Penetappan Eggi Sudjana menjadi pelajaran bagi kita semua, bagi rakyat
Indonesia pada umumnya dan bagi Mahasiswa pada khususnya. Dimana tindakan
bernuansa “people power” yang ketika diserukan oleh Eggi Sudjana hingga
menyeretnya menjadi tersangka dalam dugaan kasus makar pernah dilakukan oleh
hampir seluruh Mahasiswa Indonesia pada saat menggulingkan kekuasaan
soeharto pada tahun 1998. Sebagai Mahasiswa hendaknya kita bisa mengambil
sifat bahwasanya agar adanya perbedaan yang tegas manakah tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai makar, mana yang tidak. Indonesia merupakan negara yang
berdemokrasi sehingga hendaknya menjungjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu seharusnya ada
sosialisasi dan batasan yang cukup tegas dalam pendefinisian kegiatan Makar ini.
Sebagai Mahasiswa Indonesia, sudah seyogyanya bahwa kita selalu berada disisi
rakyat dan memperjuangkan hak-hak rakyat, kadang kala kita harus turun ke jalan
demi menyuarakan aspirasi rakyat. Lalu apabila aspirasi yang kita suarakan
nantinya di cap sebagai tindakan Makar maka siapa lagi yang dapat dipercaya
oleh rakyat Indonesia dalam menyuarakan aspirasinya? Karena apa juga guna
dewan perwakilan rakyat yang katanya mewakili rakyat tapi masih menjadi
boneka partai dalam menuntut hak-hak politiknya. Sebagai Mahasiswa Indonesia
pada umumnya apalagi khususnya Mahasiswa jurusan Hukum maka hendaknya
kita mempelajari dan bilamana perlu menanyakan penjelasan yang rinci tentang
Makar itu sendiri. Agar kita dapat mengetahui batasan-batasan sampai mana kita
harus bersikap saat melakukan aksi dan tanpa melupakan tujuan awal Mahasiswa
sebagai penyambung lidah rakyat Indonesia dalam menyuarakan aspirasinya.
Sebagai mahasiswa hendaknya tetap menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia tanpa
melanggar peraturan yang berlaku, apalagi sampai dituduh melakukan makar
HIDUP MAHASISWA!!!