Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI ASFIKSIA


DI RUANG BAYI RSUD SIDOARJO

Disusun oleh:
Aida Yunita Kusumaningtyas
NIM.201914401003

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Aida Yunita kusumaningtyas

Nim : 201914401003

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien bayi baru lahir

Asfiksia di Ruang BAYI RSUD Sidoarjo

Nganjuk, 26 Juli 2021

CI Ruang BAYI RSUD Sidoarjo Pembimbing Akademik

Siti yunaria,S.Kep.Ners Rahayu Budi Utami,S.Kep.Ns.,M.kes,

NIP. NPK.18.2001.96.01

Mengetahui,

Kepala Ruang BAYI RSUD Sidoarjo

Siti Yunaria,S.Kep.Ners
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA

A. PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas sspontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera
setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul (Wiknjosastro, 1999).

B. KLASIFIKASI
1. “Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. “Mild Moderate asphyksia/asphyksia sedang”
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.
1
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2
dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat
kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang
diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit
menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan
yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat
karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang
diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika,
atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah
gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio
plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri
dari :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi dsb.

2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.

3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.

4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu; pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /
persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat
reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang
terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur.
Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode
appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping
terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan
basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan
berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada
kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
APGAR SCORE
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang
nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai
apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)

E. TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis:
 RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
 Bradikardia
 tonus otot berkurang
 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
 Takikardi

TANDA Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 JUMLAH


NILAI
Frekwensi
jantung
Tidak ada Kurang dari 100
X/menit
Lebih dari 100 X/
menit
Usaha
bernafas
Tidak ada Lambat, tidak teraturMenangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
Warna Biru / pucat Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru
Tubuh dan
ekstremitas
kemerahan
 Apnea
 Pucat
 Sianosis
 penurunan terhadap stimulus
 Nafas cepat, nafas cuping hidung
Gejala lanjut pada asfiksia :
 Pernafasan megap-megap yang dalam
 Denyut jantung terus menurun
 Tekanan darah mulai menurun
 Bayi terlihat lemas (flaccid)
 Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
 Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
 Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
 Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
 Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler

F. KOMPLIKASI
1. otak : edema otak,perdarahan otak,
2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru.
3. ginjal : tubular nekrosis akut.
4. hiperbilirubenimia

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa Gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)

H. PENATALAKSANAAN
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapantahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
 Meletakan bayi dalam posisi yang benar
 Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
 Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
 Lakukan rangsangan taktil, beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk
telapak kaki bayi. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap
atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
 Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
 Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru
dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu
disertai asidosis. Koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa
15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan
melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak
telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan
1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi
jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100x/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil
bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan
basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis
jalan nafas.
b. Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak
timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan
kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi
kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan,
ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari
ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonat natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan
teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat
i. Pathway

Persalinan lama,lilitan tali pusat paralisis pusat pernafasan faktor laim:


Presentasi janin abnormal anastesi

ASFIKSIA

Janin kekurangan 02 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat Bersihan


Pola jalan nafas
nafas tdk efektif
tak
Suplai 02 suplai 02
efektif
Ke paru dlm darah
Apneu
Resiko G3 Metabolisme&
ketidakseimbang
Perubahan asam
Kerusakan otak ansuhu tubuh
basa
Kematian bayi
DJJ&TD

Asidosis
Proses keluarga respiratorik

terhenti
Janin tidak
Bereaksi
Terhadap rangsangan
Resiko

cedera G3 perfusi ventilasi

Kerusakan
perptukaran gas
J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
1. pengkajian
Merupakan informasi yang dicatat mencangkup identitas orang tua,identitas bayi baru
lahir,riwayat persalinan, pemeriksaan fisik ( wildan dan hidayat, 2008)
1.Data subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencangkup identitas, kebutuhan yang diperoleh
dan hasil wawancara langsung kepada pasien\klien (wildan dan hidayat ,2008)
1. Biodata
Pengkajian biodata menurut romauli (2011) antara lain:
a. Nama bayi :untuk mengetahui kapan bayi lahir
b. Tanggal lahir : untuk mengetahui kapan bayi lahirkapan bayi lahir.
c. Nama orang tua : untuk menggetahui identitas orang tua bayi
d. Umur : untuk menggetahui kurun waktu reproduksi sehat usia
aman bayi
e. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan kesehatan
seseorang
f. Pekerjaan : untuk menggetahui taraf ekonomi dan untuk
mengetahui pekerjaan ibu semasa kehamilan
g. Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal dilingkungan mana
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat pemeriksaan (romauli
2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi jantung <100 kali/menit atau >100
kali/menit,tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (ridha 2014).
3. Antenetal care
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak sejak hamil berapa minggu
tempat ANC dan riwayat kehamilanya (wiknjosastro, 2009).
4. Penyuluhan
Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama hamil dan
tanda tanda bahaya kehamilan (saifudin,2010).
5. Imunisasi tetanus tosoid (TT)
Untuk mengetahui sudah apa belum kapan dan berapa kali nantinya akan
mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (wiknjosastro,2009).
6. Pola gordon
1. Pola nutrisi : dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami
gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi
frekuensi,kualitas, keluhan dan makanan pantangan.
2. Pola eliminasi : dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK/BAB
berhubungan dengan ibu obesitas atau tidak.
3. Pola istirahat : dikaji untuk hambatan ibu yang mungkin mungkin
muncul jika dapat data yang senjang dengan istirahat.
4. Personal hygiene : dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan agar tidak
terinfeksi.
5. Psikologi budaya : untuk mengetahui apakah ibu ada pantangan makanan
dan kebiasaan selama hamil.
6. Perokok dan pemakai obat obatan menggakibatkan abortus.

