Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahasa merupakan alat komunikasi yang bertujuan untuk saling tukar menukar
informasi. Bahasa meiliki ragam, yang biasa disebut ragam bahasa. Ragam bahasa adalah
varian dari bahasa menurut pemakaiannya. Dalam berbahasa terdapat tata cara dan aturan.
Namun, tidak semua orang menggunakan tata cara dan aturan yang benar. Salah satunya
penggunaan bahasa antara penjual dan pembeli di Pasar Tradisional Jati.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Bagaimana penggunaan kalimat yang benar menurut EYD Bahasa Indonesia?
1.2.2 Bagaimana penggunaan ragam bahasa Indonesia?
1.2.3 Bagaimana penggunaaan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.?
1.2.4 Bagaimana penggunaan kalimat efektif menurut EYD Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui penggunaan ejaan bahasa yang benar.
1.3.2 Mengetahui penggunaan kalimat yang benar.
1.3.3 Mengetahui penggunaan kalimat baku dan tidak baku.
1.3.4 Mengetahui penggunaaan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
1.3.5 Mengetahui penggunaan kalimat efektif.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan adalah aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakanhuruf, kata,
dan tanda baca. Ejaan Bahasa Indonesia sudah beberapa kalimengalami penyempurnaan.
Salah satunya adalah ejaan yang disempurnakan(EYD). Ejaan yang disempurnakan
(EYD) merupakan ejaan bahasa Indonesiayang berlaku tahun 1972 sampai 2015.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta
oenyempurnaan dari EjaanSuwardi. Selanjutnya EYD digantikan oeleh Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) sejaktahun 2015. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Ejaan Bahasa
Indonesia(EBI) memiliki perbedaan, yaitu :
2.1.1 Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf dingtong hanyatiga yaitu ai,
au, oi sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satuyaitu ei.
2.1.2 Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga,
yaitumenuliskan judul buku dan bab, mengkhususkan huruf serta menulislema
dalam kamus. Dalam EBI, fungsi kitga dihapus.

2.2 Pilihan Kata


Pilihan kata atau diksi merupakan pemilihan kata-kata yang hendak kitasampaikan.
Fungsi dari pemilihan kata yaitu :
2.2.1 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadilebbih
faham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
2.2.2 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif
2.2.3 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal.
2.2.4 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapatmenyenangkan
pendengar atau pun pembacanya.

2.3 Ragam Bahasa Indonesia


Menurut Bachman, Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Pada umumnya, pemakaian bahasa Indonesia digolongkan menjadi dua jenis yaitu
baku dan tidak baku. Seperti halnya ketika kita berada dalam situasi resmi maka kita akan
menggunakan bahasa baku. Sedangkan, apabila di tengah pasar atau di rumah sendiri
maka kita tidak harus menggunakan bahasa baku.
Namun, penggolongan di atas tidak dapat mewakili dari keseluruhan bahasa. Seperti
contoh apabila ditinjau dari media atau sarananya, ragam bahasa terdiri dari :
- .Ragam bahasa lisan.
- Ragam bahasa tulisan
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan
fonem sebagai unsur. Sedangkan, ragam bahasa tulisan merupakan bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan tulisan atau rangkaian huruf sebagai unsurnya.

2.3.1 Fungsi Ragam Bahasa


Adapun ragam bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional.
Fungsi-fungsi tersebut adalah :
2.3.1.1 Menyatukan berbagai bahasa di Indonesia.
2.3.1.2 Simbol kebanggaan nasional.
2.3.1.3 Simbol identitas bangsa.
2.3.1.4 Pemersatu antar kelompok atau etnis.
2.3.1.5 Alat pemersatu adat dan budaya antar daerah.
Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa negara. Fungsi
dari bahasa negara adalah :
2.3.1.6 Bahasa resmi negara.
2.3.1.7 Bahasa pengantar pendidikan.
2.3.1.8 Alat komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan.
2.3.1.9 Alat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3.2 Jenis dan Ciri Ragam Bahasa


Seperti yang telah kita ketahui, bahasa Indonesia memiliki beragam jenis.
Macam-macam ragam bahasa dapat dibedakan karena berbagai faktor. Berikut
merupakan macam-macam dari ragam bahasa :

