Anda di halaman 1dari 125

SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LANOLIN,


CERA ALBA, DAN PROPILENGLIKOL TERHADAP
SIFAT FISIKA DAN KIMIA SEDIAAN LIPBALM TABIR
SURYA EKSTRAK ETANOL 96% DAUN STRAWBERRY
(Fragaria x ananassa)

DEBBY SEPTIYANI
171200237

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNATIONAL
2021
SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LANOLIN,


CERA ALBA, DAN PROPILENGLIKOL TERHADAP
SIFAT FISIKA DAN KIMIA SEDIAAN LIPBALM TABIR
SURYA EKSTRAK ETANOL 96% DAUN STRAWBERRY
(Fragaria x ananassa)

DEBBY SEPTIYANI
171200237

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNATIONAL
2021

i
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LANOLIN,
CERA ALBA, DAN PROPILENGLIKOL TERHADAP
SIFAT FISIKA DAN KIMIA SEDIAAN LIPBALM TABIR
SURYA EKSTRAK ETANOL 96% DAUN STRAWBERRY
(Fragaria x ananassa)

Skripsi untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi


Farmasi Klinis Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan
Universitas Bali Internasional

Debby Septiyani
NIM.171200237

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA
TANGGAL

Pembimbing I Pembimbing II

apt.I Gusti Ngurah Agung Windra


W.P , S.Farm.,M.Sc dr. I Gusti Ngurah Mayun, Sp. HK
NIDN. 0823088801 NIDN. 9900982981

Mengetahui

Ketua Program Studi Farmasi Klinis Dekan Fakultas


Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Bali International Universitas Bali International

apt.I.A. Manik Parthasutema, S.Farm.,M.Farm Ns. I gusti Ngurah Made Yudhi


Saputra, S.Kep., M.M
NIDN. 0818118505 NIDN. 0828089103

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Skripsi Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia
Penguji pada
Program Studi Farmasi Klinis
Universitas Bali Internasional
Pada Tanggal

Berdasarkan SK Rektor Universitas Bali Internasional


No :
Panitia Penguji usulan penelitian skripsi ini adalah :
Ketua :
Anggota :
1. apt.I Gusti Ngurah Agung Windra W.P , S.Farm.,M.Sc
2. dr. I Gusti Ngurah Mayun, Sp. HK

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga skripsi

yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Lanolin, Cera Alba, dan Propilenglikol

terhadap Sifat Fisika dan Kimia Sediaan Lipbalm Tabir Surya Ekstrak Etanol 96%

Daun Strawberry (Fragaria x ananassa)” selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam meraih gelar Sarjana

Farmasi.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan

serta saran dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr.dr. I Made Bakta Sp.PD (KHOM) selaku Rektor Universitas Bali

Internasional.

2. Ns. I Gusti Ngurah Made Yudhi Saputra, S.Kep., M.M. selaku Dekan Fakultas

Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Bali Internasional.

3. apt. Ida Ayu Manik Partha Sutema, S.Farm., M.Farm. selaku Koordinator Program

Studi Farmasi Klinis Universitas Bali Internasional.

4. apt. I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra.,S.Farm.,M.Sc. selaku dosen

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

v
5. dr. I Gusti Ngurah Mayun, Sp. HK. selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan staf Universitas Bali Internasional.

7. Ida Ayu Mira Jayanti A.Md.Ak selaku laboran yang turut membantu dalam

penyediaan alat dan bahan di laboratorium.

8. Ibu dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

9. Rr. Ratih Purnami Sudrajad selaku sahabat dan orang yang telah dianggap saudara

oleh penulis, yang selalu memberikan semangat, dukungan, perhatian dan tak

pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis.

10. Teman-teman prodi Farmasi Klinis Universitas Bali Internasional angkatan 2 yang

telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari para

pembaca untuk menyempurnakan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca.

Denpasar, 31 Mei 2021

Penulis

vi
ABSTRAK
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LANOLIN, CERA ALBA, DAN
PROPILENGLIKOL TERHADAP SIFAT FISIKA DAN KIMIA SEDIAAN
LIPBALM TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL 96% DAUN STRAWBERRY
(Fragaria x ananassa)

Lipbalm adalah formulasi yang diterapkan ke bibir untuk mencegah pengeringan


dan melindungi terhadap factor lingkungan yang merugikan. Tujuan dari penelitian
ini adalah membuat sediaan lipbalm ekstrak etanol 96% daun strawberry sebagai
tabir surya dengan variasi konsentrasi lanolin, cera alba, dan propilenglikol. Evaluasi
sediaan lipbalm dilakukan dengan uji sifat fisika dan kimia seperti uji pH, uji
viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji stabilitas, uji homogen, dan untuk
mengetahui nilai SPF dilakukan uji dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Hasil evaluasi sediaan lipbalm pada uji pH, uji viskositas, uji daya lekat memiliki
nilai yang sesuai dengan kriteria sediaan semisolid yang baik, sedangkan pada uji
daya sebar diperoleh nilai dibawah 5-7 cm dimana nilai tersebut merupakan nilai
daya sebar yang baik untuk sediaan semisolid. Untuk uji stabilitas sediaan lipbalm
selama penyimpanan 28 hari tidak terjadi perubahan warna dan bau pada sediaan.
Hasil dari uji homogenitas sediaan lipbalm diperoleh bahwa tidak terdapat butiran-
butiran kasar, yang berarti sediaan tersebut tercampur sempurna atau homogeny. Dan
untuk uji SPF diperoleh 8 sediaan lipbalm memiliki nilai SPF dengan kategori
proteksi maksimal, karena memiliki nilai ≥15. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan
bahwa variasi konsentrasi lanolin, cera alba, dan propilenglikol memiliki pengaruh
terhadap sifat fisika dan kimia sediaan lipbalm dan 8 sediaan memiliki nilai SPF
dengan kategori proteksi maksimal.

vii
Kata kunci : Lipbalm, sifat fisika dan kimia, SPF

ABSTRACT

Lipbalm are formulations that are applied to the lips to prevent drying and protect
against harmful environmental factors. The purpose of this study was to make
lipbalm preparations of 96% ethanol extract of strawberry leaves as sunscreen with
varying concentrations of lanolin, cera alba, and propylene glycol. Evaluation of
lipbalm preparations was carried out by testing physical and chemical properties such
as pH test, viscosity test, dispersion test, adhesion test, stability test, homogeneity
test, and to determine the SPF value a test was carried out using UV-Vis
spectrophotometry.
The results of the evaluation of lipbalm preparations on the pH test, viscosity
test, adhesion test have a value that is in accordance with the criteria for a good
semisolid preparation, while in the dispersion test the value is below 5-7 cm where
this value is a good dispersion value for semisolid preparations. To test the stability
of lipbalm preparations during 28 days of storage there was no change in color and
odor of the preparation. The results of the homogeneity test of lipbalm preparations
were obtained that there were no coarse grains, which meant that the preparation was
perfectly mixed or homogeneous. And for the SPF test, 8 lipbalm preparations have
an SPF value with maximum protection category, because they have a value of 15.
Based on this, it was concluded that variations in the concentration of lanolin, cera
alba, and propylene glycol had an influence on the physical and chemical properties
of lipbalm preparations and 8 preparations had SPF values with maximum protection
category.

Keywords : lipbalm, physical and chemical properties ,SPF

viii
DAFTAR ISI

SKRIPSI .............................................................................................................. i
PERSYARATAN GELAR..................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI..................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................
ABSTRAK............................................................................................................
ABSTRACT.........................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH.......................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan ................................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Tanaman Strawberry .................................................... 8
2.2 Morfologi Tanaman Strawberry...................................................... 9
2.3 Kandungan Daun Strawberry........................................................... 11
2.4 Kosmetik ......................................................................................... 11

ix
2.4.1 Kosmetik Perawatan Kulit (Skin Care).................................. 12
2.4.2 Kosmetik Dekoratif................................................................ 12
2.4.3 Lipbalm................................................................................... 13
2.4.4 Manfaat Lipblam..................................................................... 14
2.4.5 Metode Pembuatan Lipbalm................................................... 14
2.4.6 Komponen Lipbalm................................................................ 16
2.4.7 Zat Tambahan dalam Lipbalm................................................ 17
2.4.8 Monografi Bahan yang Digunakan......................................... 18
2.5 Formula Dasar.................................................................................. 22
2.6 Prosedur Pembuatan Sediaan........................................................... 23
2.7 Pengujian Sifat Fisika dan Kimia..................................................... 23
2.7.1 Uji Stabilitas........................................................................... 23
2.7.2 Uji pH..................................................................................... 23
2.7.3 Uji Viskositas.......................................................................... 23
2.7.4 Uji Daya Sebar........................................................................ 24
2.7.5 Uji Daya Lekat........................................................................ 24
2.7.6 Uji Homogenitas.....................................................................
2.7.7 Uji SPF.................................................................................... 24
2.8 Sinar Ultraviolet............................................................................... 25
2.9 Tabir Surya....................................................................................... 26
2.10 SPF (Sun Protection Factor)........................................................... 28
2.11 Bibir................................................................................................. 29
2.12 Anatomi dan Fisiologi Kulit Bibir.................................................. 30
2.13 Ekstraksi.......................................................................................... 31
2.13.1 Maserasi............................................................................. 31
2.13.2 Perkolasi............................................................................. 32
2.13.3 Reflux................................................................................. 33
2.13.4 Infudasi............................................................................... 33
2.13.5 Destilasi Uap...................................................................... 33

x
2.14 Spektrofotometri UV-Vis................................................................ 34
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENULISAN
3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 38
3.2 Kerangka Kosep ............................................................................ 40
3.3 Hipotesis........................................................................................ 40
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian................................................................................. 41
4.2 Lokasi Penelitian.............................................................................. 41
4.3 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 41
4.4 Variabel penelitian........................................................................... 42
4.5 Definisi Operasional......................................................................... 42
4.6 Alat................................................................................................... 43
4.7 Bahan................................................................................................ 43
4.8 Penyiapan Simplisia......................................................................... 44
4.9 Ekstraksi Tanaman........................................................................... 44
4.10 Evaluasi Ekstrak............................................................................ 44
4.11 Skrining Fitokimia......................................................................... 45
4.12 Uji Sifat Fisika dan Kimia............................................................. 47
4.13 Uji SPF........................................................................................... 48
4.14 Perancangan Formula.................................................................... 50
4.15 Analisis Data.................................................................................. 52
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Determinasi Tanaman Strawberry...................................................
5.2 Hasil Evaluasi Ekstrak Daun Strawberry.........................................
5.2.1 Organoleptis............................................................................
5.2.2 Persentase Rendemen.............................................................
5.2.3 Uji Kadar Air..........................................................................
5.3 Hasil Skiring Fitokimia....................................................................

xi
5.4 Hasil Formulasi Sediaan..................................................................
5.5 Hasil Uji Sifat Fisika dan Kimia......................................................
5.5.1 Uji Ph......................................................................................
5.5.2 Uji Viskositas..........................................................................
5.5.3 Uji Stabilitas...........................................................................
5.5.4 Uji Daya Sebar........................................................................
5.5.5 Uji Daya Lekat........................................................................
5.5.6 Uji Homogenitas.....................................................................
5.6 Hasil Uji SPF....................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Determinasi Tanaman......................................................................
6.2 Formulasi Lipbalm...........................................................................
6.3 Evaluasi Ekstrak Daun Strawberry..................................................
6.3.1 Organoleptis............................................................................
6.3.2 Persentase Rendemen.............................................................
6.3.3 Uji Kadar Air..........................................................................
6.4 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Strawberry..................................
6.5 Uji Sifat Fisika dan Kimia Sediaan Lipbalm....................................
6.5.1 Uji Ph......................................................................................
6.5.2 Uji Viskositas..........................................................................
6.5.3 Uji Stabilitas...........................................................................
6.5.4 Uji Daya Sebar........................................................................
6.5.5 Uji Daya Lekat........................................................................
6.5.6 Uji Homogenitas.....................................................................
6.6 Uji SPF.............................................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan........................................................................................
7.2 Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

xii
LAMPIRAN.........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Tanaman Strawberry.............................................................................. 9
2.2 Daun Strawberry................................................................................... 10
2.3 Bibir...................................................................................................... 30
2.4 Struktur Kulit Bibir.............................................................................. 30
4.1 Formula Sediaan Lipbalm ekstrak daun strawberry............................. 51
5.1 Formula Sediaan Lipbalm.........................................................................
5.2 Hasil Pengamatan Uji pH Sediaan Lipbalm..............................................
5.3 Hasil Pengamatan Uji Viskositas Sediaan Lipbalm..................................
5.4 Hasil Analisis Quadratic............................................................................
5.5 Hasil Pengamatan Uji Stabilitas Sediaan Lipbalm....................................
5.6 Hasil Pengamatan Uji Daya Sebar Sediaan Lipbalm................................
5.7 Hasil Analisis Quadratic............................................................................
5.8 Hasil Pengamatan Uji Daya Lekat Sediaan Lipbalm................................
5.9 Hasil Analisis Quadratic............................................................................
6.1 Hasil Uji Stabilitas.....................................................................................
6.2 Hasil Uji Homogenitas..............................................................................

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF........................ 49
4.2 Batas atas dan batas bawah formula.............................................................. 50
5.1 Hasil evaluasi ekstrak daun strawberry secara organoleptis.........................
5.2 Hasil persentase rendemen ekstrak daun strawberry.....................................
5.3 Hasil uji kadar air ekstrak daun strawberry...................................................
5.4 Hasil skrining fitokimia ekstrak daun strawberry.........................................
5.5 Hasil pengamatan uji SPF sediaan lipbalm....................................................
5.6 Hasil nilai SPF setiap sediaan lipbalm ekstrak daun strawberry...................

xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

MED : Minimal Erythemal Dose


SPF : Sun protecting Factor
UV : Ultraviolet
UV-Vis : Ultraviolet Visible

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian............................................................... 49
Lampiran 2. Surat determinasi tanaman strawberry............................................ 50
Lampiran 3. Surat peminjaman Lab Universitas Bali Internasional....................
Lampiran 4. Surat ijin penelitian.........................................................................
Lampiran 5. Kartu konsultasi bimbingan skripsi pembimbing 1.........................
Lampiran 6. Kartu konsultasi bimbingan skripsi pembimbing 2.........................
Lampiran 7. Dokumentasi....................................................................................
Lampiran 8. Data hasil uji....................................................................................
Lampiran 9. Hasil analisis quadratic dengan Simplex Lattice Design.................

xvi
xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan setiap orang akan kosmetik berbeda-beda. Tetapi, bisa dipastikan

setiap hari banyak orang yang menggunakan produk kosmetik. Sejak dahulu kosmetik

telah digunakan hingga sekarang, karena kosmetik telah dipercaya sebagai alat

pemercantik bagi kaum wanita diseluruh dunia (Azhara dan Nurul, 2011).

Penggunaan kosmetik mampu melindungi dan menjaga kelembaban kulit tetap

terjaga khususnya pada bibir. Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang

penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir

mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis disbanding kulit wajah biasa.

Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang

berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Kadu, 2014).

Masalah yang paling sering terjadi pada bibir adalah chapping atau bibir pecah-

pecah yang disebabkan karena retaknya lapisan permukaan keratin. Factor

penyebabnya adalah sering menjilat bibir, dehidrasi dan sinar matahari. Namun,

penyebab spesifiknya ialah kerusakan yang diakibatkan oleh paparan sinar UV

matahari. Paparan sinar UV matahari dapat merusak sel keratin bibir yang berfungsi

melindungi bibir. Seperti halnya kulit, bibir juga dapat terbakar dan terkelupas. Sel

yang rusak tersebut akan terkelupas dan jatuh. Saat bibir kehilangan sel-sel ini, bibir

menjadi pecah-pecah. Proses ini akan terus berlanjut hingga semua sel yang rusak

1
2

tersebut digantikan oleh sel yang baru (Jacobsen, 2011). Hilangnya kelenturan akan

membuat bibir lebih retak, seperti bibir pecah-pecah maka dibutuhkan pelembab

untuk melembabkan bibir dan menjaga kerusakan pada permukaan bibir, kosmetik

yang biasa digunakan adalah lipbalm.

Lipbalm adalah formulasi yang diterapkan ke bibir untuk mencegah pengeringan

dan melindungi terhadap factor lingkungan yang merugikan. Tujuan dari penggunaan

lipbalm adalah lebih kepada perawatan bibir dibandingkan untuk tujuan riasan.

Lipbalm memang dibuat untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir.

Kandungan yang terdapat dalam lipbalm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir

(Muliyawan dan Suriana, 2013), senyawa yang dapat melindungi bibir dari kering

dan pecah-pecah adalah senyawa yang memiliki fungsi sebagai antioksidan,

dikarenakan kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat

yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Pearce, 2010). Sehingga

untuk menghindari hal tersebut diperlukan antioksidan eksogen yang dapat menunda

atau menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas atau menetralkan dan

menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel (Sie, 2013).

Dan vitamin yang berguna melembabkan dapat diperoleh secara alami dengan

memanfaatkan tanaman sebagai pelembab bibir.

Bahan sintetis yang dapat digunakan pada sediaan kosmetik yang memiliki fungsi

sebagai antioksidan adalah BHA (Butyl Hydroksianisol), BHT (Butyl

Hydroxytoluene) dan juga vitamin E memiliki fungsi sebagai pelembab dan

antioksidan (Tranggono dan Latifah, 2007). Untuk BHA konsentrasi yang dapat
3

digunakan pada sediaan topikal adalah 0.005%-0.2% dan untuk BHT untuk sediaan

topikal dapat digunakan dengan konsentrasi 0.0075%-0.1% (Rowe, 2009). Namun,

seiring perkembangan gaya hidup, banyak masyarakat pengguna kosmetik

menginginkan produk yang mengurangi efek samping yang disebabkan oleh bahan

sintetis, salah satu contohnya adalah iritasi (Yunitasari, 2011). Sehingga dibuat

sediaan kosmetika yang berasal dari bahan alami yang memiliki khasiat sebagai

antioksidan untuk mengurangi kerusakan sel, salah satu tanaman yang mengandung

senyawa sebagai antioksidan adalah daun stroberi, karena menurut Widyastuti (2016),

daun strawberry mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai tabir surya

dan juga berfungsi sebagai antioksidan.

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah lanolin, cera alba, dan

propilenglikol sebagai eksipien yang akan diuji pengaruh konsentrasinya. Dimana

lanolin memiliki fungsi sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai.

Lanolin adalah pengemulsi yang sangat baik dan digunakan dalam kosmetik (Anif,

1993). Pada lipstick lanolin memiliki peran untuk mempertahankan massa lipstick

dalam campuran yang homogen (Felisia, 2016). Penggunaan propilenglikol sebagai

zat tambahan dan pelarut, dapat juga berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,

disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat

bercampur dengan air (Rowe dkk, 2009). Dan untuk penggunaan cera alba adalah

sebagai pengikat minyak, selain itu juga cera alba dapat memberikan kilau,

konsistensi serta menjaga kestabilan warna (Widayanti, 2014).


4

Penambahan propilenglikol dan cera alba dengan konsentrasi yang berbeda pada

sediaan krim dan lipgloss dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia dari sediaan

tersebut. Menurut Cipta (2010) pemberian propilenglikol mempengaruhi uji

viskositas dan uji pH yang dilakukan pada sediaan krim. Pada uji viskositas di

sediaan krim dengan berbagai konsentrasi propilenglikol mengalami penurunan

viskositas. Penurunan viskositas pada krim terjadi pada propilenglikol dengan

konsentrasi 7% lebih tinggi dibandingkan propilenglikol yang memiliki konsenstrasi

0,3% dan 5%. Dan di uji pH sediaan krim, yang mengandung propilenglikol dengan

konsentrasi 5% lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi 0,3% dan 7%.

Sedangkan pada penambahan cera alba pada sediaan lipgloss memberikan pengaruh

terhadap sifat fisika dan kimia, yang terjadi pada penambahan cera alba dengan

konsentrasi sebesar 5% (Anjari, 2018). Penambahan lanolin pada sediaan dapat

mempengaruhi daya sebar dari sediaan lotion dan kekerasan pada sediaan lipstick.

Menurut Luliana (2019) formula krim dengan penambahan konsentrasi lanolin

sebesar 3% memiliki daya sebar yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan semakin

besar konsentrasi lanolin yang digunakan maka semakin kecil daya sebar yang

diperoleh begitu juga sebaliknya, hal ini dikarenakan lotion yang dihasilkan semakin

kental (Fitriana et al, 2012). Pada sediaan lipstick dengan penambahan lanolin yang

lebih tinggi dapat meningkatkan kekerasan dan mempertahankan kestabilan sediaan

lipstick (Felisia, 2016).

Menurut Widyastuti (2016) pada skrining fitokimia daun strawberry (Fragaria x

ananassa Duchesne) mengandung senyawa flavonoid. Dimana senyawa flavonoid


5

memiliki potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor yang umumnya

memberi warna pada tanaman. Gugus kromofor tersebut merupakan system aromatic

terkonjugasi yang menyebabkan kemampuan untuk menyerap kuat sinar pada kisaran

panjang gelombang sinar UV (Prasdiddha, 2015). Tabir surya mengandung senyawa

yang melindungi kulit dari sengatan sinar matahari atau sinar UV dengan cara

menghamburkan cahaya secara efektif dengan megabsorbsinya (Gandjar, 2012).

Menurut Widyastuti (2016), ekstrak etanol daun stroberi memiliki aktivitas

antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 363,551 ppm dan memiliki aktivitas sebagai

tabir surya dengan nilai SPF 20,090 pada konsentrasi 175 ppm dengan kategori

proteksi ultra.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

variasi konsentrasi lanolin, cera alba, dan propilenglikol terhadap kualitas sediaan

serta melihat berapa nilai SPF dari sediaan lipbalm ekstrak etanol 96% daun

strawberry.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh terhadap sifak fisika dan kimia dengan variasi

konsentrasi cera alba, lanolin dan propilenglikol terhadap sediaan lipbalm

ekstrak daun strawberry (Fragaria x ananassa)?

2. Berapakah nilai SPF dari sediaan lipbalm ekstrak daun strawberry (Fragaria

x ananassa)?
6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah membuat sediaan lipbalm ekstrak etanol

96% daun strawberry sebagai tabir surya dengan dan melihat pengaruh variasi

konsentrasi dan nilai SPF pada sediaan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi cera alba, lanolin dan

propilenglikol terhadap sediaan lipbalm ekstrak daun strawberry.

b. Mengetahui nilai SPF dengan variasi konsentrasi dari sediaan lipbalm

ekstrak daun strawberry

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diperoleh manfaat penelitian sebagai

berikut :
7

1. Menambah informasi bagi masyarakat mengenai ilmu pengetahuan

mengenai ekstrak daun strawberry sebagai tabir surya pada sediaan

lipbalm.

2. Untuk memberi pengetahuan bagi masyarakat mengenai kegunaan bahan

alam yang ada di sekitar sebagai tabir surya, salah satunya adalah daun

strawberry yang tumbuh di Indonesia.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Strawberry

Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di

Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman strawberry yaitu Fragaria chiloensis

menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain,

yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis strawberry

ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Strawberry yang sering dijumpai di

pasar swalayan merupakan hibrida yang dihasilkan dari persilangan Fragaria

Virgiana L, var Duchesne asal Amerika Utara dengan Fragaria Chiloensis L. var

Duchesne asal chili (Darwis, 2007). Klasifikasi botani tanaman strawberry adalah

sebagai berikut : (Giampieri, 2012)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae

Marga : Fragaria

Spesies : Fragaria x ananassa

7
8

Gambar 2.1 Tanaman Strawberry

2.2 Morfologi Tanaman Strawberry

Tanaman strawberry merupakan tumbuhan menjalar dengan batang yang

bercabang-bercabang, panjang batang berkisar 20 cm. Struktur akar tanaman

strawberry terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar

(apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman strawberry

berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran

besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm, namun akar tersebut hanya menembus

lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya

(Giampieri, 2012).

Strawberry merupakan tanaman yang mampu beradaptasi baik di dataran tinggi

tropis dengan suhu 17-20℃ dan kelembaban udara antara 80-90%. Tanaman

strawberry dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun dengan

lama penyinaran cahaya matahari 8-10 jam per hari. Bunga strawberry tersusun

sebagai bunga majemuk yang berukuran panjang, terletak pada ujung tanaman.

Batang tanaman strawberry banyak mengandung air, berbuku-buku dan beruas-ruas


9

pendek. Tinggi tanaman strawberry mencapai 35 cm dengan batang utama pendek

dan tebal disebut dengan crown. Daun strawberry termasuk daun majemuk beranak

tiga (trifoliate), tersusun melingkar pada crown berwarna hijau dengan tepi anak daun

bergerigi. Bagian-bagian daun terdiri epidermis, jaringan palisade, jaringan spons dan

berkas pembuluh angkut daun. Masa pertumbuhan vegetative membentuk daun-daun

baru 8-12 hari dan bertahan 1-3 bulan kemudian kering (Giampieri, 2012).

Gambar 2.2 Daun Strawberry

Bunga tanaman strawberry memiliki lima sepal (kelopak bunga), lima petal

(daun mahkota), 20-35 stamen dan ratusan putik yang menempel pada dasar

receptacle (dasar bunga). Bunga yang pertama kali mekar adalah bunga primer,

kemudian disusul oleh bunga sekunder, tersier dan kuartener. Secara umum

morfologi akar, batang, daun, bunga pada semua varietas tanaman strawberry adalah

sama. Akan tetapi, morfologi buah (bentuk, ukuran, warna dan kekerasan) pada

masing-masing varietas tanaman strawberry berbeda (Giampieri, 2012). Buah

strawberry (fractus) memiliki bentuk kerucut hingga bulat. Secara visual buah

strawberry dianggap buah semu, karena berasal dari dasar bunga yang berubah

menjadi bentukan gumpalan daging buah. Karakteristik spesies buah (Fragaria vesca
10

L) yaitu variasi oval dan panjang dengan biji menonjol keluar, aromatic, memiliki

warna yang merah cerah serta daging buah yang lembut (Giampieri, 2012).

2.3 Kandungan Daun Strawberry

Pada penelitian Widyastuti (2016), hasil pengujian skrining fitokimia daun

strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mengandung senyawa flavonoid dan

fenolik. Sehingga adanya kemungkinan mempunyai aktivitas sebagai tabir surya.

Tabir surya mengandung senyawa yang melindungi kulit dari sengatan sinar matahari

atau sinar UV dengan cara menghamburkan cahaya secara efektif dengan

megabsorbsinya. Salah satu senyawa kimia yang aktif sebagai tabir surya adalah

senyawa fenolik (Gandjar, 2012).

Penelitian yang dilalukan oleh Widyastuti (2016), diambil kesimpulan bahwa

ekstrak etanol daun strawberry memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50

sebesar 363,551 ppm dan memiliki aktivitas sebagai tabir surya dengan nilai SPF

20,090 pada konsentrasi 175 ppm.

2.4 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. bahan yang

dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami

Yng terdapat disekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi

juga bahan sintesis untuk maksud meningkatkan kecantikan. Kosmetika adalah

sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan
11

(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga

mulut untuk membersihkan, menambah daya Tarik, mengubah penampilan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan sesuatu (Muliyawan dan Suriana,

2013).

Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat adalah

bagian yang langsung dapat dilihat, karena kulit merupakan organ tubuh yang paling

luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian

kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan sangat

bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan penggolongannya, kosmetika dibagi

menjadi 2 golongan utama yaotu kosmetika perawatan kulit (skin care) dan

kosmetika dekoratif (tatarias/make up) (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.1 Kosmetik perawatan kulit (skin care)

Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics) jenis ini perlu untuk merawat

kebersihan dan kesehatan kulit. Antara lain, kosmetik untuk membersihkan kulit

(cleanser), kosmetik untuk melembabkan kulit (mousturizer), kosmetik pelindung

kulit, kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

2.4.2 Kosmetik dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk

menambah daya Tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan

dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak lebih menarik
12

dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetik dekoratif dalam

dua golongan besar, yaitu : (Muliyawan dan Suriana, 2013)

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstick, pemerah pipi, eye shadow,

dan lain-lain.

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang

lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting

rambut, dan preparat penghilang rambut.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan

pribadi, meningkatkan daya Tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri

dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi

dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum membantu

seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.3 Lipbalm

Lipbalm adalah formulasi yang diterapkan ke bibir untuk mencegah pengeringan

dan melindungi terhadap factor lingkungan yang merugikan. Lipstick dan lipbalm

memiliki kemiripan, bahan utama lipstick adalah asam lemak seperti lilin, minyak,

dan mentega yang memberikan konsisten dan bekerja sebagai emolien dalam

formulasi. Namun ada perbedaan yang signifikan beberapa diantara lipstick dan

lipbalm, terutama mengenai fungsi dimana lipstick digunakan untuk memberikan

warna pada bibir sedangkan lipbalm memberikan perlindungan (Fernandes et al,

2013).
13

Aplikasi lipbalm tidak memberikan efek warna atau sinar seperti lipstick dan

lipglos. Ia hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir (Fernandes et

al, 2013).

2.4.4 Manfaat Lipbalm

Sebagai pelapis, lipbalm mencegah kehilangan kelembaban, memberikan

peluang untuk mengembalikan kelembaban awal bibir melalui aliran difusi antara

kapiler dan jaringan. Dengan Lipbalm, kelembaban akan dikumpulkan pada

permukaan antara lipbalm dengan korneum. Karena fungsinya sebagai pelapis, jika

lipbalm dibersihkan maka tidak ada lagi perlindungan antara bibir dan lingkungan

luar (Fernandes et al, 2013).

2.4.5 Metode Pembuatan Lipbalm

Pada metode pembuatan lipbalm secara umum sama dengan metode pembuatan

lipstick, karena lipbalm adalah salah satu jenis kosmetik bibir yang serupa dengan

lipstick. Perbedaan antara cara pembuatan lipbalm dengan pembuatan lipstick adalah

pada tahap colour-Grinding atau pencampuran bahan pewarna, dikarenakan lipbalm

jarang mengandung perwarna. Karena tujuan dari sediaan lipbalm adalah sebagai

produk perawatan bibir bukan dekoratif (KP, Octavia, 2014). Adapun proses

pembuatan lipbalm yang dapat terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Pencampuran (mixing)

Pada proses pencampuran bahan lipbalm dilakukan dengan melebur semua

bahan sampai homogeny dengan sempurna. Pemanasan yang dilakukan tidak

berlebihan, pengadukan bahan secara perlahan agar didapatkan campuran massa


14

minyak yang homogeny. serta diusahakan agar waktu pemanasan tidak terlalu

lama. Massa minyak yang ingin disimpan dalam jangka waktu lama dapat

disimpan dalam wadah yang inert, tertutup rapat, terhindar dari cahaya dan

disimpan pada suhu rendah (KP, Octavia, 2014).

2. Pencetakan (molding)

Lipbalm dibuat dengan bentuk stik (peluru) sebelum memasukkan ke dalam

kemasan, hal ini dilakukan dengan pencetakan ke dalam wadah pencetakan,

peralatan pencetakan konvensional terbuat dari aluminium atau baja, dan proses

pengisian ke dalam cetakan hanya dilakukan dengan menuangkan campuran/massa

minyak yang telah dilebur dan homogeny dalam keadaan panas cetakan logam.

Setelah formulasi didinginkan dan lipbalm yang sudah terbentuk dikeluarkan dari

cetakan (R Mallon et al., 2014).

3. Flaming/pengkilapan

Pada pembuatan lipbalm tahapan flaming sangat jarang dilakukan. Terkadang

flaming hanya dilakukan pada ujung lipbalm untuk menghilangkan lubang-lubang

kecil yang mungkin terbentuk setelah molding, sehingga akan terbentuk lipbalm

yang memiliki permukaan mengkilap pada seluruh bagian (Baki, 2015). Flaming

ini dilakukan dengan cara melewatkan lipbalm melalui nyala api gas atau

menggunakan pemanas listrik. Jika menggunakan pemanas dengan nyala api biasa

dilakukan dengan satu arah, maka lipbalm perlu diputar saat melewati api untuk

mencairkan seluruh permukaan (KP, Octavia, 2014)


15

2.4.6 Komponen Lipbalm

Adapun komponen utama yang digunakan dalam lipbalm adalah sebagai berikut :

1. Lilin

Secara kimia, wax (lilin) adalah campuran hidrokarbon dan asam lemak

yang kompleks dikombinasikan dengan ester. Lilin lebih keras, kurang

berminyak dan lebih rapuh daripada lemak. Lilin sangat tahan terhadap

kelembaban, oksidasi dan bakteri. Ada empat kategori dari lilin, yaitu :

a. Lilin hewani, contohnya yaitu lilin lebah, lanolin, spermaceti;

b. Lilin nabati, contohnya yaitu carnauba, candelilla, jojoba;

c. Lilin mineral, contohnya yaitu ozokerite, paraffin, mikristalin, ceresin;

d. Lilin sintetis, contohnya yaitu polyethylene, carbowax, acrawax,

stearon.

Lilin yang paling banyak digunakan untuk kosmetik adalah lilin lebah

(beeswax), carnauba dan candelilla wax. Secara fisik, lilin ditandai dengan titik

leleh tinggi (50-100℃). Lilin yang paling banyak digunakan adalah beeswax

yang merupakan emolien yang bagus dan pengental. Dua wax alami lainnya

sering digunakan dalam kosmetik adalah lilin carnauba dan candelilla. Keduanya

lebih keras dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi membuat mereka lebih

stabil (Kadu, 2014).

2. Minyak

Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang

menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat
16

tinggi (laurat, miristat, palmitate dan asam stearate) termasuk minyak kelapa,

minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam lemak

tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, linoleate) misalnya canola, minyak

zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak dan minyak alpukat.

Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak menjadi anyir secepat

minyak tak jenuh. Namun, minyak dengan asam lemak tidak jenuh lebih halus,

lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap oleh kulit (Kadu, 2014).

3. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi

untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,

mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipbalm. Fungsi lain dalam

pembuatan lipbalm adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan

fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa

digunakan dalam basis lipbalm adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak

terhidrogenisasi dan lain-lain (Kadu, 2014).

