Anda di halaman 1dari 5

Kognitif – Pengertian, Fungsi, Teori Belajar, Perkembangan

by sereliciouz Mei 17, 2021

Halo Bapak/Ibu, bagaimana kabarnya? Semoga tetap semangat dan selalu optimis menjalani
hari-hari di tengah pandemi yang belum juga usai.
Belajar merupakan kegiatan utama seorang manusia. Belajar tidak hanya berpusat di lingkungan
sekolah, namun juga melalui lingkungan sekitar. 
Sebagai seorang guru, Bapak/Ibu bertanggung jawab untuk membimbing individu-individu
untuk terus belajar agar yang awalnya tidak tahu menahu menjadi ahli dan berilmu. 
Proses belajar semacam itu merupakan bentuk penempaan di ranah kognitif individu. Itulah
mengapa, dari yang awalnya tidak tahu menjadi ahli dan berilmu. Lantas, apa itu kognitif?
Pengertian Kognitif
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan
pengetahuan setelahnya. 
Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan
ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah.
Pengertian Menurut Para Ahli

Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai berikut.


1. Menurut Williams dan Susanto, yaitu cara individu bertingkah laku, bertindak, dan
cepat lambatnya individu saat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
2. Menurut Neisser, yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
3. Menurut Gagne, yaitu proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan saraf ketika
manusia sedang berpikir.
4. Menurut Drever, yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman, yakni
persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.
5. Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya.
Fungsi Kognitif
Adanya fungsi kognitif ini membuat seseorang bisa dengan mudah bergaul satu sama lain.
Adapun fungsinya yang harus Bapak/Ibu ketahui, check this out!
1. Perhatian
Perhatian merupakan penyeleksi rangsangan yang nantinya menjadi fokus perhatian dan bisa
diabaikan secara bersamaan. Rangsangan yang dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun
gambar.
2. Memori atau Daya Ingat
Memori atau daya ingat berkaitan dengan tingkat kefokusan seseorang. Semakin fokus, semakin
baik memori atau daya ingat. Hal ini menunjukkan bagaimana suatu informasi akan ditransfer
dan disimpan di dalam otak.
3. Fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang mengarahkan manusia untuk menjadi perencana dan
melaksanakan sesuatu yang telah ia rencanakan. Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana
cara menyelesaikan setiap permasalahan.
4. Kemampuan berbahasa
Kemampuan bahasa berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu menyusun kata-kata saat
berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-
beda, bergantung dari fungsi kognitifnya.
5. Merasakan dan mengenali
Kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang bisa merasakan dan mengenali segala sesuatu di
sekitarnya. Misalnya membedakan antara jeruk dan lemon, semangka dan melon, dan
seterusnya.
Teori belajar kognitif pada mulanya dibentuk untuk mengetahui cara belajar anak dan cara
mengembangkan ilmu-ilmu yang telah diserap oleh otak anak. Teori belajar kognitif sangat
mementingkan proses pembelajaran daripada hasil belajar yang melibatkan proses berfikir anak
yang kompleks.

Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya cenderung
pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku
seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya. 

Teori belajar kognitif dikembangkan dalam rangka membantu guru memahami para murid yang
memiliki beragam macam sifat dan sikap. Berbicara teori belajar kognitif sama saja
membicarakan bagaimana kualitas belajar yang mudah dipahami dan menyenangkan. Teori ini
hanya ada dua objek saja yaitu guru dan murid.

Menjadi seorang guru memiliki tantangan tersendiri. Bagi mereka yang belum mengetahui
pentingnya guru hanya memandang sebelah mata tanpa menyadari bahwa guru adalah penentu
masa depan anak bangsa.

Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkontruksi prinsip-prinsip belajar secara
ilmiah yang dapat diterapkan kesituasi kelas dengan menghasilkan prosedur-prosedur dikelas
untuk mendapatkan hasil yang produktif. Dan menjelaskan bagaimana seseorang mencapai
pemahaman atas diri dan lingkungannya.

Teori belajar sendiri sudah lama diterapkan dalam sistem indonesia.

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.

2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah

laku seorang individu.

3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara

terpisah.

4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.

5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

Ada lima model teori belajar kognitif yang mempengaruhi didunia pendidikan, yaitu :

1. TEORI BELAJAR GESTALT


Teori belajar ini menekankan bahasa pada masalah konfigurasi, struktur dan pemetaan dalam
pengalaman.

Jadi, menurut teori ini tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi
belajar lebih meningkatkan belajar seseorang daripada hukuman atau ganjaran.

2.TEORI BELAJAR COGNITIVE-FIELD DARI LEWIN

Teori ini mengembangkan suatu teori belajar dengan mempengaruhi perhatian kepada
kepribadian dan psikologi sosial.

Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi dari kekuatan-kekuatan, baik
internal maupun eksternal.

3.TEORI BELAJAR COGNITIVE DEVELOPMENT DARI PIAGET

Teori ini memandang proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari
konkrit menuju abstrak.Teori ini memiliki 3 tahapan yaitu :

*Proses penyatuan ( asimilasi)

*Proses penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru (akomodasi)

*proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (equilibrasi).

4.TEORI DAVID AUSUBEL DENGAN BELAJAR BERMAKNA

Teori ini bertujuan sebagai jembatam yang menghubungkan apa yang sedang dipelajari siswa
dengan apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

Teori ini didefenisikan sebagai belajar yang disertai dengan pengertian.

5.TEORI LEARNING DARI JEMORE BRUNER.

Teori ini mengemukakan pengembangan program pengajaran yang lebih efektif dengan
mengkoordinasikan metode penyajian bahan, dan anak dapat mempelajari bahan itu dengan
tingkat kemajuannya (sensorik, konkrit dan abstrak).

Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah

lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa
meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus

sebelum terjadinya reaksi. 

Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia

tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.

Perkembangan Kognitif

Setiap anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal itu karena

perkembangan kognitifnya juga berbeda-beda. Namun demikian, ada hal-hal umum

yang bisa dijadikan acuan perkembangan kognitif pada anak. 

Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan,

yaitu sebagai berikut.

1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)


Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia

luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)


Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut.

Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)


Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak

sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.

4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)


Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas,

menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak

tergantung dengan manipulasi konkret.

Level Kognitif
Di pembahasan sebelumnya, Quipper Blog sudah membahas hal-hal terkait pengertian

dan hal-hal terkait kognitif. Nah, lantas bagaimana penerapannya dalam

pembelajaran?

Membahas masalah kognitif, tentu tak bisa dilepaskan dari bagaimana peserta didik

dalam menghadapi soal-soal ujian yang dibebankan padanya. Oleh karena itu,

sebelum membuat soal seorang guru harus mempertimbangkan level kognitifnya.

Level kognitif ini dibagi menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut.

1. Level 1
Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya menuntut

pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada taksonomi Bloom,

soal level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2 (memahami).

2. Level 2
Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena

menuntut peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada taksonomi

Bloom, soal level 2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).

3. Level 3
Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya

karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan

mengevaluasi. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup soal

C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Anda mungkin juga menyukai