2.3.2.1 Ragam Bahasa Berdasarkan Media


Dilihat dari media atau sarananya, bahasa Indonesia dibedakan
menjadi dua yaitu ragam lisan dan tulisan.
2.3.2.1.1 Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui
alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Ciri-ciri dari
ragam lisan adalah :
 Memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi serta bahasa tubuh.
 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
2.3.2.1.2 Ragam Tulis
Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan
menggunakan tulisan atau rangkaian huruf sebagai unsurnya.
Ciri-ciri dari ragam bahasa tulisan yaitu :
 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
 Harus memperhatikan unsur gramatikal;
 Berlangsung lambat;
 Selalu memakai alat bantu;
 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka,
hanya terbantu dengan tanda baca.

2.3.2.2 Ragam Bahasa berdasarkan Standar


Selain digolongkan dari media, terdapat penggolongan ragam bahasa
berdasarkan standar atau kebakuan bahasa. Pembedaan antara ragam
standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
 Topik yang sedang dibahas,
 Hubungan antarpembicara,
 Medium yang digunakan,
 Lingkungan, atau
 Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan


nonstandard adalah sebagai berikut:

 Penggunaan kata sapaan dan kata ganti.


 Imbuhan.
 Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
 Penggunaan fungsi yang lengkap.

2.3.3 Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan Cara Pandang Penutur


Apabila dilihat dari cara pandang penutur atau pembicaranya, ragam bahasa
Indonesia dibedakan menjadi:
2.3.3.1 Ragam Dialek
2.3.3.2 Ragam Terpelajar
2.3.3.3 Ragam Resmi
2.3.3.4 Ragam Tak Resmi

2.3.4 Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan Topik Pembicaraan


Terdapat berbagai ragam bahasa yang digunakan dilihat dari topik
pembicaraannya. Topik yang dimaksud adalah hukum, bisnis, agama, sosial,
sains dan lainnya.
Salah satu ciri dari ragam tersebut adalah ragam ilmiah memiliki beberapa
karakteristik seperti :
 Bahasa Indonesia ragam baku;
 Penggunaan kalimat efektif;
 Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
 Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
 Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi
tulisan;
 Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.
2.4 Tata Bentuk Kata
Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata
terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat
membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki “cara tersendiri”
dalam mendefisikan “kata”. Pertama, pengertian kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat di gunakan dalam berbahasa. Pengertian kata juga sebanding dengan
pengertian ujar atau bicara.
Dalam pengunaan sebuah kalimat pasti di dalam nya terdapat untur unsur kata yang di
pergunakan dalam menyampaikan atau memberikan suatu pendapat ataupun informasi.
Jenis jenis katapun memiliki banyak jenis yang dapat di bedakan sebagai berikut :
2.4.1 Kata kerja (verba) 
Kata kerja sendiri di bagi menjadi bebrapa jenis seperti di bawah ini :
- Kata kerja bentuk dasar : kata yang menyatakan makna perbuatan,tindakan
pekerjaan atau keadaan. Contoh : makan, minum pergi lari dan singgah
- Kata kerja bentuk turunan: contoh lari lari makan makan, sorak sorai
- Kata kerja bentuk pemajemukan contoh : membagi rata, memukul mundur
- Kata kerja bentuk pengimbuhan contoh : membaca, bernyanyi, dihadiri.
2.4.2 Kata benda (nomina)
Kata benda sendiri di bagi menjadi dua yaitu kata benda konkret dan abstrak, kata
benda dasar dan turunan. Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia
binatang, benda dan konsep atau pengertian.
- Kata benda konkret adalah nama benda yang dapat di tangkapdengan panca
indra contoh: hasan,bandung, musi ,galunggung
-  Kata benda abstrak adlah nama nama benda yang tidak dapat di
tangkapdengan panca indra.contoh,kebahagian ,pembelian dan penghijauan
- Kata benda bentuk dasar dan turunan. Contoh Kata kata bentuk dasar :
gambar pisau bawang,. 
- Kata benda bentuk turunan contoh : kendaraan , perumahan , hadirin
2.4.3 Kata ganti (pronomina)
Kata ganti (pronomina adalah kata yang menggantikan kata benda atau kata yang
di bendakan.
- Kata ganti orang . contoh : pertama, : sya aku dan daku,kami ,kita. kedua:
engkau kamu anda kalian , kamu sekalian,
- Kata ganti petunjuk ,: petunjuk umum= ini itu. Petunjuk tempat= sini
sana.petunjuk ikhwal =begini,begitu, petunjuk tak tentu = sesuatu seseorang
- Kata ganti tanya : siapa, apa, mana, mengapa,