2.4.7 Zat Tambahan dalam Lipbalm

1. Butil hidroksi toluene

Butyl hidroksi toluene (BHT) merupakan salah satu antioksidan yang

paling banyak digunakan pada kosmetik, produk makanan dan sediaan farmasi

lain. Tujuan penggunaannya adalah untuk mencegah kerusakan oksidatif dari

lemak dan minyak agak tidak tengik dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin

yang terlarut dalam minyak (Rowe, 2009).


17

BHT berbentuk serbuk Kristal putih dengan bau fenol yang khas, praktis

tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan alkali hidroksida, asam

mineral encer, namun larut dalam aseton, benzene, etanol 95%, eter,

methanol, toluene, minyak mineral, BHT harus disimpan di tempat yang

tertutup baik, terlindung dari cahaya, lembab dan panas (Rowe, 2009).

2.4.8 Monografi Bahan yang Digunakan

1. Cera Alba

Malam putih adalah hasil pemurnian dan pengentalan malam kuning yang

diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera L. (Famili Apidae) dan

memenuhi syarat uji kekeruhan penyabunan (Ditjen POM, 2014). Adapun

monografi daric era alba adalah sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2020)

Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam

keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik.

Bobot jenis lebih kurang 0,95.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin.

Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari

mirisin, yang merupakan kandungan malam putih. Larut

sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak

dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzen dingin dan

dalam karbon disulfida dingin. Pada suhu lebih kurang 30°

larut sempurna dalam benzen, dan dalam karbon disulfida.

Jarak lebur : 62℃ sampai 65℃


18

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan

2. Lanolin

Lanolin atau lemak bulu domba adalah zat berupa lemak yang dimurnikan,

diperoleh dari bulu domba ovis aries linne (Familia Bovidae) yang dibersihkan

dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%.

Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%. Adapun

monografi dari lanolin adalah sebagai berikut : (Ditjen POM, 2014)

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning; bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; dapat bercampur dengan air lebih kurang

dua kali beratnya; agak sukar larut dalam etanol dingin; lebih

larut dalam etanol panas; mudah larut dalam eter, dan dalam

kloroform.

Jarak lebur : Antara 38℃ sampai 44℃.

Penggunaan : Digunakan secara umum pada formulasi sediaan topical dan

kosmetik. Lanolin dapat digunakan sebagai basis hidrokarbon

dan pada pembuatan krem air dalam minyak dan salep.

3. Propilenglikol

Propilenglikol adalah 1,2-propanadiol dengan rumus C3H8O12 dan

memiliki berat molekul 76,09). Adapun monografi dari propilenglikol adalah

sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2020).


19

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak

berbau; menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan aseton dan dengan

kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak

esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Jarak didih : Pada suhu 185℃ sampai 189℃ tersuling tidak kurang dari

95,0%.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan; pelarut.

Propilenglikol juga dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,

disinfektan, humektan, solven, stabilizer atau vitamin, dan kosolven yang dapat

bercampur dengan air (Rowe dkk, 2009). Penggunaan kosolven disamping

untuk meningkatkan kelarutan obat, juga untuk meningkatkan kelarutan

konsituen volatile yang digunakan dalam meningkatkan flavour dan odor untuk

pelarut cair (Agoes, 2008).

Sebagai pelarut atau kosolven propilenglikol digunakan dalam konsentrasi

10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 5-

80% larutan topical. Sifat propilenglikol hampir sama dengan gliserin, tetapi

propilenglikol mudah melarutkan berbagai jenis zat. Seperti gliserin, fungsi dari

propilenglikol adalah sebagai humektan, tetapi fungsi dalam formula krim

adalah sebagai pembawa emulsi, sehingga emulsi menjadi lebih stabil.


20

Propilenglikol memiliki fungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan

pada konsentrasi 15% (Rowe, 2009).

4. BHT

Butyl hidroksitoluen mengandung tidak kurang dari 99,0% C15H24O

(Ditjen POM, 2014). Adapun monografi dari BHT adalah sebagai berikut :

Pemerian : Hablur padat, putih, bau khas lemah (Ditjen POM, 2014).

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol, mudah larut

dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Ditjen POM,

2014).

Titik leleh : BHT memiliki titik leleh 70℃ (Guest, 2006)

Penggunaan : Digunakan sebagai antioksidan yang digunakan secara luas

pada produk kosmetik, makanan, dan farmasi. Bahan ini

digunakan terutama untuk menunda atau mencegah terjadinya

rasiditas oksidatif dari minyak dan lemak, untuk mencegah

hilangnya aktivitas dari vitamin yang larut dalam lemak.

Rentang konsentrasi BHT digunakan sebagai antioksidan pada

formula sediaan topical adalah 0,0075-0,1% (Guest, 2006).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Kemenkes RI, 2020)

5. Oleum Cacao
21

Lemak coklat adalah lemak coklat padat yang diperolej dengan pemerasan

panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan dipanggang (Kemenkes

RI, 2020).

Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan; bau khas aromatic; rasa khas

lemak; agak rapuh.

Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform

P, dalam eter P dan dalam eter minyaktanah P

Suhu lebur : 31℃ sampai 40℃.

Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.

2.5 Formula Dasar

Adapun formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipbalm dalam penelitian ini

dengan komposisi sebagai berikut : (Ratih, 2014)

R/ Cera alba 7,1g

Lanolin 20g

Propilenglikol 5,5g

BHT 0.25g

Parfum 5g

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipbalm dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : (Ratih, 2014)

R/ Gliserin 5

Cera Alba 10
22

Cera Flava 12

Nipagin 0,18

Nipasol 0,02

BHT 0,05

Oleum cacao 100

2.6 Prosedur Pembuatan Sediaan

Basis yang digunakan dilelehkan diatas penangas air pada suhu leleh yaitu 31-

34℃, cera flava dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 62-64℃ kemudian

propilenglikol dimasukkan kedalam lelehan basis sambil diaduk, ekstrak daun

dimasukkan terakhir sambil diaduk, setelah itu dimasukkan kedalam wadah lipbalm,

lalu didiamkan pada suhu ruangan sampai membeku.

2.7 Pengujian Fisika dan Kimia

2.7.1 Uji Stabilitas

Uji stabilitas sediaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kestabilan suatu

sediaan selama masa penyimpanan. Uji stabilitas meliputi, pengamatan

organoleptis seperti warna, bau, bentuk (Asyifa, 2017).

2.7.2 Uji Ph

Uji Ph dilakukan untuk mengetahui pH dari sediaan lipbalm, lipbalm yang

baik mempunyai nilai pH mendekati pH bibir yaitu 4,0-6,5. Jika pH dibawah

standar maka timbul seperti gatal-gatal. Dan apabila pH diatas standar akan

menyebabkan bibir panas (Ginting, 2017).


23

2.7.3 Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan yang dapat

mempengaruhi ketika diaplikasikan pada kulit untuk sediaan topical (Wulandari,

2018). Dengan nilai viskositas yang baik untuk sediaan adalah 2000-500000 cPs

(Genatrika et al., 2016).

2.7.4 Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

daya sebar lipbalm pada saat diaplikasikan. Daya sebar yang baik untuk sediaan

semisolid adalah 5-7 cm (Aini, 2013).

2.7.5 Uji Daya Lekat

Uji daya lekat lipbalm dilakukan bertujuan untuk melihat seberapa cepat

waktu yang diperlukan sediaan lipbalm untuk dapat melekat pada bibir setelah

diaplikasikan (Agata, 2012). Diperlukan waktu lebih dari 4 detik agar sediaan

dikatakan memiliki daya lekat yang baik (Yani dkk, 2020).

2.7.6 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat

telah bercampur atau homogeny secara keseluruhan atau tidak (Nazliniwaty,

2012).

2.7.7 Uji SPF

SPF merupakan nilai yang menunjukkan kekuatan tabir surya dalam

emlindungi kulit dari sengatan sinar UV. Sehingga uji SPF dilakukan untuk

mengetahui bagaimana kemampuan sediaan tabir surya dalam menyerap radiasi


24

yang mengenai kulit. Dengan penilaian SPF yang dibagi menjadi tabir surya

dengan nilai sebagai berikut : (Indriani, 2018)

1. Proteksi minimal : Dengan nilai SPF 2-4

2. Proteksi sedang : Dengan nilai SPF 4-6

3. Proteksi ekstra : Dengan nilai SPF 6-8

4. Proteksi maksimal : Dengan nilai SPF 8-15

5. Proteksi ultra : Dengan nilai spf ≥ 15

2.8 Sinar Ultraviolet

Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu sinar yang dipancarkan oleh matahari

yang dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar inframerah.

Sinar UV berada pada kisaran panjang gelombang 200-400 nm. Sumber utama radiasi

UV adalah cahaya matahari yang terdiri dari beberapa panjang gelombang. Cahaya

UV paling membahayakan untuk kulit (Balakhrisnan and Nithya, 2011).

Spectrum UV terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang.

Panjang gelombang 200-290 nm merupakan sinar UV-C. Panjang gelombang 290-

360 nm merupakan sinar UV-B. Panjang gelombang 320-400 nm merupakan sinar

UV-A. Tidak semua radiasi sinar UV dari matahari dapat mencapai permukaan bumi.

Sinar UV-C yang memiliki energy terbesar tidak dapat mencapai permukaan bumi

karena mengalami penyerapan lapisan ozon (Balakhrisnan and Nithya, 2011).

Lebih dari 90% radiasi matahari mencapai bumi adalah UV-A yang berprenetrasi

ke dalam menuju epidermis dan dermis pada kulit. UV-A 1000 kali lebih efektif
25

menghasilkan efek tanning (kecoklatan) dibandingkan dengan UV-B. paparan UV-A

jangka panjang dapat menyebabkan kulit terbakar dan membahayakan struktur

dermis. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan protein selular, lipid, dan sakarida

kemudian menyebabkan nekrosis dari sel endothel kemudian merusak pembuluh

darah di dermal sehingga merubah struktur DNA dan menyebabkan kanker

(Balakhrisnan and Nithya, 2011).

Radiasi UV-B merupakan konstituen paling aktif dari cahaya matahari. UV-B

1000 kali lebih ampuh menyebabkan kulit terbakar dibandingkan UV-A sehingga

disebut burning ray. UV-B lebih genitoxic dibandingkan UV-A dan bertindak secara

dominan di lapisan epidermis basal pada kulit. UV-B menginduksi secara langsung

dan tidak langsung efek samping biological yang termasuk pembentukan dari

pyrimidine photoproducts, stimulasi sintesis DNA, dan produksi radikal bebas

(Balakhrisnan and Nithya, 2011).

Radiasi UV-C merupakan radikal yang paling bahaya. Paparan secara jangka

pendek radiasi UV-C dapat mengakibatkan kerusakan yang parah pada kulit, tetapi

radiasi UV-C dari matahari secara komplit diserap oleh molekul oksigen dan ozon di

atmosfer bumi dan tidak ada radiasi matahari dengan panjang dibawah 290 nm yang

mencapai permukaan bumi (Balakhrisnan and Nithya, 2011).

2.9 Tabir Surya

Tabir surya mengandung senyawa yang dapat melindungi kulit dari pengaruh

sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan sinar matahari dengan cara menyerap sinar
26

UV yang dipancarkan matahari. Senyawa yang terkandung di dalam tabir surya dapat

digunakan untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit pada kulit dan untuk

melindungi kesehatan kulit manusia dari pengaruh negative sinar UV (Handayani dan

Arty, 2009).

Tabir surya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tabir surya fisik dan tabir surya

kimia. Tabir surya kimia yaitu tabir surya yang menyerap sinar ultraviolet, misalnya

PABA, ester PABA, benzofenon, avobenzon, salisilat, sinamat dan derivate kamfer.

Salah satu tabir surya kimia adalah golongan sinamat, tabir surya golongan sinamat

merupakan tabir surya yang sering digunakan dan sangat efektif dalam menghambat

UV-B dan tabir surya fisik yaitu tabir surya yang memantulkan sinar ultraviolet,

misalnya RVPaque (ZnO), titanium dioksida, talk, dan kalamin (Kartawiguna, 2011).

Terdapat beberapa syarat yang diperlukan untuk mendapatkan sediaan tabir surya

yang sesuai, adalah sebagai berikut : (Handayani dan Arty, 2009)

1. Rentang panjang gelombang 290-320 nm efektif dalam menyerap sinar

eritmogenik tanpa menimbulkan gangguan yang mengurangi efisiensinya

atau yang akan menimbulkan toksik atau iritasi.

2. Panjang gelombang 300-400 nm memberikan efek terhadap tanning

maksimum dan memberikan transmisi penuh.

3. Tidak mudah menguap, resisten terhadap air dan keringat.

4. Memberikan formulasi kosmetik yang sesuai karena memiliki sifat-sifat

mudah larut.

5. Daya proteksinya dapat bertahan selama beberapa jam.


27

6. Stabil dalam penggunaan.

Tabir surya juga dapat digunakan pada semua kelompok umur dan kondisi

kesehatan yang bervariasi. Berdasarkan penggunaannya, tabir surya dapat

diklasifikasikan menjadi : (Handayani dan Arty, 2009)

1. Sunburn preventive agents, adalah tabir surya yang mengabsorbsi 95% atau

lebih radiasi UV dengan panjang gelombang 290-320 nm.

2. Suntanning agents, yaitu tabir surya yang mengabsorbsi sedikitnya 85% dari

radiasi UV dengan rentang panjang gelombang dari 290-320 nm, panjang

gelombang yang lebih besar dari 320 nm menghasilkan tan ringan yang

bersifat sementara. Kedua kategori tabir surya tersebut merupakan kategori

tabir surya kimia yang mengabsorbsi rentang tertentu dari radiasi UV.

3. Opaque sunblock agents, memiliki tujuan untuk memberikan perlindungan

maksimum dalam bentuk penghalang secara fisik. Titanium dioksida dan zink

oksida merupakan senyawa yang sering digunakan dalam kelompok ini.

Titanium dioksida memencarkan dan memantulkan semua radiasi pada

rentang UV-Vis (290-777 nm), sehingga dapat mencegah atau meminimalkan

kulit terbakar (Sunburm) dan pencoklatan kulit (suntan) (Handayani dan Arty,

2009).

2.10 SPF (Sun Protection Factor)

Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya adalah

dengan nilai sun protection factor (SPF), yang didefinisikan sebagai jumlah energy
28

UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang

dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energy UV yang dibutuhkan

untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan perlindungan. Minimal

erythema dose (MED) didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi

sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema (Sukma, 2018).

Mansur (1986) mengembangkan suatu metode operasi yang cepat dan sederhana

untuk menentukan nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometri.

Spectrum absorbansi ditentukan dalam kisaran panjang gelombang UV-B yaitu 290

nm-320 nm dengan interval 5 nm dan menggunakan etanol sebagai blanko. Data

absorbansi yang diperoleh dimasukkan dalam persamaan SPF dan menggunakan

konstanta yang telah ditetapkan (Sukma, 2018).

2.11 Bibir

Bibir adalah bagian dari wajah yang sensitive. Tidak seperti kulit yang memiliki

pelindung dari sinar matahari, bibir tidak memiliki pelindung. Oleh karena itu, saat

udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi kering dan pecah-pecah.

Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri

yang tidak nyaman. Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum

terjadi pada pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah

yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin

merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari

menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan
29

rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas

dan tumbuh sel yang baru (Siregar, 2018).

Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah. Warna merah

disebabkan warna darah yang mengalir didalam pembuluh di lapisan bawah kulit

bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan

satu lapisan paling luar, yaitu lapisan stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi kulit

bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih muda luka dan mengalami

pendarahan. Disamping itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi

pada bibir menjadi sensitive. (Siregar, 2018).

Gambar 2.3 Bibir

2.12 Anatomi dan Fisiologi Kulit Bibir

Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh darah lebih

jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir kemerahan yang indah.

Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15 sampai 16 lapisan untuk tujuan

perlindungan. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan

dan sangat tipis disbanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel
30

rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari

lingkungan luar (Ratih, 2014).

Gambar 2.4 Struktur Kulit Bibir

2.13 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat, hewan dan beberapa jenis akan termasuk biota laut. Zat-zat aktif

tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tersebut dalam

mengekstraksi (Rusmiati, 2010). Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari

campuran dengan menggunakan pelarut dengan penyaringan tanaman tercapai maka

proses ekstraksi dihentikan. Setelah proses ekstraksi, selanjutnya pelarut dipisahkan

dari sampel dengan penyaringan (Supitri, 2018). Ekstraksi bahan alam bertujuan

untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam. Ekstraksi

didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam cairan pencari.
31

Perpisahan tersebut mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk

ke dalam pelarut (Yumassik, 2018)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering digunakan adalah ekstraksi secara panas

dan dingin. Ekstraksi secara dingin dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi dan

soxhletasi sedangkan ekstraksi secara panas dilakukan dengan cara refluks, infudasi,

dan destilasi uap air (Rusmiati, 2010).

2.13.1 Maserasi

Metode maserasi adalah cara ekstraksi sederhana untuk mengekstraksi simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan pelarut. Prinsip

maserasi ialah mengekstraksi bagian yang mengandung senyawa tertentu yang

dilakukan dengan metode perendaman serbuk simplisia dalam cairan pelarut yang

sesuai pada suhu kamar terlindung dari cahaya, sehingga cairan pelarut akan masuk

ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Keuntungan dari metode

maserasi adalah peralatannya sederhana. Kerugian dari metode maserasi ini adalah

membutuhkan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar

kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu beberapa senyawa mungkin saja

sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun disisi lain, metode maserasi dapat

menghindari rusaknya senyawa yang bersifst termolabil (Yumassik, 2018).

