Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1

ETIKA PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

DOSEN :

Novika, M.Acc., Ak

DISUSUN OLEH :

VIOLA SHINTIA SETIAWAN (130190041)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI – IBEK


PANGKALPINANG

2021
A. ETIKA DAN MORALITAS
Etika (ethichs) berasal dari bahasa Yunani ethos ,yang berarti “karakter”.Kata lain untuk etika
ialah moralitas (morality),yang berasal dari bahasa Latin mores,yang berarti “kebiasaan”.
moralitas berpusat pada “benar” dan “salah” dalam perilaku manusia. Oleh karena itu, etika
berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya.
Boynton (2003:97), membagi pembahasan mengenai etika kedalam dua kelompok yaitu:
1. Etika Umum
Etika umum (general ethics) mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan baik bagi
seseorang atau masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban atau tugas yang
harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri dan sesamanya. Namun,
ketidakmampuan untuk menyepakati apa yang disebut “baik” dan “kewajiban” telah
membuat para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran. Kelompok aliran pertama
disebut kelompok aliran etika absolut (ethical absolutist), yang mengatakan bahwa terdapat
suatu standar universal yang tidak berubah selama-lamanya dan berlaku bagi semua oang.
Kelompok aliran lain disebut kelompok aliran ethical relativists atau kelompok aliran etika
relative, yang mengatakan bahwa pertimbangan etika manusia ditentukan oleh perubahan
kebiasaan dan tradisi dalam masyarakat di mana mereka hidup. Beberapa orang berpendapat
bahwa kedua kelompok tersebut sama benarnya, bahwa setiap orang akan membuat sejumlah
keputusan hidup yang harus dituntun oleh standar universal yang tidak berubah, serta banyak
pilihan lain yang bersumber pada kebiadaan masyarakat yang berubah.
Karena tidak ada standar universal ataupun kode etik relatif yang dapat secara gamblang
menentukan bagaimana pilihan perilaku yang paling tepat,maka beberapa ahli etika telah
mengembangkan suatu kerangka kerja etika umum untuk pengambilan keputusan,yang
disebut kerangka kerja enam langkah sebagai berikut:
a. Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta relevan tersebut.
c. Menetukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan tersebut dan bagaimana
masing-masing dipengaruhi.
d. Mengidentifikasi alternative pengambilan keputusan
e. Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternative
f. Membuat pilihan yang beretika
2. Etika Profesional
Menurut Boynton (2003:98), Etika Profesional (professional ethics) harus lebih dari sekedar
prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang profesional yang
dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik profesional dapat
dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis
dan dapat ditegakkan. Agar dapat memiliki arti, maka keduanya harus pada posisi di atas
hukum, namun sedikit di bawah posisi ideal.
Proyek Visi CPA yang berorientasi pada masa depan,menyatakan bahwa pengakuan atas
profesi harus bertumpu pada nilai-nilai layanan yang diberikan. Proyek Visi CPA telah
mengidentifikasi lima nilai inti berikut yang dikaitkan dengan profesi CPA , yaitu (a)
Pendidikan berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup; (b) Kompetensi; (c) Integritas; (d)
Selaras dengan isu-isu bisnis yang luas; (e) Objektivitas
Secara keseluruhan nilai-nilai di atas merupakan hal yang penting guna mendapatkan
kepercayaan dan keyakinan dari mereka yang mengandalkan jasa-jasa CPA.
Profesi CPA juga menetapkan sifat sukarela dan pengaturan sendiri Kode Perilaku
Profesional ini.Mukadimah pada kode Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh AICPA
menekankan pentingnya standar etika bagi para CPA,seperti beikut ini . “Keanggotaan dalam
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) bersifat sukarela. Dengan
menerima keanggotaan, berarti juga seorang akuntan public yang bersertifikat (certified
public accountant /CPA) menerima kewajiban untuk mendisiplikan dirinya di atas dan
melampui kewajiban yang di tetapkan dalam peraturan dan ketentuan.
Prinsip-prinsip dalam Kode Etik Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh AICPA
menyatakan bahwa profesi mengakui tanggung jawabnya kepada masyarakat, klien, dan
tanggung jawab profesionalnya serta menyatakan ajaran dasar etika dan perilaku
professional. Untuk menjalankan prinsip-prinsip ini diperlukan komitmen yang teguh agar
menjadi perilaku yang terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi”
B. KODE ETIK PERILAKU PROFESIONAL AICPA (Boynton, 2003:99)
1. Tim Etika Profesional AICPA
Pengaturan sendiri dan etika professional demikian pentingnya bagi profesi akuntan,
sehingga peraturan AICPA menetapkan perlunya dibentuk Divisi atau Tim etika
Profesional. Misi dari tim ini adalah :
i. Mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif menegakkan standar-
standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa kepentingan masyarakat terlindungi
ii. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA
iii. Menyediakan pedoman yang mutakhir dan berkualitas sehingga para anggota mampu
menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya.
Tim ini terdiri dari beberapa staf penuh waktu,anggota sukarela aktif,dan investigator
sementara jasa juga bersifat sukarela sesuai kebutuhan. Tim tersebut melaksanakan tiga
fungsi utama untuk menyelesaikan misinya sebagai berikut:
1. Menetapkan standar: Komite Eksklusif Etika Profesional melakukan interpretasi atas
Kode Perilaku Profesional AICPA serta mengusulkan perubahan pada kode perilaku.
2. Penegakkan etika: Tim Etika Profesional melakukan investigasi atas potensi masalah-
masalah disiplin yang melibatkan anggota AICPA serta mesyarakat CPA Negara bagian
dan Program Penegakan Etika Bersama
3. Jasa permintaan bantuan teknis (ethics hotline): Tim Etika Profesional melakukan
pendidikan bagi anggota serta mempromosikan pemahaman atas standar etika yang ada
dalam Kode Perilaku Profesional AICPA, dengan cara menanggapi permintaan bantuan
anggota dalam rangka penerapan Kode Perilaku Profesional AICPA pada bidang praktik
yang spesifik.
2. Komposisi Kode Etika AICPA
Kode Perilaku Profesional (Code of Profesional Conduct) AICPA yag telah direvisi dan
diterima oleh sidang keanggotaan tahun1988 terdiri dari dua seksi sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip (Principles) yang menyatakan ajaran dasar perilaku etika dan
memberikan kerangka kerja bagi Peraturan-peraturan.
b. Peraturan Perilaku (Rules of Conduct) yang menetapkan standar minimun perilaku
yang dapat diterima dalam pelaksanaan layanan profesional.
Sebagai suatu pernyataan ideal perilaku profesional, maka Prinsip-prinsip ini tidak
digolongkan sebagai standar yang dapat ditegakkan. Sebaliknya Peraturan Perilaku
menetapkan standar minimum perilaku yang dapat diterima serta dapat ditegakkan atau
dengan perkataan lain sebagai suatu keharusan untuk dicapai.
Sebagai tambahan atas kedua seksi dari kode tersebut, maka komite Eksekutif Divisi Etika
professional mengeluarkan pengumuman-pengumuman sebagai berikut:
1. Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of The Rules of Conduct) yang
menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan spesifik.
2. Ketetapan etika (Ethics Rulings) yang menunjukkan penerapan Pertauran Perilaku dan
interpretasi pada kondisi nyata tertentu.
Para anggota yang menyimpang dari Interpretasi atau Ketetapan Etika harus memberikan
penjelasan dan alasan penyimpangan tersebut pada rapat dengar pendapat tentang disiplin.