B. BENTUK KATA DALAM B. INDONESIA


A.     Kata Dasar
Yaitu Kata yang belum mempunyai imbuhan. Contohnya, bagi, pilih, benar, salah, dsb.
B.     Kata Turunan
adalah Kata dasar yang sudah memiliki imbuhan. Contoh, satu => bersatu, disatukan.
C.     Kata Majemuk
adalah Dua kata yang memiliki arti berbeda, tetapi memiliki makna yang sama ketika
disatukan. Contoh, Sapu-tangan => Sapu tangan, kaca-mata => kacamata.
D.     Kata Ulang
a.       Kata Ulang Dasar adalah kata ulang yang menggunakan kata dasar. Contohnya, Sama-
sama, anak-anak, hati-hati, dsb.
b.      Kata Ulang Imbuhan adalah kata ulang dasar yang sudah menggunakan imbuhan depan
ataupun belakang. Contohnya, bersama-sama, berjalan-jalan, bermacam-macam, dsb.
c.       Kata Ulang Seluruh adalah kata ulang berubah bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal
maupun bunyi konsonan. Contohnya, bolak-balik, gerak-gerik, kelap-kelip, dsb.
E.      Kata Denotatif adalah Maknanya bersifat umum dan secara langsung menunjukan makna
yang sebenarnya (lugas).
F.      Kata Konotatif adalah Bukan makna sebenarnya, menggunakan kiasan. Contohnya,
panjang tangan, bunga desa, dsb.
G.     Kata Kerja
adalah Kata yang menyatukan perbuatan atau tindakan, proses keadaan yang bukan
merupakan sifat. Macam-macam kata verba adalah
1.      Verba Dasar (Bebas). Verba dasar adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.
Contohnya adalah Mereka sedang duduk, Dia sedang mandi, Dia baru saja tidur.
2.      Verba Turunan. Verba turunan adalah verba yang mengalami proses morfologi ataupun
gramatikalisasi. Verba turunan terdiri dari verba berafiks, verba bereduplikasi, verba
berkonyugasi, verba berkomposisi.
3.      Verba Intransitif. Verba Intransitif adalah verba yang tidak membutuhkan objek.
Contohnya, mereka tidak berbicara, mereka tidak pulang, dsb.
4.      Verba Transitif. Verba Transitif adalah verba yang membutuhkan objek. Verba transitif
terdiri dari verba monotransitif, verba dwitransitif, dan verba ditransitif. Contoh verba
monotransitif, dia menulis surat, dia membaca puisi, dia gemar bermain game. Contoh verba
dwitransitif, ibu memberi adik kue, dia mengirimi saya sepucuk surat. Contoh verba
ditransitif, dia tidak tidur semalam suntuk, dia duduk didepan rumahnya.
5.      Verba Aktif. Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau
penanggap. Umumnya verba aktif berprefiks men-, ber-, atau tanpan prefiks. Contohnya, ibu
sedang menasehati kami, kakan membuatkan adik kue.
6.      Verba Pasif. Verba Pasif adalah verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran,
atau hasil. Verba Pasif umumnya ditandai dengan prefiks-di. Contohnya, dia dipukul ayahnya
karena nakal, kemarin dia kehujanan ketika pulang dari rumah pamannya.
7.      Verba Antiaktif. Verba Antiaktif adalah verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba
aktif, dan subjeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita, mengalami).
Contohnya, Amin kena pukul ibunya, saya kena marah tadi.
8.      Verba Antipasif. Verba Antipasif adalah verba yang tidak dapat diubah menjadi verba
pasif. Contohnya, dia benci akan ketidak adilan, anak itu haus akan kasih sayang orang
tuanya.
9.      Verba Resiprokal. Verba Resiprokal adalah verba yang menyatakan perbuatan yang
dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan.
Contohnya, mereka saling berpegangan tangan, mereka saling memukul.
10.  Verba Nonresiprokal. Verba Nonresiprokal adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan
yang dilakukan oleh dua pihak dan saling berbalasan. Contohnya, ibu itu sedang mencari
anaknya yang hilang, dia berlari kencang karena dikejar anjing.
11.  Verba Reflektif. Verba Reflektif adalah verba yang kedua argumennya mempunyai referen
yang sama. Verba reflektif mempunyai dua bentuk, yaitu yang berprefiks ber-, dan yang
nominanya berpadu dengan prefiks tersebut, dan yang berprefiks men-, bersufik-kan, -an,
berobjek diri. Contohnya, dia sedang berjemur di pantai, dia sedang berdandan.
12.  Verba Nonreflektif. Verba Nonreflektif adalah verba yang kedua argumennya mempunyai
referen yang berlainan, verba nonreflektif dapat dibedakan atas verba kopulatif dan verba
ekuatif.
13.  Verba Kopulatif. Verba Kopulatif adalah verba yang mempunyai potensi untuk ditinggalkan
tanpa mengubah konstruksi predikatif yang bersangkutan. Contohnya, dia merupakan sosok
pemimpin yang bertanggung jawab,dia adalah putri ketiga pak Budi.
14.  Verba Ekuatif. Verba Ekuatif adalah verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Dan masih banyak lagi verba lainnya.