2.13.2 Perkolasi

Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Pada metode ini simplisia yang
32

akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang pada bagian bawahnya

diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk

tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai keadaan

jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan beratnya sendiri dan cairan di

atasnya, dikurangi dengan adanya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan

kebawa (Rusmiati, 2010). Kelebihan metode ini adalah sampel selalu dialiri oleh

pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam percolator tidak

homogeny maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini

juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu (Yumassik, 2018).

2.13.3 Reflux

Ekstraksi dengan menggunakan metode reflux digunakan untuk simplisia dengan

kandungan zat aktif yang tahan terhadap panas. Alat reflux terbuat dari bahan gelas

dimana bagian tengahnya dilengkapi dengan lingkaran gelas yang berbentuk spiral

atau bola. Untuk mengekstraksi bahan dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama

cairan penyari kemudian dipanaskan. Cairan penyari ini akan mendidih, menguap dan

berkondensasi pada pendingin tegak, lalu turun kembali pada labu dan sekaligus

mengekstraksi kembali. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan sampai

bahan tersari sempurna. Pengerjaan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 3-4 jam

(Rusmiati, 2010).

2.13.4 Infudasi
33

Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat

aktif yang larut dalam air dari bahan nabati, yang dilakukan dengan cara membasahi

dengan air. Biasanya dua kali bobot bahan, kemudian ditambah dengan air

secukupnya dan dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit dengan suhu 90℃,

sambil sekali-kali diaduk. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan melalui

ampasny. Umumnya 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan (Rusmiati, 2010).

2.13.5 Destilasi Uap

Esktraksi dengan destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk mencari serbuk

simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada

tekanan normal. Pada pemanasan biasa memungkinkan akan terjadi kerusakan zat

aktif. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap

air air (Rusmiati,2010)

2.14 Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometri serap ialah pengukuran serapan radiasi elektromagnit panjang

gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik yang diserap zat.

Pengukuran serapan dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 190 nm-

380 nm) atau pada daerah cahaya tampak (panjang gelombang 380 nm-780 nm).

Meskipun spectrum pada daerah ultraviolet dan daerah cahaya tampak dari suau zat

tidak khas, tetapi sangat cocok untuk penetapan kuantitatif dan untuk beberapa zat

berguna untuk membantu identifikasi. Metode spektrofotometri ultraviolet dan sinar

tampak berdasarkan pada hokum Lambert-Beer. Hokum tersebut menyatakan bahwa


34

jumlah radiasi cahaya tampak, ultraviolet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau

ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi

zat dan tebal larutan (Marzuki, Asnah, 2012).

Pemakaian spektrofotometer ultraviolet dan sinar tampak dalam analisis

kuantitatif mempunyai beberapa keuntungan : (Wunas, 2011)

1. Dapat digunakan untuk banyak zat organic dan anorganik. Beberapa zat ahrus

dirubah dahulu menjadi senyawa berwarna sebelum dianalisa.

2. Selektif. Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang gelombang

untuk zat yang dicari.

3. Mempunyai ketelitian yang tinggi dengan kesalahan relative sebesar 1%-3%,

namun kesalahan ini dapat diperkecil.

4. Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Instrument yang digunakan untuk emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi

dari panjang gelombang disebut spectrometer atau spektrofotometer. Umumnya

konfigurasi dasar dari spektrofotometer UV-VIS berupa susunan peralatan sebagai

berikut, UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema, berikut adalah

bagian-bagian dari spektrofotometri : (Wunas, 2011)

1. Sumber radiasi

Sumber radiasi yang digunakan pada spektrofotometri adalah lampu

deuterium, lampu tungsten, dan lampu merkuri. Sumber-sumber radiasi ultra

lembayung yang digunakan adalah lampu hydrogen dan lampu deuterium (D 2).

Selain itu, sebagai sumber radiasi ultra lembayung yang lain adalah lampu xenon.
35

Kekurangan lampu xenon tidak memberikan radiasi yang stabil seperti lampu

deuterium. Panjang gelombang yang digunakan pada lampu deuterium adalah

180-370 nm (daerah ultra lembayung dekat).

Lampu tungsten merupakan campuran dari filament tungsten gas iodine

(halogen) dengan rentangan panjang gelombang 800-900 nm sebagai sumber

radiasi pada daerah pengukuran sinar tampak. Lampu merkuri adalah suatu

lampu yang mengandung uap merkuri tekanan rendah dan dipakai untuk

mengecek, mengkalibrasi panjang gelombang pada spektrofotometer di daerah

ultra lembayung khususnya pada daerah sekitar panjang gelombang 365 nm dan

sekaligus mengecek resolusi monokromator.

2. Monokromator

Monokromator memiliki fungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis

dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator pada

spektrofotometer biasanya terdiri dari susunan yang meliputi, celah (slit) masuk-

filterprisma-kisi (grating)-celah keluar.

a. Celah (slit)

Celah monokromator merupakan bagian pertama dan terakhir dari suatu

system optic monokromator pada spektrofotometri. Celah monokromator

berperan penting dalam hal terbentuknya resolusi panjang gelombang dan

radiasi monokromatis.

b. Filter optic
36

Cahaya tampak yang merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang

gelombang 380-780 nm terbentuk cahaya putih yang merupakan campuran

cahaya dengan berbagai macam panjang gelombang. Filter optic berfungsi

menyerap warna komplomenter sehinffa cahaya tampak yang diteruskan

sesuai dengan warna filter optic yang digunakan. Filter optic yang sederhana

terdiri dari kaca yang berwarna dan monokromator akan menghasilkan pita

cahaya sangat sempit sehingga kepekaan analisisnya lebih tinggi. Dan lebih

dari itu akan didapatkan cahaya hamper monokromatis sehingga akan

mengikuti hokum Lambert-Beer pada analisis kuantitatif.

c. Prisma dan kisi (grating)

Prisma dan kisi adalah bagian monokromator yang terpenting. Prisma dan

kisi memiliki prinsip mendispersi radiasi elektromagnetik sebesar mungkin

supaya didapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

3. Kuvet

Kuvet adalah wadah sampel untuk menganalisis sampel. Bentuk kuvet

biasanya terbuat dari quarts atau leburan silica dan gelas dengan tabung, empat

persegi panjnag 1×1 cm, tinggi ±5 cm. Pada pengukuran di daerah ultra

lembayung dipakai quarts atau leburan silica, kuvet dari gelas tidak dipakai,

sebab gelas mengabsorpsi sinar ultra lembayung.

4. Detector

Fungsi detector akan menentukan kualitas dari spektrofotometri dengan

merubah signal elektronik.


37

5. Amplifier

Amplifier digunakan saat sinyal listrik elektronik yang dihasilkan setelah

melewati detector untuk menguatkan, karena penguat dengan masukan resistensi

yang tinggi sehingga rangkaian detector tidak terserap habis menyebabkan

keluaran cukup besar dapat dideteksi oleh oleh suatu alat pengukur.
BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENULISAN

3.1 Kerangka Berpikir

Bibir adalah salah satu daya tarik terbesar dari wajah seseorang, khususnya

wanita. Bibir sangat rentang terhadap pengaruh lingkungan dan berbagai produk

perawatan kesehatan, kosmetik dan produk perawatan kulit lainnya yang dapat

menyebabkan kerusakan kulit, yaitu bibir menjadi kering, pecah-pecah, da warna

yang kusam. Tabir surya dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan sumbernya, yaitu UV

filter anorganic (UV filter fisik) dan UV filter organic (UV filter kimia atau

sunblock). UV filter anorganik (UV filter fisik) bekerja dengan memantulkan dan

menghamburkan radiasi UV. Sedangkan UV filter organic (UV filter kimia atau

sunblock) bekerja dengan mengabsorbsi radiasi.

Lipbalm adalah salah satu satu jenis lipstick, namun diperuntukkan untuk

perlindungan bibir. Lipbalm juga mengandung sunscreen organic. Sebagian besar

lipbalm memiliki nilai SPF pada rentang 15 sampai 30. Tabir surya mengandung

senyawa yang melindungi kulit dari sengatan sinar matahari atau sinar UV dengan

cara menghamburkan cahaya secara efektif dengan megabsorbsinya. Pada penelitian

ini penulis ingin melakukan uji SPF dari formulasi lipbalm ekstrak daun strawberry

dan juga melakukan pengujian sifat fisika dan kimia dari sediaan, yaitu uji pH, uji

viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji stabilitas, uji homogenitas, dan uji SPF.

37
38

Metode yang digunakan untuk melakukan uji SPF adalah dengan menggunakan

analisis secara spektrofotometri dari larutan pengenceran sediaan lipbalm. Pada

panjang gelombang 290-320 nm untuk mengukur absorbansi larutan sampel.

Penilaian SPF dapat dibagi menjadi tabir surya dengan nilai SPF 2-4 dapat

memberikan proteksi minimal, tabir surya dengan nilai SPF 4-6 memberikan proteksi

sedang, tabir surya yang memiliki nilai SPF 6-8 memberikan proteksi ekstra, tabir

surya yang memiliki nilai SPF 8-15 memberikan proteksi maksimal dan tabir surya

memiliki SPF ≥ 15 memberikan proteksi ultra.


39

3.2 Kerangka Konsep

Ekstrak daun strawberry

Sediaan Lipbalm

Bahan-bahan sediaan lipbalm :


1. Cera alba dengan konsentrasi 5%, 5%, 12.50%, 15.05%, 5%, 7.50%, 9.99%,
20%, 7.50%, 12.5%, 5%, 20%, 5%
2. Lanolin dengan konsentrasi 8%, 15%, 8%, 3.33%, 1%, 10.33%, 5.66%, 1%,
3.33%, 1%, 15%, 1%, 1%
3. Propilenglikol dengan konsentrasi 8%, 1%, 1%, 3.33%, 15%, 3.33%, 5.66%,
1%, 10.33%, 8%, 1%, 1%, 15%

2. Uji sifat fisika dan kimia


sediaan Lipbalm : 1. Uji Tabir Surya :
a. Uji SPF (Sun Proctetion Factor)
a. Uji pH
b. Uji viskositas
c. Uji daya sebar
d. Uji daya lekat
e. Uji stabilitas
f. Uji homogenitas

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dari konsep penelitian dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh dari variasi konsentrasi cera alba, lanolin, dan

propilenglikol terhadap kualitas sifat fisika dan kimia ekstrak daun

strawberry.
40

2. Sediaan lipbalm ekstrak daun strawberry memiliki nilai SPF tertentu.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian secara eksperimental dengan 13 formula

yang direplikasi sebanyak 3 kali. Dengan pemeriksaan meliputi, uji pH, uji viskositas,

uji daya sebar, uji daya lekat, uji stabilitas, uji homogenitas dan uji SPF yang

dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Farmasetis Universitas Bali

Internasional.

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini termasuk farmasi bahan alam, khususnya

pembuatan sediaan dan ujinya. Penelitian ini mengambil tema bahan alam untuk

mengetahui formulasi sediaan lipbalm ekstrak etanol 96% daun strawberry sebagai

tabir surya.

40
41

4.4 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah variasi konsentrasi cera alba, lanolin,

dan propilenglikol

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dari penelitian ini adalah sediaan lipbalm yang akan

dilakukan uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji stabilitas dan

uji SPF.

4.5 Definisi Operasional

1. Sediaan lipbalm ekstrak etanol 96% daun strawberry merupakan sediaan yang

dapat melindungi bibir dari sinar matahari dan bibir kering.

2. Pengujian sifat fisika dan kimia yang dilakukan pada sediaan lipbalm ekstrak

etanol 96% daun strawberry adalah uji stabilitas, uji pH, uji viskositas, uji

daya sebar, dan uji daya lekat.

3. Uji stabilitas adalah pengujian yang dikakukan untuk mengetahui bagaimana

kestabilan suatu sediaan selama masa penyimpanan 28 hari. Uji stabilitas yang

dilakukan pada sediaan lipbalm adalah dengan pengamatan organoleptis,

meliputi warna, bau, dan bentuk.

4. Uji pH adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui berapa pH yang dimiliki

dari sediaan lipbalm dengan menggunakan alat pH meter.


42

5. Uji viskositas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan

yang dapat mempengaruhi, ketika diaplikasikan pada kulit dengan

menggunakan viscometer Brookfield.

6. Uji daya sebar adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana

kemampuan daya sebar sediaan lipbalm pada saat diaplikasikan.

7. Uji daya lekat adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat

waktu yang diperlukan sediaan lipbalm melekat pada bibir setelah

diaplikasikan.

8. Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakaah sediaan

yang dibuat telah bercampur atau homogeny secara keseluruhan atau tidak.

9. Uji SPF adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

sediaan tabir surya dalam menyerap radiasi yang mengenai kulit. Pengujian

ini dilakukan dengan menggunakan metode in vitro spektrofotometri UV-Vis.

4.6 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : beaker glass (pyrex), cawan

penguap, kaca objek, kertas perkamen, timbangan analitik (kenko), oven (maksindo),

waterbath (nesco), spektrofotometri UV-Vis (ametes), Ph meter (Hanna), viscosmeter

Brookfield, mixer, pipet tetes, spatula, sudip, dan wadah lipbalm.


43

4.7 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut, ekstrak etanol

96% daun stroberi yang diperoleh dari tanaman stroberi yang terdapat di pancasari

Tabanan, Cera alba, Lanolin, BHT, oleum cacao.

4.8 Penyiapan Simplisia

Sampel yang digunakan adalah daun strawberry yang diperoleh dari Pancasari

Tabanan. Determinasi tanaman dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Eka Karya Bedugul-Bali. Setelah di determinasi, dilakukan sortasi basah

dengan pencucian menggunakan air mengalir untuk memisahkan dari kotoran atau

bahan asing lainnya, kemudian dilakukan pengeringan dengan sinar matahari secara

langsung hingga kering, setelah itu dilakukan sortasi kering untuk memisahkan

kotoran atau benda asing yang masih tertinggal, simplisia di haluskan dengan cara di

blender sampai menjadi serbuk kering. Selanjutnya serbuk kering ditimbang

menggunakan timbangan analitik.

4.9 Ekstraksi Tanaman

Sejumlah 500 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah kaca bertutup,

dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 5 L. Hasil maserasi disaring,

kemudian dipekatkan dengan alat penguap vakum putar pada suhu 40℃ sampai

diperoleh ekstrak kental. Dilakukan beberapa kali hingga berwarna jernih. Filtrat

yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator.


44

4.10 Evaluasi Ekstraksi

1. Uji Organoleptis

Penilaian organoleptic yang disebut juga penilaian indra atau penilaian

sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan

masih sangat umum digunakan. Indra yang berperan dalam uji organoleptic

adalah indra penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan (Kemenkes RI,

2011).

2. Persentase Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara berat bahan kering yang dihasilkan

dari ekstrak dengan berat bahan segar, menggunakan satuan persen (%).

Persentase rendemen dapat dilakukan dengan menimbang berat awal simplisia,

kemudian dilakukan ekstrak simplisia dan ditimbang berat hasil ekstraksi.

Rumus persentase rendemen yaitu : (Kemenkes RI, 2011)

Bobot ekstrak kental (g)


% Rendemen = x 100 %
Bobot simplisia( g)

3. Uji Kadar Air

Uji kadar air dilakukan dengan cara, timbang saksama lebih kurang 10 gram

sampel, masukkan ke dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu

105℃ selama 5 jam, dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada

selang waktu 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut

tidak lebih dari 0,25% (Kemenkes, 2017).


45

4.11 Skrining Fitokimia Secara Kualitatif

1. Uji Flavonoid

Uji flavonoid dilakukan dengan cara mereaksikan 1 mL ekstrak etanol 96%

daun strawberry dengan serbuk Mg dan HCl. Adanya senyawa flavonoid

ditandai denganadanya perubahan warna menjadi coklat (Jiangseubchatveera et

al, 2017).

2. Uji Alkaloid

Uji alkaloid yang terdapat pada ekstrak etanol 96% daun strawberry

dilakukan dengan cara, dimasukkan ekstrak etanol 96% daun strawberry ke

dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian ditambahkan pereaksi mayer.

Jika terbentuk endapan putih berarti ekstrak tersebut mengandung senyawa

alkaloid (Kumara, 2020)

3. Uji Tanin

Untuk menguji kandungan tanin pada ekstrak etanol 96% daun strawberry

dapat dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak etanol 96% daun strawberry

sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes

FeCl3 1%. Setelah larutan tercampur, kemudian amati perubahan warna yang

terjadi pada larutan tersebut. Apabila larutan berubah warna menjadi coklat

kehijauan atau biru kehitaman maka menandakan ekstrak etanol 96% daun

strawberry mengandung senyawa tanin (Marlinda dkk, 2012).


46

4. Uji Steroid

Uji steroid dilakukan pada ekstrak etanol 96% daun strawberry dilakukan

dengan cara, memasukkan 1 ml ekstrak daun strawberry ke dalam tabung reaksi

kemudian tambahkan pereaksi liebermen. Jika terbentuk warna biru atau hijau

maka ekstrak tersebut mengandung senyawa steroid (Sulasiyah et al, 2018)

5. Uji Saponin

Untuk menguji kandungan saponin yang terkandung pada ekstrak etanol

96% daun strawberry, dapat dilakukan dengan cara sampel di didihkan dengan

20 ml air dalam penangas air. Filtrat dikocok dan didiamkan selama 15 menit.