3. Definisi Kode Etik
Boynton (2003:100) membagi definisi kode etik (code definition) kedalam 9 bagian guna
memahami penerapan prinsip-prinsip Kode dan Peraturan :
i. Klien (client). Setiap orang atau entitas,selain pegawai anggota CPA yang menugaskan
anggota atau kantor anggota CPA untuk melaksanakan jasa professional bagi
perorangan atau entitas yang menerima jasa profesional tersebut.
ii. Dewan (Council). Dewan yang berada dalam lembaga AICPA
iii. Perusahaan (Enterprise). Sinonim dengan istilah “kilien”
iv. Kantor Akuntan Publik (Firm). Bentuk organisasi yang diizinkan oelh undang-
undang Negara bagian atau peraturan yang memiliki karakteristik sesuai dengan
keputusan Dewan, untuk melaksanakan praktik akuntan public,termasuk untuk
perorangannya sebagai pemilik.
v. Status Keanggotaan (holding out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang
anggota yang menginformasikannya statusnya sebagai CPA atau spesialis AICPA yang
terakreditasi.
vi. Institut (Institute). AICPA itu sendiri sebagai kelembagaan.
vii. Anggota (Member). Seorang anggota,anggota asosiasi,atau asosiasi internasional dari
AICPA.
viii. Praktik Akuntan Publik (Practise of public accounting). Pemberian jasa profssional
berupa jasa akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa dukungan
litigasi, serta jasa profesional lainnya oleh seorang anggota atau kantor akuntan public
yang terdaftar sebagai pemegang CPA atau spesialis AICPA yang terakreditasi,sesuai
dengan standar yang diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan. Akan
tetapi,seorang anggota pemegang CPA atau kantor akuntan public, tidak diperkenankan
untuk melakukan praktik akuntansi public,apabila seorang anggota atau kantor akuntan
public pemegang CPA tersebut memang tidak memberikan jasa professional seperti
tersebut di atas kepada klien.
ix. Jasa Profesional. (Professional services). Semua jasa yang dilaksanakan oleh seorang
CPA yang masih berstatus sebagai pemegang CPA.
4. Prinsip-Prinsip
Prinsip yang terdapat dalam kode etik dibagi oleh Boynton (2003:101) kedalam enam
prinsipyaitu
a.) Tanggung jawab
“Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, para anggota
harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua
aktivitass mereka.”
CPA memberikan jasa yang penting dan perlu dalam system persaingan bebas yang
dianut di Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada mereka yang
menggunakan jasa profesional CPA. Selain itu,para CPA memiliki tanggung jawab
yang berkesinambungan untuk berkerja sama dengan para anggota lainnya guna:
a. Meningkatkan seni akuntansi
b. Menjaga kepercayaan public pada profesi,dan
c. Melaksanakan kegiatan pengaturan sendiri (self regulatory)
Tujuan keseluruhan dalam memenuhi prinsip ini adalah untuk menjaga dan
meningkatkan sosok profesi akuntan public.
b.) Kepentingan Publik
“Para CPA harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan public,menghargai kepercayaan public,dan
menunjukkan komitmen pada profesionalisme.”
Kepentingan public didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dari komunitass
manusia dan institusi yang dilayani oleh CPA.Kepentingan public yang harus
dilindungi oleh CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah, pegawai,
pemegang saham , dan masyarakat umum. Suatu ciri mulia dari sebuah profesi adalah
kesediannya untuk menerima tanggung jawab professional kepada public.
c.) Integritas
“Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,para CPA
harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan integritas
tertinggi.”
Dalam memenuhi prisnip-prinsip ini, para anggota harus bersikap jujur dan tulus.
Dalam integritas masih dimungkinkan terjadinya kesalahan akibat kelalaian dan
perbedaan pendapat, namun integritas tidak dapat mentolerir terjadinya distorsi fakta
yang dilakukan dengan sengaja atau upaya mengecilkan pertimbangan.
d.) Objektivitas dan Independensi
“Seorang CPA harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari pertentangan
kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesional.Seorang CPA yang
berpraktik sebagai akuntan public harus bersikap independen dalam kenyataan
dan penampilan pada waktu melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya.”
Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkat bila anggota
menjauhkan diri dari keadaan yang dapat menimbulkan pertentang kepentingan.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya
seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan
menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila CPA
tersebut tidak independen dalam memberikan jasa-jasa tersebut, para anggota harus
independen dalam segala hal. Untuk mengujinya, para anggota dilarang mempunyai
kepentingan keuangan atau hubungan usaha dengan klien. Sebagai contoh, seorang
CPA tidak boleh menjadi bagian dari manajemen atau melayani dewan direksi.Para
anggota yang berpraktik sebagai akuntan public harus senantiasa menilai hubungannya
dengan klien agar tidak melemahkan independensinya.
e.) Kecermatan atau Keseksamaan
“Seorang CPA harus mengamati standar teknis dan etika profesi,terus
meningkatkan kompetensi serta mutu jasa,dan melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan kemampuan terbaik.”
Prinsip kecermatan atau keseksamaan adalah pusat dari pencarian terus menerus akan
kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan mengharuskan
setiap CPA untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi
dan ketekunan.
Keseksamaan meliputi keteguhan,kesungguhan,serta bersikap energik dalam
menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Hal ini juga
berarti,seorang CPA harus: (1.) Cermat dan seksama dalam melaksanakan pekerjaan;
(2.) Memperhatikan standar teknis dan etika yang dapat diterapkan; (3.) Menyelesaikan
jasa yang dilaksanakan dengan segera.
Keseksamaan meliputi keseksamaan dalam perencanaan dan supervise perikatan yang
menjadi tanggung jawab CPA.
f.) Lingkup dan Sifat Jasa
“Seorang CPA yang berpraktik sebagai akuntan public, harus mematuhi Prinsip-
Prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan jasa yang
diberikan.”
Prinsip ini hanya dapat diterapkan hanya dapat diterapkan kepada anggota yang
memberikan jasa kepada masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan memberikan
jasa spesifik dalam situasi tertentu,maka CPA tersebut harus mempertimbangkan semua
prinsip-prisnsip yang telah ada sebelumnya. Apabila ternyata tidak ada prinsip yang
dapat dipenuhi, maka penugasan tersebut harus ditolak. Selanjutnya seorang CPA
harus:
a. Hanya berpikir pada suatu kantor yang telah mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu
b. Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak akan
menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi klien.
c. Menilai apakah jasa yang diminta konsisten dengan peran professional.
C. PERATURAN PERILAKU (Boynton, 2003: 105)
Dalam memformulasikan peraturan-peraturan ini, AICPA telah berusaha untuk dapat
memberikan layanan yang terbaik bagi para anggotanya,profesi dan masyarakat dari waktu ke
waktu,peraturan tersebut dimodifikasi untuk dapat mengakomodasi perubahan norma dari
perilaku etik serta pengaruh-pengaruh lainnya,seperti perubahan-perubahan pada ketentuan
pemerintah. Sebagai contoh, tidak adanya system penomoran pada seksi yang berkode nomor
400-an adalah akibat dari penghapusan beberapa peraturan dalam seksi 400-an yang berkaitan
dengan tanggung jawab terhadap kolega.Peraturan-peraturan ini dihapuskan karena pada
akhirnya dianggap terlampau bebas dan dalam beberapa kasus telah mendapat tantangan dari
pemerintah federal sebagai pengendalian yang tidak dibenarkan atas persaingan. Contoh-
contoh beberapa perubahan tambahan yang ditetapkan oleh pemerintah guna menghapuskan
praktik yang dianggap mengendalikan akan dijelaskan berikut ini :
Peraturan organisasi AICPA mengharuskan para CPA mematuhi Peraturan Perilaku.
Peraturan tersebut dapat diterapkan kepada semua CPA dan kepada semua jasa professional
yang dilaksanakan, kecuali apabila:
1. Susunan kata dalam peraturan menunjukkan lain
2. CPA yang berpraktik diluar Amerika Serikat serta menyesuaikan diri dengan peraturan
profesi akuntan di Negara tuan rumah.
Seorang CPA dalam praktik public mungkin harus bertanggungjawab untuk mematuhi semua
peraturan bagi setiap orang yang berada dalam supervise anggota atau anggota partner atau
pemegang saham dalam praktik. Selain itu, CPA tidak dapat mengijinkan orang lain untuk
bertindak atas namanya. Apabila hal ini dilakukan,berarti melanggar peraturan. Pernyataan
setiap peraturan dan penjelasan yang penting diberikan dalam bagian berikut ini
a. Peraturan 101-Independensi
Seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam melaksanakan jasa
professional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang diumumkan oleh badan-
badan yang ditunjuk oleh Dewan.
Peraturan ini digabungkan dalam kode etik, dengan menunjuk persyaratan indenpendensi
dalam standar teknis yang diterbitkan oleh AICPA. Badan-badan yang telah menerbitkan
standar yang mewajibkan CPA bersikap independen adalah Auditing Standars boards
(ASB) dan Accounting and Review Services Committee. Karena pentingnya masalah
independensi ini bagi berbagai jasa atestasi, maka hingga saat ini AICPA telah
menerbitkan 14 interpretasi yang berkaitan dengan peraturan 101, yaitu:
101-1 Interpretasi peraturan 101 : interpretasi awal ini ditujukan pada hubungan
kepentingan keuangan dan bisnis yang dapat memperlemah independensi
101-2 Independensi praktisi dan kantor akuntan publik pendahulu: menunjukkan
konsidir dimana kegiatan partner atau pemegang saham terdahulu pada suatu kantor
akuntansi dapat memperlemah independensi.
101-3 - Jasa akuntansi: sering kali para CPA membantu klien dengan menyediakan jasa
akuntansi termasuk pembukuan serta penyusunan laporan keuangan. Interpretasi ini
menggambarkan tanggung jawab panjang yang harus dipikul oleh manajemen klien untuk
tetap menjaga independensi
101-4 -- Direktur dan perwalian kehormatan dari organisasi nirlaba : memberikan
pedoman bagi para CPA yang diminta untuk bertugas sebagai direktur atau perwalian
kehormatan untuk suatu atestasi klien.
101-5 -- Pinjaman dari lembaga keuangan klien serta terminologi terkait : pada
umumnya independensi CPA akan menjadi lemah apabila CPA tersebut mempunyai
pinjaman pada atau dari perusahaan atau komisaris, direktur atau pimpinan pemegang
saham perusahaan. Interpretasi ini menjelaskan beberapa pengecualian pada peraturan
yang bersifat umum ini.
101-6 -- pengaruh dari litigasi yang nyata atau potensial pada independensi :
menjelaskan kondisi dimana independensi dapat dianggap melemah akibat adanya litigasi
ataupun adanya maksud untuk memulai litigasi
[101-7]-- dihapuskan
101-8 -- Pengaruh terhadap independensi kepentingan keuangan pada pihak
nonklien yang memiliki hubungan sebagai investor atau investee dengan pihak
anggota klien : menjelaskan berbagai modus dimana kepentingan keuangan pihak
nonklien dapat secara signifikan mempengaruhi klien sehingga melemahkan independensi
klien.
101-9 -- Arti terminologi independensi tertentu serta dampak dari hubungan
kekerabatan bagi independensi : memberikan definisi tertentu yang digunakan dalam
interpreasi 101-1 dan menjelaskan juga bagaimana independensi dapat menjadi lemah
melalui hubungan kekerabatan tertentu.
101-10 --Pengaruh hubungan dengan entitas termasuk laporan keuangan
pemerintahan terhadap independensi : pada umumnya seorang CPA yang menerbitkan
laporan atas laporan keuangan yang bersifat multiguna dari instansi pemerintah sebagai
klien harus bersikap independen terhadap klien. Namun independensi tidak lagi
diwajubkan bagi organisasi tersebut bilamana secara keuangan klien tidak bertanggung
jawab bagi organisasi atau pengungkapan yang diwajibkan tidak termasuk informasi
keuangan.
101-11 --Independensi dan pelaksanaan jasa profesional di bawah pernyataan
standar perikatan atestasi dan pernyataan standar auditing no. 75, perikatan untuk
menerapkan prosedur yang telah disepakati pada elemen, akun atau butir tertentu
dalam laporan keuangan. Memberikan pedoman atas independensi pada perikatan yang
lebih terbatas dalam lingkupnya dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan multi
guna.
101-12 --Independensi dan kerjasama dengan klien : pada umumnya independensi akan
dianggap lemah apabila selama periode penugasan profesional atau pada saat menyatakan
pendapat seorang CPA kantor akuntan mempunyai kehiatan bisnis bersama dengan klien
yang dianggap material bagi kantor CPA atau klien itu sendiri.
101-13 -- Perluasan jasa audit. Banyak usaha yang menyerahkan pekerjaan audit
internalnya pada kantor-kantor akuntan publik. Interpretasi ini menjelaskan kondisi dan
hubungan yang diperlukan antara kantor akuntan publik dengan klien guna tetap
menjaga independensi.
101-14 -- pengaruh struktur praktik alternatif terhadap penerapan peraturan
tentang independensi : karena adanya perubahan dalam cara CPA menyusun praktik-
praktiknya maka interpreyasi ini memberikan pedoman bagaimana alternatif yang beragam
terhadap "struktur tradisional;" dapat berpengaruh bagi independensi.
Interpretasi Independensi
Terdapat beberapa tema dalam interpretasi indenpendensi,yang meliputi pengaruh dari:
1. Kepentingan Keuangan
Larangan terhadap kepentingan keuangan bersifat sangat ekplisit. Pertama, CPA atau
kantor akuntan public (KAP) tidak boleh mempunyai kepentingan keuangan langsung
dengan klien. Oleh karena itu, seorang CPA tidak boleh memiliki atau mempunyai
opsi untuk membeli satu lembar saham pun dari klien. Dalam interpretasi inti
disebutkan bahwa kepemillikan saham melalui perusahaan investasi digolongkan juga
sebagai kepentingan keuangan langsung. Akan ada kespentingan keuangan tidak
langsung apabila (1) CPA atau kantor akuntan publik (KAP) memiliki saham dalam
bentuk dana bersama (mutual fund) yang pada gilirannya akan memiliki saham klien
atau (2) seorang CPA memiliki hubungan keluarga dengan pihak yang mempunyai
keuangan dengan klien.
Kedua, seorang CPA tidak diperkenankan memiliki gubungan kerjasama atau
memegang investasi bisnis dengan perusahaan klien, komisaris, direktur atau
pemegang saham utama dalam perusahaan klien, komisaris, direktur atau pemegang
saham utama dalam perusahaan tersebut yang bersifat material bagi CPA ataupun
aktiva bersih perusahaan.
Ketiga, seorang CPA tidak diperkenankan memiliki pinjaman kepada atau dari
perusahaan klien, komisaris, direktur atau pemegang saham utama adalam perusahaan
tersebut, kecuali memang diperbolehkan sesuai dengan interpretasi 101-5. Secara
rinci interpretasi tersebut menguraikan dua kategori pengecualian, apabila pinjaman
tersebut (1) telah diperoleh dilaksanakan secara independen (2) diperoleh melalui
prosedur persyaratan dan kewajiban peminjaman yang normal serta (3) senantiasa
mutakhirkan.
2. Hubungan Bisnis.
Seorang CPA tidak diperbolehkan memeberikan layanan dalam kapasitas sebagai
anggota manajemen atau sebagai pegawai klien, karena dapat memperlemah
independensi. Penerapan interpretasi ini akan menjadi semakin kompleks apabila
CPA memiliki anggota klien.
Periode waktu kepentingan bisnis berbeda dengan periode waktu hubungan bisnis.
Sebagai contoh, apabila auditor juga menjadi direktur, anggota manajemen atau
pegawai klien pada periode yang menjadi lingkup audit maka independensinya
menjadi lemah. Kelemahan tersebut tidak akan terselesaikan dengan memutuskan
hubungan begitu saja sebelum audit dimulai. Alasannya adalah meskipun hubungan
telah diputuskan namun CPA tersebut masih harus melakukan audit dan melaporkan
hasil-hasil keputusannya atau partisipasinya selama ia dalam kapasitas sebagai bagian
dari klien.
3. Arti Ungkapan "CPA Atau Kantor Akuntan Publik"
Interpretasi 101-9 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan CPA atau kantor
akuntan publik (member or member's firm) meliputi semua dari berikut ini:
i. Semua orang (dari setiap tingkatan) yang berpartisipasi dalam perikatan, kecuali
mereka yang hanya melaksanakan fungsi klerk rutin, seperti juru ketik atau
operator foto kopi.
ii. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan beralokasi dalam kantor yang
berpartisipasi signifikan dalam perikatan.
iii. Semua pemilik, partner atau pemegang saham dari kantor akuntan public
iv. Sebuah entitas yang kebijakan usaha, keuangan atau akuntansinya dapat
dikendalikan oleh seorang atau lebih dari orang-orang yang telah disebutkan
diatas atau oleh dua orang atau lebih yang dipilih dan ditunjuk untuk bertindak
bekerja sama.
Untuk memperjelas ketaatan pada peraturan 101, ungkapan CPA dan kantor akuntansi
publik tidak hanya meliputi orang-orang yang telah disebutkan diatas namun juga
meliputi pasangan mereka, keluarga. Oleh karena itu, sebagai CPA yang
berpartisipasi dalam memiliki kepentingan keuangan langsung. Atau tidak langsung
yang cukup material pada klien. Demikian pula halnya dengan pasangan atau
keluarga anggota yang belum mandiri juga tidak diperkenankan memuliki
kepentingan seperti tersebut di atas.
Sesuai dengan interpretasi 101-9, ungkapan CPA dan kantor akuntan publik tidak
meliputi keluarga dekat yang sudah mandiri, sperti anak, kakak, dan adik, kakek dan
nenek, orang tua dan mertua. Namun demikian, interpretasi menyatakan bahwa
independensi CPA atau kantor akuntan publik dapat melemah karena adanya
hubungan keuangan dan usaha dari keluarga seperti tersebut diatas. Sebagai contoh,
sudah pasti akan diangkat kasus apabila ada kerabat dekat yang memegang
kepentingan keuangan yang material bagi kerabat dekat tersebut maupun bagi CPA
sendiri.
Interpretasi 101-9 menunjukkan bahwa adanya anggota keluarga seorang CPA yang
bekerja pada perusahaan klien selama periode waktu yang berkaitan dengan hubungan
bisnis hanya akan melemahkan independensi dalam keadaan berikut ini :
i. Posisi peka audit (audit sensitive position). Posisi yang dimaksud adalah
posisi untuk pasangan, keluarga atau keluarga dekat yang mandiri yang
memiliki posisi dalam kegiatan klien yang berkaitan dengan atau elemen dari
pengendalian intern yang signifikan seperti posisi kasir, auditor internal,
kepala akuntansi atau kepala gudang persediaan. Larangan ini hanya
berkaitan dengan keluarga CPA yang berpartisipasi dalam perikatan
ii. Pengaruh signifikan (significant influence) hal ini mencakup pasangan,
keluarga atau keluarga dekat mandiri yang memiliki posisi yang
memungkinkan untuk memberikan pengaruh signifikan atas kebijakan
operasional, keuangan atau akuntansi klien, seperti posisi direktur, chief
executive, atau pejabat keuangan atau akuntansi. Larangan ini berkaitan
dengan apa yang dinamakan keluarga dari (1) setriap CPA yang berpartisipasi
dalam perikatan, dan (2) seriap pemilik partner atau pemegang saham yang
beralokasi dalam kantor yang berpartisipasi secara signifikan dalam
perikatan, selain untuk pasangan dan keluarga, larangan tersebut meluas
kepada setiap pemilik, partner atau pemegang saham dalam setiap kantor
yang memiliki kempampuan untunk mempengaruhi perikatan.
4. Jasa Lain Bagi Klien.
Seringkali CPA menyediakan jasa lain sebagai tambahan atas jasa atestasi kepada
klien. Sebagai contoh, seorang CA atestasinya. CPA yang melakukan praktik
sedemikian harus memenuhi persyaratan berikut agar dapat mempertahankan
penampilannya bahwa ia bukan menjadi klien sehingga dapat menjadi kurang
independen menurut pandangan seorang pengamat yang layak.
a. CPA tidak diperkenankan memiliki hubungan lain, seperti kepentingan
keuangan yang dapat memperlemah objektivitasnya
b. Klien harus bertanggung hawab penuh atas laporan keuangannya
c. CPA tidak diperbolehkan melakuakan peran lain sebagai pegawai atau
manajemen dalam usaha klien
d. CPA harus bekerja sesuai standar profesional dalam melaksanakan perikatan
atestasi
Klien atestasi seringkali meminta CPA untuk menjalankan peran dan fungsi
sebagai auditor internal. Interpendensi tidaj dipandang melemah, apabila CPA atau
kantor akuntan publik bertindak atau tampil untuk bertindak dalam kapasitas yang
setara dengan anggota manajemen atau sebagai pegawai klien. Selain itu, terdapat
beberapa kondisi lain yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Dewan direksi, komite audit, manajemen klien, serta anggota CPA semuanya
harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab masing-
masing
b. Pemahaman tersebut sebaiknya didokumentasikan dalam surat perikatan
c. CPA harus merasa puas bahwa klien memahami tanggung jawabnya untuk
menetapkan dan menjaga pengendalian intern serta mengarahkan fungsi audit
internal sebagai bagian dari pemantauan pengendalian intern
d. Klien harus bertanggung jawab untuk (1) menunjuk seorang yang kompeten
lebih baik apabila diambil dari manajemen senior untuk bertanggung jawab
dalam fungsi audit internal (2) menentukan lingkup resiko dan frekuensi
fungsi audit internal dan (3) mengevaluasi kecukupan prosedur audit yang
dilaksanakan temuan serta hasil kegiatan audit internal sebagaimana yang
disajikan dalam laporan audit yang disusun sesuai dengan pedoman CPA
perihal pelaksanaan layanan publik untuk jasa tersebut
Akhirnya lingkungan pemerintahan dan dunia akademis telah memberikan
perhatian yang besar dengan membuat pernyataan bahwa dengan memberikan
jasa konsultasi manajemen kepada klien atestasi akan memperlemah
independensi. Kedaan tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa CPA akan
melakukan review atas apa yang telah dikerjakannya sendiri, sehingga sangat
mungkin akan terjadi bias pada saat review.
Secara konsisten AICPA menegaskan bahwa secara keseluruhan MCS adalah
sama dengan independensi, sepanjang CPA hanya memberikan layanan
sebagai penasehat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan bisnis.
Apabila auditor merupakan pengambilan keputusan, maka independensi audit
akan melemah karena auditor akan bertindak dalam "kapasitas yang setara
dengan anggota manajemen". Akan tetapi kantor CPA akan diminta untuk
menarik diri dari pelaksanaan jasa MCS berikut ini bagi audit klien SEC.
a. Bantuan dalam merger dan akuisisi untuk mendapatkan finder's fee
b. Perekrutan eksekutif
c. Jasa aktuaria bagi perusahaan asuransi
d. Jajak pendapat umum
e. Pengujian psikologi
5. Litigasi
Litigasi melibatkan CPA dan kliennya yang mempertanyakan independensi
CPA. Pada umumnya, independensi akan melemah apabila keberadaan atau
potensi ancaman litigasi telah berubah secara signifikan atau diharapkan
hubungan antara klien dengan CPA akan berubah secara material. Litigasi
yang mengakibatkan memburuknya posisi antar klien dengan CPA atau justru
menyatukan manajemen dengan CPA untuk berkonspirasi dalam menghambat
informasi dari pemegang saham, dapat melemahkan independensi CPA.
Sebaliknya, litigasi yang diajukan pemegang saham terhadap CPA tidak harus
mempengaruhi independensi.
6. Imbalan Yang Belum Dibayar
Imbalan yang belum dibayar untuk jasa profesional yang telah diberikan akan
dianggap sebagai pinjaman yang diberikan anggota kepada klien, sesuai
dengan apa yang di maksudkan dalam peraturan 101 dan interpretasinya. Oleh
karena itu independensi kantor akuntan publik dapat dianggap melemah
apabila CPA telah menerbitkan laporan audit untuk tahun berjalan bagi klien,
namun CPA belum menerima imbalan, baik telah ditagihkan atau belum
ditagihkan selama lebih dari satu tahun. Ketetapan ini tidak berlaku bagi
imbalan yang belum dibayar akibat pailitnya klien.
Independence Standards Board (ISB)
Dewan standar independen didirikan pada tahun 1997 berdasarkan hasil diskusi
antara AICPA dengan perwakilan dari profesi dan SEC. misi yang diemban oleh ISB
menurut terbitan mereka adalah untuk menetapkan standar independensi yang dapat
diterapkan pada audit atas entitas publik dalam rangka melayani kepentingan
masyarakat serta melindungi dan meningkatkan kepercayaan investor dalam pasar
bursa. Untuk mencapai maksud tersebut, dewan mengambil langkah sebagai berikut :
a. Pada awalnya akan mengambil standar independen yang ada pada SEC
b. Mengembangkan kerangka kerja konseptual independensi yang dapat diterapkan
pada audit atas entitas publik yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan
prinsip-prinsip yang berbasis standar independensi
c. Mengumumkan standar, melakukan review dan ratifikasi, melakukan konsensus
dengan Komite Masalah Independensi serta melakukan interpretasi atas masalah-
masalah objektivitas dan independensi auditor yang dikemukakan oleh staf ISB
d. Mengembangkan proses untuk digunakan sebagai pedoman dan penyelesaian
masalah, termasuk mendayagunakan HC sebagai narasumber tentang masalah-
masalah yang dapat mempengaruhi independensi
e. Menyediakan fungsi konsultatif bagi para praktisi dan registran yang ini
menanyakan tentang standar independensi
Pada bulan April 1999, ISB menerbitkan Independence Standards Board Standard no.
1. Standar ini dapat diterapkan pada setiap auditor yang bermaksud untuk bersikap
independence pada setiap entitas sesuai dengan yang dikehendaki oleh securitas Art
yang dikelola oleh SEC, setidaknya setahun sekali, auditor tersebut harus:
a. Mengungkapkan secara tertulis kepada komite audit perusahaan, bahwa menurut
pertimbangan profesional auditor, semua hubungan yang ada antara auditor
dengan entitas terkait telah secara layak dianggap memiliki independensi.
b. Mengkonfirmasikan dalam surat tersebut bahwa pertimbangan professional yang
diberikan telah cukup independen terhadap perusahaan sesuai dengan apa yang
dimaksud dalam undang-undang SEC.
c. Membahas independensi auditor dengan komite audit.
b. Peraturan 102- Integritas Dan Objektivitas
Dalam pelaksanaan setiap jasa professional, seorang CPA harus menjaga objektivitas dan
integritas, harus bebas dari pertentangan kepentingan, dan tidak diperbolehkan salah
menyajikan fakta atau mensubordinasikan pertimbangannya kepada pihan lain.
Peraturan ini berlaku untuk semua jasa professional dan untuk semua anggota. Sebagai
contoh, dalam hubungannya dengan majikan pihak akuntan ekstern, anggota dalam
industry harus bersikap tulus dan tidak boleh salah menyajikan fakta atau gagal
menyajikan fakta yang material. Selanjutnya apabila anggota dalam indutri berselisih
paham dengan seorang penyelia(supervisor) tentang masalah akuntansi atau auditing
yang akan berpengaruh penting pada laporan keuangan, maka anggota tersebut harus
memastikan bahwa situasi pertentangan tersebut bukan merupakan bentuk subordinasi
pertimbangan. Seorang anggota yang melaksanakan jasa profesional bagi klien atau suatu
organisasi harus bebas dari atau tidak diperkenankan memiliki hubungan penting dengan
orang,entitas, atau layanan lain yang dipandang dapat mengganggu objektivitas anggota.
c. Peraturan 201- Standar Umum
Setiap anggota harus memenuhi standar-standar berikut ini dan setiap interpretasi dari
badan-badan yang ditujukan oleh Dewan.
a. Kompetensi professional. Hanya melaksanakan jasa profesional yang diyakini dapat
diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan public dengan kompetensi
proessional
b. Penggunaan kemahiran professional. Mempergunakan kemahiran professional
dengan cermat dan seksama dalam melaksanakan setiap jasa professional
c. Perencanaan dan supervise. Merencanakan dengan cermat dan mengawasi jalannya
pelaksanaan jasa professional.
d. Data Relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi agar
mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberi
rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa professional yang dilaksanakan.
Standar-standar umum di atas tidak boleh dikacaukan dengan tiga standar umum GAAS
yang telah dibahas dalam bab sebelumnya.
Peraturan 201A tentang kompetensi profesional tidak hanya meliputi kualifikasi teknis
seorang anggota atau para staf dari seorang anggota saja, namun meliputi juga
kemampuan CPA tersebut untuk melakukan supervise dan evaluasi atas mutu pekerjaan
yang dilaksanakan oleh pihak lain. Apabila berdasarkan fakta yang diketahui pada saat
itu, CPA meyakini kemampuannya untuk menyelesaikan perikatan tersebut sesuai
dengan standar-standar professional, maka secara etis ia diperbolehkan menerima
perikatan.
d. Peraturan 202-Kepatuhan Terhadap Standar
Seorang CPA yang melaksanakan auditing, review. Kompilasi, konsultasi manajemen,
perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi standar-standar dan setiap
interpretasi yang diterbitkanoleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan.
Dewasa ini, standar-standar teknis yang tergolong dalam peraturan diatas adalah standar-
standar yang diterbitkan oleh Auditing Standards Board, Accounting and Review Service
Committee, serta Management Consulting Service Executives Committee. Sejalan
dengan maksud menegakkan peraturan di atas, Dewan telah menunjuk dua badan untuk
memasyarakatkan standar-standar pengungkapan informasi keuangan di luar laporan
keuangan dasar yang menyertai laporan keuangan yang diterbitkan. Kedua badan
tersebut adalah FASB dan GASB.
e. Peraturan 203- Prinsip-Prinsip Akuntansi.
Seorang CPA tidak dibenarkan untuk (1) menyatakan pendapat atau menyatakan bahwa
laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap entitas yang diauditnya telah
disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2)
menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi material yang telah dilakukan
pada laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum, apabila laporan atau data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang telah ditetapkan oleh badan berwenang yang ditunjuk oleh Dewan untuk
menyusun prinsip-prinsip yang mempunyai dampak material terhadap keseluruhan
laporan atau data. Namun, apabila CPA mampu menunjukkan adanya penyimpangan
pada laporan dan data yang dapat menimbulkan keadaan yang menyesatkan, maka CPA
tersebut harus mematuhi peraturan ini dengan menjelaskan dalam laporannya yang
menguraikan tentang penyimpangan tersebut, perkiraan akibat yang akan ditimbulkan,
dan sepanjang dianggap praktis, akan menyebutkan juga alasan-alasan mengapa
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dapat menimbulkan pernyataan yang justru
menyesatkan.
Peraturan 203 ini diterapkan kepada semua anggota yang melaksanakan tindakan seperti
diuraikan di atas,baik yang melakukan praktik public maupun tidak.Tindakan yang
dimaksud terjadi,misalnya ketika,
1. Melakukan audit laporan keuangan
2. Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif
3. Melakukan review atas informasi keuangan
Peraturan di atas meliputi semua jasa yang standarnya telah ditetapkan dalam
GAAP,termasuk perikatan untuk melaporkan dasar komprehensif selain GAAP. Dewan
telah menunjukan dua kelompok untuk memasyaratkan prinsip-prinsip akuntansi ,yaitu:
1. GASB untuk entitas pemerintah Negara bagian dan local.
2. FASB untuk semua entitas lainnya.
f. Peraturan 301- Informasi Rahasia Klien
Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk
mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa izin khusus dari klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan sebagai (1) membebaskan seorang anggota dari
kewajiban profesionalnya sesuai peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi dengan
cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi permintaan atau panggilan pengadilan
yang sah dan berlaku, atau untuk melarang anggota mematuhi ketentuan dan peraturan
pemerintah yang berlaku, (3) untuk menghalangi review atas praktik professional
anggota menurut wewenang AICPA atau masyarakat CPA negara bagian, atau Dewan
Akuntansi atau (4) menghindari seorang anggota dari pernyataan keberatan atau
kewajiban untuk menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika
profesioanal atau badan pengadilan institute atau badan investigasi dan disiplin dari
masyarakat CPA negara bagian atau Dewan Akuntansi.
Setiap anggota dari badan-badan yang disebutkan dalam rangka (4) diatas serta para
anggota yang terlibat dalam praktik review professional yang disebut dalam angka (3)
diatas tidak diperkenankan mempergunakan untuk kepentingan sendiri atau
mengungkapkan informasi rahasia klien anggota yang menarik perhatiannya dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Namun demikian, larangan tersebut tidak boleh
membatasi pertukaran oleh badan-badan tersebut pada angka (4) atau kerugian praktik
review professional yang disebut dalam angka (3) diatas.
Kewajiban CPA yang melakukan praktik public untuk merahasiakan semua informasi
tentang masalah bisnis klien merupakan hal yang sangat mendasar.Kerahasiaan
merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun dasar kepercayaan bersama
antara CPA dan klien.
Peraturan 301 mengharuskan anggota untuk mendapatkan persetjuan klien sebelum
mengungkapkan informasi rahasia klien.sebaiknya persetujuan tersebut dilakukan dalam
bentuk tertulis.Persetujuan tidak diperlukan lagi apabila keempat pengecualian yang
dinyatakan dalam peraturan resebut dipenuhi.
Pengecualian dari peraturan 301 memungkinkan auditor memenuhi tanggung jawab
professional dan hukum.Sebagai contoh,dalam menerbitkan laporan audit ,seorang
anggota dapat mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam GAAP yang tidak
tercantum dalam laporan keuangan.
Keharusan untuk menyimpan rahasia sebagaimana disebutkan dalam peraturan 301
tersebut harus dibedakan dari konsep hukum tentang hak istimewa komunikasi.
Ketentuan hukum federal dan negara bagian memberikan hak istimewa ini dalam
hubungan tertentu seperti hubungan antara klien dengan penasehat hukum, dokter dengan
pasien, atau antara pendeta dengan jemaatnya. Dalam kasus-kasus semacam ini
,komunikasi antara profesional dengan kliennya tidak ada ketentuan federal yang
memberikan status hak istimewa ini masih ada dalam delapan belas Negara bagian.
Peraturan 301 merupakan sumber dari sejumlah dilemma etika bagi para CPA. Sebagai
contoh,seorang auditor memiliki klien A.klien A tersebut memiliki piutang pada B yang
cukup material dan A yakin bahwa piutang tersebut dapat ditagih sesuai dengan
informasi auditor klien B. Namun ketika mengaudit klien B,auditor mendapatkan
informasi rahasia tentang adanya keraguan yang serius atas kemampuan B membayar
saldo hutangnya kepada A.Atau juga dapat terjadi ketika melakukan audit atas klien
A,auditor mendapatkan bahwa A telah membebankan lebih kepada B atas pembelian
barang persediaan tersebut.Selain itu,dengan tidak adanya mandate legislative atau
peraturan,maka peringatan auditor atas kasus-kasus tindak pelanggaran hukum oleh klien
akan berbenturan dengan Peraturan 301
g. Peraturan 302- Honor Kontijensi.
Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk:
1. Melaksanakan jasa profesional dengan menerima honor kontijensi atau imbalan
semacam itu dari klien yang CPA atau kantor akuntan publiknya juga
melaksanakan:
2. Membuat surat pemberitahuan pajak penghasilan perdana atau yang telah
diperbaikai atau klaim atas pengembalian pajak untuk honor kontinjen.
3. Larangan pada angka (1) diatas berlaku selama periode dimana CPA atau kantor
akuntan public ditugaskan untuk melaksanakan setiap jasa diatas dan periode yang
dicakup dalam laporan keuangan histori tercakup juga dalam jasa-jasa tersebut di
atas.
Kecuali seperti yang dinyatakan dalam kalimat berikut, honor kontinjen adalah imbalan
yang ditetapkan berdasarkan kinerja jasa yang diberikan, dimana imbalan tidak akan
diberikan apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau dimana jumlah imbalan
akan tergantung pada temuan atau hasil jasa tersebut. Hanya untuk maksud peraturan ini
saja, imbalan tidak akan dianggap sebagai kontinjen apabila imbalan tersebut ditetapkan
oleh pengadilan atau lembaga-lembaga yang berwenang lainnya, atau dalam masalah
pajak, apabila penetapan tersebut berdasarkan hasil keputusan pengadilan atau temuan
dari pejabat pajak.
“Honor anggota dapat beragam tergantung, misalnya, pada kompleksitas jasa yang
diberikan.”
Sebelum diubah pada tahun 1990,peraturan ini membuat larangan umum bagi anggota
untuk menerima imbalan yang berkaitan dengan setiap jasa untuk setiap klien.Pada tahun
1990,AICPA telah mengubah peraturan ini guna mematuhi perintah dari Komisi
Perdagangan Federal Amerika Serikat (U.S Federal Trade Commission/FTC),yang
menganggap peraturan yang lama akan menghambat jalannya perdagangan.Peraturan
dalam bentuk yang baru,menunjukkan adanya kesepakatan antara AICPA yang ingin
tetap bertahan pada larangan umum,dan pihak FTC yang menginginkan agar seluruh
peraturan tersebut dihapuskan.
Peraturan tersebut tidak melarang seorang anggota untuk membebankan imbalan
berdasarkan kompleksitas jumlah ajam atau hari yang diperlukan untuk menyelesaikan
jasa yang diberikan.Seorang anggota juga dapat memilih tarif pembebanan per diem
(biaya yang dihitung berdasarkan jumlah hari atau jam) yang lebih rendah untuk klien
yang sedang menghadapi kesulitan keuangan atau bahkan melaksanakan jasa tanpa
imbalan bagi organisasi yang bergerak di bidang amal.
h. Peraturan 501- Tindakan Yang Mendiskreditkan
Seorang CPA tidak boleh melakukan suatu perbuatan yang mendiskreditkan profesi.
Menurut peraturan 501, tindakan mendeskreditkan diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan angota yang dapat merusak atau mengganggu reputasi dan integritas profesi.
Dalam interpretasi, tindakan-tindakan berikut ini digolongkan sebagai tindakan tercela
(1) menahan catatan klien serta kertas kerja auditor, (2) diskriminasi dalam pekerjaan, (3)
kegagalan dalam mematuhi standard dan / atau prosedur lainnya atau persyaratan lain
dalam audit pemerintahan, (4) kelalaian dalam penyusunan laporan keuangan, (5)
kegagalan dalam mematuhi persyaratan badan pemerintah, komisi, atau lembaga
pengaturan dalam melaksanakan jasa atestasi, dan (6) permohonan atau pengungkapan
pertanyaan pemeriksaan CPA berikut jawabannya.
i. Peraturan 502- Periklanan Dan Bentuk Solisitasi Lainnya.
Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk mendapatkan
klien dengan cara memasang iklan atau bentuk solisitasi lainnya dalam segala hal yang
salah, menyesatkan, atau menipu. Solisitasi dengan cara memaksa, yang melampaui
batas atau melecehkan dilarang.
Peraturan ini mencerminkan adanya kompromi. Beberapa anggota AICPA meyakini
bahwa semua bentuk periklanan dan penawaran harus dilarang karena merupakan bentuk
yang tidak professional. Akan tetapi, AICPA harus mematuhi ketentuan lain yang
terkandung dalam perintah FTC tahun 1990 kepada AICPA berkenaan dengan peraturan
502.
j. Peraturan 503-Komisi Dan Honor Referal
1. Larangan komisi
Seorang CPA yang melakukan praktik public tidak diperkenankan memberikan
rekomendasi atau referensi produk atau jasa pihak lain kepada klien demi
mendapatkan komisi, atau memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa
yang disediakan oleh klien untuk mendapatkan komisi, atau menerima komisi ketika
CPA atau kantor akuntan public juga sedang melaksanakan jasa berikut ini bagi
klien:
a) Suatu audit atau review laporan keuangan: atau
b) Kompilasi laporan keuangan, jika CPA memperkirakan atau mungkin
memperkirakan bahwa ada pihak yang akan mempergunakan laporan keuangan
serta laporan kompilasi anggota yang tidak mengungkapkan adanya
kekurangan indenpensi; atau
c) Pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.
Larangan ini berlaku selama periode penugasan untuk melaksanakan jasa-jasa
tersebut diatas dan selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan historis
yang terkait dengan jasa-jasa di atas.
2. Pengungkapan komisi yang diperkenankan.
Seorang CPA dalam praktik public yang tergolong tidak dilarang oleh peraturan ini
untuk melaksanakan jasa dengan imbalan komisi atau menerima komisi atau yang
dibayar atau mengharapkan untuk dibayar dengan komisi harus mengungkapkan
fakta ini kepada setiap orang atau entitas kepada siap CPA merekomendasikan atau
merujuk produk dan jasa yang berkaitan dengan komisi tersebut.
3. Honor Referal
Seorang CPA yang menerima honor referral karena merekomendasikan atau
merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau yang membayar
honor referral untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan hal tersebut kepada
klien.
k. Peraturan 505- Bentuk Organisasi Dan Nama
Seorang CPA dapat membuka praktik akuntan public hanya dalam bentuk organisasi
yang diizinkan oleh hukum dan peraturan negara bagian yang ciri-cirinya sesuai dengan
ketentuan dari Resolusi Dewan.
Seorang CPA tidak diperkanankan membuka praktik akuntan public dengan nama yang
dapat menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lama dapat dicantumkan
dalam nama kantor organisasi penerus.
Sebuah kantor tidak dapat menyebutkan dirinya sendiri sebagai “Anggota American
Institute of Certified Publik Accountants”, kecuali semua partner atau pemiliknya adalah
anggota dari lembaga tersebut.
Sebelum diubah pada tahun 1997, peraturan 505 menetapkan bahwa para praktisi dalam
bidang akuntan public hanya dapat membentuk perusahaan perseorangan, persekutuan,
dan perseroan professional.
Dewasa ini, kantor akuntan dapat menggunakan dan menarik manfaat dari berbagai
bentuk organisasi yang diizinkan oleh undang-undang atau peraturan negara bagian,
sepanjang karakteristik organisasi tersebut sesuai dengan ketentuan Resolutions of
Council.
Interpretasi 505-3 menyatakan bahwa di samping focus yang ditentukan oleh Resolusi
Dewan AICPA tersebut para CPA tetap bertanggung jawab secara keuangan dan selain
itu,juga atas pekerjaan atestasi yang dilaksanakan guna melindungi kepentingan
public.Interpretasi 505-3 mewajibkan :
a. Kepatuhan pada semua aspek hukum dan pearturan Negara bagian yang berlaku
b. Pendaftaran pada program pemantauan praktik yang telah distujui oleh AICPA
c. Menjadi anggota dalam Seksi Praktik SEC apabila pekerjaan atestassi yang
dilaksanakan adalah untuk kepentingan klien SEC (sebagaimana yang ditetapkan
oleh Dewan )
d. Kepatuhan pada peraturan tentang independensi sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan 101,tentang Independensi.
e. Kepatuhan pada standar yang berlaku yang ditetapkan oleh badan-badan yang
ditunjuk oleh Dewan.
D. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (Mulyadi, 1998:45)
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya
dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika profesinal bagi praktik akuntan
Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,
sebagai suatu organisasi profesi akuntan.
Kode Etik Akuntan Indonesia dibagi menjadi 9 bagian berikut ini:
1. Pembukaan
Kode Etik Akuntan Indonesia diawali dengan pembukaan yang berisi latar belakang
diperlukannya kode etik bagi profesi akuntan Indonesia dan definisi kode etik. Latar
belakang diperlukannya kode etik bagi profesi akuntan Indonesia disebutkan berikut ini:
i. Setiap manusia yang menyediakan jasa berdasarkan pengetahuan dan keahliannya
kepada masyarakat harus memiliki tanggung jawab kepada masyarakat tersebut.
ii. UU No 34/1954 dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin masyarakat untuk
mendapatkan layanan jasa dari orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
keahlian memadai.
Dalam pembukaan didefinisikan kode etik sebagai pedoman bagi para anggota IAI untuk
bertugas secara bertanggung jawab.
2. Bab I: Kepribadian
Dalam Bab I kepribadian dicantumkan dua pasal yang mengatur:
i. Kewajiban semua anggota IAI untuk menjaga nama baik profesi dan menjunjung
tinggi etika profesional serta hukum yang berlaku di tempat anggota menjalankan
profesinya.
ii. Kewajiban semua anggota IAI untuk mempertahankan integritas dan objetivitas
dalam menjalankan tugasnya.
3. Bab II: Kecakapan Profesional.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia Bab II Kecakapan profesional dicantumkan dua
pasal. Pasal 2 dalam kode etik tersebut mengatur:
i. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan
standar profesional yang berlaku bagi pekerjaannya tersebut.
ii. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk mengikat orang-orang lain yang bekerja
dalam pelaksanaan tugas profesionalnya untuk mematuhi Kode Etik Akuntan
Indonesia.
iii. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk senantiasa meningkatkan kecakapan
profesionalismenya.
iv. Kewajiban untuk menolak setiap penugasan yang tidak sesuai dengan kecakapan
profesionalismenya.
4. Bab III: Tanggung Jawab
Dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaan profesionalismenya:
i. Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya.
ii. Menjaga mutu pekerjaan profesionalismenya.
5. Bab IV: Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus dalam Kode Etik Akuntan Indonesia berisi pasal yang mengatur
perilaku anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan. Dalam pasal 6 Kode Etik Akuntan
Indonesia, akuntan publik diharuskan untuk:
i. Mempertahankan sikap independensi
ii. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang
berlaku
iii. Memberikan penjelasan yang cukup mengenai tujuan pembubuhan tanda tangan
dalam laporan yang dibuat sebagai hasil pelaksanaan penugasannya.
iv. Menegaskan bahwa ia tidak menjamin terwujudnya ramalan atau projeksi, jika ia
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan ramalan atau projeksi.
v. Memelihara hubungan baik dengan rekan profesi
Pasal 6 Kode Etik Akuntan Indonesia, berisi berbagai larangan bagi akuntan publik.
a.) Auditor dilarang menerima fee selain audit fee dalam penugasan audit atas laporan
keuangan
b.) Auditor dilarang memberi saran atau pandangan mengenai masalah akuntansi atau
masalah audit kepada orang atau badan yang sedang diaudit oleh auditor lain tanpa
terlebih dahulu berkonsultasi dengan auditor yang bersangkutan
c.) Akuntan publik dilarang mengiklankan atau mengizinkan orang lain untuk
mengiklankan nama atau jasa yang diberikan, kecuali iklan yang sifatnya
pemberitahuan.
d.) Akuntan publik dilarang memberikan fee dalam bentuk apapun kepada pihak-
pihak yang secara langsung atau tidak langsung turut menentukan penugasan,
dalam usaha memperoleh penugasan tersebut.
6. Bab V: Pelaksanaan Kode Etik
Pasal 7 Kode Etik Akuntan Indonesia mengatur mengenai pelaksanaan etika profesional
berikut ini:
i. Setiap anggota wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ini dengan penuh
rasa tanggung jawab, baik secara perorangan maupun bersama degan rekan
anggota lainnya.
ii. Setiap anggota harus selalu berusaha untuk saling mengingatkan sesama anggota
terhadap tindakan-tindakan yang dinilai tidak etis
iii. Setiap anggota harus meminta petunjuk dari Komite Kode Etik Akuntan
Indonesia, dalam hal adanya masalah yang tidak jelas pengaturannya
iv. Setiap anggota harus melaporkan setiap tindakan yang melanggar kode etik ini,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
v. Pengewasan kepatuhan dan penilaian pelaksanaan kode etik oleh akuntan publik
dilaksanakan oleh dua lembaga: Badan Pengawas Profesi dan Dewan
Pertimbangan Profesi.
vi. Jika atas keputusan sanksi yang dijatuhkan oleh Badan Pengawas Profesi, akuntan
publik yang terkena sanksi mengajukan banding, maka kasus ini kemudian
ditangani oleh lembaga banding: Dewan Pertimbangan Profesi.
vii. Dalam menjalankan tugas, dewan Pertimbangan Profesi dapat mengenakan sanksi
atas pelanggaran kode etik, berupa pemberhentian keanggotaan sementara atau
pemberhentian keanggotaan tetap, sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1996 pasal 2.
7. Bab VI: Suplemen dan Penyempurnaan
Adanya penyimpangan atau kesulitan penerapan pasal-pasal yang tercantum dalam Kode
Etik Akuntan Indonesia tidak dapat dihindari oleh anggota IAI. Hingga tahun 1998,
Komite Kode Etik IAI telah menerbitkan enam pernyataan Etika Profesi, yang terdiri
dari:
i. Pernyataan Etika Profesi No 1. Integritas, Objektivitas, dan Independensi
ii. Pernyataan Etika Profesi No. 2 kecakapan Profesional
iii. Pernyataan Etika Profesi No. 3 Pengungkapan Informasi Rahasia Klien
iv. Pernyataan Etika Profesi No. 4 Iklan bagi Kantor Akuntan Publik
v. Pernyataan Etika Profesi No. 5 Komunikasi Antarakuntan Publik
vi. Pernyataan Etika Profesi No. Perpindahan Staf/ Partner dari Satu Kantor Akuntan
ke Kantor Akuntan Lain
Penyempurnaan Kode Etik Akuntan Indonesia dilakukan oleh Kongres Ikatan Akuntan
Indonesia.
8. Bab VII: Penutup
9. Bab VIII: Pengesahan
E. PENEGAKAN PERATURAN
Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan-peraturan dari kode Perilaku
Profesional.Akan tetapi,dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas peraturan,seorang CPA
harus memberikan alasan atas setiap setiap penyimpangan dari Interpretasi Peraturan Perilaku
dan Peraturan etika yang berlaku.Tindakan penegakan dapat dilakukan sebagai tanggapan
atas,
1. Adanya keluhan terhadap anggota dan bukan anggota.
2. Ulasan dalam surat kabar atau publikasi,seperti SEC Docket dan IRS Bulletin,yang
ditulis oleh personil dalam Divisi Etika Prrofesional
3. Penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada AICPA oleh pejabat pemerintah
Negara bagian bukan federal.
Penegakan peraturan AICPA dilakukan oleh dua kelompok,yaitu oleh AICPA dan masyarakat
CPA Negara bagian. Keduanya memiliki wewenang untuk melakukan investigasi atas
keluhan yang disampaikan,melakukan dengar pendapat serta sanksi pada mereka yang telah
melanggar peraturan.
Penegakan peraturan AICPA dilakukan melalui Divisi Etika Profesi serta badan Pengadilan
Bersama (Joint Trial Board). Sanksi maksimun yang dapat dikenakan oleh AICPA adalah
memecat CPA dari keanggotaan AICPA.
Penegakan oleh masyarakat Negara bagian dilakukan melalui komite Etika yang ada pada
setiap Negara bagian serta Badan Pengadilan Bersama.Sebagaimana halnya dengan AICPA,
sanksi terberat yang dapat dikenakan adalah kehilangan keanggotaan dalam masyarakat CPA
Negara bagian.
a. Prosedur Penegakan Etika Bersama
Sebagai upaya penegakan peraturan perilaku lebih efektif serta lebih menyeragamkan
tindakan disiplin yang dilakukan, AICPA telah mengembangkan Program Penegakan
Etika Bersama .Menurut ketentuan dalam JEEP,keluhan terhadap seseorang CPA dapat
disampaikan melalui AICPA atau masyarakat CPA Negara bagian.Pada umumnya
AICPA memiliki yurisdiksi untuk menangani kasus: (1.) Pada lebih dari satu Negara
bagian; (2.) Litigasi; (3.) Masalah-masalah yang menarik perhatian dan berskala
nasional.Kelompok yurisdiksi dapat bertindak sendiri atau bersama-sama.
b. Prosedur Badan Pengadilan Bersama
Hanya terdapat satu badan pengadilan bersama (joint trial board)yang terdiri dari
setidaknya 36 anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau mantan
anggota majelis.Badan pengadilan bersama baru melibatkan diri apabila prosedur
penegakan yang sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan tentang anggota
ternyata cukup serius atau anggota yang terlibat ternyata menolak untuk bekerja sama.
Badan pengadilan bersama dapat mengambil tindakan disiplin sebagai berikut: (1.)
Menegur CPA; (2.) Memberhentikan sementara CPA selama periode waktu yang tidak
lebih dari tahun; (3.) Memecat CPA.
c. Ketentuan Disiplin Otomatis
Peraturan tambahan meliputi juga ketentuan disiplin otomatis yang memberikan
wewenang untuk menghentikan sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu
melakukan dengar pendapat dalam situassi tertentu.penghentian sementara dapat terjadi
bila sekretaris AICPA diberitahu bahwa pertimbangan atau pernyataan bersalah telah
dijatuhkan kepada seorang CPA yang
1. menjalani hukuman pidana kurungan untuk masa lebih dari satu tahun
2. dengan sengaja lalai mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan,di mana
CPA secara pribadi adalah seorang wajib pajak yang menurut undang-undang wajib
mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan tersebut
3. Pengarsipan surat pemberitahuan pajak penghassilan yang dipalsukan atau yang
mengandung kecurangan atas nama CPA atau atas nama klien.
4. Dengan sengaja membantu menyusun dan menyajikan surat pemberitahuan pajak
penghasilan atas nama klien yang dipalsukan atau yang mengandung kecurangan.

DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.
Mulyadi., Puradiredja, Kanaka. 1998. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai