pendinginan, serat tersebut akan saling merapat dan memadat. Jadi, pada
agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel agar-agar.
1.1.6. Emulsi
Selanjutnya, kalau fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan,
maka disebutnya emulsi. Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran
senyawa yang berbeda, sehingga tidak saling bercampur. Contohnya, susu. Emulsi
pada campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar
dalam partikel-partikel susu. Karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran
yang beda, maka kedua zat ini ga bisa bercampur dengan sempurna, sehingga susu itu
termasuk koloid, bukan larutan.
1.1.7. Buih Padat
Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi
padatan, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam padatan. Contohnya,
spons. Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah padatan, tapi ketika dipencet ternyata
isinya udara. Itu tandanya, partikel-partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium
padat.
1.1.8. Buih
Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Bedanya dengan buih padat, kalau buih
memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut
juga gas yang terdispersi di dalam cairan. Contohnya, buih sabun karena adanya udara
(fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi). Hal ini
terjadi karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk jaring atau lapisan
yang dapat menjebak udara, sehingga membentuk gelembung-gelembung bening
berisi udara.
1.2. Alasan Memilih Bisnis
Alasan kami memilih bisnis ini dikarenakan kurang eksistensinya makanan
tradisional di kalangan masyarakat luas. Dan juga kami melihat adanya potensi
menggenbangkan makanan tradisional ini dengan memberian sedikit sentuhan
moderen pada makanan tradisional ini. Dan juga kami ingin menerapkan materi kimia
dalam setiap bidang kehidupan.
Alasan selanjutnya adalah bahan utama dari produk kami ini sendiri
merupakan salahsatu pangan di lahan kering kkepulauan NTT dan tentunya banyak
dijumpai dimasayarakat. Ketersediaaan bahan pokok inilah yang mendorong kami
untuk membuat sesuatu yang baru dengan menggabungkan buadaya tradisional dan
juga moderen.
1.3. Rencana Produk Yang Dihasilkan
Rencana produk yang akan kami hasilkan yaitu dengan mencampurkan
makanan lokal masyarakt NTT dengan coklat dan juga keju. Dimana kami membuat
jagung titi rasa coklat dna juga keju.
1.4. Rencana Awal Memulai Proyek Bisnis
Rencana awal kami adalah dengan mendatangkan bahan utamanya yaitu
jagung titi yang didatangkan dari Lembata. Kami memesannya sudah dari bulan
Oktober 2021. Untuk pengirimannya menggunaan jasa kapal laut. Sedangkan untuk
coklat dan kejunya kami memebelinya di minimarket terdekat.
1.5. Sasaran Konsumen Dan Prospek Produk Di Pasaran
Sasaran konsumen yang kami targetkan adalah anak kos, dikarenakan
harganya terjangkau dan juga bisa dijadikan cemilan untuk anak kos.
BAB II
MELAKSANAKAN RANCANGAN PROYEK BISNIS DAN
MENGHASILAKAN PRODUK

2. 1. Prosedur Pelaksanaan Rancangan Proyek Bisnis

2.1.1. Persiapan Alat Dan Bahan

2.1.1.1. Bahan

 Jagung titi

 Minyak goreng

 Coklat
 Keju

 Susu

2.1.1.2. Alat

 Kompor
 Kuali
 Senduk goreng
 Baskom
 Wadah kecil
2.1.2. Proses Pengerjaan

 Jagung titi yang sudah disediakan disangrai tanpa minyak, hal ini agar jagung titi
menjadi lebih garing dan wangi.

 setelah itu untuk jagung titi rasa coklat, cokelat padatnya dilelehkan menggunakan air
panas. Dan untuk jagung titi rasa keju, keju batangnya diparut menjadi halus atau juga
bisa dilelehkan

 setelah itu, cokelat dan keju yang sudah cair dicampurkan dengan jagung titi sampai
merata.

 setelah itu ditambahkan susu putih bubuk, kemudian dicampur lagi hingga merata.
 setelah itu jagung titi boleh didinginkan untuk mendapatkan rasa yang lebih enak