H.     Kalimat Induktif adalah paragraf yang di awali dengan menjelaskan masalah di akhiri
kesimpulan. Contoh paragraf Induktif :
Setiap hari Abo selalu pulang malam sekitar jam 20.00. Sangat tak masuk akal jika seorang
pelajar pulang malam. Diapun tak pernah belajar. Hidupnya selalu dipenuhi dengan
gemerlapnya dunia malam. Tak ada kata susah di dalam pikirannya. Maka dari itu sangat
wajar sekali jika Abo tidak naik kelas.

I.        Kalimat Deduktif
adalah paragraf yang diawali dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama
yang bersifat umum kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus. Contoh
paragraf Deduktif :
Emas merupakan produk investasi yang diyakini dapat menangkal inflasi. Sejarah
membuktikan bahwa emas hampir selalu akan diborong orang apabila terjadi kepanikan
yang dapat membahayakan ekonomi negara (inflasi tinggi, krisis keuangan, ataupun
perang). Seperti pada saat terjadi perang teluk, harga emas dunia, batangan logam mulia
langsung terdongkrak seiring kenaikan harga minyak mentah dunia.
J.       Kalimat Transitif adalah kalimat yang memerlukan objek.
Contohnya, saya menulis buku, saya makan nasi goreng dan sebagainya.
K.    Kalimat Intransitif adalah kalimat yang tidak memerlukan objek.
Contohnya, saya makan di kantin, saya duduk di depan kelas dan sebagainya.
L.      Kata Nominal
adalah kata yang mengacu pada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Macam-macam
kata nomina :
         Nomina bernyawa
         Nomina tidak bernyawa
         Nomina terbilang (bisa dihitung)
         Nomina tak terbilang (tidak bisa dihitung)
         Nomina kolektif (gabungan)
         Nomina ukuran
M.   Makna Idiomatik adalah kata kiasan.
N.    Kata Adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, dan tabiat,
orang/binatang/benda. Macam-macam kata sifat :
         Adjektiva dasar : adil, bangga, cemas, dan lain-lain.
         Adjektiva turunan : kegalauan, kecemasan, dan lain-lain.
         Adjektiva berafiks
         Adjektiva bereduplikasi : cantik-cantik, ganteng-ganteng, dan lain-lain.
         Adjektiva berafiks i, wi, ah. I : abadi, wi : duniawi, manusiawi, ah : ilmiah.
O.    Kata Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikat/ kalimat.
         Adverbia dasar, contohnya alangkah, niscaya, paling dan lain-lain.
         Adverbia turunan : reduplikasi (ulang). Contoh : lagi-lagi, agak-agak, paling-paling.
         Adverbia gabungan adalah dua buah kata berbeda makna. Contohnya, bisa jadi, tidak
mungkin.
P.       Kata Sandang (artikel) adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi
makna tunggal orang atau benda. Macam-macam kata sandang :
         Kata sandang tunggal (untuk satu orang), contohnya sang (sang guru, sang pangeran).
         Kata sandang jamak (untuk banyak orang), contohnya para (para penonton, para
pendamping).
         Kata sandang netral (tidak berpihak pada siapa-siapa), contohnya si (si dia).
Q.     Kata Depan (Preposisi) adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, dan/
kata kerja untuk membentuk kata gabungan. Macam-macam kata depan yaitu, ke, di, dari,
akan, bagi, dalam. Contoh : dari mana, dari siapa.
R.     Kata Hubung (Konjungsi) adalah kata penghubung antara kalimat. Contoh dan, tetapi.
Macam-macam kata hubung :
         Konjungsi penambahan : dan, lagipula.
         Konjungsi perlawanan : sedangkan, tetapi.
         Konjungsi waktu : ketika, sejak, saat.
S.      Kata Seru adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati atau berbagai
ungkapan perasaan. Macam-macam : seruan/panggilan, keheranan, kekaguman, kesakitan,
kekesalan/kekecewaan, kekagetan.
T.      Kata Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan atau
mengkukuhkan. Macam-macam partikel : kah, kan, deh, lah, dong, ke, pun, toh, ya.
C. KATA TURUNAN
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
         Misalnya:bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
       Misalnya:bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulus serangkai.
       Misalnya:menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat,
biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna,
ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme,
kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila,
panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi,
saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal,
ultramodern

catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

D. JENIS MAKNA KATA


 Dalam percakapan sehari-hari, seringkali kita mendengar kalimat yang mengandung
sebuah atau beberapa kata dengan makna tertentu. Kata-kata tersebut terkadang mengandung
makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda pula. Dengan kata lain, terkadang arti dari
sebuah kata harus disesuaikan dengan konteks kalimatnya. Beberapa kata memiliki makna
yang diketahui secara umum berdasarkan pengertiannya dan ada pula kata yang maknanya
timbul dan berkembang karena situasi pembicaraan. Ketika seseorang mengatakan bahwa ia
sedang makan, maka kita paham betul bahwa orang tersebut sedang memasukkan sesuatu ke
dalam mulut, mengunyah, dan menelannya. Makna makan dalam kalimat tersebut kita
ketahui berdasarkan pengertiannya. Begitupula halnya ketika seseorang mengatakan bahwa ia
sedang makan telur mata sapi. Kata telur mata sapi sudah secara umum diketahui maknanya
yaitu telur yang digoreng secara langsung tanpa diaduk terlebih dahulu sehingga bagian
kuning dan putih telurnya menyerupai mata dan diidentikkan dengan mata sapi. Jenis-jenis
Makna Secara umum terdapat 4 jenis makna dalam bahasa Indonesia, yaitu :
1)      Makna Leksikal
Makna leksikal merupakan makta kata berdasarkan kamus atau leksikon yang sesuai dengan
referensiya. Makna kata leksikal disebut juga makna kata berdefenisi, yaitu kata yang
memiliki defenisi tertentu yang diketahui secara umum. Menurut Chaer 1994, makna leksikal
adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
Contoh : Petani di desa itu gagal panen karena serangan hama tikus.
Kata tikus dalam kalimat di atas mengandung makna leksikal yaitu sejenis binatang pengerat
yang dapat menyebabkan penyakit tifus dan merusak tanaman.
Anak itu selalu minum susu sebelum tidur.
 Kata minum pada kalimat di atas mengandung makna leksikal yaitu kegiatan memasukkan
zat cair ke dalam mulut dan menelannya.
2)       Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang terjadi karena proses ketatabahasaan seperti
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
 Contoh : Batu seberat itu terangkat juga oleh adik.
 Penambahan awalan ter- pada kata angkat memberikan makna dapat dalam kalimat tersebut.
Sehingga maksud dari kalimat tersebut adalah adik dapat mengangkat batu seberat itu.
 Ketika bermain di taman, Dina terdorong ke parit.
 Penambahan awalan ter- pada kata dorong memberikan makna tidak sengaja sehingga
maksud dari kalimat tersebut adalah ada seseorang atau sesuatu yang tanpa sengaja
mengakibatkan Dina jatuh ke parit.
3)      Makna Denotasi
Makna denotasi adalah makna lugas atau makna yang sebenarnya. Makna denotasi terdiri
dari satu alternatif yang artinya pasti sama menyangkut informasi faktual objektif. Contoh :
Rani sedang makan pisang goreng.
Kalimat di atas mengandung makna yang sebenarnya yaitu Rani sedang memakan pisang
yang digoreng menggunakan minyak goreng.
Kaki Ayah terjepit di pintu.
Kalimat di atas mengandung makna lugas atau makna sebenarnya yaitu kaki (anggota tubuh
bagian bawah yang digunakan untuk berjalan) Ayah terjepit di pintu.
4)      Makna Konotasi
Makna konotasi adalah makna kiasan atau makna ungkapan idiomatis yang memerlukan
beberapa penafsiran atau disebut juga makna tidak sebenarnya.
 Contoh : Rani makan hati karena tingkah laku suaminya.
 Kata makan hati pada kalimat di atas memiliki makna kiasan yaitu tersiksa hati dan fikiran
karena kelakuan suaminya yang kurang baik. Makna konotasi terdiri dari dua jenis yaitu
makna konotasi positif dan makna konotasi negatif.
1.  Konotasi positif adalah makna kata yang memiliki nilai rasa positif.
2. konotasi negatif adalah makna kata yang memiliki nilai rasa negatif.
Jika dilihat berdasarkan ada tidaknya referen dari kata tersebut, makna kata terdiri dari dua
jenis, yaitu : Makna Referensial Makna referensial adalah makna kata yang memiliki referen
yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata tersebut. Makna Nonreferensial Makna
nonreferensial adalah makna kata yang tidak memiliki referen yang diacu oleh kata tersebut.
E. MACAM - MACAM MAKNA KATA
Setiap kata dalam bahasa indonesi memiliki makna (arti, maksud).
Berdasarkan Makna kata tersebut kata dapat dibedakan menjadi :
1.   Sinonim
Sinonim adalah persamaan kata artinya kata yang memiliki arti yang sama.
Contoh : kurus – kerempeng, melihat – menyaksikan, gemuk-gendut, pandai – pintar, senang
– gembira.
2.   Antonim
Antonim ialah lawan kata.
Contoh : kecil – besar, kurus – gemuk, tinggi – pendek, naik – turun, tidur - bangun.
3.   Akronim
Akronim ialah singkatan kata.
Contoh : KBBI singkatan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
4.   Anonim
Anonim ialah makna kata yang tidak diketahui pengarangnya atau tanpa nama.
Contoh : doneng, legenda, mitos
5.   Homonim
Homonim ialah dua kata yan sama penulisan dan pelapalannya tetapi artinya berbeda.
Contoh : beruang (hewan), dan ber uang (orang yang memiliki banyak uang.
6.   Homofon
Homofon adalah makna kata yang penulisannya berbeda tetapi pelapalan dan suaranya sama.
Contoh : Bang Toyib – Bank BRI
7.   Homograf
Momograf adalah makna kata yang penulisannya sama tetapi artinya berbeda
Contoh : apel (buah), apel (upacara rutin para PNS)
8.   Polisemi
Satu kata mengandung banyak arti
Contoh : Bunga (bisa berbagai jenis bunga dan atau bunga desa)
9.   Denotasi
Makna kata yang mengandung arti sebenarnya atau arti lazim atau arti umum.
10. Konotasi
Makna kata yang timbul dari kata sebenarnya.
11. Abstark
Kata yang tidak berwujud
Contoh : keimanan
12. Konkrit
Kata yang berwujud
13. Kata umum
Kata yang memiliki pengertian luas.
     Contoh : minuman, makanan, seperangkat alat solat
14. Kata Khusus
Kata yang memiliki pengertian sempit
     Contoh : teh, kopi, susu, nasi goreng, mie ayam, sajadah, mukena, peci, sarung.
15. Makna Ameliorasi
Makna kata yang mengandung nilai lebih baik.
    Contoh : kata wafat lebih baik dari pada kata mati.
16. Makna Peyorasi
Makna kata yang mengandung arti lebih kurang.
Contoh : kata mati lebih kurang dari pada kata wafat.

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah tata bahasa, baik ituejaan maupun
tanda bacanya. Kalimat efektif juga dapat diartikan sebagai kalimatyang singkat, padat, jelas,
lengkap dan dapat menyampaikan informasi secaratepat.Kesalahan yang sering membuat
kalimat tidak efektif adalah penggunaan kata-kata yang keterangan atau penjelasannya
bermakna ganda. Kata-kata yang bermakna ganda membuat pembaca atau pendengar menjadi
kebingungan. Syaratsuatu kalimat dikatakan efektif apabila :
1.
 
Sesuai dengan kaidah EYD
Kalimat efektif harus menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat dengankaidah Bahasa
Indonesia. Penggunaan kata baku juga diperhatikan dalamsebuah kalima.
2.
 
Sistematis
Sebuah kalimat sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap hingga keterangan. Untuk
membuat kalimat efektif, kalimat disusun dengan runtut sehingga tidak
memusingkan.
1. Tidak bertele-tele
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu dan
berlebihan. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan menggamburkan
maksud kalimat dan membuat pembaca atau pendengar bingung.
2. Tidak ambigu
Maksud dari ambigu adalah kalimat yang menimbulkan makna atau tafsir
ganda. Hal ini dikeranekan kalimat tersebut tidak bisa menyampaikan gagasan
yang sebenarnya kepada pembaca atau pendengarnya.

Suatu kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila meimiliki ciri-ciri berikut :

1. Kesepadanan struktur
Kesepadanan struktur adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya. Ciri-
ciri kesepadanan struktur dilihat dari :
a. Mengandung unsur klausa lengkap, yakni subjek dan predikat.
b. Jangan tempatkan kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan
mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut.
c. Tidak bersubjek ganda.
2. Kehematan kata
Salah satu syarat kalimat efektif adalah tidak bertele-tele, sehingga tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama dalam sebuah kalimat. Hal
yang sering membuat kalimat boros sehingga tidak efektif adalah penggunaan
kata jamak dan kata-kata yang bersinonim.
3. Kesejajaran bentuk
Kesejajaran bentuk adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat tersebut. Jika bentuk pertama memakai verba, yang
kedua juga harus memakai verba.
4. Ketegasan makna
Ketegasan merupakan penegasan tentang gagasan utama dari kalimat tersebut.
5. Kelogisan kalimat
Kelogisan kalimat berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada
kalimat. Karena itu, dalam membuat kelimat hendaknya dibuat dengan ide
yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca mudah memahami
maksud dari kalimat tersebut.
1.1 Paragraf

Paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berangkai dan padu sehingga
membentuk suatu gagasan utama yang ingin disampaikan oleh pembacanya. suatu
paragraf dikatan baik apabila :

1. Kelengkapan
Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap,
diantaranya adalah :
a. Gagasan utama
Gagasan utama adalah topik yang dibahas dalam suatu paragraf.
b. Kalimat utama
Kalimat utama adalah kalimat yang mengandung gagasan utama. Letak
kalimat utama di dalam suatu paragraf bervariasi, ada yang di awal
(paragraf deduktif), di akhir (paragraf induktif), maupun di awal dan di
akhir (paragraf campuran).
c. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi alasan-alasan yang kuat
untuk mendukung kalimat utama. Kalimat ini harus mengandng data
berupa fakta.

2. Kesatuan
Yang dimaksud kesatuan adalah suatu paragraf harus memiliki satu kesatuan
gagasan utama beserta gagasan-gagasan penjelas. Gagasan tersebut
dikembangkan dengan saling menghubungkan satu sama lain dengan kesatuan
yang utuh sehingga tidak menyebabkan kalimat yang sumban di dalam
paragraf.

3. Kepaduan
Yang dimaksud kepaduan adalah kalimat-kalimat di dalam paragraf terjalin
atau terangkai dengan logis dan serasi. Syarat kepaduan di dalam suatu
paragraf terpenuhi dengan menggunakan konjungsi sehingga kalimat-kalimat
tersebut menjadi saling berkaitan.

Anda mungkin juga menyukai