Terbentuknya busa yang stabil selama ≤ 10 menit dan tidak hilang dengan

penambahan 1 tetes HCl, menunjukkan bahwa sampel positif mengandung

saponin (Depkes RI, 1995; Kumara, 2020).

4.12 Uji Sifat Fisika dan Kimia

1. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Dengan cara, pH

meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar standar

netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam hingga alat menunjukkan harga pH.

Sebelum dilakukan uji, sampel dibuat dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest,

kemudian dipanaskan. Setelah suhu larutan normal, pH meter dimasukkan pada


47

larutan, kemudian dibiarkan hingga menunjukkan pH sampai konstan. Angka

yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.

2. Uji Viskositas

Pengujian dilakukan dengan cara, memasukkan spindle yang sesuai kedalam

tube lipbalm. Viscometer yang digunakan adalah viscometer Brookfield.

Spindle diturunkan sampai batas spindle tercelup kedalam sediaan. Kecepatan

alat diatur dan dicatat angka yang ditunjukkan.

3. Uji Stabilitas

Uji dilakukan dengan cara mengevaluasi seluruh sediaan lipbalm yaitu,

formula 1 sampai 13 selama 28 hari meliputi, pengamatan organoleptis (warna

dan bau) disimpan pada suhu kamar.

4. Uji Daya Sebar

Uji dilakukan dengan cara, lipbalm ditimbang 0,1 g dan diletakkan di tengah

kaca bulat berskala yang sudah diolesi gelatin. Kaca bulat lainnya yang sudah

ditimbang diletakkan di atasnya dan diletakkan beban 200 g selama 1 menit,

kemudian diukur diameter penyebarannya.

5. Uji Daya Lekat

Uji ini dilakukan dengan menyiapkan sebanyak 0,03 g lipbalm dioleskan

pada gelas objek yang telah ditentukan luasnya (2,54 cm × 6 cm), gelas objek

lain diletakkan diatas olesan lipbalm tersebut, setelah itu tekan dengan beban

1000 g selama 5 menit. Gelas objek dipasang alat uji, kemudian dilepaskan

beban seberat 20 g dan dicatat waktunya hingga objek gelas terpisah.


48

6. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan dengan jumlah

tertentu pada kaca transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar.

4.13 Uji SPF

Uji ini dilakukan dengan cara, masing-masing konsentrasi lipbalm ditimbang

sejumlah 0,005 gram lalu dipindahkan ke beaker glass 100 ml kemudian diencerkan

dengan 10 ml kloroform. Selanjutnya sentrifugasi selama 15 menit. Diukur nilai

absorbansinya menggunakan alat spektrofotometri. Sediaan lipbalm diuji pada

spektrofotometri pada panjang gelombang 290-320 nm.


320
SPF = CF X ∑ EE ( λ ) x I ( λ ) x|( λ)|
290

Keterangan :

CF : Correction factor (Faktor koreksi) = 10

EE : Erythemal effect spectrum

I : Intensitas spectrum matahari pada panjang gelombang

Abs : Absorbansi produk tabir surya

Λ : Panjang gelombang yang digunakan pada spektrofotometri


49

Nilai EE × I adalah suatu ketetapan atau konstan dan ditunjukkan pada tabel

berikut :

Tabel 4.1

Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF

Λ EE (λ) x I (λ)
290 0.015
295 0.0817
300 0.2874
305 0.3278
310 0.1864
315 0.0839
320 0.018
Total 1

4.14 Perancangan Formula

1. Rancangan Formula

Rancangan formula lipbalm dilakukan dengan melakukan penentuan batas

atas dan batas bawah optimasi dengan variable bebas, yaitu cera alba, lanolin dan

propilen glikol sebagai basis.

Tabel 4.2

Batas atas dan batas bawah formula

Variabel Batas Bawah Batas Atas


Cera Alba 5% 20%
Lanolin 1% 15%
Propilenglikol 1% 15%

2. Pembuatan Formula
50

Berdasarkan nilai batas atas dan batas bawah formula yang sudah ditentukan

pada tabel 4.1 diperoleh hasil 13 kode formulasi seperti yang diperoleh data

berikut :

Gambar 4.1 Formula sediaan Lip Balm ekstrak etanol 96% daun strawberry
Pada pembuatan sediaan lipbalm tabir surya dilakukan dengan cara, semua

bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu. Basis yang digunakan

adalah cera alba, dilelehkan diatas penangas air pada suhu 61-65℃. Cera alba

kemudian dimasukkan pada cawan penguap sambal diaduk sampai meleleh

sempurna. Oleum cacao dilelehkan diatas penangas air dengan suhu 31-34℃.

Kemudian dicampurkan dengan basis dan diaduk sampai homogen.

Lanolin dan propilengklikol dimasukkan kedalam lelehan basis sambil diaduk.

Kemudian ditambahkan BHT, ekstrak etanol 96% daun stroberi, EO stroberi

sambil diaduk hingga homogen. Kemudian dimasukkan kedalam wadah lipbalm

lalu dibiarkan membeku pada suhu ruangan dengan mengulang pengujian

sebanyak 3 kali pada masing-masing formulasi.


51

4.15 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini diolah dengan menggunakan software Design

Expert. Dengan parameter yang digunakan adalah uji viskositas, uji daya sebar, uji

daya lekat, yang dilakukan dengan menggunakan metode Quadratic. Untuk dapat

mengetahui pengaruh variasi konsentrasi cera alba, lanolin, dan propilenglikol

terhadap formula.
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Determinasi Tanaman Strawberry


Tanaman yang digunakan pada penelitian ini merupakan daun strawberry
(Fragaria x ananassa), tanaman ini diperoleh dari pancasari Tabanan. Setelah itu
dilakukan identifikasi tanaman di Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali.

5.2 Hasil Evaluasi Ekstrak Daun Strawberry


5.2.1 Organoleptis
Evaluasi ekstrak daun strawberry secara organoleptis yaitu bentuk, bau, warna
dan rasa. Berdasarkan hasil evaluasi ekstrak daun strawberry secara organoleptis
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 5.1
Hasil evaluasi ekstrak daun strawberry secara organoleptis
Bentuk Warna Bau Rasa
Kental Hijau tua Bau khas Pahit

5.2.2 Persentase Rendemen


Persentase rendemen dapat dilakukan dengan menimbang berat awal simplisia,
kemudian ekstrak simplisia ditimbang. Diperoleh hasil persentasi rendemen sebagai
berikut :
Table 5.2
Hasil persentase rendemen ekstrak daun strawberry
Bobot simplisia Bobot ekstrak kental Persentase rendemen
(g) (g) (%)
500 gram 70.23 gram 14.046%

52
53

5.2.3 Uji Kadar Air


Uji kadar air dilakukan dengan cara, timbang saksama lebih kurang 10 gram
sampel, masukkan ke dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105℃
selama 5 jam, dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada selang waktu 1
jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%
(Kemenkes, 2017). Uji kadar air pada ekstrak daun strawberry diperoleh hasil sebagai
berikut :
Table 5.3
Hasil uji kadar air ekstrak daun strawberry
No Cawan Berat Berat sampel Berat sampel Hasil
kosong sampel + cawan setelah
(gram) awal (gram) pemanasan
(gram) A (gram) B
1 18,981 10 28,981 9,755 2,45%
2 19,706 10 29,706 9,638 3,62%
3 19,476 10 19,476 9,605 3,95%
Rata-rata 3,34%

5.3 Hasil Skrining Fitokimia


Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder
yang terdapat pada ekstrak yang akan digunakan. Berikut adalah hasil skrining
fitokimia ekstrak daun strawberry yang diperoleh :
Tabel. 5.4
Hasil skrining fitokima ekstrak daun strawberry

Metabolit Pereaksi Perubahan Warna Keterangan


Alkaloid Pereaksi Mayer Tidak terdapat endapan putih -
Flavonoid Pereaksi Mg- Terjadi perubahan warna menjadi +
HCl coklat
Steroid Liberman Terjadi perubahan warna hijau tua +

Tanin Pereaksi FeCl3 Terjadi perubahan menjadi warna +


54

hitam pekat
Saponin HCl Tidak berbentuk busa -
Keterangan:
+ : mengandung senyawa metabolit sekunder
-: tidak mengandung senyawa metabolit sekunder

5.4 Hasil Formulasi Sediaan


Pada formulasi sediaan lipbalm menghasilkan 13 sediaan dengan konsentrasi
ekstrak daun strawberry yang sama. Dengan demikian menghasilkan sediaan yang
tidak memiliki perbedaan organoleptis meliputi warna dan tekstur sediaan lipbalm.
Berikut merupakan gambar dari masing-masing formula.

Gambar 5.1 Formula sediaan lipbalm

5.5 Hasil Uji Sifat Fisika dan Kimia


5.5.1 Uji Ph
Uji pH ditentukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat pH meter
dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral dan larutan dapar asam
hingga alat menunjukkan harga pH. Pemeriksaan uji pH sediaan dilakukan pada
seluruh sediaan lipbalm. Masing-masing sediaan dilarutkan dalam 100 ml aquadest,
kemudian dipanaskan. Setelah suhu larutan normal, kemudian pH meter dimasukkan
ke dalam larutan tersebut hingga menunjukkan nilai pH sampai konstan. Berikut
merupakan hasil pengukuran pH sediaan lipbalm.
55

Gambar 5.2 Hasil Pengamatan Uji pH Sediaan Lipbalm

5.5.2 Uji Viskositas


Uji Viskositas ditentukan dengan menggunakan Viscometer Brookfield.
Pemeriksaan uji viskositas dilakukan dengan cara memasukkan spindle yang sesuai
kedalam tube lipbalm. Spindle diturunkan sampai batas spindle tercelup kedalam
sediaan yang akan diuji. Kemudian kecepatan alat diatur dan dicatat angka yang
ditunjukkan. Berikut merupakan hasil uji viskositas sediaan lipbalm.

Gambar 5.3 Hasil pengamatan uji viskositas sediaan lipbalm


Untuk melihat pengaruh yang dapat diberikan oleh cera alba, lanolin dan
propilenglikol terhadap viskositas lipbalm, peneliti menggunakan aplikasi simplex
lattice design dengan analisis quadratic dan diperoleh hasil analisis sebagai berikut.

Gambar 5.4 Hasil analisis quadratic


56

Keterangan :
A : Cera alba
B : Lanolin
C : Propilenglikol

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh persamaan dari uji viskositas sebagai


berikut :

Berdasarkan persamaan diatas menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara


cera alba dan lanolin memberikan pengaruh positif terhadap viskositas dengan nilai
koefisien +2226,31. Interaksi antara cera alba dan propilenglikol memberikan
pengaruh positif dengan nilai koefisien +5194,88 dan pada interaksi antara lanolin
dan propilenglikol memberikan pengaruh positif terhadap viskositas lipbalm dengan
nilai koefisien +6087,26.

5.5.3 Uji Stabilitas


Pemeriksaan uji stabilitas sediaan dapat dilakukan dengan pengamatan
organoleptis yaitu mengevaluasi bau dan warna dari sediaan lipbalm yang disimpan
pada suhu kamar. Berikut adalah hasil pengamatan uji stabilitas sediaan lipbalm.

Gambar 5.5 Hasil pengamatan uji stabilitas sediaan lipbalm


Keterangan :
- : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan
B : Bau
57

W : Warna

5.5.4 Uji Daya Sebar


Uji daya sebar ditentukan dengan cara, sediaan lipbalm ditimbang 0,1 g dan
diletakkan ditengah kaca bulat berskala yang sudah diolesi gelatin. Kaca bulat lainnya
diletakkan di atasnya dan diletakkan beban 200 g selama 1 menit, kemudian diukur
diameter penyebaran sediaan. Berikut adalah hasil uji daya sebar sediaan lipbalm.

Gambar 5.6 Hasil pengamatan uji daya sebar sediaan lipbalm


Untuk melihat pengaruh yang dapat diberikan oleh cera alba, lanolin dan
propilenglikol terhadap daya sebar lipbalm, peneliti menggunakan aplikasi simplex
lattice design dengan analisis quadratic dan diperoleh hasil analisis sebagai berikut.

Gambar 5.7 Hasil analisis quadratic


Keterangan :
A : Cera alba
B : Lanolin
C : Propilenglikol
58

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh persamaan dari uji daya sebar adalah
sebagai berikut :
Y = 1,48(A)+1,53(B)+1,61(C)+0,67(A)(B)-0,46(A)(C)-0,94(B)(C)
Berdasarkan persamaan diatas menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
cera alba dan lanolin yang memberikan pengaruh positif terhadap daya sebar dari
sediaan lipbalm dengan nilai koefisien +0,67. Interaksi antara cera alba dan
propilenglikol memberikan pengaruh negatif dengan nilai koefisien -0,46 dan pada
interaksi antara lanolin dan propilenglikol memberikan pengaruh negatif terhadap
daya sebar lipbalm dengan nilai koefisien -0,94.

5.5.5 Uji Daya Lekat


Uji daya lekat ditentukan dengan cara, ditimbang sediaan lipbalm sebanyak
0,03 g dan dioleskan pada gelas objek, kemudian gelas objek lain diletakkan
diatasnya. Setelah itu tekan dengan beban 1000 g selama 5 menit. Gelas objek
dipasang pada alat uji, kemudian dilepaskan dengan beban seberat 20 g dan catat
waktu hingga objek glass terpisah. Berikut adalah hasil uji daya lekat sediaan
lipbalm.

Gambar 5.8 Hasil pengamatan uji daya lekat sediaan lipbalm


Untuk melihat pengaruh yang dapat diberikan oleh cera alba, lanolin dan
propilenglikol terhadap daya lekat sediaan lipbalm, peneliti menggunakan aplikasi
simplex lattice design dengan analisis quadratic dan diperoleh hasil analisis sebagai
berikut.
59

Gambar 5.9 Hasil analisis quadratic


Keterangan :
A : Cera alba
B : Lanolin
C : Propilenglikol

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh persamaan dari uji daya sebar adalah
sebagai berikut :
Y = 7,51(A)+7,12(B)+7,65(C)-2,55(A)(B)-0,57A)(C)-5,75(B)(C)
Berdasarkan persamaan diatas menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
cera alba dan lanolin yang memberikan pengaruh negatif terhadap daya lekat dari
sediaan lipbalm dengan nilai koefisien -2,55. Interaksi antara cera alba dan
propilenglikol memberikan pengaruh negatif dengan nilai koefisien -0,57 dan pada
interaksi antara lanolin dan propilenglikol memberikan pengaruh negatif terhadap
daya sebar lipbalm dengan nilai koefisien -5,75.

5.5.6 Uji Homogenitas


Uji homogenitas sediaan lipbalm dilakukan dengan cara mengoleskan sedikit
sediaan pada kaca yang transparan. Kemudian sediaan yang terdapat pada kaca
transparan diamati. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa semua sediaan bersifat homogeny, karena dalam campuran dari semua bahan
sediaan lipbalm tersebut tidak terdapat butiran-butiran kasar.
60

5.6 Hasil Uji SPF


Uji SPF dilakukan dengan cara timbang 0,005 g sediaan lipbalm lalu dilarutkan
dalam pelarut kloroform sebanyak 10 ml. Kemudian sediaan yang telah dilarutkan
disintrifugasi selama 15 menit. Setelah itu, sampel di uji dengan menggunakan
spektrofometri UV-Vis, Nilai SPF diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi pada
alat spektrofometri UV-Vis dengan panjang gelombang 290-320 nm. Berikut
merupakan tabel absorbansi masing-masing sediaan lipbalm.
Tabel 5.5
Hasil pengamatan uji SPF sediaan lipbalm
Formul Panjang Gelombang
Replikasi
a 290 295 300 305 310 315 320
1 1,142 1,415 1,751 1,642 2,222 1,415 1,264
1 2 1,144 1,662 1,748 1,641 2,219 1,355 1,261
3 1,146 1,663 1,746 1,640 1,581 1,354 1,260
1 0,986 1,416 1,734 1,712 1,578 1,408 1,248
2 2 0,985 1,417 1,738 1,713 1,574 1,411 1,252
3 0,984 1,418 1,739 1,710 0,648 1,413 1,252
1 0,923 1,207 1,186 0,897 1,792 0,463 1,249
3 2 0,987 1,209 1,187 0,902 1,794 0,463 0,327
3 0,985 1,205 1,189 0,908 1,826 0,465 0,359
1 0,872 1,428 1,180 1,836 2,045 1,712 1,616
4 2 0,869 1,464 1,798 1,836 2,016 1,706 1,646
3 0,972 1,206 1,795 1,985 2,045 1,703 1,616
1 1,002 1,352 1,793 1,781 2,047 2,053 2,052
5 2 0,986 1,445 1,814 1,782 1,200 0,982 0,837
3 0,987 1,444 1,813 1,959 1,206 0,983 0,831
1 0,981 1,445 1,779 1,784 1,514 1,402 1,002
6 2 0,986 1,444 1,813 1,783 1,381 1,401 1,318
3 0,985 1,429 1,814 1,959 1,204 0,992 1,313
1 0,979 1,430 1,777 1,958 1,490 1,417 1,316
7 2 0,980 1,429 1,779 1,957 1,569 1,403 1,314
3 0,987 1,430 1,778 1,956 1,514 1,404 1,327
1 0,987 1,431 1,853 1,953 1,492 1,339 1,246
8 2 0,962 1,430 1,852 1,396 1,491 1,340 1,245
3 0,988 1,457 1,850 1,399 2,014 1,341 1,244
9 1 0,961 1,455 1,553 1,401 2,012 2,018 2,012
61

2 0,960 1,456 1,845 1,403 2,010 2,015 2,016


3 0,959 1,457 1,849 1,404 2,010 0,620 2,014
1 0,923 1,451 1,554 1,456 0,500 0,358 0,252
10 2 0,924 1,326 1,555 1,607 0,501 0,357 0,332
3 0,923 1,325 1,556 1,606 0,501 0,356 0,967
1 0,933 1,325 1,557 1,660 0,503 0,440 0,342
11 2 0,922 1,326 1,645 1,644 0,511 0,453 0,343
3 0,928 1,324 1,646 1,643 0,615 0,459 0,345
1 0,927 1,345 1,704 1,646 0,617 0,460 0,344
12 2 0,929 1,353 1,705 1,644 0,616 0,672 0,380
3 0,934 1,354 1,704 1,640 0,617 1,255 1,147
1 0,930 1,353 1,702 1,957 0,852 1,256 1,151
13 2 0,931 1,369 0,896 1,959 1,384 1,257 1,150
3 0,932 1,378 0,895 1,960 1,385 2,056 1,149

Setelah itu, dilakukan penentuan nilai SPF dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
320
SPF = CF X ∑ EE ( λ ) x I ( λ ) x|( λ)|
290

Keterangan :

CF : Correction factor (Faktor koreksi) = 10

EE : Erythemal effect spectrum

I : Intensitas spectrum matahari pada panjang gelombang

Abs : Absorbansi produk tabir surya

Berdasarkan rumus diatas diperoleh nilai SPF untuk semua sediaan lipbalm.

Berikut merupakan hasil yang diperoleh dari nilai SPF setiap sediaan lipbalm

berdasarkan rumus yang digunakan.


62

Tabel 5.6

Hasil nilai SPF setiap sediaan lipbalm ekstrak daun strawberry

Nilai
Formula Replikasi Rata-Rata SD
SPF
1 17,29872
1 2 17,43245 16,98848 0,536085
3 16,23429
1 16,24757
2 2 16,25879 15,67816 0,813218
3 14,52811
1 11,42706
3 2 11,29533 11,36889 0,054868
3 11,38426
1 16,24633
4 2 17,99774 17,52414 0,913569
3 18,32834
1 18,15352
5 2 15,59466 16,64348 1,094375
3 16,18226
1 16,46725
6 2 16,36975 16,36672 0,083344
3 16,26317
1 17,04369
7 2 17,18064 17,10045 0,058314
3 17,07701
1 17,17342
8 2 15,33893 16,28562 0,750085
3 16,34451
1 16,19432
9 2 17,03522 16,36981 0,487711
3 15,8799
1 11,8406
10 2 12,25191 12,15217 0,225012
3 12,364
1 12,50709
11 12,72354 0,173113
2 12,73272
63

3 12,93083
1 13,12875
12 2 13,31469 13,45749 0,341961
3 13,92903
1 15,40059
13 2 14,09623 14,75767 0,532663
3 14,77618
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Determinasi Tanaman


Determinasi tanaman ini dilakukan bertujuan untuk memastikan kebenaran dari
tanaman yang dilakukan pada penelitian. Pada penelitian ini sampel yang digunakan
adalah tanaman daun strawberry yang diperoleh dari Pancasari Tabanan. Kemudian
dilakukan identifikasi tanaman di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali. Dari identifikasi yang
sudah dilakukan diperoleh bahwa tanaman yang digunakan merupakan jenis
Fragaria x ananassa.

6.2 Formulasi Lipbalm


Dalam pembuatan sediaan lipbalm ini basis yang digunakan adalah cera alba.
Pertama yang dilakukan adalah cera alba dimasukkan pada cawan penguap untuk
dilelehkan terlebih dahulu diatas penangas air pada suhu 61-65℃, sambil diaduk
sampai meleleh sempurna. Setelah itu, oleum cacao dilelehkan diatas penangas air
dengan suhu 31-34℃, kemudian campurkan dengan basis dan diaduk sampai
homogen.
Setelah itu, masukkan lanolin dan propilenglikol kedalam lelehan basis sambil
diaduk. Kemudian ditambahkan BHT, ekstrak daun strawberry, EO strawberry
sambil diaduk hingga homogen. Setelah semua bahan tercampur sempurna, kemudian
masukkan kedalam wadah lipbalm lalu dibiarkan membeku pada suhu ruangan.
Sediaan lipbalm yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan organoleptis seperti
warna dan bau. Dikarenakan ekstrak daun strawberry dan EO strawberry yang
digunakan memiliki komposisi yang sama untuk ke-13 sediaan lipbalm.

64
65

6.3 Evaluasi Ekstrak Daun Strawberry


6.3.1 Organoleptis
Penilaian organoleptic yang disebut juga penilaian indra atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan masih sangat
umum digunakan. Indra yang berperan dalam uji organoleptic adalah indra
penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan
tabel 5.1 diperoleh hasil evaluasi ekstrak secara organoleptis diperoleh bahwa bentuk
ekstrak kental, memiliki warna hijau tua, memiliki bau khas dan memiliki rasa pahit.
6.3.2 Persentase Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara berat bahan kering yang dihasilkan dari
ekstrak dengan berat bahan segar, menggunakan satuan persen (%). Rendemen
diperoleh dari perbandingan antara berat hasil ekstraksi yang dihasilkan dengan berat
bahan simplisia awal (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh
persentase rendemen ekstrak daun strawberry sebesar 14.046%, yang dilakukan
perhitungan dengan rumus sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2011)
Bobot ekstrak kental (g)
% Rendemen = x 100 %
Bobot simplisia( g)

6.3.3 Uji Kadar Air


Uji kadar air dilakukan dengan metode gravimetric, dengan cara timbang
saksama lebih kurang 10 gram sampel, masukkan ke dalam wadah yang telah ditara.
Keringkan pada suhu 105℃ selama 5 jam, dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan
timbang pada selang waktu 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan
berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Kemenkes, 2017). Pengujian kadar air pada
ekstrak berkaitan dengan kemurnian dari ekstrak tersebut. Menurut Depkes RI
(2008), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%,
karena jika semakin tinggi kadar air pada suatu ekstrak maka semakin mudah untuk
ditumbuhi mikroorganisme seperti jamur, kapang, khamir dan bakteri (Syaifudin et
66

al, 2011). Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh hasil uji kadar air ekstrak daun strawberry
diperoleh sebesar 3,34%.

6.4 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Strawberry


Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil skrining fitokimia dari ekstrak daun
strawberry memiliki hasil positif pada senyawa metabolit steroid, tanin, flavonoid,
dan memiliki hasil negative pada senyawa metabolit alkaloid dan saponin. Pada uji
flavonoid dilakukan dengan penambahan pereaksi Mg dan HCl pada ekstrak yang
akan diuji, setelah penambahan pereaksi tersebut terjadi perubahan warna menjadi
coklat, yang menandakan bahwa ekstrak daun strawberry positif mengandung
senyawa flavonoid. Uji steroid pada ekstrak daun strawberry dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Lieberman-Buchard yang dilakukan penambahan asam asetat
anhidrat yang memiliki tujuan untuk membentuk turunan asetil (Pardede dkk., 2013).
Pada hasil skrining yang diperoleh bahwa ekstrak daun strawberry positif
mengandung steroid, karena terbentuknya warna hijau tua.
Uji tanin dilakukan dengan menambahkan pereaksi FeCl3, setelah itu terjadi
perubahan warna menjadi hitam. Dengan adanya perubahan warna menjadi hitam
berarti ekstrak tersebut mengandung senyawa tanin, perubahan warna tersebut terjadi
karena reaksi antara FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksi pada senyawa tanin
dengan membentuk senyawa kompleks (Halimah, 2010). Uji senyawa saponin
dilakukan dengan melihat busa yang terbentuk pada ekstrak yang akan diuji setelah
dilakukan penambahan HCl pada sampel. Pada hasil skrining fitokimia ekstrak daun
strawberry dikatakan bahwa tidak mengandung senyawa saponin, dikarenakan
setelah penambahan HCl tidak terjadi terbentuk busa pada ekstrak tersebut. Dengan
terbentuknya busa menunjukkan bahwa adanya glikosida yang mempunyai
kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
senyawa lainnya (Pardede dkk., 2013). Uji alkaloid dilakukan dengan menambahkan
pereaksi mayer pada ekstrak yang akan diuji, jika tidak terbentuk endapan putih maka
hasilnya negative (Pardede dkk, 2013). Hasil yang diperoleh pada uji alkaloid ekstrak
67

daun strawberry menunjukkan bahwa tidak adanya endapan putih, yang berarti
ekstrak tersebut tidak mengandung senyawa alkaloid. Uji alkaloid menggunakan
pereaksi mayer diperkirakan nitrogen alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+
dari kalium tetraiodomerkurat(II) yang akan membentuk kompleks kalium-alkaloid
yang mengendap (Sriwahyuni, 2010).

6.5 Uji Sifat Fisika dan Kimia Sediaan Lipbalm


6.5.1 Uji Ph
Uji Ph dilakukan untuk mengetahui Ph yang dimiliki dari sediaan lipbalm,
lipbalm yang baik memiliki nilai Ph antara 4,0-6,5 yang mendekati Ph bibir. Karena
jika Ph dibawah standar maka akan timbul efek seperti gatal-gatal, dan jika Ph diatas
standar maka akan menyebabkan bibir panas (Ginting, 2017). Berdasarkan hasil
pengamatan uji Ph pada ke-13 sediaan diperoleh secara berturut-turut yaitu 5.39,
5.49, 5.63, 5.49, 5.59, 5.73, 5.49, 5.46, 5.53, 5.49, 5.06, 5.73, 5.66. Dari hasil uji Ph
yang dilakukan dapat dilihat bahwa ke-13 sediaan telah memenuhi persyaratan Ph
sediaan yang baik untuk kulit bibir, sehingga tidak menimbulkan gatal-gatal dan
panas pada bibir saat diaplikasikan (Ginting, 2017).

6.5.2 Uji Viskositas


Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan yang dapat
mempengaruhi ketika diaplikasikan pada kulit untuk sediaan topical (Wulandari,
2018). Nilai viskositas yang baik pada sediaan semisolid adalah 2000-500000 cPs
(Genatrika et al., 2016). Berdasarkan hasil pengamatan uji viskositas pada ke-13
sediaan diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu 17766.7 cPs, 17266.7 cps, 16820
cPs, 16193.3 cPs, 15440 cPs, 18333.3 cPs, 18506.7 cPs, 15220 cPs, 16200 cPs,
177370 cPs, 16680 cPs, 16613.3 cPs, 16096.7 cPs.
Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh cera alba, lanolin dan
propilenglikol dalam viskositas sediaan lipbalm, peneliti menggunakan analisis
quadratic seperti yang terlampir pada gambar 5.4 dan diperoleh hasil bahwa cera alba,
68

lanolin dan propilenglikol memiliki pengaruh positif terhadap viskositas sediaan,


dengan nilai koefisien cera alba +15803.93, sedangkan lanolin memiliki nilai
koefisien +17097.11, dan propilenglikol memiliki nilai koefisien +15618.54.
Pada hasil analisis quadratic diperoleh juga hasil dari campuran bahan antara
cera alba dengan lanolin, campuran cera alba dengan propilenglikol dan campuran
lanolin dengan propilenglikol yang menunjukkan bahwa memiliki pengaruh positif
untuk viskositas sediaan lipbalm dengan nilai koefisien yang diperoleh oleh
campuran bahan antara cera alba dan lanolin adalah +2226.31, sedangkan campuran
bahan antara cera alba dengan propilenglikol diperoleh nilai koefisien +5194.88, dan
untuk campuran bahan antara lanolin dengan propilenglikol diperoleh nilai koefisien
+6087.26.
Sehingga dengan penambahan ketiga bahan tersebut dapat meningkatkan nilai
viskositas dari sediaan lipbalm. Nilai viskositas meningkat disebabkan dengan
penambahan cera alba yang tinggi, karena cera alba berfungsi sebagai penstabil.
Semakin tinggi cera alba yang digunakan maka viskositas semakin meningkat
(Wiguna, 2016). Hal ini dikarenakan cera alba dapat mengikat minyak yang
mengakibatkan semakin tinggi konsentrasi cera alba yang digunakan maka semakin
banyak minyak yang terikat, sehingga menyebabkan sediaan lipbalm menjadi lebih
kental dan mengakibatkan nilai viskositas sediaan meningkat (Widayanti, 2014).
Pada penelitian sebelumnya konsentrasi cera alba yang digunakan secara berturut-
turut yaitu 3%, 4%, 5% dan 6%, dan memperoleh nilai viskositas secara berturut-
turut sebesar 2980 cPs, 3453 cPs, 3793 cPs, dan 4513 cPs.
Sedangkan untuk lanolin, jika semakin besar konsentrasi yang digunakan maka
sediaan yang dihasilkan akan semakin kental (Fitriana, 2012). Hal ini karena,
kandungan lemak pada sediaan meningkat sehingga partikel-partikel yang terdispersi
akan membentuk ikatan yang lebih rapat. Kondisi ini akan menyebabkan partikel-
partikel yang terdispersi menjadi semakin sulit bergerak sehingga viskositas sediaan
akan meningkat (Nursal, et al, 2008). Pada penelitian sebelumnya digunakan
69

konsentrasi lanolin berturut-turut sebesar 1%, 3%, dan 5%, dan diperoleh nilai
viskositas berturut-turut sebesar 370.00 cPs, 1192.33 cPs, dan 1393.00 cPs.
Tetapi, untuk penambahan propilenglikol semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka akan terjadi penurunan nilai viskositas. Seperti pada penelitian
sebelumnya terjadi penurunan viskositas lebih tinggi pada sediaan semisolid yang
mengandung propilenglikol 7% dibandingkan dengan sediaan yang mengandung
propilenglikol sebesar 0,3% dan 5% (Cipta, 2010). Disebabkan karena propilenglikol
memiliki sifat mengikat air serta dapat mempertahankan kandungan air dalam
sediaan, sehingga mempengaruhi konsistensi dari sediaan yang dihasilkan (Ayorbaba,
2020). Selain dapat mempengaruhi daya sebar, propilenglikol juga dapat
mempengaruhi nilai viskositas dari sediaan. Karena nilai viskositas berbanding
terbalik dengan nilai daya sebar, dimana semakin meningkat nilai viskositas maka
nilai daya sebar akan mengalami penurunan dan begitu pula sebaliknya (Maulina dan
Sugihartini, 2015).
Berdasarkan nilai viskositas yang diperoleh dari sediaan lipbalm dapat
dikatakan bahwa hasil yang didapat memenuhi syarat nilai viskositas yang baik untuk
sediaan semisolid.

6.5.3 Uji Stabilitas


Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana kestabilan suatu sediaan
selama masa penyimpanan. Uji stabilitas meliputi pengamatan organoleptis seperti
warna dan bau (Asyifa, 2017). Berdasarkan hasil pengamatan uji stabilitas yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa seluruh sediaan tidak mengalami perubahan bau dan
warna, baik sebelum dan sesudah penyimpanan selama 28 hari. Ini menunjukkan
bahwa sediaan cukup stabil karena tidak adanya interaksi antara bahan-bahan lainnya,
sehingga sediaan lipbalm berpotensi dapat mempertahankan penampilan maupun
aktivitasnya untuk melembabkan bibir (Nazliniwaty, 2019).
70

Gambar 6.1 Hasil uji stabilitas

6.5.4 Uji Daya Sebar


Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan daya sebar
lipbalm pada saat diaplikasikan. Daya sebar yang baik untuk sediaan semisolid adalah
antara 5-7 cm (Aini, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan uji daya sebar yang sudah
dilakukan pada ke-13 sediaan diperoleh hasil yaitu formula 1 dengan nilai 1,2 cm,
formula 2, 4, 6 memiliki nilai daya sebar 1.5 cm, formula 3, 5, 7, 8, 9, 11, 13
memiliki nilai daya sebar 1.6 cm, formula 10 diperoleh hasil 1.3 cm, dan formula 12
dengan daya sebar 1.4 cm.
Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh cera alba, lanolin dan
propilenglikol terhadap daya sebar sediaan lipbalm, peneliti menggunakan analisis
quadratic seperti yang terlampir pada gambar 5.7 dan diperoleh hasil bahwa cera alba,
lanolin dan propilenglikol memiliki pengaruh positif terhadap viskositas sediaan,
dengan nilai koefisien cera alba +1.48, sedangkan lanolin memiliki nilai koefisien
+1.53, dan propilenglikol memiliki nilai koefisien +1.61.
Pada hasil analisis quadratic diperoleh juga hasil dari campuran bahan antara
cera alba dengan lanolin, campuran cera alba dengan propilenglikol dan campuran
lanolin dengan propilenglikol yang menunjukkan bahwa memiliki pengaruh positif
dan negative terhadap daya sebar sediaan lipbalm dengan nilai koefisien yang
diperoleh oleh campuran bahan antara cera alba dan lanolin adalah +0.67, sedangkan
campuran bahan antara cera alba dengan propilenglikol diperoleh nilai koefisien
71

-0.46, dan untuk campuran bahan antara lanolin dengan propilenglikol diperoleh nilai
koefisien -0.94.
Penambahan propilenglikol dapat meningkatkan nilai daya sebar, karena
memiliki sifat mengikat air serta dapat mempertahankan kandungan air dalam sediaan
sehingga mempengaruhi konsistensi dari sediaan yang dihasilkan. Konsistensi
sediaan yang lunak dapat membuat sediaan menyebar lebih mudah merata, mudah
diserap pada saat diaplikasikan (Ayorbaba, 2020). Sehingga semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan semakin lembut dan basah konsistensi sehingga lebih
mudah menyebar (Safitri, 2014). Pada penelitian sebelumnya diperoleh nilai daya
sebar secara berturut-turut sebesar 3.0 cm, 3.2 cm, 3.1 cm, 3.4 cm, 3.5 cm.
Pada penelitian sebelumnya digunakan konsentrasi lanolin secara berturut-turut
sebesar 3%, 4%, dan 5%, dengan nilai daya sebar yang didapat secara berturut-turut
yaitu 6.3 cm, 5.6 cm, dan 5.2 cm. Berarti dapat dikatakan bahwa semakin besar
konsentrasi lanolin yang digunakan maka semakin kecil daya sebar yang dihasilkan,
karena sediaan yang dihasilkan akan semakin kental yang dapat menyebabkan
sediaan tidak dapat menyebar dengan mudah dan merata (Fitriana, 2012).
Penambahan cera alba pada sediaan lipbalm dapat mempengaruhi nilai daya
sebar, karena cera alba dapat mengikat minyak yang akan mengakibatkan semakin
tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin banyak minyak yang terikat.
Sehingga menyebabkan sediaan menjadi kental dan menyebabkan nilai daya sebar
lipbalm semakin kecil karena terlalu kental (Widayanti, 2014; Antari, 2019). Hal ini
disebabkan juga karena dengan peningkatan viskositas dari sediaan dan semakin
banyak kadar cera alba maka semakin tinggi daya ikat cera alba terhadap minyak
sehingga sediaan semakin sulit untuk menyebar (Wiguna, 2016). Pada penelitian
sebelumnya diperoleh hasil daya sebar berturut-turut sebesar 2.3 cm, 2.3 cm, 2.1 cm.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan cera alba, lanolin dan
propilenglikol dapat mempengaruhi nilai daya sebar sediaan lipbalm, baik itu
menaikkan nilai daya sebar maupun menurunkan nilai daya sebar. Berdasarkan nilai
72

daya sebar sediaan lipbalm yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak memenuhi
syarat nilai daya sebar yang baik untuk sediaan semisolid.

6.5.5 Uji Daya Lekat


Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat waktu yang
diperlukan sediaan lipbalm untuk dapat melekat pada bibir setelah diaplikasikan
(Agata, 2012). Waktu yang baik untuk daya lekat sediaan lipbalm adalah dengan nilai
lebih dari 4 detik (Yani dkk, 2020). Berdasarkan hasil pengamatan uji daya sebar
yang dilakukan, diperoleh hasil dari ke-13 sediaan secara berturut-turut yaitu 6.0
detik, 8.0 detik, 6.7 detik, 7.0 detik, 8.0 detik, 7.0 detik, 5.7 detik, 7.7 detik, 6.7 detik,
7.7 detik, 6.0 detik, 7.3 detik, 7.3 detik.
Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh cera alba, lanolin dan
propilenglikol terhadap daya lekat sediaan lipbalm, peneliti menggunakan analisis
quadratic seperti yang terlampir pada gambar 5.9 dan diperoleh hasil bahwa cera alba,
lanolin dan propilenglikol memiliki pengaruh positif terhadap daya lekat sediaan,
dengan nilai koefisien cera alba +7.51, sedangkan lanolin memiliki nilai koefisien
+7.12, dan propilenglikol memiliki nilai koefisien +7.65.
Pada hasil analisis quadratic diperoleh juga hasil dari campuran bahan antara
cera alba dengan lanolin, campuran cera alba dengan propilenglikol dan campuran
lanolin dengan propilenglikol yang menunjukkan bahwa memiliki pengaruh negatif
terhadap daya lekat sediaan lipbalm dengan nilai koefisien yang diperoleh oleh
campuran bahan antara cera alba dan lanolin adalah -2.55, sedangkan campuran
bahan antara cera alba dengan propilenglikol diperoleh nilai koefisien -0.577, dan
untuk campuran bahan antara lanolin dengan propilenglikol diperoleh nilai koefisien
-5.75.
Pada penelitian sebelumnya digunakan lanolin dengan konsentrasi sebesar 3%,
4%, dan 5%, dan diperoleh hasil daya lekat secara berturut-turut sebesar 1.84 detik,
2,15 detik, 2.17 detik. Berarti dapat dikatakan bahwa semakin besar konsentrasi
lanolin yang digunakan maka semakin besar daya lekat sediaan semisolid yang
73

dihasilkan (Fitriana, 2012). Sedangkan pada penelitian lain, semakin besar nilai
viskositas sediaan maka waktu melekat sediaan semisolid juga semakin lama, dengan
nilai daya lekat yang diperoleh dari penelitian sebelumnya adalah 12.72 detik dan
12.57 detik (Luliana, 2019).
Penambahan cera alba mampu meningkatkan konsistensi dari sediaan,
dikarenakan cera alba memiliki jumlah rantai karbon yang panjang sekitar 24 hingga
36, rantai karbon yang panjang memiliki sifat yang padat karena molekulnya besar.
Molekul yang besar menyebabkan cera alba berbentuk padat dan dapat meningkatkan
konsistensi sediaan. Konsistensi sediaan yang padat menyebabkan sediaan menjadi
padat dan melekat menjadi satu bagian, sehingga menyebabkan daya lekat sediaan
menjadi tinggi (Antari, 2019). Selain itu, peningkatan daya lekat dipengaruhi oleh
peningkatan nilai viskositas dari sediaan (Wiguna, 2016). Pada penelitian sebelumnya
diperoleh nilai daya lekat sebesar 0.62 detik, 1.55 detik, 3.01 detik.
Penambahan propilenglikol dapat mempengaruhi nilai daya lekat, karena
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka propilenglikol semakin lembut dan
basah konsistensinya sehingga lebih mudah terlepas (Ayorbaba, 2020; Safitri, 2014).
Dikarenakan propilenglikol memiliki sifat mengikat air serta dapat mempertahankan
kandungan air dalam sediaan sehingga mempengaruhi konsistensi dari sediaan yang
dihasilkan (Ayorbaba, 2020). Pada penelitian sebelumnya diperoleh nilai daya lekat
secara berturut-turut 4.0 detik, 3.6 detik, 3.0 detik, 3.0 detik, 2.6 detik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan penambahan cera alba, lanolin, dan
propilenglikol dapat mempengaruhi nilai daya lekat, baik itu menaikkan nilai daya
lekat maupun menurunkan nilai daya lekat. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
sediaan lipbalm bahwa nilai daya lekat memenuhi syarat yang baik untuk sediaan
semisolid.

6.5.6 Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat telah
bercampur atau homogeny secara keseluruhan atau tidak (Nazliniwaty, 2012).
74

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ke-13
sediaan lipbalm adalah homogeny. Karena tidak adanya butiran-butiran kasar dan
warna yang seragam pada sediaan yang dioleskan pada kaca transparan.

Gambar 6.2 Hasil uji homogenitas

6.6 Uji SPF


SPF merupakan nilai yang menunjukkan kekuatan tabir surya dalam melindungi
kulit dari sengatan sinar UV. Semakin tinggi nilai SPF, semakin baik perlindungan
tabir surya terhadap sinar UV. Sehingga uji SPF dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kemampuan sediaan tabir surya dalam menyerap radiasi yang mengenai
kulit (Indriani, 2018). Penentuan nilai SPF melalui spektrofotometri UV-Vis dapat
diketahui dari karakteristik serapan sampel tabir surya pada panjang gelombang 290-
320 nm yang kemudian dihitung dengan rumus Mansur. Penentuan nilai SPF pada
penelitian ini dilakukan pada ekstrak daun strawberry dan formula lipbalm ekstrak
daun strawberry.
Pengujian ekstrak daun strawberry dilakukan dengan cara timbang 0,005 g
ekstrak lalu dilarutkan dalam pelarut kloroform sebanyak 10 ml. kemudian ekstrak
yang sudah dilarutkan disintrifugasi selama 15 menit. Setelah itu, sampel di uji
dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Kemudian catat hasil absobansi yang
diperoleh dari panjang gelombang 290-320 nm, setelah itu dilakukan penentuan nilai
SPF dengan menggunakan rumus Mansur dan diperoleh nilai sebesar 16.03167 yang
75

berarti ekstrak tersebut termasuk dalam proteksi ultra yang memiliki proteksi tabir
surya yang baik (Indriani, 2018).
Pengujian sediaan lipbalm daun strawberry dilakukan dengan cara timbang 0,005
g ekstrak lalu dilarutkan dalam pelarut kloroform sebanyak 10 ml. kemudian sediaan
yang sudah dilarutkan disintrifugasi selama 15 menit. Setelah itu, sampel di uji
dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Kemudian catat hasil absobansi yang
diperoleh dari panjang gelombang 290-320 nm, setelah itu dilakukan penentuan nilai
SPF dengan menggunakan rumus Mansur dan diperoleh nilai SPF dari ke-13 sediaan
secara berturut-turut sebesar 16.9885 (proteksi ultra), 15.6783 (proteksi ultra),
11.3623 (proteksi maksimal), 17.6966 (proteksi ultra), 16.6435 (proteksi ultra),
16.32758 (proteksi ultra), 17.38011 (proteksi ultra), 16.28562 (proteksi ultra),
16.36981 (proteksi ultra), 12.15217 (proteksi maksimal), 12.72354 (proteksi
maksimal), 13.45749 (proteksi maksimal), 14.75767 (proteksi maksimal).
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 8 sediaan yang memiliki nilai
SPF dengan proteksi maksimal, karena pada formula tersebut diperoleh nilai ≥ 15
yang berarti formula tersebut memiliki proteksi tabir surya yang baik (Indriani,
2018).
76
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi cera alba, lanolin, dan propilenglikol

pada sediaan lipbalm terhadap sifat fisika dan kimia, yaitu viskositas, daya

sebar, dan daya lekat.

2. Nilai SPF dari ke-13 sediaan lipbalm diperoleh nilai sebesar 16.9885,

15.6783, 11.3623, 17.6966, 16.6435, 16.32758, 17.38011, 16.28562,

16.36981, 12.15217, 12.72354, 13.45749, 14.75767. Berdasarkan hasil

tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 8 sediaan yang memiliki proteksi

maksimal karena pada formula tersebut memiliki nilai ≥15.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, diperoleh saran sebagai berikut

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait variasi konsentrasi cera alba,

lanolin, dan propilenglikol pada sediaan lipbalm.

2. Penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut dalam bentuk sediaan lain dengan

menggunakan ekstrak daun strawberry karena memiliki nilai SPF yang baik

untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari

76
DAFTAR PUSTAKA

Agata, D, Putri., 2012. Prediksi Komposisi Glyceryl Monostearate Dan Cetyl Alcohol
Sebagai Emulsifying Agent Menggunakan Aplikasi Desain Factorial Dalam
Sediaan LIP BALM Dengan Pewarna Ekstrak Buah Naga. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta
Agoes, G., 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi, Edisi Revisi & Pelunasan. ITB,
Bandung, 199 – 200
Agus, Kurnia., 2005. Petunjuk Praktis Budi Daya Stroberi. Jakarta : Agro Medika
Pustaka. h. 2-14.
Aini, Sofia, N., 2013. Mutu Fisik dan Volunter Formulasi Sediaan Lipstick dengan
Pewarna Alami dari Ekstrak Antosianin Bunga Pukul Empat (Mirabilisjalapa
L.). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia: Malang
Anjari, W., 2018. Pengaruh Cera Alba Sebagai Wax Terhadap Sifat fisik Lipgloss
Ekstrak Etannol Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana L.). Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak
Antari, E, D. 2019. Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Buah Kurma (Phoenix
dactylivera L.) Dengan Variasi Konsentrasi Basis Krim. Jurnal
FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 254-667. volume 3.
Nomor 2
Asyifaa, Dinar, Assy., 2017. Formulasi Lip cream dengan Pewarna Alami dari
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) serta Uji Stabilitasnya. SPeSIA
(Seminar Penelitian Sivitas Akademika Unisba),3
Ayorbaba, F, R, H. 2020. Optimasi CMC-Na dan Propilenglikol dalam Sediaan Gel
Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan Metode
Simplex Lattice Design. (Skripsi). Yogyakarta
Azhara, Nurul Khasanah., 2011. Waspada Bahaya Kosmetik. Jakarta, FlashBooks.
Baki, G., and Alexander K, S., 2015, Introduction to Cosmetics Formulations and
Technology, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

77
78

Balakrishnan, K,P., and Nithya, N., 2011. ‘Botanicals as Sunscreens: Their Role in
The Prevention of Photoaging and Skin Cancer’, International Journal of
Research in Cosmetic Science, 20th August, Vol. 1, No. 1
Cipta, A,N., 2010. Pengaruh Propilenglikol Terhadap Laju Difusi Krim Natrium
Diklofenak dengan Basis Hidrofobik Secara In Vitro. Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman. Samarinda
Darwis, V., 2007, Budidaya, Analisis Usahatanu, Dan Kemitraan Stroberi Tabanan
Bali. Jakarta:Pusat Analisasi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Ditjen POM., 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 33.
Ditjen POM., 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 57-59.
Felisia, I. 2016. Pengaruh Komposisi Minyak Jarak dan Lanolin Sebagai Basis
Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik dengan pewarna Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta
Fernandes, R.A., Michelli,F.D., Claudineia, A.P.O., Telma ,M.K., Andre, R.B.,
Maria, v.r.v. 2013. Stability Evaluation of Organic lip balm.Pharmaceutical
Sciences. 49(2):2-3.
Fitriana, A., Wahyuningrum, R., & Sudarso. 2012. Daya repelan dan uji iritasi
formula lotion ekstrak etanol daun sirih (Piper betle Linn) dengan variasi
basis lanolin terhadap nyamuk Aedes aegypti. Pharmacy, 9(2), 39–57
Gandjar, I. G., A. Rohman. 2012. Analisis Obat secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Giampieri Francesca, et al,. 2012. The Strawberry: Composition, Nutrional Quality,
and Impact n Human Healt. Journal Nutrition. Vol 28. Hal 9-19
Ginting, M. 2017. Formulasi Lipstik dari Sari Buah Naga Merah (Hylocereous
polyrhizuz) dan Kunyit (Curcuma Longa L.). Institut Kesehatan Helvetia
79

Guest, R.T., 2006. Butylated Hydroxytoluen in: Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and
Owen, S. C., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed. Pharmaceutical
Press and American Association, USA, pp: 75-76.
Handayani, S. dan Arty, I. S. 2009. Synthesis and activity test of some compounds
1,5- diphenyl-1,4-pentadiene-3-one as potensial sunscreen material.
Proceeding book ISSTEC; 2009: 233-236. Yogyakarta
Indriani, N. 2018. Uji Potensi Tabir Surya Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar
Jacobsen, P.L., Denis, P.L., Michael, A.S., Drore, E., Barbara, D.W. 2011. The Little
Lip Book. USA: Carma Laboratories Inc. Hal. 27-29.
Jessica. 2018. Optimasi Basis Untuk Formulasi Sediaan LipCream. Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman. Samarinda
Jiangseubchatveera, N., Liawruangrath, S., Teerawutgulrag, A., Santiarworn, D.,
Pyne, S.G. and Liawruangrath, B., 2017. Phytochemical screening, phenolic
and flavonoid contents, antioxidant and cytotoxic activities of Graptophyllum
pictum (L.) Griff. Chiang Mai J. Sci, 44(1), pp.193-202
Kadu, M., Suruchi, V., Sonia, S. 2014. Review on Natural Lip Balm. International
Journal of Research in Cosmetic Science. Hal. 1-2.
Kartawiguna, Elna. 2011. Faktor- faktor yang berperan pada karsinogenesis. Jurnal
Kedokteran Trisakti, Vol. 20, No. 1 hal. 16-20
KemenKes RI. 2017. Farmakope Herbal Edisi III. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia VI. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
K.P, Octaviani Rr. 2014. Pengaruh Basis Beeswax Dan Paraffin Wax Terhadap Sifat
Dan Stabilitas Fisik Sediaan Lipstik Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu
(Hibiscus Rosa-Sinensis L.) Beserta Uji Iritasi Primernya. Yogyakarta :
Skripsi. Universitas Gadjah Mada.
80

Kumara, I.D.H.G.P. 2020. Skrining Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Etanol 96% Herba Brotowali Menggunakan Metode DPPH. (Skripsi).
Denpasar: Universitas Bali Internasional
Luliana, S., 2019. Formualsi Sediaan Losio Ekstrak Etanol Meniran (Phyllanthus
Niruri L.) Sebagai Penumbuh Rambut Terhadap Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Jantan Galur Wistar. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura. Pontianak
Mansur, J. S., Breder, m. N. R., Mansur, m. C. A., Azulay, r. D. 1986. Determinação
do fator de proteção solar por espectrofotometria. An. Bras. Dermatol., Rio
de Janeiro, v. 61, p. 121-124, 1986.
Mardianti, D. C., 2011. Pengaruh Komposisi Beeswax dan Candelilla Wax Sebagai
Basis Terhadap Sifat Fisis Sediaan Lipstick Dengan Pelembab Minyak Buah
Alpukat (Persea americana Mill.), Skripsi. Universitas Sanata Dharma, pp 34.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press
Maulina, L., dan Sugihartini, N., 2015. Formulasi Gel Ekstrak Etanol Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) Dengan Variasi Gelling Agent Sebagai
Sediaan Luka Bakar. Pharmaҫiana., 5(1), 43-52.
Muliyawan D., dan Suriana,N. 2013. Tentang Kosmetik. Jakarta.
Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nazliniwaty, Risnawati dan Djendakita Purba,. 2012. Formulasi Lipstik
Menggunakan Ekstrak Biji Coklat (Theobroma cacao L),. Universitas PGRI
Buana, Surabaya.
Nursal. F. K., Rusmala N. A. dan Eti S. 2008. Perbandingan Penggunaan
Cetostearyl Alcohol, Cetyl Alcohol dan Stearyl Alcohol sebagai Fase Minyak
dalam Basis Krim M/A terhadap Kestabilan Fisik dan Mutu Kualitatif
Sediaan. Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI 2008, P.834-844.
Pardede, A., dkk. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol dari Kulit Batang
Manggis (Garcinia cymosa). Media Sains, Volume 6, Nomor 2 (hlm. 60-66).
81

Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2010. 290 p.
Prasiddha, I. J., Laeilocattleya, R. A., Estiasih, T., & Maligan, J. M. 2015. Potensi
senyawa bioaktif rambut jagung (Zea mays L.) untuk tabir surya alami. Jurnal
pangan dan agroindustri;, 4(1).
Purwaningsih, S. 2015. Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya dengan Penambahan
Karaginan dan Buah Bakau Hitam (Rhizopora mucronata Lamk.).
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB,Bogor
Ratih, H., Titta, H., Ratna, C.P. 2014. Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak Bunga
Kenanga (Cananga Oil) Sebagai Emolien. Prosiding Simposium Penelitian
Bahan Obat Alami (SPBOA) XIV dan Muktamar XII PERHIPBA 2014.
Yogyakarta: Leutikaprio. Hal.3.
Rukmana, R. 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta
Rusmiati. 2010. Pengaruh Ekstrak metanol kulit Kayu durian Durian (Durio
Zibethinus Murr) pada Struktur Mikroanatomi Ovarium dan Uterus Mencit
(Mus Musculus L) Betina. Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1
Rawlins, E. A. 2003. Bentley’s textbook of Pharmaceutics. 18th Edition. London:
Bailierre Tindall. Halaman 22, 355
R Mallon, N Ripamonti and N. Williams O'Hanlon. 2014. Lipsticks: How they have
changed and where they are going. Cosm & Toil 129(1) 40-
44.http://www.cosmeticsandtoiletries.com/research/chemistry/premiumLipstic
ks-How-They-Have-Changed-and-Where-They-Are-Going--339944541.html#
sthash.KQCJQxaV.dpuf. Diakses pada tanggal 10 November 2019.
Rowe, R.C.,Paul ,J.S.,dan Marian,E.Q. 2009. Handbook of Pharmacutical Exipeients.
Edisi Keenam.
Safitri, M., Tedjo, Y. 2014. Peningkatan Penetrasi Aminofilin dari Sediaan Gel
Antiseluliy dengan Enhancer Propilenglikol Melalui Membran Kulit Tikus
Jantan. Farmagazine., vol 1. No 1
82

Sayre, R.M. 1979. Comparison of In Vivo and In Vitro Testing Suncreening Formula.
Photochem Photobiol. Oxford, Vol 29, p 559-566
Sie JO. 2013. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana Linn.) Hasil Pengadukan dan Reflux. J Ilm Mhs Univ Surabaya.
2(1):1–10.
Siregar AIT. 2018. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lip Balm dari Minyak Biji
Bunga Matahari ( Sunflower Oil ) Sebagai Pelembab Bibir. Univ Sumatera
Utara.
Sukma, Y., C. 2018. Formulasi Sediaan Tabir Surya Mikroemulsi Ekstrak Kulit Buah
Nanas (Ananas Comocus L) dan Uji In Vitro Nilai Sun Protection Factor
(SPF). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang
Sulasiyah, P. R. Sarjono, & A. L. N. Aminin. 2018. Antioxidant from Turmeric
Fermentation Products (Curcuma longa) by Aspergillus Oryzae. Jurnla Kimia
Sains dan Aplikasi, 21(1).
Supitri, C. 2018. Efektivitas Penggunaan Salep Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum) Terhadap Potensi Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
(Skripsi). Bandung : Universitas Pasundan.
Suryani. Nafisah, A., dan Mana’an, S. 2017. Optimasi Formula Gel Antioksidan
Ekstrak Etanol Buah Bligo (Benincasa hispida) dengan Metode Simplex
Lattice Design (SLD). Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of
Pharmacy) 3(2): 150 – 156.
Suyatno, Hidajati, Syarief N., Sri Hidayato, Rinaningsih & Wakhida Hidayatin Nur.
2007. Uji In Vitro Aktivitas Tabir Surya Senyawa Turunan Sinamat Hasil
Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.).
Syahrani. 2015. Formulasi dan Uji Potensi Krim Tabir Surya dengan Bahan Aktif
Ekstrak Etanol kulit Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr). Fakultas Ilmu
Kesehatan. Makassar
83

Widayanti, A,. 2014. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Cera Alba Sebagai Wax
Terhadap Nilai Viskositas Lipgloss Sari Buah Bit (Beta Vulgaris). Fakultas
Farmasi dan Sains UHAMKA. Jakarta
Widyastuti, Kusumuma A.K, Nurlalli, Sukmawati Fitriani. 2016. Aktivitas
Antioksidan dan Tabir Surya Ekstrak Etanol Daun Stroberi (Fragaria x
ananassa A.N. Duchesne). Sumatra Barat: Ikatan Apoteker Indonesia
Wiguna, P, A. 2016. Forumulasi Sediaan Krim Minyak Atsiri Kayu Manis
(Cinnamomun burmannii) dengan Basis Vanishing Cream dan Uji Aktivitas
Antibakterinya Terhadap Staphylococcus Epidermidis. Fakultas Farmasi.
Surakarta
Wood, C. & Murphy, E. 2000. Sunscreen Efficacy. Glob.Cosmet. Ind., Duluth, v.
Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua).
Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UNHAS
Yumassik, A.M. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Kulit Buah Citrus
Reticulate (Studi Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dengan Metode
Defusi Cakram). (Skripsi) Malang : Universitas Muhammadiyah Malang
Yunitasari L. Gempur 41. 2011. Penyakit dengan Buah Manggis. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press;
84
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian


Bulan
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Persiapan awal
(meliputi pengajuan ijin penggunaan laboratorium dan
pemesanan bahan dalam penelitian)
2. Penyiapan ekstrak
(meliputi pembuatan dan pengujian ekstrak)
3. Formulasi sediaan Lip Balm tabir surya
(meliputi skrining formula Lip Balm, optimasi formula Lip
Balm dengan Design Expertversi 10 trial, pembuatan Lip
Balm tabir surya dan pengemasan dalam tube serta pengujian
karakteristik formula yang meliputi homogenitas, suhu lebur,
stabilitas, daya lekat, daya sebar, viskositas, PH, dan nilai SPF
4. Analisa data, pembuatan laporan akhir penelitian dan
luaran penelitian
(meliputi analisa data hasil pengujian aktivitas, persiapan
pembuatan laporan akhir kegiatan penelitian, pembuatan
skripsi)

84
85

Lampiran 2. Surat determinasi tanaman strawberry


86
87

Lampiran 3. Surat peminjaman Lab Universitas Bali Internasional


88

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian


89

Lampiran 5. Kartu konsultasi bimbingan skripsi pembimbing 1


90

Lampiran 6. Kartu konsultasi bimbingan skripsi pembimbing 2


91

Lampiran 7. Dokumentasi
Gambar Keterangan

Ekstrak kental daun strawberry

Uji kadar air

Uji flavonoid

Uji alkaloid
92

Uji tanin

Uji steroid

Uji saponin
93

Proses pembuatan sediaan


lipbalm

Uji sifat fisika, kimia dan uji


SPF
94

Lampiran 8. Data hasil uji


95

1. Daya lekat
Rata- Standar
Formula Replikasi Detik Total
Rata Deviasi
1 6
F1 2 7 18 6,0 0,816497
3 5
1 9
F2 2 7 24 8,0 0,816497
3 8
1 5
F3 2 8 20 6,7 1,247219
3 7
1 6
F4 2 8 21 7,0 0,816497
3 7
1 7
F5 2 9 24 8,0 0,816497
3 8
1 7
F6 2 6 21 7,0 0,816497
3 8
1 5
F7 2 7 17 5,7 0,942809
3 5
1 6
F8 2 9 23 7,7 1,247219
3 8
1 7
F9 2 5 20 6,7 1,247219
3 8
1 7
F10 2 9 23 7,7 0,942809
3 7
1 8
F11 2 5 18 6,0 1,414214
3 5
1 6
F12 2 8 22 7,3 0,942809
3 8
96

1 6
F13 2 9 22 7,3 1,247219
3 7

2. Daya sebar
Rata- Standar
Formula Replikasi CM Total
rata Deviasi
1 1,1
F1 2 1,4 3,7 1,2 0,124722
3 1,2
1 1,5
F2 2 1,2 4,5 1,5 0,244949
3 1,8
1 1
F3 2 1,7 4,7 1,6 0,418994
3 2
1 1,2
F4 2 1,5 4,5 1,5 0,244949
3 1,8
1 1,3
F5 2 1,9 4,9 1,6 0,249444
3 1,7
1 1,7
F6 2 1,5 4,5 1,5 0,163299
3 1,3
1 1,2
F7 2 1,6 4,7 1,6 0,286744
3 1,9
1 1,1
F8 2 1,7 4,7 1,6 0,339935
3 1,9
1 1,3
F9 2 1,6 4,7 1,6 0,20548
3 1,8
1 1,2
F10 2 1,7 4 1,3 0,262467
3 1,1
F11 1 1,9 4,8 1,6 0,216025
97

2 1,5
3 1,4
1 1,2
F12 2 1,6 4,2 1,4 0,163299
3 1,4
1 2
F13 2 1,8 4,9 1,6 0,38561
3 1,1

3. Viskositas
Formula Replikasi cPs Total Rata-rata
1 16680
F1 2 16680 53300 17766,67
3 19940
1 19400
F2 2 16340 51800 17266,67
3 16060
1 16780
F3 2 16760 50460 16820
3 16920
1 15540
F4 2 16440 48580 16193,33
3 16600
1 15900
F5 2 15360 46320 15440
3 15060
1 18820
F6 2 18540 55000 18333,33
3 17640
1 18040
F7 2 18640 55520 18506,67
3 18840
1 13160
F8 2 15360 45660 15220
3 17140
1 19440
F9 2 16680 48600 16200
3 12480
98

1 16650
F10 2 19400 52110 17370
3 16060
1 16920
F11 2 16780 50040 16680
3 16340
1 16760
F12 2 16480 49840 16613,33
3 16600
F13 1 15400 48290 16096,67
2 16440
3 16450

4. Ph
Standar
Formula Replikasi Ph Total Rata-rata
Deviasi
1 5,36
F1 2 5,46 16,18 5,39 0,04714
3 5,36
1 5,46
F2 2 5,56 16,48 5,49 0,04714
3 5,46
1 5,56
F3 2 5,66 16,88 5,63 0,04714
3 5,66
1 5,56
F4 2 5,46 16,48 5,49 0,04714
3 5,46
1 5,76
F5 2 5,56 16,78 5,59 0,124722
3 5,46
1 5,66
F6 2 5,76 17,18 5,73 0,04714
3 5,76
1 5,56
F7 2 5,46 16,48 5,49 0,04714
3 5,46
F8 1 5,86 16,38 5,46 0,29439
99

2 5,36
3 5,16
1 5,26
F9 2 5,46 16,58 5,53 0,24944
3 5,86
1 5,66
F10 2 5,56 16,48 5,49 0,16997
3 5,26
1 4,76
F11 2 4,66 15,18 5,06 0,49666
3 5,76
1 5,86
F12 2 5,46 17,18 5,73 0,18856
3 5,86
1 5,46
F13 2 5,76 16,98 5,66 0,14142
3 5,76

5. SPF
Sampe Replikas Panjang Gelombang Nilai SPF
l i 290 295 300 305 310 315 320
1,81 1,19 1,40
1
0,987 1,426 3 1,784 3 4 1,318 16,01055
1,81 1,41
Ekstrak 2
0,986 1,444 4 1,782 1,2 7 1,314 16,04466
1,81 1,20 1,40
3
0,986 1,445 4 1,781 6 1 1,313 16,03978
1,75 2,22 1,41
1 1,142 1,415 1,264
1 1,642 2 5 17,29872
1,74 2,21 1,35
F1 2 1,144 1,662 1,261
8 1,641 9 5 17,43245
1,74 1,58 1,35
3 1,146 1,663 1,640 1,260
6 1 4 16,23429
1,73 1,57 1,40
1 0,986 1,416 1,712 1,248
4 8 8 16,24757
1,73 1,57 1,41
F2 2 0,985 1,417 1,713 1,252
8 4 1 16,25879
1,73 0,64 1,41
3 0,984 1,418 1,710 1,252
9 8 3 14,52811
F3 1 0,923 1,207 1,18 0,897 1,79 0,46 1,249 11,42706
100

6 2 3
1,18 1,79 0,46
2 0,987 1,209 0,327
7 0,902 4 3 11,29533
1,18 1,82 0,46
3 0,985 1,205 0,359
9 0,908 6 5 11,38426
2,04 1,71
1 0,872 1,428 1,18 1,836 1,616
5 2 16,24633
1,79 2,01 1,70
F4 2 0,869 1,464 1,836 1,646
8 6 6 17,99774
1,79 2,04 1,70
3 0,972 1,206 1,985 1,616
5 5 3 18,32834
1,79 2,04 2,05
1 1,002 1,352 2,052
3 1,781 7 3 18,15352
1,81 1,20 0,98
F5 2 0,986 1,445 0,837
4 1,782 0 2 15,59466
1,81 1,20 0,98
3 0,987 1,444 0,831
3 1,959 6 3 16,18226
1,77 1,51 1,40
1 0,981 1,445 1,784 1,002
9 4 2 16,46725
1,81 1,38 1,40
F6 2 0,986 1,444 1,783 1,318
3 1 1 16,36975
1,81 1,20 0,99
3 0,985 1,429 1,959 1,313
4 4 2 16,26317
1,77 1,49 1,41
1 0,979 1,430 1,958 1,316
7 0 7 17,04369
1,77 1,56 1,40
F7 2 0,980 1,429 1,957 1,314
9 9 3 17,18064
1,77 1,51 1,40
3 0,987 1,430 1,956 1,327
8 4 4 17,07701
1,85 1,49 1,33
1 0,987 1,431 1,953 1,246
3 2 9 17,17342
1,85 1,49 1,34
F8 2 0,962 1,430 1,396 1,245
2 1 0 15,33893
2,01 1,34
3 0,988 1,457 1,85 1,399 1,244
4 1 16,34451
1,55 2,01 2,01
1 0,961 1,455 1,401 2,012
3 2 8 16,19432
1,84 2,01 2,01
F9 2 0,960 1,456 1,403 2,016
5 0 5 17,03522
1,84 2,01 0,62
3 0,959 1,457 1,404 2,014
9 0 0 15,8799
F10 1 0,923 1,451 1,55 1,456 0,50 0,35 0,252 11,8406
4 0 8
101

1,55 0,50 0,35


2 0,924 1,326 1,607 0,332
5 1 7 12,25191
1,55 0,50 0,35
3 0,923 1,325 1,606 0,967
6 1 6 12,364
1,55 0,50 0,44
1 0,933 1,325 1,660 0,342
7 3 0 12,50709
1,64 0,51 0,45
F11 2 0,922 1,326 1,644 0,343
5 1 3 12,73272
1,64 0,61 0,45
3 0,928 1,324 1,643 0,345
6 5 9 12,93083
1,70 0,61 0,46
1 0,927 1,345 1,646 0,344
4 7 0 13,12875
1,70 0,61 0,67
F12 2 0,929 1,353 1,644 0,380
5 6 2 13,31465
1,70 0,61 1,25
3 0,934 1,354 1,640 1,147
4 7 5 13,92903
1,70 0,85 1,25
1 0,930 1,353 1,151
2 1,957 2 6 15,40059
0,89 1,38 1,25
F13 2 0,931 1,369 1,150
6 1,959 4 7 14,09623
0,89 1,38 2,05
3 0,932 1,378 1,960 1,149
5 5 6 14,77618

Lampiran 9. Analisis data dengan metode quadratic dalam simplex lattice design
1. Daya lekat
102

2. Daya sebar

3. Viskositas

Anda mungkin juga menyukai