2. 2.Produk Yang Dihasilkan

2. 3. Kendala Yang Dialami Dan Solusi Yang Dijalankan


Kendala yang dialami saat proses pembuatan adalah tidak adanya parutan keju,
sehingga keju yang digunakan adalah keju cair dan juga ditambahkan dengan sedikit
topping keju diganti dengan topping susu cair indomilk.
BAB III
MELAKSANAKAN PEMASARAN PRODUK

3.1. Manajemen Pemasaran Produk


Kami melakukan pembutan dan penjualan produk pada bulan November 2021.
Dengan rincinya kami melakukan pemasaran selama 4 minggu.
 Minggu, 07 November 2021
Minggu pertama tanggal 7 November 2021, kami membuat jagung titi dengan
rasa coklat dan keju. Pada awalnya kami mencoba menjual dengan harga per mika
Rp.10.000 dengan rincian masing masing 3 mika, sehingga pada minggu pertama
kami menjual 6 mika.

 Minggu, 14 November 2021


Minggu kedua tanggal 14 November 2021, kami membuat jagung titi dengan
rasa colat saja dikarenakan minat pembeli yang lebih menyukai jagung titi rasa coklat
sehingga, kami memutusan untuk menjual jagung titi degan rasa coklat saja. Pada
minggu ini kami menjual 6 mika lagi jagung titi rasa coklat.
 Minggu, 21 November 2021
Mingggu ketiga ini tanggal 21 November 2021, kami membuat kembali
jagung titi dengan rasa coklat. Untuk sekarang kami menambahkan toping susun
indomilk cair diatasnya. Pada minggu ini kami menjual 6 mika.

 Minggu, 29 November 2021


Minggu keempat tanggal 29 November 2021, kami membuat kembali jagung
titi dengan rasa coklat. Pada minggu ini kami kembali menjual 6 mika.

3.2. Manajemen Keuangan


3.2.1. Modal usaha

Nama Barang Jumlah Harga Per Satuan Total Harga


Jagung titi 1 kantong 50.000 50.000
Coklat 1 batang 25.000 25.000
Keju 1 batang 10.000 10.000
Susu dancow 4 bungkus 3.000 12.000
Minyak tanah 2 liter 5.000 10.000
Susu indomilk cair 1 kaleng 12.000 12.000
Total Harga 117.000

3.2.2. Keuntungan
Hari/tanggal Jumlah terjual (mika) Harga satuan Total terjual
7 November 2021 6 10.000 60.000
14 November 2021 6 10.000 60.000
21 November 2021 6 10.000 60.000
29 November 2021 6 10.000 60.000
Jumlah Total 24 240.000
Keuntungan = hasil yang diperolah – modal
Keuntungan = 240.000 – 117.000
Keuntungan = 123.000
3.3. Kendala Yang Dialami Dan Solusi Yang Dijalankan
Kendala yang kami alami selama proses penjualan produk adalah minat
pembeli untuk produk jagung titi rasa keju lebih rendah dari pada peminta jagung titi
rasa coklat. Sehingga solusi yang dilakukan yaitu tetap melaksanakan kegiatan
pemasaran namun menggubah fokus produknya menjadi jagung titi rasa coklat saja.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan
Minat masyarakat terhadap suatu produ dapat meningkat jika kita melaukan
inovasi atau sebuah reativitas terhadap produk yang akan kita jual. Minat dari konsumen
juga merupakan hal yang penting dalam sebuah usaha. Dalam usaha yang kami lakukan
adalah dengan mengembangkan produk lokal dengan sentuhan moderen sehingga para
peminat lebih tertarik yaitu dengan membuat jagung titi rasa coklat. Modal yang ami
pakai yaitu sebesar Rp.117.000, dengan keuntungan yang kami perolah dari penjualan
selama 4 minggu yaitu Rp. 240.000.
4.2. Rekomendasi
Untuk kedepannya jika ingin membuat usaha dengan produk yang sama mungkin
bisa dikembangkan lagi untuk varian rasanya. Bisa dibuat rasa original, pedas, balado
dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai