Anda di halaman 1dari 5

Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections) adalah infeksi yang didapat penderita ketika

penderita itu dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas, klinik, maupun
rumah sakit. ”Health-care Associated Infections” (HAIs) selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial
atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired Infections” merupakan persoalan
serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien

HAIs adalah infeksi yang didapat penderita ketika dirawat disarana pelayanan kesehatan, baik itu
puskesmas, klinik, maupun rumah sakit, biasanya gejala timbul 72 jam pasca penderita dirawat di
pelayanan kesehatan tersebut

Konsep Dasar Penyakit Infeksi

1. Pengertian Penyakit Infeksi

Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan /tanpa
disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang
selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa
inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena
pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan

Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infections (HAIs) ” apabila memenuhi
batasan/ kriteria sebagai berikut:
• Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
• Merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, setelah
dirawat 3 x 24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam masa
inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit yang telah dideritanya
(Depkes, 2003)
• Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling
berisiko terjadinya HAIs, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien
ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien (Husain, 2008)
• HAIs adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke rumah sakit atau
akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit(Vincent, 2003).
• HAIs adalah suatu infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berasal dari alatalat medis,
prosedur medis atau pemberian terapi (Breathnach (2005)

Etiologi
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
a. Conventional pathogens
Penyebab penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap kuman tersebut,
misalnyaStaphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman langsung masuk
dalam jaringan tubuh yang tidak steril, misalnyapseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan
enterobacter.
c. Opportunistic pathogens

Penyebab penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat menurun,

misalnya mycobacteria, nocardia, pneumocytis.

Patogenesis dan Patofisiologi

Infeksi akan dimulai dari tempat masuknya mikroorganisme dan akan menimbulkan infeksi setempat
(lokal) dan menimbulkan gejala klinis yang terbatas. Infeksi nosokomial rumah sakit dapat terjadi akibat
tindakan pembedahan, penggunaan kateter pada saluran kemih, hidung, mulut atau yang dimasukkan
ke dalam pembuluh darah. Selain itu benda-benda yang berasal dari hidung atau mulut yang terhirup
masuk ke dalam paru-paru. Penularan oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seseorang pasien yang
memang sudah lemah fisiknya tidak dapat dihindarkan. Lingkungan rumah sakit harus diusahakan agar
sebersih mungkin, dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak selalu bisa sepenuhnya terlaksana,
karenanya tak mungkin infeksi nosokomial ini bisa diberantas secara total (Yohanes,2010).

Rantai Infeksi (Chain of infection)

Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai
dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Rantai Infeksi merupakan
rangkaian yang harus ada untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.
1. Enam komponen rantai penularan infeksi
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen infeksi
dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”).

b. Reservoir adalah wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan siap
ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyakadalah pada
manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik
lainnya. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier (penular)
adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tetapi ada mikroorganisme
patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain (Perry & Potter, 2005).

c. Tempat keluar (Port of exit) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta. Setelah
mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus menemukan
jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit.
d. Cara penularan (Mode of transmision) adalah metode transport mikroorganisme dari wadah/reservoir
ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu:

(1) kontak: langsung dan tidak langsung

(2) droplet

(3) airborne
(4) melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan

(5) melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat). Secara langsung misalnya; darah/cairan
tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-benda mati,
dan udara.
e. Portal masuk (Port of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat melalui
saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh. Sebelum
infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentan terhadap infeksi dan adanya
luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme.

f. Penjamu Rentan (host susceptibility) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga
tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status
gizi, status imunisasi, penyakit kronis, lukabakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan
dengan imunosupresan

2. Cara penularan infeksi (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010)

a. Penularan secara kontak


Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung
terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada
penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh sumber

2. Cara penularan infeksi (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010)

a. Penularan secara kontak

Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung
terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada
penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
b. Penularan melalui common vehicle.
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan
penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicleadalah darah/produk darah,
cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya.
c. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan terjadi, karena mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk debu yang
dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis.
d. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganime yang menempel
pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila

mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya

parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada
ginjal (flea).

e. Penularan melalui makanan dan minuman

Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang disajikan untuk penderita.
Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala baik ringan maupun berat.
. Manifestasi Klinis
Demam sering merupakan tanda pertama infeksi. Gejala dan tanda dari adanya infeksi adalah:
1. Demam
2. Nafas cepat
3. Kebingungan mental
4. Tekanan darah rendah
5. Urine out-put menurun

6. Sel darah putih tinggi


7. Pasien dengan urinary tract infection (infeksi saluran kemih), mungkin ada rasa sakit ketika kencing
dan darah dalam air seni
8. Radang paru-paru (pneumoni), mungkin termasuk kesulitan bernafas dan ketidakmampuan untuk
batuk
9. Infeksi lokal: terjadi pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka sekitar bedah atau
luka, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan di bagian bawah otot, atau bisa juga menyebabkan
sepsis.

Dampak Infeksi Nosokomial/HAIs


Infeksi nosokomial/HAIs memberikan dampak sebagai berikut:
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta
kematian

2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.

3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama
perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya,
serta tuntutan hukum.

Anda mungkin juga menyukai