2. Data objektif
Data objektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik
,dan data penunjang (wildan dan hidayat, 2008)
a. Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR Pada menit pertama ke 5 dan 10.
b. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan ukuran keseluruhan,kepala,badanekstermitas,tonus otot,
tingkat aktivitas,warna kulit,dan bibir tangis bayi.

C..Pemeriksaan fisik sistematis menurut indrayani moudy (2013)


1. Kepala : adanya cekungan ataucairan dalam ubun-ubun.
2. Mata : apakah ada tanda tanda infeksi pus.
3. Telingga : hubungn letak kepala dan mata.
4. Hidung dan mulut : perisa bibir langit.
5. Leher : pembesaran kelenjar tyroid.
6. Dada : nafas dan detak jantung.
7. Abdomen : palpasi apakah ada kelainan dan keadaan tali pusar.
8. Genetalia :laki-laki apakah tetis sudah turun perempuan vegina berlubang
dan uretra berlubang.
9. punggung :keadaan tulang belakang.
10. Anus : periksa lubang anus bayi.
11. Ekstermitas : hitung jumlah jari bayi.
12. Kulit : lihat warna bibir,kulit, dan tanda lahir bayi
Analisa data

No Diagnosa Tujuan\ Intervensi TTD


Keperawatan Kriteria hasil
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif tindakan keperawatn
berhubungan selama 1x24 jam Observasi
dengan hambatan diharapkan diperoleh -Monitor pola napas
upaya nafas (mis. kriteria hasil: -Monitor bunyi napas tambahan
Nyeri saat -Monitor sputum
bernafas, Pola napas (L.01004
kelemahan otot ) Terapeutik
(D.0005) -Ventilasi semenit (5) -Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-tilt
-Diameter toraks -Posisika semi fowler atau fowler
anterior-posterior (5) -Berikan minuman hangat
-Lakukan fisioterapi dada
-Tekanan ekspirasi (5) -Lakukan penghisapan lendir
-Lakkan hiperoksigenisasi sebelum
-Tekanan inspirasi (5)
penghisapan endotrakeal
-Dyspnea (5) -Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
-Penggunaan otot -Beriksan oksigen
bantu napas(5)
Edukasi
-Pemanjangan fase -Anjurkan asupan cairan 2000
ekspirasi (5) ml/hari
-Ajarkan tenik batuk efektif
-Ortopnea (5)
Kolaborasi
-Pernapasan pursed-lip -Kolaborasi pemberian
(5) bronkodilator
-Pernapasan cuping
hidung (5)

-Frekuensi napas (5)

-Kedalaman napas (5)


-Ekskursi dada (5)
2 Hipotermia Setelah dilakukan Manajemen hipotermia (SIKI :
berhubungan tindakan keperawatan
I.14507)
dengan suhu bayi selama 1x24 jam
normal 36,5°C diharapkan diperoleh
(SDKI :D.0131) kriteria hasil:

Termogulasi
(SLKI: L14134)
Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab
- Suhu tubuh (5) hipotermia
- Suhu kulit (5)
- Monitor tanda dan gejala
- Kadar glukosa
darah (5) akibat hipotermi
- Pengisian
Terapeutik
kapiler (5)
- Vintilasi (5) - Sediakan lingkungan yang
- Tekanan darah
hangat
(5)
- Ganti pakaian yang basah
- Lakukan penghangatan
pasif
- Lakukan penghangatan aktif
Edukasi
- Anjurkan makan/minum
angat

Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas


(mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot ) (D.0005).
b. Hipotermia berhubungan dengan Transfer Panas
(mis.konduksi,Konveksi,evaporasi,Radiasi) (D.0131)

A. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai rencana
yang telah di baut. Jenis tindakan keperawatan tersebut antara lain independent,
defendent, dan interdependent. Interdependent adalah tindakan keperawatan yang
dilakukan sendiri tanpa ada ketergantungan dengan tim kesehatan lain seperti
mengukut tanda-tanda vital, mengkaji pola makan. dependent adalah tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan tim kesehatan lainya seperti
dokter, analis dan dokter gigi. Sedangkan interdependent adalah tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan tim kesehatan yang terlibat
dalam keperawatan klien seperti konsultasi tentang kesehatan klien dengan dependent
lain seperti penyakit dalam, bedah dan lain-lain.

B. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir yang dilakukan dalam proses keperawatan yaitu evaluasi,
evaluasi dilakukan dengan mengidentifikasi sejauh mana tujuan tercapai. Dan
kesimpulan dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan atau
dimodifikasi. Evaluasi menggunakan format SOAP yaitu subyektif, obyektif, analisa,
planning.

DAFTAR PUSTAKA
Yayik dwi.,2018.Asfiksia:USU

Doenges M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.EGC. Jakarta

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik,

Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai