Anda di halaman 1dari 8

Aliran Kas dalam Perusahaan

Definisi Arus Kas

“Aliran dana yang mencerminkan perpindahan dana melalui suatu bank; aliran dana pada
bank, biasanya merupakan simpulan aliran dana yang menunjukkan sumber dana dan
penggunaan dana; aliran kas; aliran dana (cash flow)”

Apa Itu Arus Kas ?

Arus kas atau dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Cash Flow adalah kenaikan atau
penurunan jumlah uang yang dimiliki bisnis, institusi, atau individu. Di bidang keuangan,
istilah ini digunakan untuk menggambarkan jumlah uang tunai (mata uang) yang dihasilkan
atau dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Ada banyak jenis CF, dengan berbagai
kegunaan penting untuk menjalankan bisnis dan melakukan analisis keuangan. Panduan ini
akan mengeksplorasi semuanya secara rinci.

Jenis - Jenis Arus Kas

1. Cash from Operating Activities : Uang tunai yang dihasilkan oleh kegiatan bisnis inti
perusahaan - tidak termasuk arus kas dari investasi. Ini ditemukan pada Laporan Arus
Kas perusahaan di bagian pertama.
2. Free Cash Flow to Equity: Free Cash Flow Equity adalah mewakili uang tunai yang
tersedia setelah diinvestasikan kembali ke bisnis (pengeluaran modal). 
3. Free Cash Flow to the Firm: Jenis ini adalah ukuran yang mengasumsikan perusahaan
tidak memiliki leverage (utang). Ini digunakan dalam pemodelan keuangan dan
penilaian.
4. Net Change in Cash: Perubahan jumlah arus kas dari satu periode akuntansi ke
periode berikutnya. Jenis Ini biasa ditemukan di bagian bawah Laporan Arus Kas.

Metode Laporan Arus Kas

1. Metode Langsung: Metode laporan kas secara langsung merupakan metode membuat
laporan arus kas dengan mengelompokkan kegiatan operasi ke dalam berbagai
kategori.
2. Metode Tidak Langsung: Metode tidak langsung lebih memusatkan perhatiannya
kepada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Metode ini
tidak langsung menunjukan hubungan antara laporan keuangan laba rugi, neraca dan
arus kas.

Isi dari Laporan Arus Kas

 Menghitung Kenaikan atau Penurunan Kas


 Menghitung & Melaporkan Kas Bersih yang Digunakan pada Aktivitas Operasional
 Menghitung & Melaporkan Kas Bersih yang Digunakan pada Aktivitas Investasi
 Hitung & Jumlahkan Kas Bersih dari Ketiga Aktivitas

Menurut Ahli
Kas menurut Rudianto (2012 : 188) merupakan alat pertukaran yang dimiliki perusahaan dan
siap digunakan dalam transaksi perusahaan setiap saat diinginkan.
Pengertian kas menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009 : 143) diartikan sebagai
alat bayar atau alat tukar dalam transaksi keuangan.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 (2012 : 2.2) kas terdiri atas
saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits).
Adapun pengertian kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2010 : 258) yaitu: “Kas adalah uang
dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang
sangat lancar yang memenuhi syarat yaitu setiap saat dapat ditukar menjadi kas, tanggal jatuh
temponya sangat dekat, dan kecil risiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat
bunga”.

Contoh Laporan Arus Kas

Laporan arus kas ini memiliki tiga bagian utama yang digunakan baik itu pada metode
langsung maupun tidak langsung memiliki tiga bagian ini yaitu arus kas dari aktivitas
operasional, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Semua aktivitas tersebut harus ada
dalam sebuah laporan arus kas.

 Laporan Arus Kas Aktivitas Operasional


Bagian laporan ini memberitahukan ringkasan dari penerimaan dan pembayaran kas sesuai
aktivitas operasional. Aliran kas dari Aktivitas Operasional ini biasanya berbeda dari jumlah
nominal pada laporan laba rugi dalam satu periode. Supaya lebih jelas silahkan perhatikan
contoh laporan arus kas dari PT Fintech di bawah ini:

Dari contoh di atas diketahui bahwa PT Fintech melaporkan arus kas bersih yang bersumber
dari aktivitas operasionalnya sebesar Rp 2,9 juta.

 Laporan Arus Kas Aktivitas Investasi


Pada bagian aliran kas ini di dalamnya tercantum kegiatan transaksi kas dari pembelian dan
penjualan aset yang bersifat permanen atau aset tetap, seperti tanah, gedung, peralatan kantor,
dan fasilitas kantor atau pabrik.

Dari tabel tersebut menjelaskan bahwa PT Fintech melakukan pembayaran untuk membeli
tanah sebesar Rp 20 juta pada bulan Februari 2018.

 Laporan Arus Kas Aktivitas Pembiayaan/Pendanaan


Untuk bagian arus kas ini, melaporkan adanya transaksi kas yang berkaitan
dengan investasi yang dilakukan pemilik perusahaan, peminjam, serta penarikan dana kas.
Ini dia contohnya:

Coba perhatikan, dari tabel di atas diketahui bahwa PT Fintech memperoleh investasi sebesar
Rp 25 juta. Kemudian ada penarikan oleh pemilik sebesar Rp 2 juta di bulan Februari 2018.

Apabila dari ketiga format aktivitas laporan arus kas di atas, maka akan jadi satu laporan utuh
seperti berikut ini:
Jadi pada saat akan menyusun laporan arus kas metode langsung, diharuskan untuk
menyajikan laporan setiap transaksi kas PT Fintech selama Februari 2018 yang digolongkan
ke dalam Aktivitas Operasi, Investasi, dan Pembiayaan.

Motif Memiliki Kas

Jelaskan apa itu motif memiliki kas?


Perusahaan mempunyai kas dengan berdasarkan berbagai motif, bisa itu karena motif
bertransaksi, berjaga-jaga, atau hanya spekulasi saja. Motif spekulasi menjadi motif yang
paling sedikit digunakan oleh perusahaan untuk mempunyai dana kas

Menurut Ahli
Motif Memiliki Kas Perusahaan memiliki kas pada dasarnya sesuai dengan teori“ Liquidity
preference”dariJ.M. Keynes yaitu menguasai atau memiliki uang berbentuk tunai
ada tiga motif atau tiga tujuan.
Pertama, motif transaksi (transaction motive) atau kebutuhan kas untuk
transaksi artinya perusahaan memiliki kas untuk keperluan realisasi berbagai transaksi
bisnisnya, baik transaksi yang bersifat rutin maupun yang tidak rutin. Memiliki kas yang
cukup untuk transaksisangat diperlukan dalam operasional sehari-hari seperti pembayaran
upah, pembelian bahanbaku, pembelian bahan penolong, biaya administrasi, biaya
kantor dan pembayaran tunailainnya. Pembelian aktiva tetap dan kegiatan lain
merupakan kegiatan transaksi perusahaanyang pengeluaran kasnya direncanakan untuk
jangka panjang.
Kedua, motif berjaga-jaga (precautionary motive) atau kebutuhan kas untuk
berjaga-jaga artinya perusahaan memiliki kas untuk mengantisipas i berbagai
kebutuhan yang mendadak. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga dimaksudkan untuk
mengantisipasi aliran kasmasuk dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan.
Pengeluaran yang mendadak atautiba-tiba muncul dan harus dibayar akan
menyulitkan perusahaan apabila tidak memiliki cadangan kas yang cukup.
Pengeluaran kas untuk keperluan yang mendadak biasanya tidak diperkirakan
sebelumnya, oleh karena itu perusahaan perlu memiliki kas yang cukup
untukberjaga-jaga. Pada motif berjaga-jaga perusahaan menetapkan saldo kas
minimum yangbes arnya tergantung pada indikator dari penyimpangan aliran
kas yang dianggarkan. P enerimaan dan pengeluaran perus ahaan diprediks i
melalu i anggaran kas atau cash budget. Jika penerimaan dan pengeluaran dapat
diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan kas yang bersifat mendadak bisa ditentukan
sekecil mungkin berarti saldo kas minimum kecil, tetapijika penerimaan dan pengeluaran
tidak dapat diprediksi dengan tepat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang
cukup besar.
Ketiga, motif spekulasi (speculatif motive) atau kebutuhan kas untuk
berspekulasi.K e b u t u h a n k a s u n t u k s p e k u l a s i d i m a k s u d k a n a g a r p e r u s a h a a n
dapat memanfaatkan kesempatan apabila ada barang yang dapat dibeli
s e c a r a l e b i h m u r a h . P e r u s a h a a n berspekulasi dalam pembelian bahan mentah
yang jumlahnya melebihi kebutuhan, karenamenurut prediksi bahan mentah tersebut
harganya akan naik secara signifikan di masa yangakan datang. Untuk mengurangi
risiko kenaikan harga tersebut, maka perusahaan dapat membelinya saat ini, dengan
sendirinya harus dipertimbangkan biaya-biaya yang muncul akibat penyimpanan barang
tersebut dan risiko kerusakannya. Contoh lain, perusahaan memiliki kasuntuk
memperoleh keuntungan yang besar dari kesempatan investasi yang bersifat
likuid.Dalam kondisi ekonomi yang lesu dan harga saham turun drastis, maka
perusahaan membeli saham dengan harapan harga saham meningkat setelah kondisi
ekonomi membaik.

Contoh Aplikasi Manajemen Kas

Perhatikan contoh manajemen kas dan efek berikut ini:

Bila tingkat bunga diperkirakan turun, maka perusahaan akan merubah kas yang dimiliki
menjadi saham, dengan harapan harga saham akan naik bila memang semua pemodal
berpendapat bahwa suku bunga akan turun.

Sebagai ilustrasi, pada awal tahun 1993, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa
efek Jakarta sekitar 275.

Apa itu IHSG?

IHSG adalah indeks yang menunjukkan nilai relatif harga saham.

Bila indeks suatu saham mencapai 200, maka ini berarti bahwa saham tersebut telah
meningkat nilainya dua kali lipat dari harga sewaktu pertama kali ditawarkan ke masyarakat
(harga perdana).
Pada September 1993, IHSG mencapai lebih dari 400.

Salah satu penyebabnya adalah karena suku bunga deposito pada awal 1993 masih sekitar 18-
20% per tahun. Sedangkan pada bulan September hanya berkisar 11-14%.

Penyebab lain adalah masuknya pemodal asing ke bursa efek. Pemodal asing dari USA
memilih menginvestasikan dananya di Indonesia karena tingkat bunga simpanan di USA
sangat rendah, sebagai akibatnya mereka mencari kesempatan investasi yang diharapkan
memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi.

***

Keadaan yang sebaliknya akan dilakukan, yaitu merubah sekuritas menjadi kas, bila suku
bunga dperkirakan akan naik. Keadaan pada semester pertama tahun 1998 dapat dijadikan
ilustrasi.

Pada semester pertama tahun 1998 suku bunga meningkat sangat tinggi sampai di atas 60%
untuk deposito berjangka satu bulan.

Akibatnya dapat ditebak, IHSG turun tajam menjadi sekitar 330, setelah pada awal tahun
1997 mencapai level di atas 600.

Martin, mengatakan bahwa motif spekulasi adalah komponen paling kecil dari preferensi
perusahaan akan likuiditas. Motif-motif transaksi dan berjaga-jaga merupakan alasan-alasan
utama mengapa perusahaan memiliki kas.

Model Manajemen Kas

A. Model Persediaan (Manajemen Kas Model Baumol)

Latarbelakang dan Pengertian

Model manajemen persediaan kas berawal dari seorang ahli, yaitu Baumol sehingga dikenal
sebagai manajemen kas Baumol.

Baumol mengidentifikasi bahwa kebutuhan akan kas dalam suatu perusahaan mirip dengan
pemakaian persediaan.

Bila perusahaan memilki saldo kas dalam suatu perusahaan memiliki saldo kas tinggi,
perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan untuk
menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan.

Sebaliknya bila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan
likuiditas akan makin besar. Karena seharusnya ada penyeimbangan. Inilah perlunya
memahami manajemen kas dan likuiditas. Masalah yang sama juga terjadi untuk persediaan.
 

Contoh Penerapan Manajemen Kas Model Baumol

Perhatikan contoh manajemen kas perusahaan berikut:

Suatu toko buku online MK Network Retail  menghadapi permintaan buku yang berjudul
Strategi Menyusun SOP Perusahaan selalu sama setiap waktu.

Misalkan permintaan buku tersebut dalam satu tahun adalah 240 satuan, dan toko buku
tersebut memesan Q satuan setiap kali pesan.

Dengan demikian frekuensi pesanan dalam satu tahun adalah:

= Penjualan : Jumlah Pesanan


= 240 : Q

Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan akan berkisar dari 0 sampai Q satuan.

Dengan demikian rata-rata persediaan buku tersebut adalah:

Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan

***

Bila biaya penyimpanan per tahun dinyatakan sebagai i, maka biaya penyimpanan per tahun
yang akan ditanggung perusahaan adalah:

Biaya penyimpanan per tahun = (Q/2)i

Bila jumlah permintaan buku yaitu 240 satuan kita beri notasi D, dan setiap kali MK
Network Retail  memesan memerlukan biaya sebesar o, maka biaya pemesanan dalam satu
tahun adala:

Biaya pemesanan dalam satu tahun = (D/Q)o

Dengan demikian total biaya persediaan dalam satu tahun (misalnya kita beri notasi Y)
adalah sebagai berikut:

Y = (Q/2)i + (D/Q)o

Biaya ini yang harus diminimumkan. Oleh karena itu persamaan di atas kita derivasikan
terhadap Q, dan kita buat SAMA dengan nol (0).
(dY/dQ) = (i/2) – (oD/Q²) = 0
(oD/Q²) = (i/2)
iQ² = 2oD
Q   =  [(2oD)/i)]1/²

Dengan logika yang  sama bisa diterapkan untuk cara manajemen kas perusahaan.

Perhatikan contoh manajemen kas dan sekuritas berikut ini:

Misalkan kebutuhan kas setiap periodenya selalu sama. Dengan demikian bila awal pada
suatu periode jumlah kas = Q, maka sedikit demi sedikit saldo kas akan mencapai nol.

Pada saat mencapai nol, perusahaan perlu merubah aktiva lain, misalnya sekuritas menjadi
kas sebesar Q.

Pertanyaannya adalah:

“berapa jumlah sekuritas yang harus dirubah menjadi kas setiap kali diperlukan?”

Jumlah sekuritas ini tentunya mempertimbangkan biaya untuk merubah sekuritas menjadi
kas.

Perhatikan contoh soal manajemen kas berikut ini:

Kebutuhan kas setiap tahun adalah Rp 1,2 M, dan pemakaiannya per hari konstan. Biaya
transaksi setiap kali merubah sekuritas menjadi kas adalah Rp 50.000.

Tingkat bunga yang diperoleh karena memiliki sekuritas adalah 12% per tahun.

Dengan menggunakan rumus persamaan persediaan yang sudah kita bahas di atas, maka bisa
dihitung jumlah sekuritas yang harus dirubah menjadi kas setiap kali sebagai berikut:

Q =  [(2oD)/i)]1/²
Q = [(2.50.000.1.200.000.000) : 0,12)] 1/²  Q = 31,623 juta

Ini berarti bahwa perusahaan perlu menjual sekuritas senilai Rp 31,623 juta setiap kali saldo
kasnya mencapai nol.

Dengan cara tersebut, perusahaan akan meminumkan biaya karena kehilangan kesempatan
untuk menanamkan dana pada sekuritas dan biaya transaksi.

Anda mungkin juga menyukai