Anda di halaman 1dari 14

BAB II

ISI

A. Landasan Teori
1. Standar Operasional Prosedur Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun
hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan
dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam
mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan
waktunya lebih anyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun
menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas
saat tangan digosok dan bergesekan dalam upaya melepaskannya. Di
dalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup
(Mustikawati, 2017).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 telah
menetapkan langkah-langkah cuci tangan pakai sabun sebagai berikut:
membasahi kedua tangan dengan air mengalir, beri sabun secukupnya,
menggosokkan kedua telapak tangan dan punggung tangan, menggosok
sela-sela jari kedua tangan, menggosok kedua telapak dengan jari-jari
rapat, jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ke telapak tangan,
tangan kiri ke kanan, dan sebaliknya, menggosok ibu jari secara berputar
dalam genggaman tangan kanan, dan sebaliknya, menggosokkan kuku
jari kanan memutar ke telapak tangan kiri, dan sebaliknya, basuk dengan
air, dan keringkan tangan (Mustikawati, 2017).
Selain memperhatikan langkah-langkah yang benar saat mencuci
tangan, kapan saja harus melakukan cuci tangan pakai sabun juga perlu
diperhatikan. Menurut Depkes RI (2009) dalam Mustikawati (2017), lima
waktu terpenting untuk cuci tangan pakai sabun yaitu sebelum makan,
sebelum menyusui bayi atau menyuapi bayi/anak, sesudah ke WC atau
buang air besar, sesudah membersihkan BAB, dan sebelum memasak
serta menyiapkan makanan.

4
5

2. Proses Pengolahan Air PDAM dan Kandungan Air PDAM


Air bersih digunakan untuk minum, mandi, dan mencuci. Air
bersih yang baik adalah yang memenuhi persyaratan yang dikeluarkan
Pemerintah sesuai dengan PPRI No. 82 tahun 2001 dan Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 20 April 2010 yaitu
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak tercemar bakteri,
pestisida dan bahan radioaktif (Mulyani dkk, 2012 dalam Zamaruddin
(2018)). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu
perusahaan daerah yang bergerak dalam pengolahan air baku menjadi air
yang dapat dikonsumsi atau diminum.
Menurut Pynkyawati (2015), sumber air yang berasal dari PAM
(Perusahaan Air Minum), biasanya diperoleh dari air danau, air sungai,
atau dari mata air. Sebelum dimanfaatkan, air tersebut harus diolah
terlebih dahulu agar memenuhi syarat air bersih baik secara fisik, kimia,
bakteriologi, maupun radioaktif. PDAM biasanya melakukan pengolahan
secara fisika, kimiawi, dan biologi dalam proses penyediaan air
bersihnya. Pengolahan air bersih oleh PDAM terdiri dari tiga cara,
pertama pengolahan secara fisika. Pengolahan ini biasanya dilakukan
secara mekanis tanpa adanya penambahan bahan kimia, contohnya
adalah pengendapan, filtrasi, absorbs, dan lain-lain.
Kedua, pengolahan secara kimiawi. Pada pengolahan ini terdapat
penambahan bahan kimia, seperti chlor, tawas, dan lain-lain yang
berfungsi untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam
air. Ketiga, pengolahan secara biologis. Pengolahan secara biologis
biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahannya.
Secara garis besar proses perjalanan pengolahan air di PDAM adalah
sebagai berikut, air yang akan diproses masuk ke bangunan intake yang
berdungsi menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air.
Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan
dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP (Water Treatment Plant).
WTP ini dikenal dengan nama bangunan utama pengolahan air bersih.
Biasanya bangunan ini terdapat unit aselator yang terdiri dari empat
6

bagian yaitu bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak
filtrasi.
Pada bak koagulasi dilakukan proses destabilisasi partikel koloid.
Destabilisasi partikel koloid ini biasnaya dengan penambahan bahan
kimia seperti tawas (Al2(SO4)3 . 18 H2O), karbon aktif, chlor/klorin,
kapur tohor, dan pasir.. Selanjutnya bak flokulasi, bak flokulasi adalah
penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel untuk
dijadikan partikel yang lebih besar. Kemudian bak sedimentasi, proses ini
merupakan proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah
cair oleh gaya gravitasi. Terakhir, bak filtrasi yang merupakan
penyaringan air menjadi media butir. Media butir ini biasanya terdiri dari
antrasit, pasir silica, dan kerikil silica dengan ketebalan yang bervariasi.
Kemudian didapatkan air yang hampir bersih yang akan dialirkan ke
dalam siphon. Di dalam siphon air yang hampir bersih akan ditambahkan
kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk
mematikan hama. Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak
siphon akan dialirkan ke reservoir dan siap dikonsumsi konsumen
(Pynkyawati, 2015).
Ditambahkan pula oleh Pynkyawati (2015), pada air PDAM yang
mengalami perubahan warna seperti warna coklat menunjukkan adanya
kandungan besi oksida, sedangkan warna hijau pada air sumur
menunjukkan adanya kandungan cuprum dan chlorin. Kadar besi oksida
yang berlebihan dapat mengakibatkan timbulnya warna merah kecoklatan
pada air dan mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari
logam.

3. Prosedur Sterilisasi dengan Autoclave


Menurut Nurrobifami (2017), proses sterilisasi digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroba yang tidak diinginkan pada
bahan pembawa. Teknk sterilisasi media yang umumnya digunakan
adalah sterilisasi autoklaf dan radiasi sinar gamma. Sterilisasi autoklaf
(panas lembab) memanfaatkan panas dalam suatu ruangan bertekanan
7

dengan temperature 1210C selama 60 menit. Autoklaf memiliki


kekurangan yaitu dapat menimbulkan kerusakan sifat kimia bahan
pembawa dan menghasilkan unsur beracun. Menurut Toharisman (1989)
intensitas sterilisasi tanah menggunakan autoklaf dapat meningkatkan
kelarutan Fe, Mn, dan Zn yang tinggi sehingga dapat meracuni mikroba
yang ada didalamnya.
Menurut Aulanni’am (2012), langkah kerja dalam menggunakan
autoclave yaitu, pertama periksa banyaknya air (aqua destilata) dalam
autoclave. Air harus berada pada batas yang ditentukan apabila jumlah
air kurang dari batas, tambahkan air (aqua destilata) sampai batas.
Kemudian masukkan peralatan dan bahan yang akan disterilisasi, khusus
untuk botol yang memiliki tutup ulir, tutup harus dikendorkan. Tutup
autoclave dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada
uap air yang keluar dari bibir autoclave. Selanjutnya hubungkan stop
kontak dengan sumber tenaga, lalu posisikan tombol power ke posisi
‘ON’ dan tunggu sampai air mendidih serta uapnya terdesak keluar dari
klep pengaman, tutup klep pengaman.
Tetap amati penanda tekanan, hitung waktu sterilisasi sejak
tekanan mencapai 15 Psi (2 atam), tunggu proses sterilisasi selama 15
menit. Tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan
tekanan udara di lingkungan (jarum pada pressure gauge menunjuk ke
arah nol). Kemudian buka klep pengaman dan keluarkan isi autoclave
dengan hati-hati. Posisikan tombol power kembali ke ‘OFF’ dan lepaskan
kontak dari sumber tenaga (Aulanni’am, 2012).

4. Fase Pertumbuhan dan Peningkatan Mikroorganisme


Menurut Hamdiyati (2012) bahwa terdapat 4 fase pertumbuhan
mikroorganisme yaitu:
8

Gambar 2.1 Kurva pertumbuhan mikroba (Hamdiyati,2012)


a. Fase Lag/ Adaptasi
Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan
mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan di sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti :
1) Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama dengan
medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan
waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan kondisi
lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
2) Jumlah inoculum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat
fase adaptasi. Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena
beberapa sebab seperti kultur dipindahkan dari medium yang kaya
nutrien ke medium yang kandungan nutriennya terbatas, mutan
yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan
komposisi sama seperti sebelumnya.
b. Fase Log/ Pertumbuhan Eksponensial
9

Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan


mengikuti kurva logaritmik. Kecepatan pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan
kandungan, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan
udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak
daripada fase lainnya. Kultur juga akan sensitif terhadap lingkungan.
Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan akan menurun dikarenakan:
1) Nutrien di dalam medium sudah berkurang
2) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat
menghambat pertumbuhan mikroba
c. Fase Stasioner
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang
tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati.Ukuran sel menjadi lebih
kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi telah habis.
Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai
komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase
logaritmik. Sel-sel pada fase ini tahan terhadap keadaan ekstrim
seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
d. Fase Kematian
Pada fase ini kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien,
lingkungan, dan jenis mikroba. Sebagian populasi mikrobapada tahap
ini akan mulai mengalami kematian karean beberapa sebab yaitu :
1.) Nutrien di dalam medium sudah habis
2.) Energi cadangan di dalam sel habis

B. Alat dan Bahan


10

a. Air mengalir

Gambar 2.2 Air Mengalir


b. Bunsen dan spritus

Gambar 2.3 Bunsen dan Spirtus


c. Cotton bud steril

Gambar 2.4 Cotton bud steril


11

d. Tabung reaksi beserta NaCl

Gambar 2.5 Tabung reaksi beserta NaCl


e. Vortex mixer

Gambar 2.6 Vortex mixer


f. Mikropipet dan yellowtip

Gambar 2.7 Mikropipet dan yellow tip


g. Cawan petri berserta media Natrium Agar (NA)

Gambar 2.8 Cawan petri berserta media Natrium Agar (NA)


12

h. Drugalsky

Gambar 2.8 Drugalsky


i. Alcohol spray
j. Alat Perlindungan Diri (APD): handscoon, masker
k. Alat penghitungan koloni bakteri dan marker

C. Cara Kerja
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan strerilisasi tangan
probandus menggunakan air mengalir, hal yang kami lakukan yaitu sebagai
berikut :
a. Sebelumnya tangan probandus dicuci dibawah air mengalir ,
menggunakan 6 langkah prosedur cuci tangan.
Gambar 2.10 Proses Mencuci Tangan
13

b. Setelah selesai melakukan prosedur cuci tangan, sebelum dilakukan


pengambilan bakteri menggunakan cotton bud steril, tangan probandus
terlebih dahulu dikeringkan menggunakan tisu. Setelah itu baru
dilakukan pengambilan bakteri dari tangan probandus menggunakan
cutton bud steril dengan cara swab atau mengusap dari pangkal telapak
tangan hingga ujung jari tangan, prosedur ini dilakukan oleh praktikan
baik tangan bagian kanan maupun tangan bagian kiri.

Gambar 2.11 Pengambilan Bakteri


c. Setelah itu cutton bud yang telah kita gunakan untuk melakukan prosedur
pengambilan bakteri kita masukkan pada tabung reaksi pertama yang
telah terisi aquades steril dan dihomogenkan menggunakan vortex mixer
dalam waktu kurang lebih 2 menit.
14

Gambar 2.12 Menghomogenkan Suspensi


d. Yang harus dikerjakan selanjutnya yaitu menggambil suspensi pada
tabung reaksi pertama sebanyak 10ml menggunakan mikropipet dan
selanjutnya hasil pengambilan suspense tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ke dua.

Gambar 2.13 Pengambilan Suspensi


e. Setelah itu dihomogenkan menggunakan vortex mixer dalam waktu
kurang lebih 2 menit.
f. Untuk tabung ke tiga dan ke empat prosedur pengerjaan sama dengan
yang dilakukan pada tabung reaksi pertama dan ke dua.
g. Prosedur kerja yang selanjutnya dilakukan setelah semua tabung reaksi
selesai di homogenkan adalah melakukan penanaman di media NA.
h. Sebelum menanam, ambil terlebih dahulu sampel pada tabung reaksi tiga
selanjutnya letakkan kedalam cawan petri.
i. Panas kan drugalsky terlebih setelah itu tempelkan pada penutup cawan
petri untuk mengetahui drugalsky sudah tidak terlalu panas, apabila
drugalsky terlalu panas nanti akan mematikan bakteri.
15

Gambar 2.14 Penanaman Suspensi Bakteri


j. Kemudian ratakan suspensi yang berada di dalam cawan petri
menggunakan metode spread plate (diratakan menggunakan drugalsky).
k. Setelah itu tutup cawan petri dan panaskan bagian tepi cawan petri dan
selanjutnya balut tepi-tepi cawan petri menggunakan plastic wrap.
l. Ambil sampel dari tabung reaksi ke empat, setelah itu lakukan prosedur
kerja yang sama dengan prosedur kerja sebelumnya .
m. Beri penanda menggunakan label pada setiap cawan petri dan diamkan
selama 2x24 jam dengan suhu 30°C.

Gambar 2.15 Cawan Petri Berisi Suspensi Bakteri


16

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Perhitungan Koloni :

Jumlah Jumlah Efektifitas


Kelompo Jumlah
Perlakuan bakteri bakteri Strerilisasi
k bakteri 1
2 3 (%)
1 Kontrol 3.630.000 800.000 0
Alkohol
2 1.000 10.000 20.000 96%
Gel (70%)
Detol
3 178.000 0 0 100%
Handwash
Betadine
4 (Iodine 2.000 0 0 100%
10%)
Hand
5 Sanitizer 8.000 0 29.000 63,75%
(70%)

2. Pembahasan
Mikroba seperti makhluk hidup yang memerlukan nutrisi
pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu
di dalam, mengisolasi, dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki
karakteristik dan ciri yang berbeda-beda didalam persyaratan
pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang
mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan
seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang
menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan
mikroba. Di dalam mikrobiologi, media diartikan sebagai bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrien) yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Selain
itu, media juga dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian
17

sifat-sifat fisiologis dan biokimia, serta perhitungan jumlah


mikoorganisme.
Metode yang digunakan pada praktikum yang kami lakukan adalah
metode hitung cawan. Metode perhitungan cawan didasarkan pada
anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi
koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks
bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel.
Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan
sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan
statistik. Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang
bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari
suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung
dalam cawan petri baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode
tuang) (Irianto, 2006). Kemudian setelah diinkubasi selama 2x24 jam,
kami mendapatkan hasil koloninya pada cawan pertama yaitu
3.630.000 koloni, cawan kedua 800.000 koloni dan pada cawan ke
tiga tidak ditemukan adanya bakteri.
Pada praktikum kali ini sedikit mengalami kegagalan ada salah
satu cawan yang jumlah bakterinya nol ada beberapa kemungkinan
yang menyebabkan keadaan yang demikian yaitu, pada saat akan
meratakan suspensi didalam cawan petri drugalsky yang akan
digunakan masih terlalu panas sehingga dapat mematikan bakteri, juga
ada kemungkinan pada cawan pertama terdapat banyak jumlah koloni
bisa jadi kita saat melakukan prosedur terlalu lama membuka cawan
sehingga menyebabkan keadaan tidak lagi steril dan dapat menambah
jumlah bakteri yang tumbuh.

Anda mungkin juga menyukai