Anda di halaman 1dari 139

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2006 ini dapat diselesaikan. Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
merupakan lanjutan dari profil kesehatan dari tahun-tahun sebelumnya dimana profil
kesehatan disusun tiap tahunnya sejak tahun 2004. Penyusunan profil kesehatan ini
sebagai salah satu sarana untuk menyediakan data dan informasi yang berkaitan
dengan tingkat pencapaian Provinsi Kepulauan Riau Sehat dan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau sampai tahun 2006.

Informasi yang lengkap akan mempermudah pengambilan keputusan yang tepat


guna dan tepat sasaran dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan
kesehatan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan akan
ketersediaan data yang lengkap dan akurat semakin dirasakan pada saat ini. Menyadari
hal ini, Departemen Kesehatan RI dengan jelas menyatakannya dengan menjadikan
satu dari empat sasaran utama pembangunan kesehatan adalah surveilans, monitoring
dan sistem informasi kesehatan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mewujudkan hal
tersebut antara lain dengan pembenahan pada sistem informasi yang saat ini terus
dikembangkan dengan pemanfaatan perkembangan di bidang teknologi dan informasi.
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) on-line dengan
pembangunan jaringan sampai tingkat kabupaten/kota telah mulai dilaksanakan oleh
Depkes RI sejak tahun 2007.

Data yang digunakan dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan


Riau tahun 2006 adalah data yang bersumber dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006, yang didukung pertemuan pemutakhiran data
dengan mengundang perwakilan tim penyusun Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
rangka mendapatkan data yang lebih akurat dan valid. Format lampiran dalam
penyusunan profil kesehatan tahun 2006 ini terdapat perubahan sesuai dengan
pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi
Departemen Kesehatan RI.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi
sehingga profil kesehatan ini dapat tersusun. Saran dan kritik dari berbagai pihak
dalam rangka perbaikan buku profil ini sangat kami harapkan. Akhirnya, besar harapan

i
kami semoga data dan informasi yang tercantum dalam buku ini dapat bermanfaat baik
untuk instansi pemerintah maupun swasta, serta pengguna data lainnya dalam
pengambilan keputusan yang berbasis data atau untuk referensi data dan informasi di
bidang kesehatan.

Tanjungpinang, Desember 2007

KEPALA DINAS KESEHATAN


PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Dr. MUNZIR PURBA, MQIH


NIP. 140 135 403

ii
PREPACE

Praise be to God for His Grace and blessing so that this Kepulauan Riau Province
Health Profile 2006 has been finished. The Health Profile of Kepulauan Riau Province is the
continuing of the former health profile which health profile is composed annually since year of
2004. Composing of this profile as an effort to present data and information that related to the
achievement of Healthy Kepulauan Riau Province and implementation health service in
Kepulauan Riau until 2006.

More complete information will make an expeditious and right target decision easier in
taking direction and policy in health development to fulfill community’s need. The need of
providing more complete and accurate data is much more realized now. This fact encourages
Health Department of Indonesia Republic clearly state it by declare one of the fourth main
strategies is surveillance, monitoring, and health information system. Various of efforts has been
going on to actualize that such as by tidy up information system which is used nowadays by
using the information and technology development. The development of National Health
Information System (SIKNAS) on-line by developing the network till district/city level had been
doing by Health Department of Indonesia Republic since 2007.

The data that be used composing the Kepulauan Riau Province Health Profile year of
2006 based on the data of all district/city health profile in Kepulauan Riau year of 2006,
continued holding a conference for updating data more accurate and high validity by invite the
delegation of the teams district/city health profile composers. The appendix table in composing
health profile year of 2006 get a changing follow the health profile compose guidance that
published by Central of Data and Information Health Department of Indonesia Republic.

At this time, we would like to express our gratitude to all the participants who help and
contribute in order to make this health profile composed. Any suggestions and criticisms to
improve this profile will be cordially welcome. Finally, we hope the data and information that
presented in this book is useful for government and private institution as well as the other data
users in making data base decision or for data and information reference in health sector.

Tanjungpinang, December 2007

Provincial Health Office of Kepulauan Riau


Chief,

Dr. MUNZIR PURBA, MQIH


NIP. 140 135 403

iii
DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN TABEL xi

BAB 1 : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang …….………… …………………. 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………….. 4
1.3 Sistematika Penulisan ………………………………………………. 4

BAB 2 : GAMBARAN UMUM 7


2.1 Geografis ……………………………………………………………… 7
2.2 Kependudukan ………………………………………………………… 10
2.3 Tingkat Pendidikan …………………………………………………… 16
2.4 Keadaan Lingkungan ………………………………………………… 19

BAB 3 : PROGRAM KESEHATAN 27


3.1 Visi ………………….. 27
3.2 Misi ………………….. 28
3.3 Program dan Kegiatan …………………………………… 30

BAB 4 : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN 42


4.1 Mortalitas ……………………………………………………………… 44
4.2 Morbiditas …………………………………………………………….. 58
4.3 Status Gizi ……………………………………………………………. 86

BAB 5 : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 93


5.1 Sarana Kesehatan …………………………………………………… 93
5.2 Tenaga Kesehatan …………………………………………………… 104
5.3 Pembiayaan Kesehatan …………………………………………….. 113

BAB 6 : KESIMPULAN 117

LAMPIRAN

iv
LIST OF CONTENTS

Page

PREFACE i
LIST OF CONTENTS iv
LIST OF TABLES vi
LIST OF FIGURES ix
LIST OF ANNEX TABLES xi

CHAPTER 1 : INTRODUCTION 1
1.1 Background ………………………………....……………… 1
1.2 Objective ……………………………………………………… 4
1.3 Writing Systematic …………………………………………… 4

CHAPTER 2 : GENERAL DESCRIPTION 7


2.1 Geographic …………………………………………………… 7
2.2 Demography ………………………………………………… 10
2.3 Education Level……………………………………………… 16
2.4 Environmental Situation …………………………………… 19

CHAPTER 3 : HEALTH PROGRAM 27


3.1 Vision ………………………………………………………… 27
3.2 Mission………………………………………………………… 28
3.3 Programs and Activities……… …………………………… 30

CHAPTER 4 : HEALTH PROGRAM ACHIEVEMENT 42


4.1 Mortality Rate………………………………………………… 44
4.2 Morbidity Rate………………………………………………… 58
4.3 The Status of Nutrition……………………………………… 86

CHAPTER 5 : HEALTH RESOURCES SITUATION 93


5.1 Health Facility………………………………………………… 93
5.2 Health Manpower…………………………………………… 104
5.3 Health Budgeting…………………………………………… 113

CHAPTER 6 : CONCLUSION 117

APPENDIX

v
DAFTAR TABEL
LIST OF TABLES

Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk


Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur, Daerah Tempat Tinggal
Tabel dan Jenis Kelamin di Kepulauan Riau Tahun 2006
2.1 :
Table Total Population Age 15 year and Over Included on Labour Force by
Age Group, Living Area and Sex in Kepulauan Riau Province year
2006

Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 + Menurut Kelompok Umur


Tabel Tahun 2005
2.2 :
Table Number of Literacy on Population age 15 + by Age Groups year
2005

Jumlah Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau


Tabel Tahun 2004-2006
2.3 :
Table Total School by Districts/Cities kepulauan Riau Province year 2004-
2006

Tabel Jumlah Guru Tahun 2006


2.4 :
Table Number of Teachers Year of 2006

Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Menurut


SUPAS, SUSENAS, dan SDKI di Indonesia Tahun 1995 s.d 2003
Tabel
4.1 : Estimated of Infant Mortality Rate per 1,000 Live births Based on
Table
SUPAS (Intercensal Population Survey), SUSENAS, and SDKI in
Indonesia Year 1995 – 2003

Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup di


Tabel Indonesia Tahun 1995 – 2003
4.2 :
Table Underfive Mortality Rate (U-5 MR)per 1,000 Live Births in Indonesia
Year 1995-2003

Distribusi Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia


Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001
Tabel
4.3 : Distribution of Diseases Pattern of Underfive Deaths Causal in
Table
Indonesia Based on SKRT 1995 and Surkesnas 2001

Angka Kematian Ibu Maternal (per 100.000 Kelahiran Hidup) Hasil


SDKI dan SKRT Tahun 1982-2003
Tabel
4.4 : Maternal Mortality Rate (per 100,000 Live Births) By Indonesia
Table
Demographic and Health Survey (IDHS) and Household Health
Survey (HHS), 1982 – 2003

vi
Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Puskesmas
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
4.5 : Pattern of Ten Main Diseases Based On Health Centre Visits in
Table
Kepulauan Riau in 2006

Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit


Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
4.6
Table : Pattern of Ten Main Diseases Based On Hospital Visits in Kepulauan
Riau in 2006

Proporsi dan Peringkat ISPA/Sistem Pernafasan sebagai Penyebab


Kematian Bayi dan Balita Berdasarkan Hasil SKRT 1986, 1992, dan
Tabel 1995, serta SURKESNAS 2001
4.7 :
Table Proporsion and Level of ARI/Respiratory System as Infant and
Underfive Mortality Based on SKRT 1986, 1992, and 1995, also
Surkesnas 2001

Proporsi dan Peringkat Penyakit Diare sebagai Penyebab Kematian


Tabel Bayi dan Balita, Tahun 1986, 1992, 1995, dan 2001
4.8 :
Table Proportion and Level of Diarrhea as The Infant and Underfive Main
Mortality Causal, Year 1986, 1992, 1995, and 2001

KLB Diare Menurut Jumlah Provinsi Dengan KLB, Jumlah Kasus,


Tabel
4.9 : Meninggal, dan CFR Tahun 1999 – 2003
Table
Number of Cases, Deaths, CFR and Outbreak Province of Diarrhea
Year 1999 – 2003

Jumlah Kasus dan Jumlah yang Meninggal Akibat Penyakit Tidak


menular Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan
Tabel Riau Tahun 2006
4.10 :
Table The Total Cases and Total Death caused of the Non-Communicable
Disease According to the Hospital’s visits of Kepulauan Riau
Province Year of 2006

Distribusi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan


Puskesmas Keliling (Pusling) di kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan
Tabel
5.1 : Riau Tahun 2006
Table
Distribution of Health Centre, Sub-Health Centre, and Circular Health
Centre by District/City in Kepulauan Riau Year of 2006

vii
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota
Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
5.2 :
Table Numbers of Hospital’s Bed by District/City Kepulauan Riau Province
Year of 2006

Tabel Distribusi Sarana Farmasi di Kepulauan Riau Tahun 2007


5.3 :
Table Distribution of Pharmacy Facilities in Kepulauan Riau Year of 2007

viii
DAFTAR GAMBAR
LIST OF FIGURES

Gambar Peta Provinsi Kepulauan Riau


2.1 :
Picture Kepulauan Riau Province Map

Tingkat Kepadatan penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Gambar Kepulauan Riau tahun 2004 – 2006
2.2 :
Picture Level of Population Density by District/ Cities in Kepulauan Riau
Province year of 2004 – 2006

Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Gambar Kepulauan Riau tahun 2006
2.3 :
Picture Percentage of Healthy House by Districts/Cities Kepulauan Riau
Province Year of 2006

Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat


Gambar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
2.4 :
Picture Percentage of Healthy Public Places and Food Handling by
District/City in Kepulauan Riau Province Year of 2006

Distribusi Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Gambar Kepulauan Riau tahun 2006
4.1 :
Picture Distribution of IMR by City/District in Kepulauan Riau Province Year of
2006

Faktor-Faktor Penyebab Kematian Bayi Berdasarkan Kematian yang


Gambar Dilaporkan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
4.2 :
Picture Picture 4.2 Causes of Infant Death Based on Reported Death
Kepulauan Riau Province Year of 2006

Perkembangan Jumlah Pengidap HIV yang Terdeteksi di


Gambar Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2006
4.3 :
Picture Trend of HIV Detected Sufferer in Districts/Cities Kepulauan Riau
Province up to 2006

Perkembangan Jumlah Penderita AIDS di Kabupaten/Kota Provinsi


Kepulauan Riau Sampai Tahun 2006
Gambar
4.4 : Trend of AIDS Sufferer in Districts/Cities Kepulauan Riau Province up
Picture
to 2006

ix
Jumlah Penderita HIV/AIDS Yang Meninggal di Kabupaten/Kota
Gambar
: Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2006
Picture 4.5
HIV/AIDS Sufferer Died in Districts/Cities Kepulauan Riau up to 2006

Perkembangan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)


Gambar
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2006
Picture 4.6 :
The Development of DHF by Districs/Cities Kepulauan Riau Province
Year of 2004 – 2006

Persentase Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau


Gambar
Tahun 2006
Picture 5.1 :
Percentage of Health Manpower Types in Kepulauan Riau Year of
2006

x
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
LIST OF ANNEX TABLES

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah


Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
1 : Region Area, Total Village, Polpulation, Total Household, and
Table
Density of Population by District/City in Kepulauan Riau Province,
2006

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio


Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006 Provinsi Kepulauan Riau
Tabel
2 : Tahun 2006
Table
Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and
District/City Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk


Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur, Daerah Tempat Tinggal
Tabel dan Jenis Kelamin di Kepulauan Riau Tahun 2006
3 :
Table Population 15 Years of Age and Over as Labor Force by Age,
Residential, and Sex in Kepulauan Riau, 2006

Persentase Penduduk laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun


ke Atas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
4 :
Table Percentage of Male and Female Population 10 Years and Over
Specified According to the Highest Level of Education
Accomplished and District/City Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
5 : Percentage of Population 10 Years and Over Able to Read and
Table
Write in Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
6 : Number of Births and Deaths' Infant and Underfive by District/City
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
7 : Number of Maternal Mortality by District/City Kepulauan Riau
Table
Province

Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka


dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci Menurut
Tabel
8 : Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Table
Total of Traffic Accident and Ratio of the Wound and Died againt
Population Specipied by District/City Kepulauan Riau Province,
2006

xi
AFP Rate, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangan
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
9 : AFP Rate, % of TB Lungs Cured, and Underfive Pneumonia
Table
Treated by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobati, DBD


Ditangani dan Diare pada Balita Ditangani Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kepulauan Riau
Tabel
10 : HIV/AIDS Treated, Sexual Transmitted Disease Cured, DHF
Table
Treated, and Underfive with Diarrhea Treated by District/City in
Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
11 : Percentage of the Cured Malaria Sufferer by District/City in
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
12 : Percentage of Leprae Sufferer Complete Medication by District/City
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Kasus Penyakit Filariasis Ditangani menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
13 : Case of Filariasis Disease Treated by district/City in Kepulauan
Table
Riau Province, 2006

Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat


Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
14 : Number of Case and Morbidity of Communicable Disease That Can
Table
be Prevented with Immunization by District/City in Kepulauan Riau,
2006

Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang


Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
15 :
Table Coverage of Neonatus Visits, Babies and LBW Babies Treated by
District/City in Kepulauan Riau, 2006

Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Menurut


Kabuapten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
16 : Infant Nutritional Status and Number of Sub District with Nutritional
Table
Lack by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) dan Persalinan Ditolong


Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan
Tabel 17 : Riau Tahun 2006
Table Coverage of Pregnant Women (K4) and Delivery Helped by Medical
Staff by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

xii
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita,
Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
18 : Early Detection Coverage of Underfive Growth, Health Check-up for
Table
Primary/Junior and High School By District/City In Kepulauan Riau
Province, 2006

Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, dan KB Aktif Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel Number of Reproductive Aged Couple, Family Planning (FP)
19 :
Table Acceptor , New FP Acceptor and Active FP Acceptor by District/City
Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut


Tabel Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
20 :
Table Number of Family Planning Acceptor by Contraception Type by
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006
Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2006
Tabel
21 : New Family Planning Service by District/City in Kepulauan Riau
Table
Province, 2006

Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
22 : Percentage of UCI Village Coverage by District/City in Kepulauan
Table
Riau Province, 2006

Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
23 : Percentage of Baby Immunization Coverage by District/City in
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Cakupan Bayi, Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan


Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
24 : Coverage of Baby, Underfive Accessable Medical Service by
Table
District/City in Kepulauan Riau, 2006

Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1, Fe3, Imunisasi


TT1 dan TT2 Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau
Tabel Tahun 2006
25 :
Table Number of Pregnant Woman Get Fe1, Fe3, Immunization TT1 and
TT2 by District/City in Kepulauan Riau, 2006

Pesertase Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus


yang Dirujuk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau
Tabel Tahun 2006
26 :
Table Percentage of Blood Supply Access for Pregnant woman and
Neonatus Referred by District/City in Kepulauan Riau Province,
2006
Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko
Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Tabel Kepulauan Riau Tahun 2006
27 :
Table Number and Percentage of High Risk/Complication Pregnant
Woman and Neonatal Treated by District/City in Kepualuan Riau
Province, 2006

xiii
Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat
Darurat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
28 :
Table Percentage of Health Facility with Intencive Care Unit Ability by
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah dan Persentase Desa/kelurahan Terkena KLB yang


Ditangani < 24 Jam Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan
Tabel Riau Tahun 2006
29 :
Table Number and Percentage of Outbreak Village Treated Under 24
Hours by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Penderita dan kematian, CFR, KLB Menurut Jenis KLB,


Jumlah Kecamatan, dan Desa yang Terserang Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
30 : Number of Sufferers and Deaths, CFR, Various of Outbreak,
Table
Number of Subdistrict and Village Attacked by District/City in
Kepulauan Riau, 2006

Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
31 : Number of Babies Given Exclusive Breast Feeding by District/City
Table
in Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium yang Baik


Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
32 : Percentage of Village with Good Iodized Salt by District/City in
Table
Kepulauan Riau, 2006

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
33 : Dental and Mouth Service in Health Centre by District/City in
Table
Kepulauan Riau, 2006

Penyuluhan Pencegahan, Penanggulangan dan Penyalahgunaan


NAPZA Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
34 :
Table Preventive Elucidation, Handling and Misusing of Drugs by
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
35 : Pre-paid Health Assurance Coverage by District/City in Kepulauan
Table
Riau Province, 2006

Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM Gakin


Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
36 : Coverage of The Poor Health Service and Poor Family JPKM by
Table
District/City In Kepulauan Riau, 2006

Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal


Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
37 : Percentage of Labor Health Service for Formal Employ by
Table
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

xiv
Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
38 : Health Service Coverage to Pre Elderly and Elderly by District/City
Table
In Kepulauan Riau Province, 2006

Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium


menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
39 : Coverage of Fertile Aged Woman (WUS) Receive Iodine by
Table
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Donor Darah Skrining Terhadap HIV/AIDS Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
40 : Percentage of Blood Donor Screening to HIV/AIDS by District/City
Table
in Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, rawat Inap, Pelayanan Gangguan


Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota
Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
41 :
Table Number of Outpatient Visit, Inpatient, Mental Disorder Service at
Health Facility by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan


Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
42 : Number of Health Facilities by Medical Laboratory Capability and
Table
Having 4 Basic Specialists by District/City in Kepulauan Riau
Province, 2006

Kebutuhan, Pengadaan, Ketersediaan Obat Esensial dan Obat


generik Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
43 :
Table Requirement, Procurement, Essential and Generic Medicine
Avaibility by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Ketersediaan Obat Generik Berlogo Menurut Jenis Obat Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
44 : Availability of Branded Generic Medicine by Medicine Type by
Table
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Penulis Resep Obat Generik Provinsi Kepulauan Riau


Tahun 2006
Tabel
45 : Percentage of Prescription Generic Medicine in Kepulauan Riau
Table
Province, 2006

Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
46 :
Table Percentage of Household Live Clean and Healthy by District/City in
Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
47 : Number and Percentage of Integrated Service Post (Posyandu) by
Table
Strata and District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

xv
Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
48 : Percentage of Healthy House by District/City in Kepulauan Riau
Table
Province, 2006

Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
49 : Percentage of Families Have Access to Clean Water by District/City
Table
in Kepulauan Riau Province, 2006

Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
50 : Families with Basic Sanitation Facilities Ownership by District/City
Table
in Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)


Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
51 :
Table Percentage of Healthy Public Place and Food Handling (TPUM) by
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
52 : Percentage of Institution Being Built for Environment Health by
Table
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk


Aedes dan Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk
AEdes Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Tabel 2006
53 :
Table Percentage of House/Buildings Being Checked for Aedes Mosquito
Larva and Percentage of House/Buildings Free of Aedes Mosquito
Larva by District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi


Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
54 : The Distribution of Health Manpower by Work Unit in Kepulauan
Table
Riau Province, 2006

Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
55 : Number of Health Manpower at Health Service Facilities in
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan


Riau Tahun 2006
Tabel
56 : Number of Medical Staffs at Health Facilities in Kepulauan Riau
Table
Province, 2006

Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan


Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
57 :
Table Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in
Kepulauan Riau Province, 2006

xvi
Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
58 : Number of Nursing Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau
Table
Province, 2006

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
59 : Number of Public Health Personnel at Health Facilities in
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
60 : Number of Medical Technique Personnel at Health Facilities in
Table
Kepulauan Riau Province, 2006

Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006


Tabel
61 : Health Budgeting in Kepulauan Riau Province, 2006
Table
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
62 : Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau
Table
province, 2006

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
63 : Number of Community-Based Health Effort (UKBM) Facilities by
Table
District/City in Kepulauan Riau Province, 2006

Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Kepulauan Riau Tahun 2006
Tabel
64 : Indicators of Hospitals Service by District/City in Kepulauan Riau
Table
Province, 2006

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
INTRODUCTION

1.1 Latar Belakang 1.1 Background

Pembangunan kesehatan Health development is an integral


merupakan bagian integral dari part from national development in
pembangunan nasional yang bertujuan purpose to increase public awareness,
untuk meningkatkan kesadaran, willingness and the opportunity to live in
kemauan, dan kemampuan hidup sehat healthy life style for each person to
bagi setiap orang agar terwujud derajat realizing a degree of optimal health
kesehatan masyarakat yang optimal. society. For as long as in 3 decades,
Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia has implemented various
Indonesia telah melaksanakan berbagai efforts in order to increase the public
upaya dalam rangka meningkatkan community health and prosperity. In
kesehatan dan kesejahteraan Health sector the reformation has been
masyarakat. Reformasi bidang kesehatan endorsed to increase the quality,
terus digalakkkan untuk meningkatkan effectiveness, efficiency and reachable
pelayanan kesehatan yang bermutu, public health services.
efektif, efisien dan terjangkau
masyarakat.
Namun demikian, walau sudah Even though, it has improved
dicapai banyak kemajuan, tetapi bila significantly, in contrary to some of
dibandingkan dengan beberapa negara developed neighbor countries, the pubic
tetangga, keadaan kesehatan masyarakat health situation in Indonesia community
Indonesia masih tertinggal. Angka considered in feeble situation or listed
kematian bayi misalnya, Indonesia berada behind. Infant mortality for example,
diurutan atas di antara negara-negara Indonesia still in the highest position in
anggota South East Asia Medical South East Asia Medical Information
Information Center (SEAMIC). Sebagian Center (SEAMIC). The majority part of
besar masyarakat Indonesia masih sulit Indonesia society is considered hard to
dalam menjangkau pelayanan kesehatan reach in health services even though in
walau dalam skala minimal, baik yang di the minimal scale, both in city and rural.
perkotaan maupun yang dipedesaan. Mainly due to technical, geographic,

1
Faktor penyebabnya berkaitan dengan economy and social affair.
faktor teknis, faktor geografi, ekonomi,
dan sosial.
Tingkat pencapaian pembangunan The achievement of the health
kesehatan didasarkan pada pencapaian development is based on achievement
indikator Indonesia Sehat 2010. in indicator of Health Indonesia in 2010.
Indikator-indikator yang telah ditetapkan The Indicators that have been set, as
digolongkan ke dalam : (1) Indikator follow: (1) the Indicator of health level
derajat kesehatan sebagai Hasil Akhir, as a final output, consist of mortality,
yang terdiri atas indikator-indikator untuk morbidity and nutrition status; (2) the
mortalitas, morbiditas, dan status gizi; (2) Indicator output between the indicators
Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas in the environmental condition, lifestyle,
indikator-indikator untuk Keadaan access and the quality of health
Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan services, as well as (3) Process
Mutu Pelayanan Kesehatan; serta (3) indicator and input, indicators for health
Indikator Proses dan Masukan, yang services, health resources, health
terdiri atas indikator-indikator untuk management, and the contribution of
pelayanan kesehatan, sumber daya sector related.
kesehatan, manajemen kesehatan, dan
kontribusi sektor terkait.
Kebutuhan data dan informasi Needs of data and information
tentang pencapaian pembangunan about the achievement of health
kesehatan tiap tahunnya merupakan hal development each year is an important
yang sangat penting dilakukan. Hal ini case to accomplish. This case is
berkaitan selain untuk mengevalusi connected, as well as to evaluate the
capaian pelaksanaan program namun achievement of implementation program
juga dapat digunakan sebagai media as well as a media to describe the
untuk memotret perkembangan derajat growth of health community level. This
kesehatan masyarakat. Evaluasi ini akan evaluation will give input to the
memberikan masukan akan program dan programs and activities required in the
kegiatan yang dibutuhkan masyarakat. public community.
Kebutuhan data dan informasi Needs of data and information in
dalam bidang kesehatan ditegaskan health sector are explicitly on
dalam penentuan strategi utama determining the main strategy of health
pembangunan kesehatan, dimana salah development, whereas one of them is to
satunya adalah peningkatan sistem increase the surveillance system,

2
surveilens, monitoring dan informasi monitoring and information of health.
kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi The Health profile of Kepulauan Riau
Kepulauan Riau sebagai salah satu Province [is] are one of the facility to
sarana yang dapat digunakan sebagai implement as a window to observe the
jendela untuk melihat pencapaian derajat level of achievement in health in
kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dan Kepulauan Riau Province and by
penyelenggaraan pelayanan kesehatan practicing the health services according
sesuai dengan Standar Pelayanan with minimum service standard health
Minimum (SPM) bidang kesehatan. Profil sector. Health Profile of Kepulauan Riau
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Province is shown in graphic, table, also
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik equipped in descriptive analysis. The
serta dilengkapi dengan analisis diskriptif. boundaries to analyze it mainly due to
Keterbatasan dalam menganalisis ini the difficulty to serve the accurate data
sebagian besar karena kesulitan consistently.
memperoleh data yang akurat dan
konsisten.
Sistematika penyusunan Profil Systematically, the composing of
Kesehatan provinsi Kepulauan Riau ini Health Profile in Kepulauan Riau
mengacu pada Pedoman Penyusunan Province is refer to composing Health
Profil Kesehatan yang diterbitkan Depkes Profile Guidance that published by
RI tahun 2004 dan SKN yang meliputi Health Department Republic of
aspek (1) demografi dan geogarfi; (2) Indonesia which concerns the aspect of
derajat kesehatan meliputi angka (1) demography and geography, (2)
kematian, kesakitan, dan status gizi level of health concerning mortality,
masyarakat; (3) penyelenggaraan sistem morbidity and nutrition status; (3)
kesehatan, meliputi upaya kesehatan, implementation of health system, which
pembiayaan kesehatan, sumber daya covers health effort, health budgeting,
manusia kesehatan, obat dan perbekalan health human resources, medicine and
kesehatan, pemberdayaan masyarakat health supply, community
dan manajemen kesehatan. empowerment and health management.

1.2 Tujuan 1.2 Objective


1.1.1 Tujuan Umum 1.2 General Objective
Tujuan umum penyusunan Profil General objective of composing the
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Health Profile of Kepulauan Riau
Tahun 2006 adalah diperolehnya Province Year of 2006 is to receive

3
gambaran derajat kesehatan masyarakat description of community health level
dan pelaksanaan pembangunan and implementation of health
kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau development on Kepulauan Riau
tahun 2006. Province year of 2006.

1.1.2 Tujuan Khusus 1.1.2 The Specific Objective


1. Diperolehnya gambaran umum 1. To receive general description of
keadaan geografis, kependudukan, geography, demography, level of
tingkat pendidikan, dan lingkungan di education and environment in
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006. Kepulauan Riau Province year of
2006.
2. Diketahuinya Visi, Misi, Kebijakan 2. Knowledgeable the Vision. Mission,
serta Program-program Pemba- policy also health development
ngunan Kesehatan di Provinsi programs in Kepulauan Riau
Kepulauan Riau tahun 2006. Province year of 2006.
3. Diketahuinya pencapaian 3. Knowledgeable the achievement of
pembangunan kesehatan di Provinsi Health Development on Kepulauan
Kepulauan Riau tahun 2006. Riau Province year of 2006.
4. Diketahuinya situasi sumber daya 4. Knowledgeable the situation of
kesehatan di Provinsi Kepulauan health resources on Kepulauan Riau
Riau tahun 2006. Province year of 2006.
5. Diketahuinya permasalahan- 5. Knowledgeable the problems faced
permasalahan yang dihadapi dalam on doing the health development on
penyelenggaraan pembangunan Kepulauan Riau Province year 2006.
kesehatan di Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2006.

1.2 Sistematika Penulisan 1.2 Writing Systematical

Sistematika penyajian Profil The systematic presentation of


Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Health Profile of Kepulauan Riau
Tahun 2006 ini mengacu kepada Buku Province Year of 2006, refers to
Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan composing of Health Profile Guidance
yang diterbitkan Depkes RI. Adapun that published by Health Department
susunan penulisannya adalah sebagai Republic of Indonesia. The arrangement
berikut : are as follow :

4
BAB I PENDAHULUAN CHAPTER I PREFACE
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud This chapter consists of explanation
dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan regarding the purpose and the objective
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006 dan of composing Health Profile Kepulauan
sistematika dari penyajiannya. Riau Province Year 2006 and
systematical composing.

BAB II GAMBARAN UMUM CHAPTER II


THE MAIN DESCRIPTION

Bab ini menyajikan tentang gambaran This Chapter presenting the general
umum Provinsi Kepulauan Riau. Selain description of Kepulauan Riau Province.
uraian tentang letak geografis, Besides description of geographical
administratif dan informasi umum lainnya, location, others general administrative
bab ini juga mengulas faktor-faktor yang and information, this chapter also
berpengaruh terhadap kesehatan dan reviews factors that influence to health
faktor-faktor lainnya meliputi and other factors covers demogradhy,
kependudukan, pendidikan, dan keadaan educational, and environmental
lingkungan. situation.

BAB III PROGRAM KESEHATAN CHAPTER III HEALTH PROGRAMS


Bab ini menguaraikan tentang visi, misi, This chapter reviews of vision, mission,
permasalahan, arah kebijakan dan problems, policy direction and main
program pokok, serta target yang program, also a target that has been
direncanakan oleh Provinsi untuk menuju planned by province to strive towards
Provinsi Kepulauan Riau Sehat 2010. Kepulauan Riau Province Healthy year
2010.

BAB IV PENCAPAIAN PROGRAM CHAPTER IV THE ACHIEVEMENT OF


KESEHATAN HEALTH PROGRAM

Bab ini menguraikan tentang apa saja This chapter reviews everything that
yang telah dicapai selama tahun 2006, has been achieved in 2005, then
kemudian dibandingkan dengan target compared to indicator target that has
indikator yang telah ditetapkan baik dalam been decided on the indicator of healthy
indikator Provinsi Sehat maupun indikator province as well as results of SPM on
kinerja SPM bidang kesehatan. Maka health sector, then this chapter covers
sajian bab ini mencakup informasi tentang of information about achievement of

5
pencapaian Provinsi Sehat serta hasil healthy province and implementation
pelaksanaan SPM antara lain meliputi results of SPM which covers description
gambaran tentang derajat kesehatan, of health level, the environmental
keadaan lingkungan, dan upaya situation and health efforts .
kesehatan.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA CHAPTER V HUMAN RECOURCES


KESEHATAN SITUATION

Bab ini berisi uraian tentang keadaan This Chapter contains review of
sumber daya kesehatan di Provinsi situation of health human resources in
Kepulauan Riau tahun 2006 yang meliputi Kepulauan Riau Province year 2005
sarana kesehatan, sumber daya tenaga consist of health facility, health human
kesehatan, dan sumber daya biaya untuk recourses and budgeting recourses for
pembangunan kesehatan. health development.

BAB VI KESIMPULAN CHAPTER VI CONSLUSION

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal This Chapter is filled with important
penting yang perlu disimak dan ditelaah matter that needs to be observed and
lebih lanjut dari profil Kesehatan Provinsi studied by Health Profile of Kepulauan
Kepulauan Riau tahun 2006. Selain Riau Province year 2006. Beside the
keberhasilan-keberhasilan yang perlu successful that required to be noticed,
dicatat, bab ini juga mengemukakan hal- this chapter also concludes the matters
hal yang dianggap masih kurang dalam that required to be improved on the
rangka upaya menuju Provinsi Sehat. effort towards Healthy Province.

LAMPIRAN APPENDIX
This Appendix consist of data table of
Lampiran ini meliputi tabel data berisi achievement Indicator of Health
pencapaian Indikator Pembangunan Development on Kepulauan Riau
Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau Province year 2006 that refers to
Tahun 2006 yang mengacu pada data appendix data which has been
lampiran yang disusun oleh Pusat Data composed by Central Data and
dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Information of Health Department
Republic of Indonesia.

6
BAB 2
GAMBARAN UMUM
GENERAL DESCRIPTION

2.1 Geografis 2.1 Geographic

Provinsi Kepulauan Riau dibentuk Kepulauan Riau Province is formed


pada tahun 2002 yang didasarkan pada UU on year 2002 based on UU number 25
Nomor 25 tahun 2002 dan secara defenitif year 2002 by definitive has been
berjalan sejak tahun 2004. Provinsi established since year 2004, Kepulauan
Kepulauan Riau merupakan provinsi yang Riau Province is the 32nd province in
ke-32 di Indonesia. Pada tahun 2006, Indonesia. In 2006, Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 4 Province consist of 4 Districts and 2 Cities,
kabupaten dan 2 kota, 274 desa/kelurahan, 274 villages and 45 sub-districts. The
dan 45 kecamatan. Nama-nama names of the Districts/ Cities are : (1)
kabupaten/kota tersebut yaitu (1) Bintan District with Bintan Bunyu as its
Kabupaten Bintan ibukotanya Bintan Bunyu; capital; (2) Karimun District with Tanjung
(2) Kabupaten Karimun dengan ibukotanya Balai Karimun as its capital; (3) Natuna
Tanjung Balai Karimun; (3) Kabupaten District with Ranai as its capital; (4) Lingga
Natuna ibukotanya Ranai; (4) Kabupaten District with Daik as its capital;
Lingga ibukotanya Daik; (5) Kota Tanjung Tanjungpinang City with Tanjungpinang as
Pinang ibukotanya Tanjungpinang, dan (6) its capital and (6) Batam City with Batam
Kota Batam ibukotanya Batam. as its Capital.
Secara geografis Provinsi Kepulauan Geographically Kepulauan Riau
o o
Riau terletak pada 04 15’ LU - 0 45’LS dan Province located on 04˚15’ North Latitude -
0 o
103 11’ – 109 10’ BT. Provinsi Kepulauan 0˚45’ South Latitude and 103˚11’ - 109˚10’
Riau merupakan daerah kepulauan yang East Longitude. Kepulauan Riau Province
terdiri atas pulau besar dan kecil kurang is an archipelago area consist of large and
lebih 2.408 buah dimana sebanyak 366 small islands around 2.408 islands
pulau telah berpenghuni dan 2.042 pulau whereas 366 islands have been inhabited
belum berpenghuni. Luas total wilayah and 2.402 islands have not been yet. Total
Provinsi Kepulauan Riau adalah 253.420 area of Kepulauan Riau Province is
2 2
km terdiri dari luas lautan 242.825 km 253.420 km2 consist of 242.825 km2 (96%)
(96%), dan luas daratan 10.595,41 km2 by sea, and the ground area is 10.595,41
(4%). km2 (4%).

7
Provinsi Kepulauan Riau memiliki The borderlines of The Kepulauan
batas wilayah yaitu : Riau Province are :

- Sebelah utara : Berbatasan dengan Negara Vietnam dan Kamboja


- North Region Within bounds by Vietnam and Kamboja Countries

- Sebelah selatan : Berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Jambi
- South Region Within Bounds with Bangka Belitung and Jambi Province

- Sebelah barat : Berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau.
- West Region Within Bounds with Singapore, Malaysia and Riau Province

- Sebelah timur : Berbatasan dengan Negara Malaysia Timur dan Provinsi


- East Region Kalimantan Barat.
Within Bounds with East Malaysia Country and West Kalimantan
Province

Untuk lebih jelasnya mengenai For clearly about the Kepulauan Riau
wilayah administrasi wilayah Provinsi Administrative Area, can be seen in the
Kepulauan Riau, dapat dilihat pada gambar figure 2.1 as follow :
2.1 berikut ini :

8
Gambar Peta Provinsi Kepulauan Riau
2.1 :
Figure Map of Kepulauan Riau Province

9
2.2 Kependudukan 2.2 Demography

Untuk tercapainya tujuan To accomplish development objective


pembangunan dibutuhkan antara lain needs human recourses whose integrity,
tersedianya sumber daya manusia yang autonomous and qualify. Realize that to be
tangguh, mandiri, dan berkualitas. accomplished development objective is
Menyadari bahwa tercapainya tujuan desire of all society, and on framework to
pembangunan merupakan kehendak dari face the firmness of globalization era,
seluruh masyarakat, dan dalam rangka efforts to increase quality of human
menghadapi makin ketatnya persaingan recourses must be done. On this matter
bebas pada era globalisasi, upaya the success of health development plays a
peningkatan kualitas sumber daya manusia major role. A healthy civilian will not be just
harus dilakukan. Dalam hal ini peranan as an important factor to support the
keberhasilan pembangunan kesehatan success of education program, but it will
sangat menentukan. Penduduk yang sehat encourage productivity increase and
bukan saja akan menunjang keberhasilan population income.
program pendidikan, tetapi juga akan
mendorong peningkatan produktivitas dan
pendapatan penduduk.

2.2.1 Jumlah Penduduk 2.2.1 Population

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Population of Kepulauan Riau


Riau dari tahun ke tahun menunjukkan Province from year to year shows an
adanya peningkatan. Jika pada tahun 2004 increasing. If on 2004 the population is
jumlah penduduk 1.235.054 jiwa, bertambah 1,235,054 persons, increase become
menjadi 1.273.011 jiwa pada tahun 2005, 1,273,011 persons by 2005, and in 2006
dan pada tahun 2006 bertambah lagi increasing by 1,337,863 person. Mean
menjadi 1.337.863 jiwa. Berarti terjadi there was increasing of population by
pertambahan penduduk sebesar 9,5%. 9.5%.
Data komposisi penduduk menurut The composition data of population
jenis kelamin (sex ratio) pada tahun 2006 by sex ratio on year 2006 are not known,
tidak diketahui, namun diprediksi tidak jauh but it was predicted not far from situation
berbeda dengan keadaan komposisi of civilian composition in 2005

10
penduduk pada tahun 2005 mengingat remembering the growth population was
pertumbuhan penduduk yang konstan. Pada constant. In 2005, total numbers of female
tahun 2005, jumlah penduduk perempuan civilian are much more if compared with
lebih banyak dibandingkan penduduk laki- male civilian shown by sex ratio by 99.87.
laki yang ditunjukkan dengan sex ratio This matter probably caused by industry
sebesar 99,87. Hal ini kemungkinan majority in Kepulauan Riau Province is on
disebabkan bahwa mayoritas industri di field sector of electronics and garment
Provinsi Kepulauan Riau bergerak di bidang which hires women as their employee.
elektronika dan garmen yang banyak
mempekerjakan karyawan wanita.
Hal penting lainnya yang dilihat dalam Another important matter that can
masalah kependudukan adalah rasio beban bee seen on demography problems are
tanggungan. Angka beban tanggungan ini this load burden. The number of the load is
merupakan beban tanggungan ekonomi a burden for economics for productive age
bagi kelompok usia produktif terhadap towards to youth age groups and old age
kelompok usia muda dan kelompok usia groups. The data of load ratio on
lanjut atau tua. Data rasio beban Kepulauan Riau Province can be seen on
tanggungan di Kepulauan Riau dapat dilihat Table 2.1 as the following :
pada tabel 2.1 berikut :

11
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk
Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur, Daerah Tempat
Tabel
2.1 : Tinggal dan Jenis Kelamin di Kepulauan Riau Tahun 2006
Table
Total Population Age 15 years and Over as Labour Force by Age
Group, Living Area and Sex in Kepulauan Riau Province year 2006

Perkotaan / Urban Pedesaan / Rural


Golongan Umur
No. Laki-laki + Perempuan Laki-laki + Perempuan Male +
Age
Male + Female Female
1 2 3 4
1 15 - 19 36,509 12,694
2 20 - 24 112,917 28,208
3 25 - 29 87,181 13,688
4 30 - 34 71,190 11,763
5 35 - 39 53,666 11,275
6 40 - 44 44,422 7,133
7 45 - 49 26,062 8,438
8 50 - 54 20,032 5,932
9 55 - 59 10,683 4,739
10 60 + 15,410 5,532
TOTAL 478,072 109,402

Sumber : BPS Kepulauan Riau, 2007 (Source : BPS of Kepulauan Riau, 2007)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa From Data above can be seen that
rasio beban tanggungan tergolong dalam load ratio categorized on high category
kategori tinggi yaitu sebesar 1,36 yang which is 1,36 means that 100 productive
artinya bahwa 100 penduduk produktif population carry 136 non productive age
menanggung 136 penduduk usia tidak population, from table above also can be
produktif. Dari tabel di atas juga dapat seen that non productive age population
dilihat bahwa penduduk usia tidak produktif generally spread among <15 years age
pada umumnya tersebar pada kelompok groups.
umur < 15 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa This point out that many of young
banyaknya pasangan rumah tangga muda household couples in Kepulauan Riau
(pasangan usia subur) di Provinsi Province. Therefore in order to control
Kepulauan Riau. Untuk itu dalam rangka

12
mengendalikan pertumbuhan penduduk the growth of population Family Planning
program Keluarga Berencana (KB) perlu programs must be revitalized again.
digalakkan kembali.

2.2.2 Kepadatan Penduduk 2.2.2 Population Density

Tingkat kepadatan penduduk di The level of population density in


Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2006 Kepulauan Riau Province year of 2006 is
2
sebesar 126 jiwa/km . Angka ini as many as 126 persons/km2. This
menunjukkan angka yang lebih rendah jika number shown numbers lower from
dibandingkan dengan angka kepadatan population density on year 2005 which is
penduduk pada tahun 2005 yaitu sebesar 134 persons/km2. But it must be
2
134 jiwa/km . Namun perlu dicermati conscientious that it is likely a descent
kemungkinan adanya penurunan tingkat level of population density link to
kepadatan penduduk berkaitan dengan reparation of data including vast region
perbaikan data-data termasuk data luas data. If on year 2005 the wide of land
wilayah. Jika pada tahun 2005 luas wilayah region in Kepulauan Riau province is
daratan Kepulauan Riau tercatat seluas 9,777 km2, but on year 2006 this data is
9.777 km2, namun pada tahun 2006 data ini validated and become 19,595 km2.
divalidasi dan menjadi 10.595 km2.
Persebaran penduduk antardaerah The spreading among region in
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau Districts/cities in Kepulauan Riau
sangat timpang. Kota Batam dan Kota Province is very unbalanced. Batam City
Tanjungpinang merupakan daerah dengan and Tanjungpinang City are a region with
tingkat kepadatan tertinggi yaitu masing- highest levels which is 852 persons/km2
masing sebesar 852 jiwa/km2 dan 721 and 721persons/km2 each. Batam City
jiwa/km2. Kota Batam menunjukkan adanya shown a decrease on population density
penurunan tingkat kepadatan penduduk levels while Tanjungpinang City shown
sementara itu Kota Tanjungpinang an significant increase of population
menunjukkan peningkatan kepadatan density. This matter probably linked with
penduduk yang signifikan. Hal ini the migration of central provisional
kemungkinan berkaitan dengan adanya Kepulauan Riau Province which is
perpindahan pusat pemerintahan Provinsi previously in Batam City. The level of
Kepulauan Riau yang sebelumnya berada di population density on Batam City and

13
Kota Batam. Tingginya kepadatan Tanjungpinang are very closely linked
penduduk di Kota Batam dan with the readiness of occupation field
Tanjungpinang sangat berkaitan erat and a variety of infrastructure among
dengan ketersediaan lapangan pekerjaan other easy of life facility whereas this
dan berbagai sarana dan fasilitas region is a central industrial, central
kemudahan hidup lainnya dimana wilayah administration, central commerce, central
ini merupakan pusat-pusat industri, pusat shopping, central education and central
pemerintahan, pusat perdagangan, pusat entertainment.
perbelanjaan, pusat pendidikan, dan pusat
hiburan.
Pemerintah Kota Batam sejak tahun The government of Batam City since
2003 sampai saat ini masih memberlakukan year 2003 still put into effect regional
Peraturan Daerah tentang Kependudukan official regulations of demography which
yang bertujuan untuk mengantisipasi as a purpose to anticipate the increase of
peningkatan jumlah penduduk di Pulau population number in Batam City which
Batam yang pada umumnya pencari kerja. mainly consist of job hunter. This is to
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir angka minimalized the number of unemployed
pengangguran yang dapat mengakibatkan which can be resulted in new social
permasalahan sosial baru seperti problems such as the increase of
peningkatan angka kriminalitas dan criminality number and the turn of slump
munculnya perkampungan kumuh. village. The distribution of population
Gambaran kepadatan penduduk menurut density by Districts/ Cities in the last
kabupaten/kota selama tiga tahun terakhir three years can be seen on the following
dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut, figure 2.2, while to see the more
sedangkan untuk melihat data lengkapnya complete data can be seen on
dapat dilihat pada data lampiran tabel 1. attachment data table 1.

14
Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Gambar Provinsi Kepulauan Riau tahun 2004 – 2006
2.2 :
Figure Level of Population Density by District/ City in Kepulauan Riau
Province year of 2004 - 2006

1200

1000

800
KEPADATAN PENDUDUK

2004
600
(jiwa/km2)

2005
2006

400

200

0
Tanjungpinan
Karimun Bintan Natuna Lingga Batam
g
2004 134 59 27 37 827 661
2005 134 61 28 38 953 679
2006 73 62 35 41 852 721

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau


Source : CBS of Kepulauan Riau Province

15
2.3 Tingkat Pendidikan 2.3 Education Level

Tingkat pendidikan memegang Education level holds a major role on


peranan penting dalam kehidupan society life. Education level will influence
masyarakat. Tingkat pendidikan akan the point of view, knowledge, attitude,
mempengaruhi pola pikir, pengetahuan, behavior and insight society. The higher
sikap, perilaku serta wawasan masyarakat. education level of someone then higher
Semakin tinggi tingkat pendidikan the living healthy behavior.
seseorang akan semakin tinggi pula
intelektualnya Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang pada umumnya
semakin tinggi pula perilaku untuk hidup
sehat.
Secara umum tingkat pendidikan Generally education level can be
dapat dilihat dari tingkat pendidikan formal seen from formal education finished,
yang ditamatkan. Berdasarkan data yang according to data given by CBS of
diperoleh dari BPS Provinsi Kepulauan Kepulauan Riau Province, processed by
Riau, yang diolah dari Hasil Survei Sosial results of Social Economic National
Ekonomi Nasional tahun 2005 menunjukkan Survey year of 2005 shown that
bahwa tingkat pendidikan masyarakat baik education level of society of male and
perempuan maupun laki-laki masih rendah. female still low. The percentage of
Persentase penduduk yang menamatkan population that conclude education
pendidikan tingkat SLTP ke atas hanya Junior High levels and over only as
sebesar 50,4%. 50,4%.
Berdasarkan Angka Melek Huruf According to literacy figure of
Penduduk Usia 15 tahun ke atas, masih population age 15 years or over, still
ditemukan 4% penduduk yang masih buta found 4% population that still illiteracy.
huruf. Angka ini ditemukan tidak saja hanya This figure is found not only in rural
di daerah pedesaan tetapi juga di daerah areas but also in cities. More complete
perkotaan. Data selengkapnya dapat dilihat data can be seen in the following table
pada tabel 2.2 berikut : 2.2:

16
Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 + Menurut Kelompok
Umur Tahun 2005
Tabel 2.2 :
Number of literacy on population age 15 + by Age groups year of
Table
2005

Kelompok Umur / Perkotaan / Pedesaan / Perkotaan + Pedesaan /


Age groups Urban Rural Urban + Rural
15 – 19 99,6 97,4 99,1
20 – 24 99,2 96,0 98,6
25 – 34 99,4 95,6 98,8
35 – 49 96,4 91,1 95,4
50 + 87,9 77,1 84,6
Jumlah/ Total 97,2 91,1 96,0
Laki-laki / Male 98,4 94,8 97,6
Perempuan / Female 96,1 96,1 94,3
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau, ”Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi KepulauanRiau
tahun 2005”
Source : Central Board Statistic (CBS) Kepulauan Riau Province : ”Indicator of Citizen
WelfareKepulauan Riau Province, 2005”

Pemerintah baik Pusat maupun Central government as well as


Daerah terus berupaya untuk meningkatkan regional government continues their
kualitas sumber daya manusia salah efforts to increase the quality of human
satunya melalui perbaikan pendidikan. resources through improvement the
Upaya yang dilakukan antara lain education. The efforts have to do with
menambah sarana prasarana pendidikan adding facility and infrastructure and
termasuk penambahan dan peningkatan increasing the capability of instructors.
kemampuan tenaga pengajar. The growth of education facilities and
Perkembangan sarana prasarana infrastructures by District/City in time
pendidikan menurut kabupaten/kota untuk period 2004-2006 can be seen in the
kurun tahun 2004-2006 dapat dilihat pada following table :
tabel berikut :

17
Jumlah Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2004-2006
Tabel 2.3 :
Number of Schools by District/City Kepulauan Riau Province year
Table
of 2004-2006
SMP dan SMA dan
TK dan Sederajat SD dan Sederajat
Kabupaten / Sederajat Sederajat
Kindergarten and Elemantary and
Kota Junior high and High school and
equal equal
Districts/Cities equal equal
2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006
Bintan 24 5 5 90 90 95 19 16 24 7 9 12

Batam 162 113 117 174 174 203 42 43 70 30 32 47

Karimun 26 31 31 126 137 137 27 26 35 14 18 21

Natuna 24 23 23 133 133 134 27 17 30 16 16 16


Tanjung
23 22 22 64 64 67 20 18 22 19 19 20
pinang
Lingga 9 9 10 108 108 108 14 12 19 8 8 7
Provinsi
Kepulauan 268 203 208 695 706 744 149 132 200 94 102 123
Riau
Sumber : www.kepriprov.go.id, di download pada tanggal 20 Agustus 2007
Source : www.kepriprov.go.id, downloaded on August 20th, 2007

Jumlah Guru di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2006


Tabel
2.4 : Number of Teachers in Kepulauan Riau Province year of 2005-
Table
2006

SMP dan SMA dan


TK dan Sederajat
Kabupaten / SD dan Sederajat Sederajat Sederajat
Kindergarten and
Kota Elemantary and equal Junior high and High school and
Districts/Cities equal
equal equal
2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006
Bintan 7 8 964 944 972 988 187 292

Batam 648 619 1857 1617 957 1173 795 890

Karimun 137 152 1436 1527 594 603 476 507

Natuna 176 187 904 1069 329 366 238 209


Tanjung
97 84 988 1106 462 477 559 539
pinang
Lingga 9 11 904 962 217 241 168 180

Provinsi
1.074 1.061 7.053 7.225 3.531 3.148 2.423 2.617
Kepulauan Riau

Sumber : www.kepriprov.go.id, di download pada tanggal 20 Agustus 2007


Source : www.kepriprov.go.id, downloaded on August 20th, 2007

18
Sampai dengan tahun 2006, Sekolah Until 2006, Junior high School in
Dasar di Provinsi Kepulauan Riau berjumlah Kepulauan Riau Province consist of 744
744 buah dengan jumlah murid 149.526 units with students of 149.526 persons
orang dan guru 7.225 orang, dengan rasio and teachers 7,225 persons, with 1: 20
murid terhadap guru 1 : 20 dan rasio murid student towards teacher ratio and 1: 200
terhadap sekolah 1 : 200. Sarana students towards school. The facility of
pendidikan menengah yang terdata (sarana middle education which has been data
pendidikan nasional) untuk tingkat SLTP based (National educational facility) for
terdapat sebanyak 200 unit dengan jumlah junior high school as many as 200 units
murid SLTP 50.840 orang, dengan rasio with total students of Junior High 50.840
murid terhadap guru SLTP sebesar 1 : 16. persons, with ratio of student toward
Sementara sarana pendidikan untuk tingkat teacher of Junior High is 1: 16.
SLTA (SMK dan SMU) terdapat 123 unit Meanwhile the facilities of education for
dengan jumlah murid 34.170 orang, rasio upper secondary school (SMK and SMU)
murid terhadap guru SMU sebesar 1 : 13. consist of 123 units with total students
are 34.170 persons, student ratio
towards teacher of upper secondary high
is 1: 13.

2.4 Keadaan Lingkungan 2.4 Environment Situation

H.L.Bloom memaparkan bahwa salah H.L Bloom stated that one of the

satu faktor yang mempengaruhi derajat factors that influence the degree of

kesehatan masyarakat adalah lingkungan, Community Health are environment,

bahkan lingkungan dikatakan sebagai faktor even environment can be considered as

yang paling dominan. Lingkungan the most dominant factor, environment

merupakan tempat hidup dan berkembang are the living place and proliferating of

biaknya berbagai agen penyakit. many disease agent, this environment

Lingkungan ini meliputi lingkungan biologis, consist of biologic environment, physical

lingkungan fisik, lingkungan sosial dan environment, social environment and

lingkungan psikologis. psychological environment.

Lingkungan sehat bertujuan untuk Healthy environment have a purpose

mewujudkan mutu lingkungan hidup yang to achieved quality living environment


which supports growth development of

19
sehat yang mendukung tumbuh kembang child and teenager, fulfill the basic needs
anak dan remaja, memenuhi kebutuhan to live healthy, and to make possible
dasar untuk hidup sehat, dan social interaction also to protect society
memungkinkan interaksi sosial serta from danger threats that comes from the
melindungi masyarakat dari ancaman environment that support to achieve the
bahaya yang berasal dari lingkungan optimum individual health level, families
sehingga tercapai derajat kesehatan and society.
individu, keluarga dan masyarakat yang
optimal.
Keadaan geografis suatu daerah Geographical condition of a region is
sangat mempengaruhi jenis penyakit yang very influencing the types of diseases
berkembang di daerah tersebut. Misalnya that develop in current region. For
jenis penyakit yang ditemukan di daerah instance types of diseases that found on
pengunungan berbeda dengan jenis mountain region are different from the
penyakit yang berkembang di daerah pantai types of diseases that develop on beach
atau perairan. Provinsi Kepulauan Riau or watery range. Kepulauan Riau
merupakan daerah kepulauan dimana Province is a region which most of the
sebagian besar wilayahnya merupakan major part is covered by ocean. This
daerah perairan. Hal ini menyebabkan caused Kepulauan Riau constitutes an
daerah kepulauan Riau merupakan wilayah endemic region for Malaria and Dengue
endemis penyakit malaria dan demam Fever disease. Besides by natural
berdarah. Selain oleh faktor alami environment factor, artificial environment
lingkungan, lingkungan buatan manusia by human have a tendency to support
bahkan cenderung lebih mendukung untuk the creation a breeding place for
terciptanya tempat perkembangbiakan conducive diseases. For instance human
penyakit yang kondusif. Misalnya kegiatan activities on mining areas that still
manusia di daerah-daerah penambangan unexploited properly such as open
yang tidak terkelola dengan baik seperti mining, former reclamation mining will be
penambangan terbuka, bekas a prosperous place for breeding of
penambangan yang direklamasi akan diseases such as Anopheles mosquito
menjadi suatu tempat yang menyenangkan and Aedes aegepty.
pada perkembangbiakan bibit penyakit
seperti nyamuk anoples dan aides agepty.
Dalam profil ini, indikator yang On this profile, the indicator that been

20
digunakan untuk melihat keadaan used to see environment condition are
lingkungan adalah indikator-indikator indicators percentage on healthy houses,
persentase rumah sehat, persentase percentage of healthy public places and
tempat-tempat umum dan pengelolaan management of food handling,
makanan sehat, persentase keluarga percentage of families that have clean
memiliki akses air bersih. water access.

2.4.1 Rumah Sehat 2.4.1 Healthy House

Rumah sebagai tempat tinggal House as a living place ought to fulfill


hendaknya memenuhi syarat kesehatan dan a healthy and comfort conditions that
kenyamanan yang dipengaruhi oleh faktor- influenced by lighting, climate, air
faktor pencahayaan, penghawaan, suhu temperature and humidity factors on the
udara dan kelembaban dalam ruangan. room. Healthy house allows the occupant
Rumah sehat memungkinkan penghuni to live healthy and could do everyday
hidup sehat dan dapat melakukan aktivitas activities properly.
sehari-hari secara layak.
Dari jumlah 63.234 rumah yang From total of 63.234 houses those
diperiksa dari 340.779 rumah yang ada di checked from 340.779 houses exist in
Provinsi Kepulauan Riau tercatat hanya Kepulauan Riau Province found only
69,57% dinyatakan sehat dengan 69,57% are been classified as healthy
persentase tertinggi terdapat di Kota Batam, with the highest percentage in Batam
Karimun, dan Lingga. Sementara itu City, Karimun and Lingga. Meanwhile
Kabupaten Bintan tercatat sebagai daerah Bintan District is registered as a region
dengan persentase rumah sehat yang with the lowest percentage of healthy
paling rendah yaitu sebesar 49,04%. house as many as 49,04%. In 2005,
Kabupaten Natuna dimana pada tahun Natuna District is registered as a region
2005 tercatat sebagai daerah dengan with the lowest percentage of healthy
persentase rumah sehat paling rendah yaitu houses which is 45%, but in 2006 shows
sebesar 45%, pada tahun 2006 an increasing by 54,72%.
menunjukkan peningkatan menjadi 54,72%.
Kota Batam menunjukkan Batam City shown a significant
peningkatan yang sangat signifikan. Jika increasing. If in 2004 the percentage of
pada tahun 2004 persentase rumah sehat healthy houses only around 44.78%,

21
hanya berkisar 44,78%, namun pada tahun however in 2005 increased by 69.19%
2005 meningkat menjadi 69,19% dan pada and year of 2006 by 80,59%. This is a
tahun 2006 menjadi 80,59%. Hal ini very good situation. The status of Batam
merupakan hal yang sangat City as one of the dirtiest region year of
menggembirakan. Predikat Kota Batam 2004 as if erased in 2006 where Batam
sebagai salah satu Daerah Terkotor pada City received Adipura appreciation as a
tahun 2004 seolah terhapus terlebih pada sign of appreciation for the cleanest
tahun 2006 Kota Batam mendapat region in Indonesia.
Penghargaan Adipura sebagai tanda
penghargaan kepada daerah yang terbersih
di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan In order to increase the percentage of
persentase rumah sehat, berbagai upaya healthy house, various efforts needs to
perlu terus digalakkan baik oleh pemerintah, be encouraged by government, private
swasta bersama-sama dengan masyarakat sector with community to shape healthy
untuk mewujudkan rumah sehat termasuk house including healthy environment,
lingkungan yang sehat. Penyediaan sarana supplying facility and infrastructure
dan prasarana penunjang kesehatan seperti needs to be backed by healthy and clean
saluran air limbah (drainase), ketersediaan living behavior by community.
air bersih, dan tempat pengolahan sampah
merupakan hal-hal penting yang wajib
dikelola dengan baik. Ketersediaan sarana
prasarana ini perlu didukung juga dengan
perilaku hidup sehat dan bersih oleh
masyarakat.
Data yang lebih lengkap tentang More complete data regarding
persentase rumah sehat dapat dilihat pada percentage of healthy houses can be
lampiran tabel 48. Secara grafik distribusi seen on attachment table 48. Graphically
persentase rumah sehat menurut the distribution percentage of healthy
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau houses by District/City Kepulauan Riau
dapat dilihat pada gambar berikut: Province can be seen in the following
figure :

22
Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Gambar Kepulauan Riau tahun 2006
2.3 : Percentage of Healthy House by District/City Kepulauan Riau
Figure
Province Year of 2006

90.00

80.61%

80.59%
75.18%
80.00

69.57%
65.57%
70.00
RUMAH SEHAT / HEALTHY HOUSE

54.72%
60.00
49.04%

50.00
(%)

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
g
a
an

ga

si
m
un

an
un

in
ta
nt

ng
rim

ov
in
at

Ba
Bi

Li

gp
N
Ka

Pr
un
nj
Ta

KABUPATEN/KOTA /
DISTRICT/CITY

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006


Source : Health Profile of District/City Kepulauan Riau Province Year of 2006

23
2.4.2 Tempat-tempat Umum dan Tempat 2.4.2 Public Places And Food
Pengelolaan Makanan (TUPM) Handling Places

Keracunan makanan dan minuman Food and beverage poisoning often


seringkali terjadi dalam masyarakat yang occur in society which caused by food
disebabkan oleh makanan dan minuman and beverage that have been
yang telah tercemar atau terkontaminasi contaminated with insecticide or because
dengan berbagai insektisida atau karena the unhygienic management.
tempat pengelolaannya yang tidak hygienis. Surveillance program in public places
Program pengawasan sanitasi tempat- and food handling have a purpose to
tempat umum dan pengelolaan makanan increase an optimal environment quality
(TUPM) bertujuan untuk meningkatkan of public places from spreading of
kualitas lingkungan yang optimal pada diseases, poisoning, accident and
tempat-tempat umum sehingga dapat digestion disorder. Public places that
melindungi masyarakat dari penularan have been checked covering of hotel,
penyakit, keracunan, kecelakaan dan food management places (Restaurant),
gangguan pencernaan. Tempat-tempat market, and the others TUPM.
umum yang diperiksa meliputi
hotel/penginapan, tempat pengelolaan
makanan (restoran), pasar, dan TUPM
lainnya.
Pada tahun 2006, kegiatan In 2006, surveillance activities of
pengawasan hygiene dan sanitasi tempat- hygiene and sanitation in public places
tempat umum dan pengelolaan makanan and food handling have been done and
(TUPM) yang dilaksanakan ditemukan dari found from 948 TUPM which checked
948 TUMP yang diperiksa dinyatakan are announced that TUPM has fulfill
bahwa jumlah TUPM yang memenuhi healthy criteria is as many as 805
kriteria sehat adalah sebanyak 805 (84.92%). This number show a tendency
(84,92%). Angka ini menunjukkan adanya if compared with last year where the
peningkatan jika dibandingkan dengan number of healthy TUPM in 2005 as
tahun lalu dimana jumlah TUPM sehat pada many as 81.50% from various public
tahun 2005 sebanyak 81,50%. Dari places with lowest level of health degree
berbagai tempat umum yang diperiksa for 44%. Market sanitation management
dapat dilihat bahwa pasar merupakan needs to keep on improving consider that

24
tempat umum dengan tingkat derajat one of the market role is as a food
kesehatan paling rendah yaitu sebesar transaction place which should have a
44%. Pengelolaan kebersihan pasar high level of sanitation. For knowing the
hendaknya perlu terus ditingkatkan more complete data of percentage
mengingat salah satu peranan pasar adalah healthy TUPM by district/city can be
sebagai tempat jual beli bahan makanan seen on annex table 51 and the following
yang seharusnya memiliki tingkat sanitasi figure 2.4 :
yang tinggi. Untuk mengetahui persentase
TUPM Sehat menurut kabupaten/kota data
lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran
tabel 51 dan gambar 2.4 berikut :

Gambar Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)


Figure Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2.4 : 2006
Percentage of Healthy Public Places and Food Handling by
District/City in Kepulauan Riau Province Year of 2006

120.00
98.34%

100.00
86.60%

84.92%
82.27%

82.18%
81.13%

80.00
66.67%
Healthy TUMP (%)
TUMP SEHAT (%)

60.00

40.00

20.00

0.00
Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Tanjungpinang Provinsi
KABUPATEN/KOTA
District/City

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006


Source : Health Profile of District/City Kepulauan Riau Province Year of 2006

25
Dari gambar di atas dapat dilihat From picture above we can see that
bahwa persentase TUPM sehat terbanyak the most percentage of healthy TUPM
dijumpai di Kabupaten Karimun yaitu are found in Karimun District as many as
sebesar (98,34%) dan yang terendah di (98.34%) and with the lowest in Lingga
Kabupaten Lingga (66,67%). Persentase District (66.67%). The percentage of
TUPM sehat dari tahun ke tahun TUPM from year to year shown an sharp
menunjukkan fluktuasi yang tajam. Jika fluctuation, if by 2005 Lingga District was
pada tahun 2005, Kabupaten Lingga noted as a District with the highest
tercatat sebagai kabupaten dengan percentage of healthy TUPM by 96% but
presentase TUPM Sehat tertinggi yaitu year of 2006 on the contrary it place the
sebesar 96% namun pada tahun 2006 lowest TUPM percentage which is
malah menduduki sebagai daerah dengan 66,67%. This matter shown that to
persentase TUPM Sehat terendah yaitu defend the level of Healthy TUPM needs
sebesar 66,67%. Hal ini menunjukkan a commitment, hard work effort, and
bahwa untuk mempertahankan tingkat active role from all sector attached and
kesehatan TUPM membutuhkan komitmen, society. If compared with National target
usaha kerja keras, dan peran serta aktif dari which is by 80% then Kepulauan Riau
semua sektor terkait dan masyarakat. Jika Province has exceeded national
dibandingkan dengan target Nasional yaitu average.
sebesar 80% maka Provinsi Kepulauan
Riau sudah melebihi rata-rata Nasional.

26
BAB 3
PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2006
HEALTH DEVELOPMENT PROGRAM OF KEPULAUAN RIAU
PROVINCE YEAR OF 2006

Sejak Provinsi Kepulauan Riau Since the forming of Kepulauan


dibentuk berdasarkan UU No. 25 tahun Riau Province based on UU No. 25 year
2002, berbagai perangkat kerja telah 2002, various sets of work have been
dibentuk dengan tujuan untuk mempercepat formed with the purpose to accelerate the
pelaksanaan pembangunan di segala implementation of development in all
bidang. Dinas Kesehatan Provinsi sectors. Health Office of Kepulauan Riau
Kepulauan Riau merupakan salah satu Province is one of the agencies that are
dinas yang dibentuk di lingkungan made on government domain of
Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau Kepulauan Riau Province with
mengemban tugas untuk melaksanakan responsibility to afford the implementation
pembangunan bidang kesehatan of development in health sector.

3.1 VISI 3.1 VISION

Dalam merumuskan visi, Dinas Formulating the vision, Health


Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dengan Office of Kepulauan Riau Province acted
seksama memperhatikan dua dasar carefully by observing two main
pembangunan kesehatan yaitu : (1) Dasar- foundations of health development, those
dasar pembangunan kesehatan are : (1) Foundation of Health
sebagaimana tercantum dalam Rencana Development as written on Health
Pembangunan Kesehatan Menuju Development Planning towards Healthy
Indonesia Sehat 2010 dan Rencana Indonesia 2010 and Strategic Planning of
Strategis Departemen Kesehatan 2005- Health Department 2005 -2009 are : (a)
2009 yaitu : (a) Perikemanusiaan; (b) Humanism (b) empower and autonomous
Pemberdayaan dan Kemandirian; (c) Adil (c) equality and equity (d) prominent and
dan Merata; (d) Pengutamaan dan Manfaat; benefit; (2) Regional Development
(2) Rencana Pembangunan Jangka Planning in Middle Period (RPJMD)
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau Province year 2005-
Kepulauan Riau Tahun 2005-2010. 2010.
Dengan memperhatikan dua acuan By observing the two references and
tersebut dan juga mempertimbangkan also consider trend, problems, and
perkembangan, masalah, dan tendency, as well as to achieve the target

27
kecenderungan serta untuk mencapai of development planning in middle period
sasaran pembangunan jangka menengah in health sector in Kepulauan Riau
bidang kesehatan di Provinsi Kepulauan Province at the end of year 2010, the
Riau pada akhir tahun 2010, maka Visi vision of Health Office Kepulauan Riau
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Province is the forming of Kepulauan
adalah terwujudnya Kepulauan Riau Riau Healthy.
Sehat.
Dengan visi ini diharapkan Dinas With this vision, Health Office of
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dapat Kepulauan Riau Province is expected to
menjadi penggerak pembangunan be the motivator of health development to
kesehatan untuk terwujudnya Kepulauan obtain Kepulauan Riau Healthy and to
Riau Sehat dan mampu membina, build, develop as well to implement health
mengembangkan serta melaksanakan development according to its main duty
pembangunan kesehatan sesuai tugas and function.
pokok dan fungsinya.
Kepulauan Riau Sehat sendiri Healthy Kepulauan Riau alone is a
adalah suatu kondisi yang merupakan condition that picture the forming of
gambaran masyarakat Provinsi Kepulauan Kepulauan Riau Province community in
Riau di masa depan, yang ditandai dengan the future, and it’s been marked by
penduduknya yang dapat menjangkau dan population that can reach and utilize high
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang quality, equity, and equality health
bermutu, merata, dan berkeadilan, service, clean and healthy living
berperilaku hidup bersih dan sehat, hidup behaviour, live in a healthy environtment,
dalam lingkungan yang sehat, serta also have the highest degree of health
memiliki derajat kesehatan yang setinggi- status.
tingginya.

3.2 MISI 3.2 MISSION


Dalam rangka mewujudkan Visi In order to realize that vision, the
tersebut, maka Misi Dinas Kesehatan mission of Health Office of Kepulauan
Provinsi Kepulauan Riau adalah : Riau Province are:

1. Meningkatkan Kinerja dan Mutu 1. Improving the Performance and


Pelayanan Kesehatan Quality of Health Service

Peningkatan kinerja dan mutu Improving performance and quality of


pelayanan kesehatan dilakukan melalui health service are made by developing

28
pengembangan kebijakan manajerial managerial and technical policy as
dan teknis serta pedoman dan prosedur well as working guideline and
kerja yang dapat dijadikan landasan procedure that could be used for a
bertindak setempat. Di samping itu local baseline measures. Likewise
dilakukan pula fasilitasi pengembangan besides to facilitate the development
sarana prasarana dan sumber daya of facility and infrastructure and health
kesehatan baik tenaga, biaya maupun resources including manpower, budget
obat dan perbekalan kesehatan bagi as well as medicine and buffer stock to
para pelaku pembangunan kesehatan. all subjects of health development. By
Dengan peningkatan kinerja dan mutu increasing the performance and
pelayanan kesehatan diharapkan upaya quality of health service it’s been
kesehatan dapat terselenggara dengan hoped that health expedient can be
baik, dapat dicapai (accesible) dan implemented finely, accessible and
dapat dijangkau (affordable) oleh affordable by all society also
segenap kalangan masyarakat serta quarantining its quality.
terjamin mutunya (quality).

2. Memberdayakan Masyarakat dalam 2. Empowering The Community within


Bidang Kesehatan Health Sector

Dengan melakukan pemberdayaan By executing empowerment of society


diharapkan masyarakat termasuk including private sector can actively
swasta dapat berpartisipasi aktif dalam participate, implement advocation,
melayani (to serve), melaksanakan also watch on health development
advokasi (to advocate), serta mengkritisi even as an individual, groups or entire
(to watch) pembangunan kesehatan community. Provincial health office
baik secara individu, kelompok maupun also facilitates districts/cities inside the
bersama masyarakat luas. Dinas frame work of capacity building,
kesehatan provinsi juga memfasilitasi developing the regional health system
kabupaten/kota dalam rangka and supporting health resources.
pengembangan kapasitas (capacity
building), pengembangan sistem
kesehatan daerah dan dukungan
sumber daya kesehatan.

29
3. Melaksanakan Pembangunan 3. Implementing Health Development
Kesehatan Berskala Provinsi by Provincial Scale

Di samping berperan dalam pembinaan Besides having a role on building and


dan pengembangan pembangunan elaboration of health development,
kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Provincial Health Office also carry out
melakukan pula pembangunan health development on provincial
kesehatan berskala provinsi seperti : scale such as : health service for poor
pelayanan kesehatan bagi penduduk society, tackle problems as a result of
miskin, penanggulangan masalah disasters, handling of communicable
kesehatan akibat bencana, diseases and malnutrition, health
penanggulangan penyakit menular dan promotion, referral health and health
gangguan gizi, promosi kesehatan, services on remote, hinterland, border
kesehatan rujukan dan pelayanan areas and utilizing health manpower.
kesehatan di daerah terpencil,
tertinggal, daerah perbatasan dan
pendayagunaan tenaga kesehatan.

4. Menyelenggarakan Manajemen 4. Organizing an Effective Health


Kesehatan yang Efektif Management

Dengan terciptanya manajemen yang By creating a management which is


dinamis dan akuntabel diharapkan dynamic and accountable, expected
fungsi-fungsi administrasi kesehatan that the function of health
dapat terselenggara secara efektif dan administration can be carry out in an
efisien yang didukung oleh sistem effective and efficient manner which is
informasi serta hukum kesehatan. backed by information system and
health regulation.

3.3 PROGRAM DAN KEGIATAN 3.3 PROGRAMS AND ACTIVITIES

Berdasarkan visi dan misi, maka Based on the vision and mission,
disusunlah program dan kegiatan yang programs and activities can be arranged
hendak dicapai Dinas Kesehatan Provinsi to achieved by Provincial Health Office of
Kepulauan Riau tahun 2006 sebagai Kepulauan Riau year 2006, as follow :
berikut:

30
3.3.1 Peningkatan Upaya Kesehatan 3.3.1 Increasing Expedient Public
Masyarakat Health

1. Tujuan 1. Purpose
Tujuan program ini adalah The purpose of this program is to
meningkatkan jumlah, pemerataan, dan increase number, even distribution,
mutu pelayanan kesehatan dasar di and quality of primary health services
puskesmas dan jaringannya meliputi at health centre and its network
puskesmas pembantu, puskesmas covering sub health centre, periphery
keliling, dan bidan di desa/polindes. health centre, and midwife in rural/
polindes (village delivery hut)..

2. Sasaran 2. Target
a. Meningkatnya cakupan rawat jalan a. Increasing of outpatient care
menjadi sekurang-kurangnya 13% coverage at least 13% of the
penduduk. population.
b. Meningkatnya cakupan persalinan b. Increasing of delivery by health
yang ditolong oleh tenaga manpower coverage by 75%.
kesehatan menjadi 75%.
c. Meningkatnya cakupan pelayanan c. Increasing of anti-natal care
antenatal (K1) 90%, cakupan services (K1) coverage by 90%,
kunjungan neonatus (KN2) menjadi neonatus visit (KN2) coverage by
90%, dan cakupan kunjungan bayi 90% and baby visit coverage by
menjadi 90%. 90%.
d. Terselenggaranya pelayanan d. Helding of free health services for
kesehatan bagi penduduk miskin poor society at health centre.
secara gratis di puskesmas.

3.3.2 Peningkatan Upaya Kesehatan 3.3.2 To Increase Individual and


Perorangan dan Rujukan Referral Expedient Health

1. Tujuan Program 1. Purpose of the program


Tujuan program ini adalah The purpose of this program is to
meningkatkan akses keterjangkauan increase an achievable access and
dan mutu pelayanan kesehatan quality of health service for personal
perorangan dan rujukan. and referral.

31
2. Sasaran 2. Target
a. Terselenggaranya pelayanan a. To held a free health service for
kesehatan bagi penduduk miskin poor population at health centre
secara gratis di puskesmas dan and hospitals third class by 100%.
rumah sakit kelas III sebesar 100%
b. Meningkatnya cakupan rawat inap b. Increase the coverage of inpatient
menjadi sekurang-kurangnya 1,3% care by at least 1.3%.
penduduk.
c. Meningkatnya jumlah rumah sakit c. To increase the total number of
yang melaksanakan pelayanan hospital that can perform Intensive
gawat darurat menjadi 90%, jumlah care unit by 90%, total hospital
rumah sakit yang melaksanakan that can perform obstetric and
pelayanan obstetri dan neonatal neonatal emergency
emergensi komprehensif (PONEK) comprehensive care (PONEK) by
menjadi 80%, dan jumlah rumah 80%, and total of hospitals that
sakit yang terakreditasi menjadi accredited by 75%.
75%.

3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif 3. Main Activities and Indicative


program ini meliputi: Activities of This Program Cover :

a. Pembangunan dan pengembangan a. Building and expanding facilitation


sarana prasarana rumah sakit. and infrastructure of hospitals.
b. Pelayanan kesehatan penduduk b. Population of poor Health service
miskin yang dirawat inap Kelas III that treated class III Hospital
Rumah Sakit
c. Peningkatan mutu pelayanan rawat c. Increase the quality of service in
inap Kelas III Rumah Sakit stay care class III Hospitals

3.3.3 Peningkatan Kesehatan Ibu dan 3.3.3 Increasing Mother and Child Care
Anak

1. Tujuan Program 1. Purpose of the program


Tujuan program adalah mendukung The purpose of the program are to
upaya menurunkan angka kematian ibu backing the effort to reduce the
melahirkan, angka kematian bayi dan mortality rate of giving birth mother,
balita. baby and infant mortality rate.

32
2. Sasaran 2. Target
a. Meningkatnya cakupan persalinan a. To increase coverage of delivery
yang ditolong oleh tenaga which is helped by health staffs by
kesehatan menjadi 75%. 75%?
b. Meningkatnya cakupan pelayanan b. to increase the coverage of
antenatal (K1) 90% , cakupan neonatal service antenatal (k1) by
kunjungan neonatus (KN2) menjadi 90%
90%, dan cakupan kunjungan bayi
menjadi 90%.

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. Main Activity & Indicative Activity

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and indicative
program ini meliputi : activities of this program comprise by:
a. Peningkatan ketrampilan tenaga a. Increasing the competency of staff
pengelola kesehatan ibu dan anak mother and child to organize
b. Pengadaan dan Peningkatan sarana b. Procurement and increase the
pelayanan KIA facilitate of KIA service
c. Peningkatan kualitas pelayanan c. Increasing the quality of mother and
kesehatan ibu dan anak child service

3.3.4 Promosi Kesehatan & 3.3.4 Health Promotion &


Pemberdayaan Masyarakat Empowerment of the Society

1. Tujuan Program 1. Purpose of The Program


Tujuan Program adalah The purpose of the program are to
memberdayakan individu, keluarga, dan empowering personnel, families, and
masyarakat agar mampu menumbuhkan community In order to cultivate a
perilaku hidup bersih dan sehat, serta healthy and clean lifestyle, and
mengembangkan upaya kesehatan building expedient health on health
bersumber kesehatan. basis.

2. Sasaran 2. Target
a. Terwujudnya komitmen semuja a. To formed a commitment of the
stakeholder pembangunan stakeholder health construction at
kesehatan di semua tingkatan every level
b. Terselenggaranya promosi b. To held a health promotion at

33
kesehatan berskala provinsi dalam provincial level of empowerment
rangka pemberdayaan masyarakat. community scale
c. Meningkatnya rumah tangga c. To increase household to have a
berperilaku hidup bersih dan sehat clean and healthy behavior by
menjadi 40 %. 40%

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. Main Activity & Indicative Activity

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and indicative
program ini meliputi : activities comprise by:
a. Peningkatan pelatihan tenaga a. Increasing the training of health
penyuluh kesehatan staffs elucidation.
b. Pengembangan media promosi dan b. To expand media promotion and
informasi perilaku hidup bersih dan information on clean and healthy
sehat living behavior
c. Pengembangan upaya kesehatan c. To expand expedient of public
bersumberdaya masyarakat resources
d. Peningkatan pendidikan kesehatan d. To increase health education to
kepada masyarakat the public
e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan e. Monitoring, evaluating and
reporting

3.3.5 Perbaikan Gizi Masyarakat 3.3.5 The Reparation of Public


Nutrition

1. Tujuan Program 1. Purpose of the Program


Tujuan Program adalah meningkatkan The purpose of the program are to
kesadaran gizi keluarga dalam upaya increase the awareness of nutrition in
meningkatkan status gizi masyarakat families in order to increase public
terutama kepada ibu hamil, bayi dan nutrition status specially for pregnant
balita serta usia produktif. women, babies and infant as well as
productive age.

2. Sasaran 2. Target
a. Meningkatnya persentase ibu hamil a. To increase percentage of
yang mendapat tablet Fe menjadi > pregnant woman to receive Fe
80%; tablet by 80%;
b. Meningkatnya persentase Bayi Yang b. To increase percentage of babies

34
Mendapat ASI eksklusif menjadi receive exclusive mother milk by
62%; 62%;
c. Meningkatnya Balita yang c. To increase infant who receive
mendapatkan vitamin A menjadi vitamin A by 80%;
80%;
d. Meningkatnya Balita gizi kurang dan d. To increase lack nutrition on infant
gizi buruk yang ditangani menjadi under 5 years and malnutrition
100%; proportion by 100%;
e. Meningkatnya Ibu hamil Kurang e. To increase of the treatment of
Energi Kronis (KEK) yang ditangani pregnant woman lack of chronic
menjadi 100%. energy proportion by 100%;

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. The Main Activity & Indicative
Activity

a. Penyusunan peta informasi a. To arrange information map of lack


masyarakat kurang gizi; of nutrition on community;
b. Penanggulangan KEP, Anemia Gizi b. To tackle KEP, anemic iron
Besi, Kekurangan Vitamin A dan nutrition, lack of vitamin A and lack
kekurangan zat mikro lainnya; of other micro substance;
c. Pemberdayaan masyarakat untuk c. Empowering the community to
pencapaian keluarga sadar gizi. attaint families nutrition
awareness;

3.3.6 Peningkatan Lingkungan Sehat 3.3.6 Increase Healthy Environment

1. Tujuan Program 1. Purpose of the program

Tujuan program adalah mewujudkan Purpose of the program is to create a

mutu lingkungan hidup yang sehat quality of living environment by means

melelui peningkatan dan pembinaan of increase and develop also to exist

serta penggalangan kemitraan untuk partnership to move construction of

menggerakkan pembangunan health concept.

berwawasan kesehatan.

2. Sasaran 2. Target

a. Meningkatnya persentase keluarga a. To increase the percentage of

menghuni rumah yang memenuhi families who inhabit a house which

syarat kesehatan menjadi 80%, fulfill healthy condition by 80%,

35
persentase keluarga menggunakan percentage of families using clean
air bersih : 85 % dan persentase water by 85% and percentage of
keluarga menggunakan jamban families using toilet that fulfill
memenuhi syarat kesehatan 80%. health condition by 80%.
b. Meningkatnya persentase tempat- b. Increasing the percentage of
tempat umum (TTU) yang public places that fulfill the health
memenuhi syarat kesehatan menjadi standard by 80%.
80%.

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. Main Activity and Indicative Activity
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and indicative
program ini meliputi : activities comprise of :
a. Peningkatan penyediaan sarana air a. Increasing the facility of clean
bersih dan sanitasi dasar water system and basic sanitation
b. Pemantauan kualitas lingkungan b. Monitoring quality of environment
c. Peningkatan upaya pengawasan c. Increasing expedient of
penyehatan makanan dan minuman supervision the recapitalization of
food and beverage
d. Peningkatan wilayah sehat d. Increasing healthy region

3.3.7 Pencegahan dan Pemberantasan 3.3.7 Prevention and Eradication of


Penyakit Disease

1. Tujuan Program 1. Purpose of the Program


Tujuan program : menurunkan angka Purpose of the program: to decrease
kesakitan, kematian dan kecacatan morbidity, mortality and deformity
akibat penyakit menular dan penyakit caused by communicable and non-
tidak menular. Prioritas penyakit communicable disease. Priorities of
menular yang ditanggulangi adalah the communicable disease that must
Malaria, DBD, TB. Paru, Diare, Polio, be treated are malaria, dengue,
HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit- tuberculosis, lungs, diarrhea, polio,
penyakit yang dapat dicegah dengan HIV/ AIDS, pneumonia, are diseases
imunisasi. Sedangkan penyakit tidak that can be prevented through
menular dan degeneratif yang prioritas immunization. Whereas non-
ditanggulangi adalah penyakit jantung communicable and degenerative
dan gangguan sirkulkasi darah, diabetes diseases which the priority are heart
mellitus, dan penyakit-penyakit lainnya. disease and disturbance in blood

36
circulation, diabetes mellitus, and
other kinds of disease.

2. Sasaran 2. Target
a. Persentase desa yang mencapai a. The percentage of rural that achieve
Universal Child Imunization (UCI) Universal Child Immunization
menjadi di atas 80%. (UCI) become over 80%.
b. Meningkatnya Angka Penemuan b. Increasing of Case Detection Rate
Penderita (Case Detection Rate) of TB disease by 70% and Cure
penyakit TB menjadi 70% dan angka Rate of TB become over 85%
keberhasilan pengobatan (Cure c. Increasing of the detection rate of
Rate) TB menjadi di atas 85% Acute Flaccid Paralysis (AFP)
c. Meningkatnya Angka become 2/100.000 for child that
PenemuanAcute Flaccid Paralysis under 15 years old
(AFP) menjadi 2/100.000 anak usia d. Increasing of Dengue Hemorrhagic
kurang dari 15 tahun Fever (DHF) sufferer treated by
d. Meningkatnya penderita Demam 80%
Berdarah Dengue (DBD) yang e. Increasing of the malaria sufferer
ditangani menjadi 80% cured by 100%
e. Meningkatnya penderita Malaria f. Decreasing of Case Fatality Rate
yang diobati menjadi 100% CFR) of diarrhea at outbreak time
f. Menurunnya Case Fatality Rate by 1.2%
(CFR) Diare pada saat Kejadian g. Increasing of the HIV/AIDS
Luar Biasa (KLB) 1,2% sufferers to get ART treatment by
g. Meningkatnya ODHA (Orang 100%
Dengan HIV/AIDS) mendapat
pengobatan ART menjadi 100%

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. The Main Activity & The Indicative
Activity

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and the indicative
progaram ini meliputi : activity in the program as follow:
1. Peningkatan imunisasi 1. The immunization improvement
2. Pencegahan dan pemberatasan 2. The prevention and the
penyakit malaria extermination of malaria
3. Pencegahan dan pemberatsan 3. The prevention and the

37
penyakit DBD extermination of the DHF
4. Pencegahan dan Pemberatasan 4. The prevention and the
penyakit TBC extermination of the TBC
5. Pencegahan dan Pemberatasan 5. The prevention and the
penyakit IMS (Infeksi Menular extermination of the STI (sexual
Seksual)/Penyakit Menular Seksual transmitted infection)/sexual
(PMS). transmitted diseases (STD)
6. Pencegahan dan Pemberantasan 6. The prevention and the
penyakit diare extermination of the diarrhea/
7. Pencegahan dan Pemberatasan gastroenteritis
penyakit ISPA/Pneunomia 7. The prevention and the
8. Peningkatan Surveilens Epidemologi extermination of the ARI/
dan Penanggulangan Wabah/KLB Pneumonia
9. Pencegahan dan Pemberatasan 8. The improvement of the
penyakit degeneratif Surveillance Epidemiology and
the controlling of epidemic/
outbreak
9. The prevention as well as the
extermination of the degenerative

3.3.8 Farmasi dan Makanan 3.3.8 The Pharmacy and The Food
1. Tujuan Program 1. The Purpose of the Program
Tujuan Program adalah melindungi The purpose of this program is
masyarakat dari penyalahgunaan guarding the public community in
pemakaian sedíaan farmasi dan alat- transgression of using the pharmacy
alat kesehatan, serta produk makanan facilities as well as others necessary
dan minuman yang beredar di health equipments, also the food and
masyarakat, sarana kefarmasian, serta beverages that distributed in the
pelayanan swasta lainnya. market, the pharmacies facilities, also
other necessary private sector
services.

2. Sasaran 2. The goal


a. Ketersediaan obat esensial generik a. The generic essential facility of
di sarana pelayanan kesehatan health services has become 90%
menjadi 90% b. The generic essential medical

38
b. Anggaran obat esensial generik di budget in public sector is equaled
sektor Publik setara 2 to 2 of USD/capita/yearly
USD/kapita/tahun

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. The main activity & The indicative
activity

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and the indicative
program ini meliputi : activity in the program as follow:
a. Peningkatan Penyediaan obat a. The improvement of an essential
pelayanan dasar medical services facilities
b. Peningkatan pengawasan b. The improvement of distribution
peredaran dan pemakaian sediaan security and exploited the
farmasi, obat-obatan, obat pharmacy facility, medicals,
tradisional, alat kesehatan serta traditional medicinal, the health
makanan dan minuman equipment also food and
beverages

3.3.9 Sumber Daya Kesehatan 3.3.9 The Health Resources


1. Tujuan Program 1. The Program Goal
Tujuan program adalah meningkatkan The program goal has to progress and
jumlah, mutu, dan penyebaran tenaga develop the quantity, quality, and
kesehatan sesuai dengan kebutuhan supplying of health expertise as
pembangunan kesehatan. required in Health Development.

2. Sasaran 2. The goal


a. Tenaga Bidan dan Perawat a. The midwife and nurses need to
ditingkatkan pendidikannya minimal be raised in minimal D3 education
strata D3 background.
b. Pengiriman tugas belajar S1 dan S2 b. The delivering of S1 and S2 task
berbagai jurusan sesuai kebutuhan in varieties of field as required.
c. Pendidikan dan Pelatihan Teknis c. The Education and Technique
dan Manajemen Training as well as Management.
d. Penempatan tenaga kesehatan d. The placement of strategy health
strategis ke fasilitas kesehatan yang expertise to the health facility as
membutuhkan required.

39
3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. The main activity and The Indicative
activity

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and the indicative
progaram ini meliputi : activity in the program as follow:
a. Perencanaan kebutuhan tenaga a. The planning and the health
kesehatan expertise needs.
b. Peningkatan ketrampilan dan b. The improvement of skill and the
profesionalisme tenaga kesehatan health professional expertise.
c. Pendidikan tenaga kesehatan dan c. The health expertise education
pelatihan tenaga kesehatan and training.
d. Pembinaan tenaga kesehatan d. The health expertise guiding
termasuk pengembangan karir included the career development
tenaga kesehatan dan PNS of health expertise as well as
government officers

3.3.10 Kebijakan dan Manajemen 3.3.10 The Management and Policy


1. Tujuan Program 1. The Program goal
Tujuan program hádala The program goal has to develop and
mengembangkan kebijakan dan extend the policy as well as
manajemen pembangunan kesehatan management of health development
guna mendukung penyelenggaraan subsequently to maintain the health
sistem kesehatan guna mendukung organization system in the region as
penyelenggaraan sistem kesehatan well as national health system.
daerah dan sistem kesehatan nasional.

2. Sasaran 2. The goal


a. Tersusunnya Rencana Strategis a. The strategic plan is arranged
b. Tersusunnya Rencana Kerja (Renja) b. The working plan and Plan of action
dan Rencana Kerja dan Angaran and budgeting are arranged
(RKA). c. The health profile is arranged
c. Tersusunnya Profil Kesehatan d. The Government Institution
d. Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Performance Accountability Report is
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) arranged
e. Tersusun dan tersosialisasinya e. The health sector of regulation is
regulasi sektor kesehatan arranged and socialized
f. Terwujudnya koordinasi jajaran f. The coordination on the health level in

40
kesehatan di berbagai tingkatan. varieties of stage is organized

3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. The Main Activity and the Indicative
Activity

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif The main activity and the indicative
program ini meliputi : activity in this program as follow:
a. Penyusunan perencanaan dan a. The arrangement of planning and
penganggaran pembangunan health development budgeting.
kesehatan b. The development of health
b. Pengembangan sistem informasi information system (HIS)
kesehatan (SIK) c. To assist and effort the
c. Peningkatan jaminan pembiayaan enlargement of costing guaranteed
kesehatan masyarakat secara especially for poverty community.
kapitasi dan pra upaya terutama
bagi penduduk miskin yang
berkelanjutan.

3.3.11 Penelitian dan Pengembangan 3.3.11 Research and Development


1. Tujuan Program 1. The Program Goal
Tujuan progaram ini adalah untuk The program goal has to improve the
meningkatkan penelitian dan research and development of
pengembangan ilmu pengetahuan dan knowledge as well as health
teknologi kesehatan sebagai masukan technology as a preparation to
dalam perumusan kebijakan dan construct the policy and health
program pembangunan kesehatan. development program.
2. Sasaran 2. The goal
Terlaksananya survei kesehatan daerah The Regional Health Survey is
sesuai kebutuhan implemented as required
3. Kegiatan Pokok & Kegiatan Indikatif 3. The Main Activity and the Indicative
Activity

a. Penelitian dan pengembangan a. The research and development


b. Pengembangan tenaga, sarana dan b. The development of expertise,
prasarana penelitian facility and infrastructure of
c. Penyebarluasan dan pemanfatan research
hasil penelitian dan pengembangan c. The enlargement and the
kesehatan. utilization of research outcome as
well as health development.

41
42
BAB 4
PENCAPAIAN ROGRAM KESEHATAN
HEALTH PROGRAM ACHIEVEMENT

Untuk mengukur keberhasilan To measure the achievement of


pembangunan kesehatan diperlukan health program needed indicators.
indikator-indikator. Indikator bidang Indicator that can used in health sector
kesehatan yang digunakan meliputi : 1) such as: 1) Health Degree as Final
Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Result Indicator, consist of indicator for
Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator mortality, morbidity, and nutrition status;
untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi; 2) Interval Variable Indicator, consist of
2) Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indicator for environment condition, life
indikator-indikator untuk Keadaan style, access and quality of health
Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan services; and 3) Process and Input
Mutu Pelayanan Kesehatan; serta 3) Indicator, consist of indicator for health
Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri services, health resources, health
atas indikator-indikator untuk Pelayanan management, and contribution of link
Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, sector.
Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi
Sektor Terkait.

4.1 Derajat Kesehatan 4.1. Health Status

Derajat kesehatan dapat dilihat dari Health status could be seen on


unsur kualitas hidup serta unsur-unsur quality of life and mortality elements
mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu include the influence factors as morbidity
morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas and nutrition status. For quality of life,
hidup, yang digunakan sebagai indikator indicators that used are life expectancy
adalah Angka Harapan Hidup Waktu Lahir at birth (Lo). Meanwhile for morbidity had
(Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah taken agreement by using three
disepakati tiga indikator, yaitu : Angka indicators, they are : Infant Mortality Rate
Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran (IMR) per 1,000 live births, Under Five
Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per- Child Mortality Rate per 1,000 live births,
1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu Maternal Mortality Rate (MMR) per
Melahirkan per 100.000 Kelahiran Hidup . 100,000 live births.
Untuk morbiditas indikator yang digunakan For morbidity, indicators that used are

42
adalah Angka Kesakitan Malaria per-1000 malaria morbidity rate per 1,000
penduduk, Angka Kesembuhan Penderita population, number of recovery
TB Paru BTA(+), Prevalensi HIV Pulmonary Tb, HIV prevalence
(Presentase Kasus terhadap Penduduk (percentage of cases against risk
Beresiko), Angka Acute Flaccid Paralysis population), acute flaccid paralysis (AFP)
(AFP) pada Anak Usia < 15 tahun per rate on children < 15 years old per
100.000 Anak, Angka Kesakitan Demam 100,000 children, Dengue Hemorrhagic
Berdarah Dengue (DBD) per - 100.000 Fever (DHF) per 100,000 population.
Penduduk. Sementara untuk penilaian Meanwhile for nutrition status evaluation,
status gizi, indikator yang digunakan adalah by using indicators percentage of under-
Persentase Balita dengan Gizi Buruk, fives child with poor nutrition, Percentage
Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. of subs district free from lack nutrition.
Program-program pembangunan Health development programs that
kesehatan yang dilaksanakan implemented have to increase and
mengutamakan upaya peningkatan dan maintain health also observe availability
pemeliharaan kesehatan serta of health resources on the future,
memperhatikan ketersediaan sumber daya therefore the implementation of health
kesehatan di masa yang akan datang, oleh programs should integrated with the
sebab itu pelaksanaan program-program development of other relevance sectors
kesehatan dilakukan secara terpadu dengan and society active participation.
pembangunan sektor lain yang terkait serta
dengan partisipasi aktif masyarakat.
Sebagaimana disebutkan oleh H.L. As H.L. Bloom said that health
Bloom, bahwa derajat kesehatan itu status influenced by environmental
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, factors (physics, biology, economic,
biologi, ekonomi, sosial budaya), perilaku, social and culture), behaviour, health
pelayanan kesehatan, dan keturunan, maka services, and genetic so health efforts
upaya-upaya kesehatan yang dilakukan which implemented were programs that
adalah program-program yang gave directions so that the fourth factors
mengarahkan agar keempat faktor tersebut be synergism and together to increase
dapat bersinergi untuk secara bersama- health status of society.
sama meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Untuk menggambarkan derajat To describe health status of society
kesehatan masyarakat Provinsi Kepulauan of Kepulauan Riau Province, the
Riau berikut ini dipaparkan situasi following explanation is about mortality,
mortalitas, morbiditas, dan status gizi morbidity, and nutrition status of society.

43
masyarakat.

4.1 Mortalitas 4.1 Mortality

Mortalitas atau kematian merupakan Mortality or death is one of three


salah satu dari tiga komponen demografi components of demography besides
selain fertilitas dan migrasi, yang dapat fertility and migration that able to influent
mempengaruhi jumlah dan komposisi umur number and composition of population
penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia age. World Health Organization (WHO)
(WHO) mendefinisikan kematian sebagai defines mortality is an event when all
suatu peristiwa menghilangnya semua signs of life disappear permanently, that
tanda-tanda kehidupan secara permanen, could happen every time after live births.
yang bisa terjadi setiap saat setelah Mortality case mainly in big size is
kelahiran hidup. Kasus kematian terutama related to social problem, economic, and
dalam jumlah banyak berkaitan dengan culture and even about environment
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat health. Mortality indicator use to monitor
maupun masalah kesehatan lingkungan. both central and local government
Indikator kematian berguna untuk performance to increase welfare of
memonitor kinerja pemerintah pusat society.
maupun lokal dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kematian dewasa umumnya Adult mortality generally caused by
disebabkan karena penyakit menular, communicable diseases, degenerative
penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya diseases, accident or high risk life style
hidup yang beresiko terhadap kematian. to mortality. Infant mortality and under
Kematian bayi dan balita umumnya five generally caused by acute
disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan respiratory infection and diarrhea. Poor
bagian akut (ISPA) dan diare. Faktor gizi nutrition causes children susceptible to
buruk juga menyebabkan anak-anak rentan communicable diseases, until easy to get
terhadap penyakit menular, sehingga infection and the result high mortality for
mudah terinfeksi dan menyebabkan infant and under five in some area.
tingginya kematian bayi dan balita di suatu
daerah.
Faktor sosial ekonomi seperti Economic social factors as
pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan knowledge about health, nutrition and
kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai- environment, religion, values, and
nilai, dan kemiskinan merupakan faktor poverty are individual factor and family,

44
individu dan keluarga, mempengaruhi which influent to community mortality
mortalitas dalam masyarakat (Budi Oetomo, (Budi Oetomo, 1985).
1985).
Angka kematian dapat digunakan Mortality rate can be used as an
sebagai salah satu indikator dalam penilaian indicator to evaluate the successful of
keberhasilan pelayanan kesehatan serta health services and also to describe
menggambarkan perkembangan derajat community health status development.
kesehatan masyarakat. Berikut yang akan Below can be seen explanation of Infant
dijabarkan meliputi angka kematian bayi Mortality Rate (IMR), Five Under
(AKB), angka kematian balita (AKABA), dan Mortality Rate, and Maternal Mortality
angka kematian ibu maternal. Rate (MMR).

4.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 4.1.1 Infant Mortality Rate (MMR)

Banyak faktor yang dikaitkan dengan Many factors can be related to


kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi infant mortality. Mainly, from its causes
penyebabnya, kematian bayi ada dua side, there are two types of infant
macam yaitu endogen dan eksogen. mortality, are endogen and exogenous.
Kematian bayi endogen atau yang umum Endogen infant mortality or commonly
disebut dengan kematian neonatal yaitu called neonatal mortality is the infant
kematian bayi yang terjadi pada bulan mortality that occurred at first month after
pertama setelah dilahirkan. Umumnya live births. Generally caused by factors
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa that brought since the baby was born,
anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang which got from it parents on conception
tuanya pada saat konsepsi atau didapat or pregnancy time. Exogenous infant
selama kehamilan. Kematian bayi eksogen mortality or post neo-natal mortality is
atau kematian post neo-natal adalah the infant mortality that occurs one
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu month till near to one year caused by
bulan sampai menjelang usia satu tahun influence from outer environment.
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi dapat Infant mortality rate can be used to
digunakan untuk menggambarkan keadaan description of community economic
sosial ekonomi masyarakat. Juga dapat social. Even to develop health planning,
dapat digunakan untuk pengembangan it has different programs and activities
perencanaan misalnya adalah berbeda between neonatal mortality and other
program dan kegiatan antara kematian neo- infant mortality. Because of neonatal

45
natal dan kematian bayi yang lain. Karena mortality caused by endogen factor
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor related to pregnancy therefore programs
endogen yang berhubungan dengan have aim to reduce neonatal mortality
kehamilan maka program-program untuk rate should relevantly to pregnant
mengurangi angka kematian neo-natal women health services, as giving Fe
adalah yang bersangkutan dengan program tablet program and anti tetanus injection.
pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya
program pemberian pil besi dan suntikan
anti tetanus.
Secara nasional angka kematian bayi Nationally, infant mortality rate had
telah banyak mengalami penurunan yang decreased significantly. If in 1995, IMR
cukup besar. Pada tahun 1995 AKB was around 55 per 1.000 live births; less
diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran again became 52 in 1997 and 44 per
hidup, kemudian turun menjadi 52 pada 1.000 live births in 2000. IMR based on
tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per National Health Survey (Surkesnas) and
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. National Social-economic Survey
AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas (Susenas) consecutively 50 per 1.000 in
berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 2001 and 45 per 1,000 live births in
per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002. Meanwhile IMR based on
2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia Demography and Health
Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002- Survey (SDKI) in 2002-2003 there was a
2003 terjadi penurunan yang cukup besar, big decreasing, became 35 per 1,000
yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup live births. National Human Development
pada tahun 2002-2003. Laporan Report mentioned that IMR in 2002 was
Pengembangan Pembangunan Manusia 43.5 per 1,000 live births.
tahun 2004 menyebutkan AKB tahun 2002
sebesar 43,5 per 1.000 kelahiran hidup.
Dalam hal kematian, Indonesia About mortality, Indonesia had
mempunyai komitmen untuk mencapai commitment to achieve the target of
sasaran Millenium Development Goals Millennium Development Goals (MDGs)
(MDGs) untuk menurunkan Angka Kematian by decreasing child mortality rate as
Anak sebesar dua per tiga dari angka di much two third of in 1990 or become 20
tahun 1990 atau menjadi 20 per 1000 per 1,000 baby birth in 2015. To achieve
kelahiran bayi pada tahun 2015. Untuk this goal needed serious effort from
mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang various relevance sectors; include
sungguh-sungguh dari berbagai instansi central government, local NGO and
terkait, mulai dari pemerintah baik pusat general community.

46
maupun daerah, LSM dan masyarakat pada
umumnya.
Gambaran perkembangan estimasi Description about estimation of
AKB secara nasional dari beberapa sumber National IMR development from various
dapat dilihat pada tabel berikut: sources can be seen in the table below :

Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup


Menurut SUPAS, SUSENAS, dan SDKI di Indonesia Tahun
Tabel 1995 s.d 2003
4.1 :
Table Estimated Infant Mortality Rate per 1,000 Live births Based on
SUPAS (Intercensal Population Survey), SUSENAS, and SDKI in
Indonesia Year of 1995 – 2003

Estimasi Estimasi
Tahun SDKI
SUPAS SUSENAS
Year Estimation of Estimation of SDKI
SUPAS SUSENAS
1995 55 56 -
1996 54 - -
1997 52 - 52
1998 50 49 -
1999 44 - -
2000 47 - -
2001 - 50 -
2002 - 45 35
2003 - - 35
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia, 2003
Source: Indonesia Health Profile, 2003

47
Jumlah kelahiran di Provinsi Number of giving birth in Kepulauan
Kepulauan Riau tahun 2006 sebanyak Riau Province on 2006 was 24,234
24.234 kelahiran dimana 188 diantaranya where 188 was still birth. From 24,055
merupakan lahir mati. Dari 24.055 kelahiran live births reported 172 babies was
hidup dilaporkan bahwa sebanyak 172 bayi death. If converse directly by using the
meninggal. Jika dikonversikan secara formula of IMR found IMR of Kepulauan
langsung dengan penghitungan angka Riau aroud 7.2 per 1,000 live births. This
kematian bayi dapat diketahui gambaran figure shows that Kepulauan Riau was
angka kematian bayi di Provinsi kepulauan higher than national target 40 per 1,000
Riau pada tahun 2006 sebesar 7,2 per on 2010. Yet that this figure source only
1.000 kelahiran hidup. Angka ini tentunya from death reported data, therefore
sangat menggembirakan karena sudah jauh couldn’t to describe the real. Supposed
di bawah target tahun 2010 yaitu 40 per that IMR is higher than reported.
1.000 kelahiran hidup. Namun mengingat Distribution of IMR by city/district in
angka ini baru hanya dari data angka Kepulauan Riau Province Year 2006
kematian yang dilaporkan tentunya belum shown on annex table 6 and figure 4.1
menggambarkan keadaan yang as ollow:
sesungguhnya. Kemungkinan angka
kematian bayi lebih besar dari angka yang
dilaporkan. Distribusi jumlah kematian bayi
menurut kabupaten/kota Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran
tabel 6 dan gambar 4.1 berikut :

48
Distribusi Jumlah Kematian Bayi Menurut
Gambar Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
4.1 :
Figure Distribution of IMR by City/District in Kepulauan Riau
Province Year of 2006

18.00 16.42

16.00
ANGKA KEMATIAN BAYI (per 1.000 KH)

14.00
12.44
Infant Mortality Rate (per 1,000 LB)

12.00

10.00

7.37 7.15
8.00

6.00

3.40
4.00

0.92
2.00
0.00

0.00
Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Tanjungpinang Provinsi
KABUPATEN/KOTA
District/City

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006


Source : Health Profile of District/City Kepulauan Riau Province Year of 2006

Penyebab kematian bayi di Provinsi Most of infant mortality in


Kepulauan Riau tahun 2006 paling banyak Kepulauan Riau Province year 2006
disebabkan oleh kejadian bayi baru lahir caused by low birth weight baby (LBWB)
rendah (BBLR) sebesar 67,21%, kemudian as much 67.21%, then caused by
disebabkan oleh aspeksia, infeksi, dan asphyxia, infection, and other with
sebab lain dengan indikasi tidak diketahui. unknown indication. High frequency of
Tingginya angka kejadian BBLR ini perlu LBWB need attention especially for
mendapat perhatian khususnya program- programs and activities related to
program dan kegiatan yang berkaitan pregnant women. For more complete
dengan kesehatan ibu hamil. Data lebih data can seen in the figure 4.2 as
lengkap dapat dilihat pada gambar 4.2. following:
berikut :

49
Faktor-Faktor Penyebab Kematian Bayi Berdasarkan
Kematian yang Dilaporkan Provinsi Kepulauan Riau
Gambar
4.2 : Tahun 2006
Figure
Causes of Infant Death Based on Reported Death Kepulauan
Riau Province Year 2006

Aspeksia/ aspectia Infeksi /infection


16.39% 0.55%
Lain-lain /others
15.85%

BBLR/ LBWB
67.21%

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga, Dinkes Prov.Kepri, 2007


Source : Section of Health Family, Provincial Health Office of Kepri, 2007

4.1.2 Angka Kematian Balita (AKABA) 4.1.2 Under-fives Mortality Rate


(U-5 MR)

Angka Kematian Balita adalah Underfive mortality rate is number


jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun of 0-4 year child death for one year
selama satu tahun tertentu per 1.000 anak certainly per 1,000 same age children in
umur yang sama pada pertengahan tahun that middle of that year. Underfive
itu (termasuk kematian bayi). Angka mortality rate can be used to develop
Kematian Balita dapat berguna untuk immunization program as well as
mengembangkan program imunisasi, serta prevention of infection programs
program-program pencegahan penyakit especially for child, illumination program
menular terutama pada anak-anak, program of nutrition and healthy food giving for
penyuluhan tentang gizi dan pemberian underfive years.
makanan sehat untuk anak dibawah usia 5
tahun.

50
Hasil SDKI menyatakan bahwa SDKI result declared that National
AKABA Nasional pada tahun 2002-2003 U-5 MR for 2002-2003 had decreased
telah turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran became 46 per 1,000 live births. Bali
hidup. Provinsi dengan AKABA terendah Province was the lowest (19 per 1,000
adalah Provinsi Bali (19 per 1.000 Kelahiran live births), meanwhile Nusa Tenggara
hidup). Sedangkan AKABA tertinggi adalah Barat is the highest (103 per 1,000 live
di Provinsi Nusa Tenggara Barat (103 per births). Description of U-5 MR trend on
1.000 kelahiran hidup). Gambaran 1995-2003 in Indonesia shown in the
perkembangan AKABA pada tahun 1995– table as following :
2003 di Indonesia disajikan pada tabel
berikut:

Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup di


Tabel Indonesia Tahun 1995 – 2003
4.2 : Underfive Mortality Rate (U-5 MR)per 1,000 Live births in
Table
Indonesia Year of 1995-2003

Estimasi SUPAS 1995


Estimasi SDKI
Estimation of SUPAS 1995
Tahun SUSENAS 2002-2003
Laki-laki +
Year Laki-Laki Perempuan SUSENAS SDKI
Perempuan
Boy Girl
Boy + Girl
Estimation 2002-2003
1995 - - 75(a) 73 -
1998 71,36 57,61 64,28 64 -
1999 66,44 53,05 59,55 - -
2000 50,77 39,00 44,71 - -
2001 - - - 64 -
2002-
- - - - 46
2003

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2003


(a)
Profil Kesehatan Indonesia 2001
Source : Indonesia Health Profile 2003
(a)
Indonesia Health Profile 2001

51
Hasil survei yang dilakukan pada Result of survey held on SKRT
SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tentang 1995 and Surkesda 2001 about the main
penyebab utama kematian Balita cause of U-5 mortality shown that
menunjukkan bahwa penyakit infeksi infection disease is the most case. On
merupakan penyebab kematian yang 2001, found that the most U-5 mortality
terbanyak. Pada tahun 2001, kematian caused by pneumonia (4.6 per 1,000
Balita yang tertinggi disebabkan oleh under five children). Description of the
Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita), disusul main causes of U-5 mortality shown on
oleh kematian akibat diare (2,3 per 1.000 the table below :
Balita). Gambaran penyebab utama
kematian Balita disajikan dalam tabel
berikut :

Distribusi Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di


Tabel Indonesia Hasil SKRT 1995 dan SURKESNAS 2001
4.3 :
Table Distribution of Diseases Pattern Underfive Death Caution in
Indonesia Based on SKRT 1995 and Surkesnas 2001
SKRT 1995 /HHS 1995 SURKESNAS 2001 /NHS 2001
Jenis Penyakit / Diseases % Jenis Penyakit / Diseases %
1.Gangguan system
30,8 % 1. Sistem Pernafasan (Pneumonia) / 22,8%
pernafasan / Respiratory
Respiratory System (Pneumonia)
System Disorder
2. Gangguan Perinatal / 21,6 % 2. Diare / Diarrhea 13,2%
Perinatal Disorder
3. Diare / Diarrhea 15,3% 3. Saraf /Nerves 11,8%
4. Infeksi dan Parasit lain / 6,3% 4. Tifus / Typhoid 11,0%
Infection and other parasite
5. Saraf / Nerves 5,5% 5. Sistem Pencernaan / Digestion 5,9%
System
6. Tetanus / Tetanus 3,6% 6. Infeksi lain / Other Infection 5,1%

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004


Source : Indonesia Health Profile 2004

52
Berdasarkan data Profil Kesehatan Based on District/City Health Profile
Kabupaten/Kota diketahui AKABA Provinsi known that U-5 MR of Kepulauan Riau
Kepulauan Riau tahun 2006 sebesar 3,66 Province year 2006 is 3.66 per 1,000 live
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini births. This figure shows that U-5 MR in
menunjukkan bahwa AKABA Kepulauan Kepulauan Riau Province is far from the
Riau sudah jauh melebihi indikator target of Indicator Healthy Indonesia
Indonesia Sehat 2010 yaitu dengan target 2010 which national target 58 per 1,000
Nasional 58 per 1.000 kelahiran hidup. live births.

4.1.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) 4.1.3 Maternal Mortality Rate (MMR)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah Maternal mortality rate (MMR) is
banyaknya kematian perempuan pada saat number of women death while pregnant
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi or for 42 days since pregnancy
kehamilan tanpa memandang lama dan termination without look up duration and
tempat persalinan, yang disebabkan karena delivery place, that caused by her
kehamilannya atau pengelolaannya, dan pregnancy or maintenance, and not
bukan karena sebab-sebab lain, per caused by other things per 100,000 live
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian births. MMR use for describe level of
Ibu Maternal berguna untuk healthy live behaviour, nutrition status
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku and maternal health, environmental
hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, health condition, health service access
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat especially for pregnant women,
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu delivering and parturition time. MMR is
hamil, ibu waktu melahirkan dan masa nifas. hard to be counted, it’s need a large
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung sample. Until now MMR be obtained
AKI dibutuhkan sampel yang besar. Angka limited through a survey such as
Kematian Ibu sampai saat ini baru diperoleh research and reporting on 12 educational
dari survei-survei terbatas seperti penelitian hospitals (1977-1980) found MMR 370
dan pencatatan pada 12 RS pendidikan per 100,000 live births. Research by
(1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.000 UNPAD at Ujung Berung (1978-1980),
kelahiran hidup. Penelitian oleh UNPAD di MMR 170 and Sukabumi District year
Ujung Berung (1978-1980), AKI 170 dan di 1982 was 450, then SKRT result on
Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 1980 was 150 per 100,000 live births.
450, kemudian hasil SKRT 1980 adalah 150 This result is relative low because the
per 100.000 kelahiran hidup. Hasil ini relatif survey didn’t cover all provinces. On
rendah karena survei tidak mencakup SKRT 1992, MMR was 425 per 100,000

53
semua propinsi. Menurut hasil SKRT tahun live births, SDKI 1994 shown MMR was
1992 angka kematian ibu sebesar 425 per 390 per 100,000 live births. Meanwhile
100.000 kelahiran hidup, hasil Survei SKRT on 1995 found MMR was 373 per
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 100,000 live births.
tahun 1994 menunjukkan angka 390 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada
hasil SKRT 1995 angka kematian ibu
Maternal sebesar 373 per 100.000 kelahiran
hidup.
Tingginya kematian ibu merupakan Highly maternal mortality is a
cerminan dari ketidaktahuan masyarakat reflection lack of knowledge community
mengenai pentingnya perawatan ibu hamil about the importance of pregnant woman
dan pencegahan terjadinya komplikasi care and pregnancy complication
kehamilan. Informasi mengenai tingginya prevention. MMR information can be
MMR akan bermanfaat untuk used to develop reproduction health
pengembangan program peningkatan program, specifically for pregnancy
kesehatan reproduksi, terutama pelayanan services and making pregnancy safer,
kehamilan dan membuat kehamilan yang increasing of delivery by health
aman bebas risiko tinggi (making pregnancy manpower program, preparing referral
safer), program peningkatan jumlah system to pregnancy complication care,
kelahiran yang dibantu oleh tenaga preparing family and alert husband for
kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam giving birth, where the purpose of all
penanganan komplikasi kehamilan, these efforts reducing MMR and
penyiapan keluarga dan suami siaga dalam increasing reproduction health.
menyongsong kelahiran, yang semuanya
bertujuan untuk mengurangi Angka
Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
Untuk melihat kecenderungan AKI di Report of Household Health Survey
Indonesia secara konsisten, digunakan data can be used to consistently look at the
dari hasil SKRT. Menurut SKRT, AKI tendency of MMR in Indonesia.
menurun dari 450 per 100.000 kelahiran According to Household Health Survey,
hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per MMR decreased from 450 per 100,000
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, live births in 1986 to 425 per 100,000 live
kemudian menurun lagi menjadi 373 per births in 1992, and then kept on
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. decreasing to 373 per 100,000 live births

54
Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei in 1995. In Household Health Survey
AKI. Dari hasil SDKI, pada tahun 2002-2003 2001, there was no MMR survey. In
AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran 2002-2003, MMR was 307 per 100,000
hidup. Hal ini menunjukkan AKI cenderung live births by Indonesian Demographic
terus menurun. Gambaran penurunan and Health Survey report. It shows that
Angka Kematian Ibu secara nasional dapat MMR has a tendency to keep on
dilihat pada tabel berikut : decreasing. Description decreasing of
National MMR presented in the following
table.

Angka Kematian Ibu Maternal (per 100.000 Kelahiran Hidup)


Hasil SDKI dan SKRT Tahun 1982-2003
Tabel
4.4 : Maternal Mortality Rate (per 100,000 Live Births) By Indonesia
Table Demographic and Health Survey (IDHS) and Household Health
Survey (HHS), 1982 – 2003

Jenis penelitian/Survei Tahun Perkiraan AKI


Kind of Research / survey Year MMR Estimation
SDKI 1982 450
SKRT 1986 450
SKRT 1992 425
SDKI 1994 390
SKRT 1995 373
SDKI 1997 334
SDKI 2002-2003 307

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004


Source : Indonesia Health Profile 2004

55
Jumlah kematian kematian ibu Number of maternal mortality in
maternal (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas) Kepulauan Riau Province in 2006 was
di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 26 persons where the most cases found
2006 sebanyak 26 orang dengan jumlah ibu in Natuna District with 10 persons. By
maternal meninggal terbanyak terdapat di conversing in MMR formula found MMR
Kabupaten Natuna yaitu sebanyak 10 in Kepulauan Riau Province in 2006 was
orang. Jika dikonversikan dalam rumus 108 per 100,000 live births. This figure
penghitungan MMR, maka diperoleh bahwa shows MMR decrease year by year, and
angka kematian ibu maternal di Provinsi also shows that MMR in Kepulauan Riau
Kepulauan Riau tahun 2006 yaitu 108 per Province was far less than national
100.000 KH. Angka ini menunjukkan target 2010 as 150 per 100,000 live
adanya penurunan angka kematian ibu births. However, it still need high concern
maternal dari tahun ke tahun, dan angka ini remembering that the data source just
juga menunjukkan bahwa AKI Kepulauan through reported death.
Riau sudah jauh di bawah target Indonesia
Sehat 2010 yang ditargetkan sebesar 150
per 100.000 KH. Namun masih tetap perlu
perhatian serius mengingat data yang ada
hanya berdasarkan angka kematian yang
dilaporkan. Maternal mortality tragedy didn’t
Tragedi kematian ibu tidak perlu need happen because more than 80% of
terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu maternal mortality preventable through
sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan effective activities, such as pregnancy
yang efektif, seperti pemeriksaan examination, well nutrition feeding,
kehamilan, pemberian gizi yang memadai, delivery by health manpower in health
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan facilities. About the cause of the death,
dan bersalin di sarana kesehatan. Mengenai through various researches found that
penyebab kematian, dari berbagai penelitian almost 90% caused by bleeding,
diketahui bahwa sekitar 90% kematian ibu gravidarum toxemia, infection, lately
disebabkan oleh pendarahan, teksemia partum and abortus complication. The
gravidarum, infeksi, partus lama dan most cases occurred at the time of
komplikasi abortus. Kematian ini paling delivery which actually can be avoided.
banyak terjadi pada masa sekitar persalinan
yang sebenarnya dapat dicegah. Antenatal service coverage can be
Cakupan pelayanan antenatal dapat observed through new visit of pregnant
dipantau melalui pelayanan kunjungan baru women (K1) and fourth visit. Standard of

56
ibu hamil (K1) dan kunjungan keempat (K4). pregnant woman service at least four
Pelayanan ibu hamil sesuai standard paling times with distribution once at first
sedikit empat kali dengan distribusi sekali quarter, once at second quarter and
pada triwulan pertama, sekali pada triwulan twice at third quarter (K4). In 2006, K1
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga coverage in Kepulauan Riau Province
(K4). Pada tahun 2006, cakupan K1 di around 95% and K4 coverage around
Provinsi Kepulauan Riau berkisar 95% dan 87%. The lowest K4 coverage found in
cakupan K4 berkisar 87%. Cakupan K4 Natuna District as 50.80% and the
yang terendah terdapat di Kabupaten highest in Batam City as 98.94%.
Natuna yaitu sebesar 50,80% dan yang Averagely K4 coverage in Kepulauan
tertinggi di Kota Batam yaitu sebesar Riau had exceeded national target where
98,94%. Secara rata-rata cakupan K4 national target for K4 coverage in 2006
Kepulauan Riau telah melebihi target was 85%. But various efforts need to be
nasional dimana target cakupan K4 secara increased so that achieve national target
nasional pada tahun 2006 sebesar 85%. 90% in 2010.
Namun berbagai upaya perlu ditingkatkan
lagi agar dapat mencapai target nasional
sebesar 90% pada tahun 2010.
Indikator lain yang dapat Other indicators those can be used
dipergunakan untuk melihat pelayanan to see mother health services are
kesehatan ibu yaitu persalinan ditolong oleh delivery by health manpower and
tenaga kesehatan dan cakupan persentase percentage of pregnant women earn Fe
ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe dan tablet and TT immunization. In 2006,
imunisasi TT. Pada tahun 2006, cakupan coverage of delivery by health manpower
persalinan yang ditolong oleh tenaga reached 87.10% with the highest
kesehatan mencapai 87,10% dengan angka coverage found in Batam City (98.94%),
tertinggi terdapat di Kota Batam (98,94%), while the lowest coverage found in
sementara cakupan terendah terdapat di Lingga District (59.62%). Kepulauan
Kabupaten Lingga (59,62%) dan Kabupaten Riau Province especially Lingga and
Natuna (69,72%). Provinsi Kepulauan Riau Natuna District need more efforts so that
khususnya Kabupaten Lingga dan Natuna able to achieve national target 2010 as
perlu berupaya lebih giat lagi untuk dapat 90%.
mencapai target Nasional 2010 yaitu 90%.
Cakupan persentase ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe tahun 2006 adalah Coverage of pregnant women
Fe1 (82,01%) dan Fe3 (65,14%). Angka ini percentage got Fe tablet in 2006 was

57
masih jauh dari target nasional yaitu Fe1 (82.01%) and Fe3 (65.14%). These
sebesar 90%. Sementara cakupan ibu hamil figures are far from the national target as
yang mendapatkan suntikan tetanus toxoid 90%. Meanwhile coverage of pregnant
(TT) yaitu TT1 sebanyak 60,68% dan TT2 women got TT injection was 60.68% for
sebanyak 54,11%. (lihat lampiran tabel 25) TT1 and 54.11% for TT2. (look at table
Rendahnya cakupan K4 dan annex 25)
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan
di kabupaten Lingga dan Natuna berkaitan Low coverage of K4 and delivery by
erat dengan barrier geografis sehingga health manpower in Lingga and Natuna
masyarakat membutuhkan biaya yang lebih District close related to geography
tinggi untuk dapat mengakses pelayanan barrier brought impact society need more
kesehatan yang terkadang biaya cost to access health service which the
transportasi jauh lebih mahal dibanding cost more expensive than health service
biaya untuk jasa pelayanan kesehatan yang cost their receive. Meanwhile health
diterimanya. Sementara jumlah tenaga manpower that placed and ready to carry
kesehatan yang ditempatkan dan yang out the duty especially in devious area
bersedia ditugaskan khususnya di daerah- were finite.
daerah terpencil masih terbatas.

4.2 Angka Morbiditas (Angka Kesakitan) 4.2 Morbidity Rate (Illness Rate)

Angka kesakitan merupakan salah Morbidity rate is one of the most


satu indikator kesehatan yang paling sensitif health indicators beside mortality rate
di samping angka kematian dan angka and life expectancy. Morbidity rate can
harapan hidup. Angka kesakitan dapat be known through survey, recording and
diketahui baik dari survey, pencatatan dan reporting by health facilities and based
pelaporan sarana kesehatan dan berbasis on society reporting. In the following
laporan masyarakat. Pada tabel berikut table can be seen description/pattern of
dapat dilihat gambaran/pola 10 penyakit ten main diseases of based on health
terbanyak baik berdasarkan kunjungan centre and hospital visits in Kepulauan
puskesmas maupun di rumah sakit Provinsi Riau Province in 2006.
Kepulauan Riau pada tahun 2006.

58
Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan
Tabel Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
4.5 :
Table Pattern of Ten Main Diseases Based On Health Centre Visits
in Kepulauan Riau in 2006

JUMLAH KASUS/
JENIS PENYAKIT/
NO. Number of cases
Diseases
1. ISPA / Acute respiratory infection 99.058
2. Hipertensi / Hypertention 21.712
3. Diare dan GE / Diarrhea and GE 18.264
4. Malaria Klinis / Clinical malariae 11.739
5. Infeksi Kulit / Skin infection) 10.889
6. Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat/ 10.062
Muscular and Tendon Diseases)
7. Penyakit Pulpa dan Jar. Periapikal/ Pulpa and 10.000
periapikal
8. Penyakit Lain Pada Sal. Pernafasan Bagian Atas / 9.220
Other acute respiratory infection
9. Penyakit Kulit Alergi/ Allergy 8.867
10. Gingivitis dan Penyakit Periodental/ Gingivitis and 7.796
periodental
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri
Source : Health Service Sector, Health Department Kepri Province

Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan


Tabel Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
4.6 :
Table Pattern of Ten Main Diseases Based OnHospital Visits in
Kepulauan Riau in 2006

JUMLAH KASUS /
NO. NAMA PENYAKIT / Diseases
Number of Cases
1. ISPA /Acute respiratory infection 55.181
2. Penyakit Gigi dan Mulut /Dental and Oral Diseases 11.672
3. Diare /Diarrehea 6.298
4. Gastritis dan Peny. Saluran Cerna Lainnya / 5.479
Gastritis and other digest by certain infection
diseases
5. Faringitis dan Laringitis / Pharingitis and Lharigitis 4.417
6. Penyakit Mata Non Infeksi / Non-infection Eye 3.525
7. Penyakit Telinga / Ears 3.294
8. Cedera, remuk dan Amputasi / Injury, chrused, and 2.290
amputation)
9. TBC / TBC 2.216
10. Konjungtivitis / Conjungtivity 1.932

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri


Source : Health Service Sector, Provincial Health Department of Kepri

59
Pada tabel di atas baik pola penyakit In the table above both pattern of
di puskesmas maupun di rumah sakit diseases in health centre and hospital
terlihat bahwa saat ini masyarakat show that community bear double
menanggung beban ganda penyakit yaitu burdens are infection disease and
penyakit infeksi dan penyakit degeneratif. degenerative. But infection disease is
Namun penyakit infeksi masih merupakan still the most cases such as acute
penyakit yang paling banyak diderita respiratory infection (the most),
masyarakat seperti ISPA (kasus terbanyak), diarrhea, malaria, and skin disease. It
diare, malaria, dan penyakit kulit. Tingginya indicate that environmental sanitation
kasus penyakit infeksi ini memberikan and personal hygiene. Several of
indikasi buruknya kondisi sanitasi illuminations and health campaign
lingkungan dan higienitas individu. Upaya include forming of model area to make
untuk membudayakan perilaku hidup bersih health live and clean behavior as part
dan sehat (PHBS) terus dilakukan melalui of community life style. Participation of
berbagai penyuluhan dan kampanye all society and link sector will
kesehatan termasuk pembentukan daerah accelerate the forming of good
percontohan. Partisipasi semua masyarakat behavior to encourage and reflect
dan pihak terkait akan mempercepat healthy live. All efforts will run
terciptanya perilaku yang mendukung dan optimally if counterbalanced by
mencerminkan hidup sehat. Semua upaya supporting facilities valuable such as
ini akan tercapai secara optimal jika clean water and society’s excreta
diimbangi dengan ketersediaan sarana disposal and garbage managing
pendukung seperti ketersediaan air bersih system.
dan sistem pengelolaan sampah dan limbah
masyarakat.

4.2.1 Penyakit Menular 4.2.1 Communicable Disease

Penyakit menular masih merupakan Communicable disease is main


jenis penyakit yang dominan diderita disease found in society. The following
masyarakat. Berikut ini akan diuraikan will describe some of them which need
beberapa penyakit menular yang mendapat more serious attentions because
perhatian lebih karena mempunyai dampak having wider impact in community and
yang luas di masyarakat dan juga karena also nationally as well as international

60
adanya komitmen secara nasional dan commitment related with disease
internasional dalam pengendalian penularan spreading control.
penyakit.

4.2.1.1 Malaria 4.2.1.1 Malaria

Kondisi geografis Kepulauan Riau Geographically Kepulauan Riau


dimana sebagian besar wilayahnya where most of this area covered by
merupakan wilayah perairan/rawa-rawa ocean/swamp cause all districts/cities
menyebabkan semua kabupaten/kota di in this area as endemic of malaria. In
wilayah ini merupakan daerah endemis 2006, found 34,931 clinical malaria
malaria. Pada tahun 2006, jumlah kasus cases and 3,708 positive malaria
malaria klinis sebanyak 34.931 dan kasus cases with morbidity rate 26.11 per
malaria positif sebanyak 3.708 kasus 1,000 inhabitants. Spreading of
dengan angka kesakitan 26,11 per 1.000 malaria cases in Kepulauan Riau
penduduk. Persebaran kasus malaria di Province on 2006 can be seen on
Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2006 annex table 11.
dapat dilihat pada lampiran tabel 11.
Di samping karena faktor lingkungan Beside caused of natural
alam, lingkungan buatan manusia seperti environmental factor, artificial
bekas galian tambang yang dibiarkan environment like as openly ex-mining
terbuka akan menjadi tampungan air hujan will rainy catchment area and
dan tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles breeding which as vector of
anopeles yang merupakan vektor this disease spreading. Environmental
penyebaran penyakit ini. Perbaikan sanitasi sanitation repairing able to reduce
lingkungan dapat menekan angka kejadian malaria rate in society.
malaria di masyarakat.
Pada tahun 2006, kejadian malaria In 2006, Outbreak of malaria
menjadi kasus luar biasa (KLB) di occurred in Karimun and Bintan District
Kabupaten Karimun dan Kabupaten Bintan with 556 cases (468 cases in Bintan by
dengan jumlah kasus sebanyak 556 kasus attack rate 19.09 and 88 cases in
(468 kasus di Kabupaten Bintan dengan Karimun District by attack rate 1.48).
attack rate 19,09 dan 88 kasus di There was no victim on this outbreak
Kabupaten Karimun dengan attack rate but threaten 8,394 population. More

61
1,48). Tidak ada korban jiwa pada KLB ini complete data can be seen on annex
namun jumlah penduduk yang terancam table 30.
sebanyak 8.394 jiwa. Data lebih lengkap
dapat dilihat pada lampiran tabel 30.

4.2.1.2 Penyakit TB Paru 4.2.1.2 Pulmonary Tuberculosis (Tb)

Penyakit tuberculosis (TB) adalah Pulmonary tuberculosis (Tb) is a


penyakit infeksi menular yang disebabkan communicable infection disease which
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. is caused by Mycobacterium
Mycobacterium tuberculosis diperkirakan tuberculosis. Mycobacterium
telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia tuberculosis is estimated had infected
(1.9 miliar) dan setiap detik akan a third of world population (1.9 billion)
menularkan pada satu orang lain lagi. Data and every second will spread to one
WHO menunjukkan di dunia Tb membunuh another again. WHO data show that in
satu juta wanita setiap tahunnya atau whole world, Tb kill one million women
sedikitnya dua kali lebih banyak perempuan every year or at least twice more than
meninggal karena Tb daripada kematian women died by delivery or pregnancy.
akibat persalinan atau kehamilan. Tb juga Tb is also as death caution on
merupakan penyebab kematian penting productive ages because most of
pada usia produktif sebab sebagian besar patients and death caused Tb attack
pasien dan kematian akibat Tb terjadi pada 15-64 old group. Meanly Tb patients
golongan umur 15-64 tahun. Rata-rata lost their productivity period around 3-4
pasien Tb kehilangan waktu produktifnya months, mean 20-30% of family’s
sekitar 3-4 bulan, berarti 20-30% revenue lose because Tb.
pendapatan keluarga hilang karena Tb.
Indonesia merupakan negara jumlah Indonesia was the third level with
penderita TB Paru dengan BTA positif the most Tb sufferer after India and
terbanyak ketiga setelah India dan China. China. On 1994, Indonesia cooperated
Pada tahun 1994, Indonesia bekerjasama with WHO doing joint evaluation
dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) (WHO-Indonesia Joint Evaluation) and
untuk melaksanakan evaluasi bersama produced a recommendation that
(WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang pressing necessary to make a basicly
menghasilkan rekomendasi perlunya segera changing on Tb tackling strategy in

62
dilakukan perubahan yang mendasar pada Indonesia that called “DOTS
strategi penanggulangan TB Paru di STRATEGY”. Since 1995 Indonesia
Indonesia yang disebut "STRATEGI DOTS". applied Tb tackling strategy through Tb
Sejak tahun 1995 Indonesia menerapkan treatment by DOTS strategy (Directly
program pemberantasan Tuberculosis Paru Observed Treatment Shortcourse
melalui pengobatan TB Paru dengan Chemotherapy).
Strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy).
Jumlah kasus Tb paru di Kepulauan Number of Tb cases in
Riau selama tahun 2006 tercatat sebanyak Kepulauan Riau as long 2006 reported
4.211 kasus Tb Klinis dan 811 kasus 4,211 Clinical Tb and 811 with BTA
dengan BTA (+), dengan angka (+), recovery rate of BTA(+) around
kesembuhan kasus BTA (+) berkisar 36.24%. This recovery rate is still far
36,24%. Angka kesembuhan ini masih from national target which be expected
sangat jauh dari target nasional dimana 85% on 2010.
angka kesembuhan BTA(+) ditargetkan
mencapai 85% pada tahun 2010.
Dewasa ini penyakit Tb telah bisa Nowadays Tb disease in fact can
disembuhkan dengan baik. Permasalahan be cured completely. The problem
yang sering dijumpai yang menyebabkan most often that cause low recovery
rendahnya cakupan angka kesembuhan rate coverage of BTA (+) is related to
BTA (+) berkaitan dengan status sosial society’s social-economic that impact
ekonomi masyarakat mengakibatkan to low awareness of Tb treatment
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat willing and was worsened by society’s
dalam berobat Tb dan adanya anggapan belief where Tb known as curse
masyarakat bahwa Tb merupakan penyakit disease that incurable. This thing
kutukan yang tidak bisa disembuhkan. Hal brings impact to a sufferer for following
ini membawa dampak seorang penderita treatment not wholly and its result not
dalam menjalankan pengobatan sering maximal. Actually if a sufferer doesn’t
setengah-setengah sehingga hasilnya tidak follow treatment completely until 6
maksimal. Padahal jika seorang menderita months and inconsistent consuming
tidak melakukan pengobatan secara tuntas medicines make Tb microbe will
sampai enam bulan dan tidak konsisten resistant (microbe be immune) and the
dalam mengkonsumsi obat akibatnya sufferer will spread this disease to 10

63
kuman Tb akan menjadi resisten (kuman until 15 other persons. Recently,
menjadi kebal) dan bila tidak disembuhkan spreading of Tb is very fast as the
seorang penderita Tb akan menularkan impact of HIV/AIDS outbreak. For
penyakitnya ke sepuluh sampai lima belas getting completely treatment is needed
orang lainnya. Penularan kuman Tb sangat Medicine Drinking Watcher to aid
cepat saat ini terkait dengan semakin patient discipline in drinking medicine.
merebaknya HIV/ AIDS. Untuk mendukung This person is very important and
pengobatan sampai tuntas perlu Pengawas commonly from closed family.
Minum Obat (PMO) untuk membantu pasien
berdisplin minum obat. PMO ini sangat
diperlukan dan biasanya berasal dari
keluarga terdekat.

4.2.1.3 Penyakit Kusta 4.2.1.3 Leprosy

Penyakit kusta merupakan salah satu Leprosy is one of communicable


penyakit menular yang mendapat perhatian disease that gets serious concern from
serius dari pemerintah. Penyakit kusta government. Leprosy is caused
disebabkan oleh serangan kuman infection of Mycobacterium leprosy. Its
Microbacterium Lepra. Proses penularannya spreading need long time, but curable
berlangsung lama, namun penyakit ini bisa depend on type and earlier discovery.
disembuhkan tergantung dari tipe penyakit Two types of leprosy are Pauci
dan cepatnya penemuan. Ada dua jenis Bacillary (PB) and Multi Bacillary (MB).
penyakit kusta yaitu Paucibacillary (PB) dan PB type need 12 months for taking
Multibacillary (MB). Jenis PB memerlukan cure. If that case was found earlier the
waktu pengobatan 6 bulan sedangkan MB treatment will be easier and faster
memerlukan waktu pengobatan 12 bulan. without physical defect. Leprosy
Bila kasus ditemukan masih dalam keadaan disease arose as the result of the low
dini maka pengobatannya mudah dan concern of community in
sembuh tanpa cacat fisik. Penyakit kusta environmental sanitation. By following
timbul karena masyarakat kurang healthy life style, this disease can be
memperhatikan pentingnya menjaga prevented. Leprosy is curable in each
kebersihan lingkungan. Melalui pola hidup stadium.
sehat, penyakit ini bisa dihindari. Penyakit

64
kusta dapat disembuhkan setiap tahap
penyakit.
Untuk mencapai Eliminasi Kusta dari For reaching Leprosy Elimination
seluruh provinsi pada tahun 2005 dan in 2005 for provinces and 2007/2008
kabupaten pada tahun 2007/2008 di for districts all over Indonesia and also
Indonesia dan untuk mencegah meluasnya to prevent wider spreading of leprosy,
penyakit kusta, telah dilakukan upaya had done actively sufferer detection by
penjaringan penderita secara aktif dengan direct finding case on field. This effort
melakukan pengecekan secara langsung ke in order to all sufferers could be
lapangan. Upaya ini dilakukan agar para detected easier. Nevertheless, leprosy
penderita kusta mudah dideteksi. Namun detection effort actually was hard to be
demikian, upaya mendeteksi penyakit kusta implemented because the high stigma
dirasakan sangat sulit sebab sebagian in community that it is as a curse
besar warga merasa malu karena adanya disease.
anggapan masyarakat bahwa penyakit ini
dinilai sebagai penyakit kutukan.
Secara Nasional, Indonesia telah Nationally, Indonesia has
mencapai Eliminasi Kusta sejak Juni 2000. obtained elimination of leprosy in June
Artinya secara Nasional, angka prevalensi 2000. It means that nationally, leprosy
kusta di Indonesia lebih kecil dari 1 per prevalence rate in Indonesia was
10.000 penduduk. Namun untuk tingkat smaller than 1 per 10,000 population.
provinsi dan kabupaten sampai akhir tahun But in provincial and district level up to
2002 masih ada 13 provinsi dan 111 the end 2002 still was found 13
kabupaten yang angka prevalensinya provinces and 111 districts with
diatas 1 per 10.000 penduduk. prevalence rate higher than 1 per
10,000 population.
Meskipun Kepulauan Riau bukan Despite of Kepulauan Riau was
termasuk salah satu kantong penyebaran not as one of leprosy spreading bag,
penyakit kusta, namun kasus kusta masih but leprosy still remains in Kepulauan
dijumpai di Kepulauan Riau. Sampai tahun Riau. Until 2006 reported 96 cases
2006 tercatat sebanyak 96 kasus yang spread in all districts/cities and 56
tersebar di kabupaten/kota dan yang cases counted as RFT stadium.
mencapai stadium RFT sebanyak 56 kasus.
Secara nasional berbagai upaya Nationally programs to accelerate

65
percepatan (akselerasi) pemberantasan leprosy elimination had carried out
penyakit kusta telah dilakukan antara lain such as Leprosy Elimination Campaign
melalui kampanye eliminasi kusta, Special (LEC), Special Action Project for the
Action Project for the Elimination of Leprosy Elimination of Leprosy (SAPEL) at
(SAPEL) di daerah yang sulit dicapai karena geographically difficult area access,
kondisi geografis, Rapid Village Survey Ravid Village Survey (RVS) for finding
(RVS) untuk menemukan dan mengobati and curing hidden sufferers, and
penderita yang tersembunyi, dan kerjasama cooperate with Indonesia
dengan Persatuan Dokter Spesialis Kulit Dermatologist Doctor United in sufferer
Indonesia (Perdoski) dalam penemuan dan finding and curing.
pengobatan penderita.

4.2.1.4 Penyakit HIV/AIDS 4.2.1.4 HIV/AIDS

Kasus HIV/AIDS menunjukkan HIV/AIDS shows tendency


kecenderungan meningkat dari tahun ke increasing year by year. Even
tahun. Bahkan saat ini dapat dikatakan nowadays HIV/AIDS is categorized in
bahwa kasus HIV/AIDS sudah termasuk warning condition because this disease
kategori mengkhawatirkan karena penyakit not only in concentrated population but
ini tidak hanya terjadi pada sub populasi begin coming into generalized by
tertentu (concentrated) bahkan sudah mulai finding a baby died with indication by
memasuki populasi umum (generalized) HIV/AIDS in Karimun District. HIV/AIDS
dengan ditemukannya seorang bayi yang is not just related to health problem but
meninggal di Kabupaten Karimun karena more tendencies in social issue.
terinfeksi HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS tidak Community’s social life behavior such
saja hanya masalah kesehatan namun lebih as abuse of narcotics, psychotropic
cenderung menjadi isu sosial. Hal ini terkait and other additive substances,
dalam pola penyebaran penyakit yang abnormal and unsafe sexual behavior
banyak dipengaruhi oleh perilaku hidup simultaneously increased the risk of
sosial masyarakat seperti penyalahgunaan HIV/AIDS spread. To avoid outbreak
zat psikoterapika serta perilaku seks event, prevention programs need to be
menyimpang dan tak aman akibat held in order to minimize sufferer
pergaulan yang terlampau bebas. Dalam addition. Linkage cooperation and
upaya agar kasus ini tidak menjadi Kejadian contribution of community include

66
Luar Biasa (KLB) perlu dilakukan berbagai NGOs and private parties are expected
tindakan pencegahan yang diharapkan able to support governmental
dapat meminimalisir pertambahan programs.
penderita. Kerjasama lintas sektor dan
dukungan dari segenap masyarakat
termasuk LSM dan swasta diharapkan
dapat mendukung program yang
dilaksanakan pemerintah.
Kasus HIV/AIDS pertama sekali The First HIV/AIDS case found in
ditemukan di Provinsi Kepulauan Riau pada Kepulauan Riau on 1992 for one case.
tahun 1992 dengan 1 kasus. Sedangkan While from hospital reporting was
kasus AIDS dari laporan rumah sakit identified for the first time on 1998 for 4
pertama sekali ditemukan pada tahun 1998 cases. Based on the data of SSA WHO
dengan 4 kasus. Berdasarkan data yang (2005) that new cases of HIV/AIDS as
diperoleh dari SSA WHO (2005) diketahui long 2006 in Kepulauan Riau were 340
bahwa jumlah kasus baru HIV/AIDS cases for HIV (+) and 101 cases for
sepanjang tahun 2006 di Kepulauan Riau AIDS. The cumulative of HIV/AIDS
sebanyak 340 HIV (+) dan 101 AIDS. cases up to 2006 was 1,068 HIV cases
Dengan demikian jumlah kumulatif kasus and 434 AIDS cases. Number of
HIV/AIDS sampai dengan tahun 2006 HIV/AIDS sufferer died up to 2006 was
adalah sebanyak 1.068 kasus HIV (+) dan 197 persons. The real number was
434 kasus AIDS. Jumlah penderita yang supposed higher in community
telah meninggal sampai dengan tahun 2006 remembering HIV/AIDS sufferer is
sebanyak 197 penderita. Jumlah kasus ini identified as iceberg phenomena. One
kemungkinan lebih banyak lagi di sufferer reflects 100 unreported
masyarakat mengingat jumlah penderita sufferers. The develop of tendency
HIV/AIDS digambarkan sebagai fenomena HIV/AIDS sufferer can be seen in the
gunung es (iceberg phenomena). Satu following figure :
orang penderita menggambarkan 100
penderita yang tidak terlaporkan. Trend
perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS
dapat dilihat pada gambar berikut :

67
Perkembangan Jumlah Pengidap HIV yang Terdeteksi di
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2006
Gambar :
4.3 Trend of HIV Detected Sufferer in Districts/Cities Kepulauan Riau Province
Figure
up to 2006

Jumlah Pengidap HIV + (Kasus Baru) /


400

Number of HIV + Sufferer (New Case)


350

300

250

200

150

100

50

0
<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Batam 97 29 32 50 102 244 259
Karimun 1 1 20 16 38 46 32
Tanjungpinang 0 0 0 16 27 9 49
Provinsi 98 30 52 82 167 299 340

Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau


Source : Disease Control – Environtmental Recapitalization Sector, Provincial
Health Office of Kepulauan Riau

Perkembangan Jumlah Penderita AIDS di Kabupaten/Kota Provinsi


Gambar Kepulauan Riau Sampai Tahun 2006
Figure 4.4 :
Trend of AIDS Sufferer in Districts/Cities Kepulauan Riau Province up to
2006
120
Jumlah Penderita AIDS (Kasus Baru)/
Number of AIDS Sufferer (New Case)

100

80

60

40

20

0
<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Batam 9 8 14 26 46 62 48
Karimun 1 1 20 16 38 33 24
Tanjungpinang 0 0 0 16 27 16 29
Provinsi 10 9 34 58 111 111 101

Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau


Source : Disease Control – Environtmental Recapitalization Sector, Provincial
Health Office of Kepulauan Riau

68
Jumlah Penderita HIV/AIDS yang Meninggal di Kabupaten/Kota
Gambar Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2006
4.5 :
Figure Died Sufferers of HIV/AIDS in Districts/Cities Kepulauan Riau up to
2006

60

Number of HIV/AIDS sufferer died


50
Jum lah Pengidap HIV/AIDS

40
yg Meninggal/

30

20

10

0
<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Batam 7 7 8 11 21 24 8
Karimun 1 1 16 12 17 14 5
Tanjungpinang 0 0 4 3 9 15 14
Provinsi 8 8 28 26 47 53 27

Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau


Source : Disease Control – Environtmental Recapitalization Sector, Provincial
Health Office of Kepulauan Riau

Menyingkapi peningkatan kasus Facing on the tendency of


HIV/AIDS yang berkembang terus dari HIV/AIDS Increasing year by year
tahun ke tahun dan beban yang akan dipikul and burden will be bear by
oleh pemerintah dan masyarakat akibat government and society as the
penyakit HIV/AIDS ini pemerintah Provinsi impact of HIV/AIDS, Provincial
Kepulauan Riau mengambil langkah serius Government of Kepulauan Riau take
dalam upaya pemberantasan penyakit a serious step in HIV/AIDS
HIV/AIDS dengan membentuk Komisi elimination by forming Regional
Pemberantasan AIDS Daerah (KPAD) AIDS Elimination Commission of
Provinsi Kepulauan Riau yang secara aktif Kepulauan Riau Province which
beroperasional sejak tahun 2007. Berbagai operate actively since 2007. Many
kegiatan telah dilakukan untuk several of activities had carried out in
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran order to enrich knowledge and
masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS yang awareness of community about the
sebenarnya penyakit ini dapat dicegah danger of HIV/AIDS which actually

69
dengan menghindari perilaku yang beresiko able to prevent by avoiding high risk
terhadap penularan. behavior.

4.2.1.5 Infeksi Saluran Pernafasan Akut 4.2.1.5 Acute Respiratory Infection


(ISPA) (ARI)

ISPA masih merupakan masalah Acute respiratory infection (ARI)


kesehatan yang penting karena is still serious health problem
menyebabkan kematian bayi dan balita because it brings on high infant and
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 underfive mortality around 1 of 4
kematian yang terjadi. Setiap anak deaths. Each child is predicted
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA getting 3-6 episodes of ARI every
setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan year. 40%-60% of health centre visits
di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. are caused by ARI. 20%-30% of
Dari seluruh kematian yang disebabkan whole deaths were indicated as the
oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian impact of ARI. Generally the main
yang terbesar umumnya adalah karena causal death is pneumonia and
pneumonia dan pada bayi berumur kurang occurs by less than 2 months baby.
dari 2 bulan.
Menurut hasil SKRT dan Surkesnas Based on SKRT and Surkesnas
bahwa penyakit ISPA dan Sistem Results said that ARI and respiratory
Pernafasan merupakan penyebab utama system were the main causal of
kematian bayi dan balita. Dari Surkesnas infant and underfive mortality. As
2001 diketahui bahwa 80%-90% dari Surkesnas 2001 result was found out
seluruh kasus kematian ISPA disebabkan 80%-90% of whole ARI’s deaths
olah pneumonia dan pneumonia merupakan caused by pneumonia and
penyebab kematian balita peringkat pneumonia was the first causal of
pertama. Dalam tabel berikut disajikan underfive mortality. In the following
proporsi penyebab kematian bayi dan Balita table is presented proportion of baby
yang disebabkan oleh penyakit sistem and underfive causal mortality by
pernafasan. respiratory system.

70
Proporsi dan Peringkat ISPA/Sistem Pernafasan sebagai
Penyebab Kematian Bayi dan Balita Berdasarkan Hasil SKRT
Tabel 1986, 1992, dan 1995, serta Surkesnas 2001
4.7 :
Table Proporsion and Level of ARI/Respiratory System as Infant and
Underfive Mortality Based on SKRT 1986, 1992, and 1995, also
Surkesnas 2001

Tahun Penyebab Kematian Bayi Penyebab Kematian Balita


SKRT/ Infant Causal Underfive Causal Mortality
Surkesnas Penyakit Proporsi Peringkat Penyakit Proporsi Peringkat
Year Disease Proportion Level Disease Proportion Level
Penyakit
Sistem
sistem
SKRT pernafasan/
pernafasan/ 12.4% IV 22.88% I
1986 Respiratory
Respiratory
system
system
Penyakit
Sistem
sistem
SKRT pernafasan/
pernafasan/ 36.0% I 18.2% I
1992 Respiratory
Respiratory
system
system
Gangguan
Penyakit
Sistem
sistem
SKRT pernafasan/
pernafasan/ 29.5% I 38.8% I
1995 Respiratory
Respiratory
system
system
disruption
Sistem
Sistem pernafasan
Surkesnas pernafasan/ pneumonia/
27.6% II 22.8% I
2001 Respiratory Pneumonia
System respiratory
system
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2003
Source : Indonesia Health Profile, 2003

Pada kurun tahun 2006, kasus ISPA In 2006 period, ARI cases placed
tercatat menempati urutan pertama dari 10 the first level of ten main diseases in
pola penyakit berdasarkan kunjungan health centre visit with 99,058 cases.
puskesmas dengan jumlah kasus sebanyak Meanwhile pneumonia case on under-
99.058 kasus. Sementara itu jumlah kasus fives child was 208 cases (data of 4
pneumonia pada balita terdapat sebanyak districts/cities).
208 kasus (data dari 4 kabupaten/kota).

71
4.2.1.6 Diare 4.2.1.6 Diarrhea

Penyakit diare yang juga populer Diarrhea which in Indonesia


dengan nama muntah berak alias muntaber popular with its name as muntah berak
ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis alias muntaber can be told as endemic
di Indonesia, artinya terjadi secara terus- disease in Indonesia, means it is found
menerus di semua daerah, baik di in all of areas, both in urban and rural
perkotaan maupun di pedesaan termasuk continually include in Kepulauan Riau.
termasuk di Kepulauan Riau. Penyebab Causal of diarrhea such as infection,
diare diantaranya infeksi, alergi, keracunan, allergy, poisoning, immunodeficiency,
imuno deficience, malabsorbsi, dan sebab- mal-absorption, and others. Minimum
sebab lain. Minimnya sarana air bersih, clean water facility, bad environmental
keadaan sanitasi lingkungan yang buruk, sanitation, the low of education and
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi social-economics’ society, and the
penduduk yang rendah, dan lingkungan crowded environment are main factor
dengan penduduk yang padat merupakan that holding role in spreading of
faktor utama yang memegang peranan diarrhea disease. Diarrhea or muntaber
dalam penyebaran penyakit diare. Muntaber is able attacking everybody without
atau diare dapat menyerang siapa saja looking age.
tanpa kenal usia.
Penyakit diare merupakan salah Diarrhea is one of disease whose
satu penyakit menular yang dapat potential make an outbreak. On 2006,
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). outbreak of diarrhea occurred in
Pada tahun 2006 terjadi KLB diare di Karimun District with 21 sufferers and
Kabupaten Karimun dengan jumlah 4,021 threatening populations although
penderita sebanyak 21 orang dan jumlah no victims died. According to the ten
penduduk yang terancam sebanyak 4.021 main diseases which visit to health
orang namun tidak ada menimbulkan centre show that diarrhea placed the
korban meninggal. Dari 10 penyakit third level with 18,264 visits. The
terbanyak yang berkunjung ke puskesmas diarrhea total cases in Kepulauan Riau
terlihat bahwa penyakit diare menduduki Province for 2006 were counted 28,152
urutan ketiga dengan jumlah kunjungan cases (morbidity rate 21.04 per 1,000
sebanyak 18.264 kunjungan. Total kasus populations) with the highest morbidity
penyakit diare di Provinsi Kepulauan Riau rate was founded in Natuna District (64

72
selama tahun 2006 tercatat sebanyak per 1,000 populations), followed by
28.152 kasus (angka kesakitan 21.04 per Bintan District (37 per 1,000
1.000 penduduk) dengan angka kesakitan populations) and Lingga District (32 per
tertinggi ditemukan di Kabupaten Natuna 1,000 populations). Highly of the
(64 per 1.000 penduduk) disusul Kabupaten diarrhea morbidity in Natuna District
Bintan (37 per 1.000 penduduk) dan indicate that society has low healthy
Kabupaten Lingga (32 per 1.000 penduduk). behavior in maintaining hygiene and in
Tingginya angka kesakitan diare di environmental sanitation and also the
Kabupaten Natuna sebagai indikator minim of source drinking water.
rendahnya perilaku hidup sehat masyarakat
dalam menjaga higienis dan sanitasi
lingkungan serta minimnya sarana sumber
air minum.
Menurut hasil SKRT dalam According to SKRT result in several
beberapa survei dan Surkesnas 2001, surveys and Surkesnas 2001, diarrhea
penyakit Diare masih merupakan penyebab was the main causal of infant and under-
utama kematian bayi dan balita seperti fives mortality as is presented in the
terlihat dalam tabel berikut : following table :

Proporsi dan Peringkat Penyakit Diare sebagai Penyebab


Tabel Kematian Bayi dan Balita, Tahun 1986, 1992, 1995, dan 2001
4.8 :
Table Proportion and Level of Diarrhea as The Infant and Underfive Main
Mortality Causal, Year 1986, 1992, 1995, and 2001

Penyebab Kematian Bayi Penyebab Kematian Balita


Tahun Survei Infant Mortality Causal Underfive Mortality Causal
Year of Survey Proporsi Peringkat Proporsi Peringkat
Proportion Level Proportion Level
SKRT 1986 15,5% 3 - -
SKRT 1992 11% 2 - -
SKRT 1995 13,9% 3 15,3% 3
Surkesnas 2001 9,4% 3 13,2% 2

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004


Source : Indonesia Health Profile year 2004

73
Pada tahun 2003, secara nasional In 2003, nationally diarrhea placed
diare merupakan penyakit dengan frekuensi the second rank with outbreak
KLB kedua terbanyak setelah DBD. frequency after DHF. The development
Perkembangan KLB diare tahun 1999 – of diarrhea outbreak in 1999 – 2003
2003 dapat dilihat pada tabel berikut: can be seen in the following table :

KLB Diare Menurut Jumlah Provinsi Dengan KLB, Jumlah


Tabel Kasus, Meninggal, dan CFR Tahun 1999 – 2003
4.9 :
Table Number of Cases, Deaths, CFR and Outbreak Province of Diarrhea
Year of 1999– 2003

Tahun Jumlah Provinsi dengan KLB Jumlah Kasus Meninggal


CFR (%)
Year Sum of Province with Outbreak Sum of Cases Died
1999 9 5.159 76 1,47
2000 16 5.680 109 1,92
2001 12 4.428 100 2,26
2002 15 5.789 94 1,62
2003 - 3.865 113 2,92

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004


Source : Indonesia Health Profile year 2004

74
4.2.1.7 Penyakit Demam Berdarah 4.2.1.7 Dengue Hemorrhagic Fever
Dengue (DBD) (DHF)

Sejak penyakit DBD pertama kali di Since the DHF found at the first
Indonesia ditemukan di Surabaya pada time in Indonesia in Surabaya in 1968
tahun 1968 jumah kasus menunjukkan the numbers of cases show the
kecenderungan meningkat baik dalam tendency increase both in number of
jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit case and wider spreading area and
dan secara sporadis selalu terjadi KLB sporadically always cause outbreak
setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi every year. The biggest DHF outbreak
pada tahun 1998, dengan Incidence Rate occurred in 1998, with incidence rate
(IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan (IR) = 35.19 per 100,000 populations
CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun and CFR = 2%. In 1999, IR decrease
tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun sharply became 10.17%, but the next
berikutnya IR cenderung meningkat yaitu years IR had the tendency increasing
15,99 tahun 2000; 21,66 tahun 2001; 19,24 became 15.99 year 2000; 21.66 year
tahun 2002; dan 23,87 tahun 2003. 2001; 19.24 year 2002; and 23.87 year
Penyakit Demam Berdarah atau 2003.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah DHF is disease caused by dengue
penyakit yang disebabkan oleh virus virus be spreaded by biting of Aedes
dengue yang ditularkan melalui gigitan aegypti and Aedes albopictus. Both of
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes these mosquitoes were found in almost
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat over Indonesia, except in area with the
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali height more than 1,000 meter above
di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 sea level.
meter di atas permukaan air laut. DHF occasion in Kepulauan Riau
Kejadian DBD di Provinsi Kepulauan Province year by year show the
Riau dari tahun ke tahun menunjukkan increasing number. If in 2004 reported
peningkatan jumlah. Jika pada tahun 2004 342 cases, in 2005 was 1,077 cases
tercatat sebanyak 342 kasus, tahun 2005 and in 2006 became 1,318 cases
sebanyak 1.077 kasus, dan pada tahun (morbidity rate 98.52 per 100,000
2006 menjadi 1.318 kasus (angka kesakitan populations). DHF reporting was
98,52 per 100.000 penduduk). Laporan received only from 4 districts/cities
adanya kasus DBD masih hanya berasal (Batam City, Tanjungpinang City,
dari 4 kabupaten/kota (Kota Batam, Kota Karimun District, and Bintan Bintan)

75
Tanjung Pinang, Kabupaten Karimun, dan where the most case was found in
Kabupaten Bintan) dengan kasus terbanyak Batam City as 996 cases. Meanwhile
di Kota Batam sebanyak 996 kasus. in Natuna and Lingga District still there
Sedangkan di Kabupaten Natuna dan were not DHF cases found. The
Kabupaten Lingga kasus DBD tidak development of DHF in 2004 – 2006
ditemukan. Perkembangan kasus DBD can be seen in the following figure 4.6
tahun 2004-2006 dapat dilihat pada gambar as follow :
4.6 berikut :

Perkembangan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)


Gambar Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2006
4.6 : The Development of DHF by Districs/Cities Kepulauan Riau
Figure
Province Year 2004 – 2006

1400

1200
Number of Cases
JUMLAH KASUS

1000

800

600

400

200

0
2004 2005 2006
Karimun 54 217 171
Bintan 23 60 59
Natuna 0 0 0
Lingga 0 0 0
Batam 148 370 996
Tanjungpinang 117 430 92
Provinsi 342 1077 1318

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Prov. Kepri, 2006


Source : Health Profile of District/City of Kepulauan Riau Province, 2006

76
Adanya peningkatan kasus DBD perlu The increasing of DHF cases need
diwaspadai mengingat angka kematian was bewared remembering that the CFR
(CFR) yang ditimbulkannya tergolong dalam because of it is categorized as high
kategori tinggi. Secara nasional angka category. Nationally DHF morbidity rate
kesakitan DBD berfluktuasi dari tahun ke fluctuate year by year. If in the beginning
tahun. Jika pada awalnya pola epidemik epidemical pattern for each five years,
terjadi setiap lima tahunan, namun dalam but in late 15 years had changed with
kurun waktu lima belas tahun terakhir period between 2 – 5 year. According to
mengalami perubahan dengan periode Ditjen P2PL Depkes RI Repots reported
antara 2 – 5 tahunan. Berdasarkan Laporan that DHF sufferer in all over Indonesia in
Ditjen P2PL Depkes RI jumlah penderita 2005 was 81,399 cases with CFR as
DBD di seluruh Indonesia pada tahun 2005 1.36% and Incidence rate as 39.1 per
sebanyak 81.399 kasus dengan angka 100,000 populations. Although this
kematian (CFR) sebesar 1,36% dan angka incidence rate shown the increasing
insiden rate sebesar 39,1 per 100.000 cases but its CFR shown the decreasing
penduduk. Walaupun insiden rate which it means that the sufferers died by
menunjukkan adanya peningkatan kasus DHF decreased, it’s related as the
namun CFR menunjukkan penurunan yang impact of the increasing of early
berarti jumlah korban yang meninggal oleh awareness and health facilities
DBD menurun, hal ini terkait semakin readiness.
meningkatnya kewaspadaan dini
masyarakat dan kesiapsiagaan fasilitas
kesehatan.
Meningkatnya jumlah kasus serta Increasing of the case and widen
bertambahnya wilayah yang terjangkit, contagious area was related to the
disebabkan karena semakin baiknya sarana improvement of population’s
transportasi penduduk, adanya pemukiman transportation, the new inhabitant, less of
baru, kurangnya perilaku masyarakat society’s behavior in breeding of
terhadap pembersihan sarang nyamuk, mosquito, avaliabity of the vectors
terdapatnya vektor nyamuk hampir di almost in over father land and ability of
seluruh pelosok tanah air serta adanya the four cells of virus type have
empat sel tipe virus yang bersirkulasi sirculation whole year. For fighting them
sepanjang tahun. Untuk are needed adding actively of health
penanggulangannya perlu ditingkatkan personel and community participation in

77
keaktifan petugas kesehatan dan partisipasi elimination of Aedes aegyfti nest as the
masyarakat dalam memberantas nyamuk spreading vector.
Aides aegyfti sebagai vektor penularan.
Pencegahan penyakit DBD sangat Preventing of DHF most depending
tergantung pada pengendali vektornya, on the Aedes aegpti controlling as its
yaitu nyamuk Aedes aegypti. Beberapa vector. Some efforts that able be applied
upaya yang dapat dilakukan untuk to control the mosquito such as
pengendalian nyamuk tersebut yaitu melalui environmental sanitation improvement
perbaikan sanitasi lingkungan melalui through Mosquito Nest Eradication, solid
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), garbage managing, modification the
pengelolaan sampah padat, modifikasi mosquito breeding in the ex-place of
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil human activity, and house design
samping kegiatan manusia, perbaikan improvement, strewing of larva eater fish
desain rumah, penaburan ikan pemakan (ikan adu/ikan cupang), fogging, and
jentik (ikan adu/ikan cupang), abate powder strewing into water pots as
pengasapan/fogging, dan memberikan bowl of water, vas, pool, etc. Beside all,
bubuk abate pada tempat-tempat prevention also can be done by using
penampungan air seperti, gentong air, vas mosquito net while sleeping, set up
bunga, kolam, dan lain-lain. Selain itu gauzy net, insecticide spraying, using
tindakan pencegahan dapat dilakukan repellent, put on mosquito medicine, and
dengan menggunakan kelambu pada waktu control the larva periodicly.
tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk, dan memeriksa
jentik berkala.

4.2.1.8 Acute Flaccid Paralysis (AFP) 4.2.1.8 Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Pada tahun 2005 dengan In 2005 by founded wild polio virus


ditemukannya kasus virus polio liar di in Sukabumi West Java, Indonesia
Sukabumi Jawa Barat, pemerintah Government and international (WHO)
Indonesia dan dunia internasional (WHO) declared that there was polio outbreak in
menyatakan bahwa terjadi wabah penyakit Indonesia. This event awoke us up the
polio di Indonesia. Hal ini menyadarkan kita reality that the disease which signed by

78
bahwa ternyata penyakit yang ditandai symptom as fever and acute paralysis
dengan gejala demam dan lumpuh (unpermanent) still has not eliminated of
mendadak (walau tidak permanent) ini our country yet. Reported 305 polio
ternyata masih belum tereliminasi dari cases in April 2006 in Indonesia. AFP
negeri kita. Pada April 2006 tercatat event nowadays was predicted as
sebanyak 305 kasus polio di Indonesia. indicators for evaluating of eradication
Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan polio (erapo) program. There is no
sebagai indikator untuk menilai keberhasilan medicine of polio but it can be prevented
program Eradikasi Polio (Erapo). Penyakit by immunization.
polio tidak ada obatnya namun penyakit
yang dapat menyebabkan kematian dan
kecacatan seumur hidup ini hanya dapat
dicegah dengan imunisasi.
Pada tahun 2006 dilaksanakan Pekan In 2006 held Nationally Imunization
Imunisasi Nasional (PIN) polio putaran IV Week (NIW) of polio for fourth and fifth
dan V sebagai lanjutan dari tiga putaran PIN round as the continuing of three rounds
polio pada tahun 2005 termasuk di Provinsi NIW’s polio in the previous year include
Kepulauan Riau. PIN polio putaran keempat in Kepulauan Riau Province. The 4th
dilaksanakan pada tanggal 27 Februari round held on February 27th to March 6th
sampai dengan 06 Maret 2006 dengan 2006 with target throughout under-fives
sasaran seluruh balita yang berada di all over in Kepulauan Riau area without
seluruh wilayah Kepulauan Riau tanpa considering the previous immunization
mempertimbangkan status imunisasi status. Large of the 4th NIW achievement
sebelumnya. Besar cakupan pencapaian coverage was 102.75% (162,635 under-
PIN putaran IV sebanyak 102,75% (162.635 fives child). While the 5th NIW
balita). Sementara cakupan pencapaian PIN achievement coverage that held on April
polio putaran V yang dilaksanakan pada 12nd to 21st 2006 was 100.54% (159,139
tanggal 12- 24 April 2006 sebesar 100,54% under-fives child). The increasing of polio
(159.139 balita) dari angka proyeksi immunization coverage must go on be
158.278 balita. Peningkatan cakupan encourage for reaching global polio free
imunisasi polio harus terus digalakkan untuk certification on 2008 as the Global Polio
mendapatkan sertifikasi bebas polio global Eradication Agreement.
pada tahun 2008 sesuai kesepakatan
Global Polio Eradication.

79
Upaya pemantauan terhadap Monitoring Effort to Erapo success
keberhasilan Erapo dilakukan melalui was done through actively surveilans
kegiatan surveilans secara aktif yang activity whose purpose to find AFP case
bertujuan untuk menemukan kasus AFP as early detection effort knowing the
sebagai upaya mendeteksi secara dini rising of wild polio virus that possibility
munculnya virus polio liar yang exist in society in onder to take a faster
kemungkinan ada di masyarakat agar dapat tackling and prevent wider spreading. In
segera dilakukan penanggulangannya dan 2006, reported number of AFP cases in
mencegah penularan yang lebih luas. Pada Kepulauan Riau Province was 7 cases
tahun 2006 dilaporkan jumlah kasus AFP di (morbidity rate 9.44 per 100,000), found
Kepulauan Riau sebanyak 7 kasus (angka in Batam City 5 cases and 2 cases found
kesakitan 9,44 per 100.000), yang terdapat in Karimun District. This figure was more
di Kota Batam 5 kasus dan 2 kasus di than prediction where was estimated that
Kabupaten Karimun. Angka ini jauh melebihi the AFP morbity rate in community 1 per
prediksi dimana diperkirakan bahwa angka 100,000 for populations < 15 years.
kesakitan AFP di masyarakat sebesar 1 Increasing of this AFP case gave two
orang per 100.000 penduduk usia <15 possibilities. Firstly, immunization
tahun. Peningkatan jumlah kasus AFP ini coverage was low in Kepulauan Riau so
memberikan dua kemungkinan. Pertama, that society unresistant against polio
cakupan imunisasi di Kepulauan Riau virus and this thing need be awared.
rendah sehingga masyarakat tidak kebal Secondly, actively surveilans for AFP run
terhadap virus polio dan hal ini perlu well be indicated the adding of case
diwaspadai. Kemungkinan kedua yaitu finding in community.
bahwa surveilans aktif AFP berjalan dengan
baik yang ditandai pertambahan penemuan
kasus di masyarakat.

4.2.1.9 Campak 4.2.1.9 Measles

Penyakit campak merupakan penyakit Measles is a communicable


menular yang sering menyebabkan kejadian disease that often makes an outbreak
Luar Biasa (KLB) dan dapat menyebabkan and able to cause deformity and death
cacat dan kematian yang diakibatkan oleh as the impact of complications such as
komplikasi seperti radang paru lung inflamed (pneumonia), get feces out

80
(pneumonia), berak-berak (diare), radang often (diarrhea), ears inflamed (otitis
telinga (otitis media) dan radang otak media), and brain inflamed (encephalitis)
(ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi especially for bad nutrition child. In fact,
buruk. Penyakit campak sebenarnya measles is a preventable disease by
merupakan penyakit yang dapat dicegah immunization program. Increasing of
dengan program imunisasi. Peningkatan immunization coverage is expected able
cakupan program imunisasi diharapkan to eradicate this disease.
dapat memberantas penyakit ini.
Pada tahun 2006, jumlah kasus In 2006, numbers of measles found
penyakit campak yang ditemukan di in Kepulauan Riau Province were 368
Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 368 cases those spread in all over
kasus yang menyebar di semua districts/cities except Tanjungpinang
kabupaten/kota kecuali Kota City. In 2006, measles increased after in
Tanjungpinang. Pada tahun 2006 terlihat 2005 decreased sharply if was compared
adanya peningkatan kembali kasus campak with 2004. The high case in Batam City
setelah pada tahun 2005 menurun tajam was predicted close relate with the
dibandingkan dengan tahun 2004. population density so that give an
Tingginya penderita kasus di Kota Batam opportunity for measles which spread by
kemungkinan disebabkan tingkat kepadatan air distribute quickly. Distribution of
penduduk yang menyebabkan penularan measles sufferers by districts/cities in
penyakit campak yang ditularkan melalui 2006 can be seen in annex table 14.
udara ini semakin tinggi. Distribusi penderita
campak menurut kabupaten/kota pada
tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran
tabel 14.

4.2.1.10 Hepatitis 4.2.1.10 Hepatitis

Penyakit hepatitis yang disebabkan Hepatitis which this is caused by


oleh virus rubella ini sebenarnya dapat rubella virus actually preventable through
dicegah melalui imunisasi. Penyakit ini immunization. This desiase close related
terkait erat dengan ystem higienitas selain with higyene factors beside genetic
kecenderungan ras, ystem tendency, homosexual (spreading
homoseksualitas (penularan melalui luka through anal injury), free sex (spreading

81
pada anus), kebebasan seks (penularan by mucous membrane), and drug users
melalui selaput ystem), dan morfinis (injection).
(suntikan).
Kasus hepatitis selama tahun 2006 di Hepatitis case in Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan data Province as long 2006 based on the
dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota health profile districts/cities data was 4
sebanyak 4 kasus yang terdapat hanya di cases which all these cases only found
Kabupaten Lingga. Angka ini cukup in Lingga District. This figure make much
menggembirakan karena penurunan jumlah happy because the number of case in
kasus yang sangat signifikan dari jumlah 2005 decreased significantly from 102
kasus tahun 2005 yang berjumlah 102 cases, but beside that it give a
kasus, namun disamping itu juga thoughtfulness of the reporting system
memberikan keprihatinan bahwa kurang did not run well from health facilities to
berjalannya system pelaporan dari sarana regional health office. The distribution of
pelayanan kesehatan ke dinas kesehatan hepatitis by district/city in 2006 can be
kabupaten/kota. Distribusi penderita seen in annex tabel 14.
hepatitis menurut kabupaten/kota pada
tahun 2006 dapat dilihat pada tabel
lampiran 14.

4.2.1 Penyakit Tidak menular 4.2.1 The Non-Communicable Disease

Penyakit tidak menular dari tahun ke The non-communicable disease


tahun menunjukkan peningkatan jumlah indicates increasing cases annually.
kasus. Data dari berbagai rumah sakit di Colleting data from several local
Indonesia, menunjukkan 30% kematian hospitals in Indonesia, confirmed that
pasien disebabkan jenis penyakit tidak 30% of death and the causative of death
menular antara lain jantung, kanker, the patients have suffered non-
diabetes melitus, gagal ginjal dan stroke. communicable disease such as: heart
Meningkatnya ancaman penyakit tidak attack, cancer, mellitus diabetes, kidney
menular berkaitan erat dengan adanya failure and stroke. The intimidating of
perubahan perilaku dan gaya hidup rising non-communicable disease is
masyarakat yang mengarah ke gaya hidup related to characteristic changes as well
yang beresiko terhadap kesehatan seperti as public life development to the health

82
pola makan yang cenderung untuk risk such as: consuming the fast food
mengkonsumsi makanan cepat saji (fast with high obesity and low fiber, unwind
food) dengan kadar lemak tinggi tetapi way of life such as: smoking, as well as
rendah serat, pola hidup santai (kurangnya alcohol drinking habit.
kegiatan fisik/olah raga), merokok, dan
minum minuman beralkohol.
Dari pola 10 penyakit terbanyak baik Research indicates that majority of
pada kunjungan puskesmas maupun 10 diseases in both health centres and
kunjungan rumah sakit terlihat bahwa hospitals are revealed that non-
penyakit tidak menular sudah mulai communicable disease has dominated in
mendominasi beban penyakit yang the public community. According to the
ditanggung masyarakat. Dari pola penyakit survey in health centres that a
kunjungan puskesmas penyakit hipertensi hypertension is on the second list with
menempati urutan kedua penyakit 21.712 cases. As well as in the hospital
terbanyak dengan jumlah kasus 21.712. indicates that the dental and the tonsil
Begitu juga dengan pola penyakit di rumah are on the major second listed with
sakit menunjukkan bahwa penyakit gigi dan 11.672 cases.
mulut menempati urutan kedua kasus
terbanyak dengan jumlah kasus 11.672.
Melihat pola penyakit yang Considering on the survey spread
berkembang di masyarakat pemerintah disease in public community the
pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan government of Health Department
RI menunjukkan perhatian yang serius akan Republic of Indonesia has showed
masalah penyakit tidak menular yang seriously and awareness regarding those
cenderung meningkat dari tahun ke tahun cases where obviously increased
dengan menambah struktur organisasi significant annually, it has occurred to
dengan membentuk Direktorat raise the organization structural by
Pengendalian Penyakit Tidak Menular sejak organizing the Directorate of Controlling
tahun 2006. Non-Communicable Disease since
2006.
Kasus penyakit tidak menular yang Moreover the non-communicable
banyak ditemukan di Provinsi Kepulauan disease that found in Riau Islands
Riau pada tahun 2006 adalah hipertensi Province in 2006 was hypertension with
dengan jumlah kasus 22.873 kasus (angka total cases 22,873 (morbidity rate

83
kesakitan 1.709,67 per 100.000 penduduk), 1,709.67 per 100,000 of population],
disusul penyakit gastritis dan penyakit following by the gastritis and others
saluran cerna lainnya sebanyak 5.479 digestion with total 5,479 cases
kasus (angka kesakitan 409,53 per 100.000 [morbidity rate 409.53 per 100.000 of
penduduk), dan penyakit mata non-infeksi population], also the eyes non-infection
sebanyak 3.525 kasus (angka kesakitan with 3,525 cases [morbidity rate 263.48
263,48 per 100.000 penduduk). per 100.000 of population].
Dari Profil Kesehatan Indonesia tahun Research of the Indonesia Health
2005, diketahui bahwa penyakit system Profile in 2005, found that the disease of
sirkulasi merupakan penyebab kematian circulation system caused of death main
umum nomor satu di Indonesia. Stroke in Indonesia territory. And the stroke
tanpa pendarahan merupakan penyebab without bleeding has causative the main
kematian nomor satu di RSU di Indonesia death in several General Hospitals in
tahun 2002 dan penyakit jantung Indonesia year of 2002 and the heart
menduduki peringkat ke-9. Sedangkan disease on the 9th. While the
hipertensi menjadi penyakit terbanyak hypertension has become a major
nomor 7 pada pasien rawat jalan di rumah disease number 7 on the outpatients in
sakit di Indonesia tahun 2003. Sementara Indonesia’s hospital in 2003. In the
itu menurut data WHO, pada tahun 2005, 58 meantime, according to WHO’s data, in
juta (70 %) penduduk dunia mengidap 2005, around 58 millions [70%] the world
penyakit tidak menular yaitu jantung (30%), population suffered the non-
diabetes (26%), paru obstruktif kronis (7%), communicable disease were heart
kanker (12%) dan kecelakaan (9%). Di Asia disease [30%], diabetes [26%], the
Tenggara kematian akibat penyakit tidak obstruction lung chronic [7%], cancer
menular diatas sebesar 7.423.000, [12%] and the accident [9%]. In
sedangkan penyakit menular 5.730.000. Southeast Asia the death caused of the
Gambaran kasus penyakit tidak menular di non-communicable disease around
Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan 7,423,000, while the communicable
kunjungan di rumah sakit tahun 2006 dapat disease around 5,730,000. Description of
dilihat pada tabel 4.8 berikut : the non-communicable disease in Riau
Islands Province according to the
hospital’s visits in 2006 might be seen on
the table 4.8 as follow:

84
Jumlah Kasus dan Jumlah yang Meninggal Akibat Penyakit
Tidak menular Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Provinsi
Tabel Kepulauan Riau Tahun 2006
4.8 :
Table The Total Cases and Total Death caused of the Non-Communicable
Disease According to the Hospital’s visits of Riau Islands Province
Year of 2006

JLH JLH
NAMA PENYAKIT
No. KASUS MENINGGAL
Disease
Total of Case Total of Death
1 Penyakit gigi dan mulut (Dental and Mouth) 11,672 -
Gastritis dan peny. saluran cerna lainnya
2 5,479 1
(Gastritis and other dygest system)
Penyakit Mata Non-infeksi (The non-infection
3 3,525 -
eyes)
4 Penyakit Telinga (ears) 3,294 -
Cedera, Remuk dan Amputasi (Injury,
5 2,290 -
shattered and Amputation)
Penyakit Ginjal dan Sistem Kemih (The
6 1,885 2
Kidney failure and the urine system)
7 Tonsil dan Adenoid (The tonsil and adenoid) 1,735 -
8 Fraktur (fracture) 1,648 3
Radang Susunan Syaraf dan SSP Lainnya
9 (The pneumonia nerve system and others 1,435 3
SSP)
10 Asma (Asthma) 1,362 -
11 Neoplasma Jinak (The benign neoplasm) 1,165 -
12 Hipertensi (Hipertention) 1,161 2
13 Diabetes Melitus (The mellitus diabetes) 1,083 3
14 Penyakit Jantung (Heart attack ) 893 22
15 Apendiks (appendix) 865 -
16 Haemoroid (Haemoroid) 804 -
17 Hernia (Hernia) 739 -
18 Cedera Kepala (Sk ull Injury) 493 -
19 Neoplasma Ganas (The malignant neoplasm) 426 8
Stroke dan Perdarahan Intrakarnial (strok e and
20 368 16
intracarnial bleeding)
TOTAL 42,322 60

Sumber : Bidang Yankes dan Farmamin, Dinkes Prov Kepri, 2006


Source: The Department of Yankes and Farmamin, Dinkes Prov. Kepri, 2006

85
Pada tabel 4.8 di atas terlihat bahwa On the table 4.8 above mentioned
dari beberapa penyakit tidak menular yang that the non-communicable disease as
mempunyai angka kematian yang tertinggi the highest risk of death such as: the
yaitu penyakit stroke dan perdarahan stroke and intracranial bleeding [4.35%],
intakranial (4,35%), penyakit jantung the heart disease [2.46%], and the
(2,46%), dan penyakit neoplasma ganas malignant neoplasm [1.88%]. The
(1,88%). Peningkatan pelayanan di sarana proposing in improving the health facility
kesehatan rujukan terus diupayakan agar of services are maintaining maximum
mampu memberikan pelayanan yang especially to the public community sector
optimal kepada masyarakat dan mampu and anticipation to minimize the amount
meminimalisir jumlah pasien yang of death.
meninggal.

4.3 Status Gizi 4.3 The Status of Nutrition

Tiga faktor utama indeks kualitas There are three main index factors
hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan quality of life; they are education, health,
ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat and economy. These factors strongly
kaitannya dengan status gizi masyarakat adviced and related to the public status
yang dapat digambarkan terutama pada of nutrition where can be described
status gizi anak balita dan wanita hamil. especially the nutritional status of under-
Masalah gizi merupakan salah satu fives and pregnant women. The nutrition
indikator yang digunakan dalam memotret is one of the indicator to show the
kesejahteraan dan derajat kesehatan prosperity of humanize and the quality of
masyarakat. Masalah gizi yang rentan public people in the community. The
ditemukan pada segmen masyarakat yaitu nutrition can be seen in the public
ibu hamil, ibu meneteki, bayi dan anak balita society segment such as a pregnant
sehingga indikator ini dipakai untuk woman, a mother feeding the baby, the
mengukur status gizi masyarakat. Berikut baby and the consequently these
akan diuraikan indikator status gizi pada indicators might be applied to evaluate
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah the public community nutritional status.
(BBLR), status gizi balita, status gizi wanita Subsequently a clarification of the
usia subur Kurang Energi Kronis (KEK), indicator nutritional status of low birth
Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu dan weight (LBW), under-fives nutritional

86
pekerja wanita, dan Gangguan Akibat status, nutrition status of eligible women
Kekurangan Yodium (GAKY). with chronic energy deficiency, nutrition
status of mother and working women
with the anemia of iron nutrition, and
iodine deficiency disorders.

4.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir 4.3.1 The baby with Low Birth Weigh
Rendah (BBLR) (LBW)

Bayi dengan Berat Badan Lahir Baby with low birth weight (LBW) is
Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir the baby born with approximately weight
dengan berat badan kurang dari 2.500 below 2,500 grams. LBW is diverse into
gram. BBLR dibedakan atas 2 kelompok 2 categories; they are LBW due to
yaitu BBLR karena usia kandungan kurang pregnancy less than 37 weeks
dari 37 minggu (premature) dan BBLR (premature) and LBW due to the Intra
karena Intra Uterine Growth Retardation Uterine Growth Retardation [IUGR] that
(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat the sufficient baby however least on
badannya kurang. Masalah berat badan weight. The case of LBW is the main
lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu concerned subject, because the LBW
masalah yang mendapat perhatian khusus, might be caused of physical and
karena BBLR dapat menyebabkan anak mentality growth difficulty in the future. In
bersangkutan mengalami gangguan developing countries, there are many
perkembangan fisik dan mental pada masa cases of LBW with IUGR because of
mendatang. Banyak BBLR di negara severe malnutrition of mother, anemia,
berkembang dengan IUGR sebagai akibat malaria, and sexually transmitted
ibu dengan status gizi buruk, anemi, diseases prior to conception or during
malaria, dan menderita penyakit menular pregnancy.
seksual (PMS) sebelum konsepsi atau
ketika hamil.
Jumlah kasus BBLR di Provinsi The amount of LBW in Kepulauan
Kepulauan Riau selama tahun 2006 tercatat Riau Province for 2006 registered
dari 30.797 kelahiran diindikasikan 677 bayi around 30,797 births indicates 677
lahir dengan BBLR (2,20%). Kejadian kasus babies born with LBW [2.20%]. The
BBLR tertinggi terdapat di Kabupaten highest case of LBW was found in

87
Karimun dengan jumlah kasus 165 (3,19% Karimun District with amount of 165
dari total kelahiran), kemudian disusul Kota cases [3.19% of total births)], following
Batam dengan jumlah kasus 407 (2,68% by Batam City with 407 cases [2,68% of
dari total kelahiran). Angka total provinsi total births]. The number of total in
tergolong rendah jika dibandingkan dengan province considered lower compared to
angka nasional dimana dari Survei national amount where the result of
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Indonesian Demographic and Health
diketahui bahwa proporsi bayi dengan Survey was found that the baby
BBLR pada tahun 2002-2003 berkisar 7,6%. proportion with LBW in 2002-2003
Sementara data BBLR di rumah sakit tahun approximately 7,6%. In meanwhile the
2002 memberi gambaran bahwa persentase data of LBW in hospital in 2002 has
bayi BBLR di rumah sakit secara nasional described as the percentage of LBW in
rata-rata sebesar 13%. Rincian distribusi hospital nationally approximately 13%.
angka kejadian bayi BBLR menurut The details of LBW by district/city can be
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel seen in annex table 15.
lampiran 15.

4.3.2 Status Gizi Balita 4.3.2 The Under-fives Nutritional


Status

Status gizi balita (anak umur 0-5 The under-fives nutritional status
tahun) dapat dijadikan indikator untuk [below age of 0-5 years] can be
memperkirakan status gizi masyarakat, considered as the indicator to estimate
karena kelompok umur ini merupakan the public community nutrition status,
kelompok yang rentan terhadap kekurangan this period of category age has a
gizi. Jika status gizi balita di suatu wilayah receptive of poor nutrition. The under-
termasuk kategori baik, maka dapat fives nutrition status in region in excellent
diasumsikan secara umum status gizi stage, hence it might be assumed
masyarakat di wilayah tersebut juga generally the society nutrition status is
tergolong baik. Status gizi balita perlu considered at better stage as well. The
mendapat perhatian mengingat bahwa under-fives nutrition status is needed to
periode umur ini merupakan masa dimana be considered as at this period of time a
anak mengalami pertumbuhan dan child is in growing status and it develops
perkembangan yang pesat. Pembentukan rapidly. The brain system in a child has

88
otak anak terjadi pada kurun waktu ini. Agar taken place. In order to grow and child-
pertumbuhan dan perkembangan anak development can be worked it out
dapat berjalan secara optimal, asupan gizi optimally, and it needed to be
yang diberikan sangat perlu mendapat considered.
perhatian.
Tingkat kesadaran masyarakat dalam Socialization and public awareness
melakukan penimbangan balita secara rutin of under-fives for equilibrium regularly is
tiap bulan masih rendah. Hal ini dapat dilihat considered poor. It might be seen in
bahwa dari 166.826 balita yang ada, yang 166,826 of under-fives, only 118,997 of
melakukan penimbangan berat badan them have practiced the equilibrium as
hanya 118.997 balita (71,33%). Dari hasil equal to [71,33%]. According to the
penimbangan berat badan tersebut equilibrium, it can be seen the amount of
diketahui jumlah balita yang mengalami under-fives has increased on weight
penambahan berat badan sebanyak 99.057 approximately 99,057 under-fives
balita (83,24%). Sementara itu jumlah balita [83,24%]. In meanwhile the amount of
yang berat badannya berada pada bawah under-fives on weight under the red line
garis merah (BGM) sebanyak 1.116 balita around 1,116 children [0.94%] and under
(0,94%) dan di bawah garis tengah (BGT) the middle line approximately 1.652 of
sebanyak 1.652 balita (1,39%). Kedua children [1,395]. Both of these under-
kelompok balita ini merupakan kelompok fives are needed to be considered due to
yang perlu mendapat perhatian karena the category in deprived nutrition status
tergolong dalam kategori status gizi kurang and poor nutrition.
dan gizi buruk.

4.3.3 Status Gizi Wanita Usia Subur 4.3.3 Nutrition status of eligible
Kurang Energi Kronis (KEK) dan women with chronic energy
Anemia Gizi Besi (AGB) deficiency and anemia of iron
nutrition

Status gizi ibu sebelum dan selama The status of a mother nutrition
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan previously and following to a pregnancy
janin yang sedang dikandung. Bila status period might be influenced the growth of
gizi ibu normal pada masa sebelum dan fetus in pregnancy. Hence, the status of
selama hamil kemungkinan besar akan mother’s nutrition in normal stage
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan previous or following the pregnancy, the

89
dengan berat badan normal. Dengan kata possibility would deliver a healthy baby,
lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat sufficient period of month as well as the
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum weight. In the other word, the baby
dan selama hamil. quality depends on the mother nutrition
situation while in the pregnancy period.
Kurang energi kronis merupakan Deficiency of chronic energy is the
keadaan gizi yang buruk yang disebabkan nutrition at poor level where caused of
kekurangan zat gizi karbohidrat dalam poor in carbohydrate nutrition in a long
jangka waktu yang lama. Pengukuran period of time. One of the methods to
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan know nutritional status of eligible women
salah satu cara untuk mengetahui status is by measuring circumference of upper
gizi wanita usia subur. Ibu hamil yang arms. A pregnancy woman whose her
memiliki LILA < 23,5 cm mempunyai resiko upper arm circumference less than 23.5
tinggi untuk melahirkan bayi berat badan cm has a high risk to deliver a LBW
lahir rendah (BBLR). infant.
Anemia gizi besi merupakan suatu The anemia of iron nutrition is a
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin yang mother condition with haemoglobin at
rendah. Anemia gizi besi (AGB) pada ibu poor level. Anemia on a pregnancy
hamil dapat mengakibatkan kematian pada mother might be at death level of risk
ibu dan bayi. Hal ini dapat dicegah melalui both mother and infant. This might be
pemberian tablet tambah darah (Fe) kepada prevented by giving the tablet of blood
ibu hamil. Selama kehamilan dianjurkan improvement [Fe] to the pregnancy
seorang ibu mengkonsumsi tablet zat besi mother. While in pregnancy period she is
minimal 90 butir. Kekurangan zat besi dapat adviced to consume the tablet of iron
menimbulkan gangguan atau hambatan nutritious minimal 90 tablets. Deficiency
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh of iron nutritious might be occurred the
maupun sel otak. Anemia gizi dapat disturbance or obstruction in growth of
mengakibatkan kematian janin di dalam fetus both in body or brain cell. The
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, nutritious anemia can cause the death in
anemia pada bayi yang dilahirkan. Hal ini uterus, abort, physical defect, LBW, the
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu anemia on baby delivered. These might
dan kematian perinatal secara bermakna cause the morbidity as well as mortality
lebih tinggi dan kemungkinan melahirkan both maternal and perinatal, and the
bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. possibility delivers LBW and premature

90
are higher.
Cakupan pemberian tablet zat besi Record of providing the Fe tablet for
(Fe) kepada ibu hamil selama tahun 2006 pregnant mother while in 2006 has
tercatat dari 35.477 ibu hamil sebanyak registered 35,477 of pregnant mother of
29.095 ibu hamil mendapat Fe1 (82,01%) 29.095 of pregnant mother obtained Fe1
dan yang mendapat Fe3 sebanyak 23.108 [82,01%] and obtained the Fe3
ibu hamil (65,14%). Rendahnya persentase approximately 23,108 of pregnant
ibu hamil yang mendapat tablet Fe mother [65,14%]. Poor of percentage the
kemungkinan karena kurangnya kesadaran pregnant mother getting Fe tablet,
dan pengetahuan ibu hamil akan bahaya possibility due to lacking of an
yang diakibatkan jika ibu hamil menderita awareness and knowledge of the
anemia. Data lebih rinci dapat dilihat dalam pregnant mother that might be harmful in
lampiran tabel 25. case of a pregnant mother suffered the
anemia. The details data can be seen in
annex table 25.

4.3.4 Gangguan Akibat Kekurangan 4.3.4 The Iodine Deficiency Disorder


Yodium (GAKY) GAKY)

Gangguan Akibat Kurang Yodium atau The Iodine deficiency disorder is an


GAKY adalah sekumpulan gejala yang indication in occurring due to human
timbul karena tubuh seseorang kekurangan body condition in poor of Iodine regularly
unsur yodium secara terus menerus dalam in period of long time. The Iodine is a
jangka waktu yang cukup lama. Yodium natural mineral, both in the soil or water,
adalah mineral yang terdapat di alam, baik where the micro nutritious needed by the
di tanah maupun di air yang merupakan zat human body to set a Tyrosine hormone
gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh in functioning to control the growth as
manusia untuk membentuk hormon Tiroksin well as physical development and
yang berfungsi untuk mengatur intelligent.
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta
kecerdasan.
Masalah GAKY merupakan masalah The GAKY is serious subject as it
yang serius mengingat dampaknya secara considered both the effect is directly and
langsung atau tidak langsung indirectly, it might be influenced the

91
mempengaruhi kelangsungan hidup dan humanity also the quality of human
kualitas sumber daya manusia yang resources in 3 aspects, they are the
mencakup 3 aspek, yaitu aspek intelligent development, the social
perkembangan kecerdasan, aspek development and the economy
perkembangan sosial dan aspek development.
perkembangan ekonomi. Obviously the effect of GAKY is
Begitu seriusnya dampak GAKY yang in serious condition to occur, Indonesia
ditimbulkan, pemerintah Indonesia government has taken an action on
melakukan upaya penanggulangan GAKY prevention the GAKY with the main focus
dengan fokus utama (1) distribusi kapsul of [1] distribute the oil of Iodine capsule
minyak beryodium kepada seluruh wanita to the entire of women average in
usia subur (15 - 49 tahun) di daerah productive stage [15 – 49 years old] in
endemik berat dan endemik sedang sebagai serious endemic region and average
upaya jangka pendek, dan (2) yodisasi endemic as short term effort, and [2] the
garam atau peningkatan konsumsi garam salt iodized or increasing the iodine salt
beryodium sebagai upaya jangka panjang. consumption in a long period of time.
Gangguan akibat kekurangan yodium The interference caused of poor in iodine
(GAKY) merupakan masalah kesehatan [GAKY] is a health subject that needs to
yang perlu diperhatikan. Kekuragan zat be considered. Lacking of iodine can be
yodium dapat menyebabkan gangguan occurred of growth interferences
pertumbuhan fisik seperti pembesaran physically such as extending of gland
kelenjar thyroid, kretinisme (badan kerdil), thyroid, cretinism [shortest], dumb, and
bisu, dan tuli. Kekurangan yodium juga deaf. Lacking of the iodine also can be
dapat mengakibatkan perkembangan caused of lethargic intelligent
intelektual yang terlambat yang development where influencing on the
berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak children intelligent level becomes quite
menjadi rendah. weak.
The Kepulauan Riau Province
Daerah Provinsi Kepulauan Riau region is not in category of endemic
bukan merupakan endemis GAKY. Namun GAKY. However, linked to the programs
program-progam tetap dijalankan di need to be in progress in districts/cities
kabupaten/kota untuk mengantisipasi GAKY in order to anticipate the GAKY by an
dengan melakukan pemantauan peredaran inspection and controlling the iodine salt
garam beryodium sampai ke tingkat desa. circulation till the next stage of villages.

92
93
BAB 5
BAB V BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
HEALTH
SITUASI SUMBER RECOUCES SITUASI
DAYA KESE SITUATION
SUMBER DAYA

Sumber daya kesehatan mencakup Health Recourses consist of


sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan health facility, health manpower and
sumber pembiayaan kesehatan. health funding sources. The avaibility
Ketersediaan sumber daya baik dari segi of recourses even from quantity and
jumlah dan mutu yang didukung dengan quality aspect which supported with
penggunaan yang efektif dan efisien akan an efficient and effective usage to
mendorong pencapaian tujuan encourage the achievement the
pembangunan kesehatan secara optimal. purpose of health development
optimally.

5.1 Sarana Kesehatan 5.1 Health Facility


Salah satu komponen penting dalam One of the main component on
penyelenggaraan pembangunan kesehatan implementation of Health
adalah sarana kesehatan mampu development are as a capable health
menunjang berbagai upaya pelayanan facility to support a various effort of
kesehatan baik pada tingkat individu health services on individual level as
maupun masyarakat. Sarana kesehatan well as on community level. Health
yang akan diuraikan berikut meliputi facility that will be further described
puskesmas, rumah sakit, sarana produksi consist of Health Center, Hospital,
dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, Production facility and pharmacy
sarana upaya kesehatan bersumber distribution and health equipment,
masyarakat (UKBM) dan institusi pendidikan facility of health effort community
tenaga kesehatan. basis and institution of health
manpower education

5.1.1 Sarana Kesehatan Dasar 5.1.1 Basic Health Facility


Yang termasuk dalam sarana Which are included on basic
kesehatan dasar meliputi puskesmas dan health facility consist of Health
jajarannya (puskesmas pembantu, Center and its range (Sub Health
puskesmas keliling, pos bersalin desa). Care, Rural delivery post). Health
Puskesmas dan jajarannya merupakan Center and its range are a first line
ujung tombak pelayanan kesehatan dasar of basic health services to the

93
kepada masyarakat. Keberadaan community. The existence of health
puskesmas dan jajarannya yang dapat Care and its range can be easily
dengan mudah dijangkau oleh masyarakat reachable will increase community
akan meningkatkan akses masyarakat access towards health services
terhadap pelayanan kesehatan sesuai appropriate as needed, on efforts to
dengan yang dibutuhkan, dalam upaya reach the objective the supply of
mencapai tujuan tersebut penyediaan basic health services are the most
sarana kesehatan dasar merupakan hal important matter.
yang terpenting.
Distribusi Puskesmas, Pustu, dan Distribution of Health care, Sub
Pusling menurut kabupaten/kota di Provinsi Health Care and Circular Health Care
Kepulauan Riau tahun 2006 dapat dilihat By Districts/ Cities in Kepulauan Riau
pada tabel berikut : Province Year 2006 Can be seen of
the following table :

Distribusi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan


Puskesmas Keliling (Pusling) di kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan
Tabel
5.1 : Riau Tahun 2006
Table Distribution of Health Centre, Sub-Health Centre, and Circular Health
Centre by District/City in Kepulauan Riau Year of 2006

PUSKESM AS PUSLING
PUSTU
Health Centre Circular Health Centre
KAB/KOTA Sub-
NO. RI NON-RI
District/City JM L Health DARAT LAUT JM L
With Without
Total Centre Land Sea Total
Bed Bed
1 Karim un 3 6 9 31 14 1 15

2 Bintan 3 3 6 31 13 3 16

3 Natuna 5 5 10 43 4 5 9

4 Lingga 3 2 5 36 6 2 8

5 Batam 3 8 11 34 12 14 26

6 Tanjungpinang 0 4 4 9 5 0 5

PROVINSI (Province) 17 28 45 184 54 25 79

RASIO (Ratio) 3.23 4.09 1.76

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Prov.Kepulauan Riau, 2007


Source : Yankes Department, Dinkes Prov. Kepulauan Riau, 2007

94
Selama tahun 2006, tidak ada During year 2006, there are no
penambahan jumlah sarana pelayanan addition of number Basic Health
kesehatan dasar, namun telah dilaksanakan services facility, but it has carried out
upaya perbaikan dan peningkatan fungsi an efforts to repair and increase the
puskesmas baik mencakup pelaksanaan Health Care function as well as
rehabilitasi fisik bangunan maupun juga covering the execution of Civil work
penambahan peralatan yang dibutuhkan rehabilitation and the addition of
agar puskesmas dapat melaksanakan equipment needed in order for the
peranannya secara optimal. Pada tabel di Health Center to carry out its role
atas dapat dilihat bahwa jumlah puskesmas optimally. On the table above can be
di Provinsi Kepulauan Riau sampai tahun seen that the amount of Health center
2006 yaitu sebanyak 45 unit (17 unit rawat in Kepulauan Riau Province until 2006
inap dan 28 unit non rawat inap). Rasio as many as 45 unit (17 unit stay care
puskesmas penduduk yaitu 3,23 per 100.000 and 28 unit pass care). Ratio of
penduduk, hal ini berarti satu puskesmas population Health center which is 3.23
melayani sekitar 25.000-33.000 penduduk. per 100.000 population, this means
Jika dilihat rasio puskesmas dengan that one health center could serve
penduduk, menunjukkan adanya penurunan about 25.000 – 33.000 population,
dibandingkan dengan tahun 2005 dimana shows a presence of decreasing
rasio puskesmas terhadap penduduk compared with year 2005 where ratio
sebesar 3,53 per 100.000 penduduk. Hal ini of Health Center towards population as
menunjukkan adanya peningkatan jumlah many as 3,53 per 100.000 population.
penduduk Kepulauan Riau dan tidak diiringi This matter shows an increase of total
dengan penambahan jumlah sarana population in Kepulauan Riau and not
pelayanan kesehatan. Ratio kecukupan adjacent with increment of total health
puskesmas menurut standar Nasional yaitu services facility. Ratio of sufficiency by
satu puskesmas melayani 28.000 penduduk. National standard which is one Health
Berdasarkan angka ini ketersediaan fasilitas Center serves 28.000 populations.
puskesmas di Kepulauan Riau masih kurang, According to this number the avaibility
terlebih mengingat keadaan geografis of Health Center facility in Kepulauan
Provinsi Kepulauan Riau yang berbentuk Riau is still not enough, while
kepulauan. Jarak dan sarana transportasi considering geographical condition in
menjadi pertimbangan sulit yang akan Kepulauan Riau Province is in shape
menurunkan minat masyarakat untuk of archipelago. The distance and
menggunakan sarana pelayanan kesehatan. transportation facility became a difficult
consideration to lowering the interest

95
of community to use Health services
facility.
Puskesmas pembantu (pustu) Sub Health Center had a growth
mengalami pertambahan dari 178 unit pada from 178 units in 2005 to 184 unit in
tahun 2005 menjadi 184 unit pada tahun 2006. Ratio Sub Health Center per
2006. Rasio pustu per puskesmas adalah Health Center is 4.09 means that
4,09 artinya pelayanan tiap puskesmas service of every Health Center receive
dibantu oleh 4 buah pustu. Ketersediaan help by 4 unit of Sub Health Center.
puskesmas keliling (pusling) sangat The readiness of circular Health Center
memegang peranan penting dalam plays a very major role on increasing
peningkatan akses masyarakat terhadap health especially to reach remote and
pelayanan kesehatan khususnya untuk excluded areas. If on year 2005 it only
menjangkau daerah-daerah sulit dan had 79 units which consist 54 unit of
terpencil. Jika pada tahun 2005 hanya land circular health center and 25 unit
terdapat 69 unit, namun selama tahun 2006 of sea circular health center. The ratio
terjadi penambahan jumlah menjadi 79 unit of circular health services to health
yang terdiri dari 54 unit pusling darat dan 25 center are 1.76 that means every
unit pusling laut. Rasio pusling terhadap Health Center already owns 1-2 unit
Puskesmas adalah 1,76 yang berarti setiap circular Health Center.
Puskesmas telah memiliki 1-2 unit Pusling.

5.1.2 Sarana Kesehatan Rujukan 5.1.2 Health Facility Referral


Rumah sakit sebagai sarana Hospital as a Health Facility
kesehatan rujukan perlu mendapat referral needs to have attention.
perhatian. Indikator yang digunakan untuk Indicator used to rate the development
menilai perkembangan sarana rumah sakit of Hospital treatment facility usually
antara lain dengan melihat perkembangan measured by total hospital and its bed
fasilitas perawatan yang biasanya diukur also ratio towards total population.
dengan jumlah rumah sakit dan tempat
tidurnya serta rasionya terhadap jumlah
penduduk.
Pada tahun 2006, di Provinsi Year 2006, in Kepulauan Riau
Kepulauan Riau terdapat 20 rumah sakit Province contained 20 hospitals consist
dengan rincian 5 rumah sakit pemerintah, 1 of 5 government hospitals, 1
rumah sakit BUMN, 2 rumah sakit TNI, dan government company hospital, 2
12 rumah sakit swasta. Di Kabupaten National Army Hospitals and 12 Private

96
Natuna (Palmatak) dan Kabupaten Lingga Hospitals. In Natuna District (Palmatak)
(Daik) sejak tahun 2005 telah dilaksanakan and Lingga District (Daik) since year
pembangunan rumah sakit lapangan 2005 has carried out development of
dengan kapasitas tempat tidur masing- field Hospital with capacity of 15 beds
masing 15 TT. each.
Dalam meningkatkan fasilitas In order to increase health facility
kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau, pada in Kepulauan Riau Province, in 2006
tahun 2006 sedang dilaksanakan tahap I has been carried out I phase of Hospital
pembangunan RS Provinsi di Tanjung development in Tanjung Uban, Bintan.
Uban, Bintan. Pembangunan rumah sakit ini The development of this hospital
dilaksanakan secara bertahap yaitu executed in phases which is consists of
sebanyak 4 tahap. 4 phases.
Seiring meningkatnya tuntutan akan With the increase of demand on
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan quality and comfortable health services
nyaman sesuai kebutuhan dan keinginan according to needs and community
masyarakat membuat dunia kesehatan desire to make a world of health to be
menjadi lahan yang menarik untuk an interesting place for investing. This
berinvestasi. Hal ini terlihat dengan matter can be seen with increasing
meningkatnya jumlah rumah sakit swasta di total private hospitals in Kepulauan
Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Kota Riau Province especially in Batam City,
Batam. Selama tahun 2006 terjadi during year 2006 occurred an Hospitals
penambahan rumah sakit di Kota Batam increase in Batam City as many as 2
sebanyak 2 unit, sehingga pada tahun 2006 unit, until on year 2006 present a 11
terdapat 11 unit rumah sakit. Salah satu unit Hospitals. One of the hospitals can
rumah sakit tersebut dapat dikatakan be called international scale with
berskala internasional dengan sistem management system that focuses on
manajemen yang mengutamakan patient comfort. This is to catch interest
kenyamanan pasien. Hal ini untuk opportunity of community to receive
menangkap peluang tingginya animo treatment on overseas such as in
masyarakat untuk berobat ke luar negeri Singapore and Malaysia.
seperti ke Singapura dan Malaysia.
Indikator cakupan ketersediaan The indicator coverage for
sarana pelayanan kesehatan rujukan avaibility of Health services facility
dilakukan dengan melihat rasio tempat tidur referral done with seeing ratio of
rumah sakit per 100.000 penduduk. Jumlah Hospitals beds per 100.000
tempat tidur di sarana pelayanan kesehatan populations. Total beds on health

97
rujukan Provinsi Kepulauan Riau tahun services facility referral Kepulauan Riau
2006 dilihat pada tabel berikut : Province year 2006 can be seen on
following table:

Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota


Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
5.2 :
Table Numbers of Hospital’s Bed by District/City Kepulauan Riau
Province Year of 2006

Rasio TT/
Jumlah Tempat
Kabupaten/Kota Nama Rumah Sakit 100.000 PDDK
No. Tidur
District/City Hospital's Name Bed Ratio/100,000
Numbers of bed
pop

1 Bintan - RS Antam 50 41.22


2. Karimun - RSUD Karimun 116 70.99
- RS Bakti Timah 33
3 Batam - RSUD Batu Aji 36 122.28
- RS Otorita Batam 177
- RS Harapan Bunda 65
- RS Budi Kemuliaan 199
- RS St.Elisabeth 114
- RS Casa Medical Centre 100
- RS Kasih Sayang Ibu 20
- RS Anak Permata Hati 20
- RS Awal Bross 123
- RS Charis Medika *
- RS Nuruddiniyah 19
4 Tanjung - RSUD Tanjung Pinang 105 133.05
- RSAL Dr. Medyanto S 118
5 Lingga - RSL Daik 15 17.99
6 Natuna - RS AURI 20 35.63
- RSL Palmatak 15
TOTAL Total 1,295 92.87
Sumber : Yanmedik RS Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2006
Source: District/City Hospital Medical ServiceKepulauan Riau province, 2006

Jumlah tempat tidur seluruh rumah Total beds on entire hospitals in


sakit di Kepulauan Riau baik pemerintah Kepulauan Riau by government as well
maupun swasta berjumlah 1.295 TT, as private sector amounted 1.295 TT,
dengan rasio 92,87 per 100.000 penduduk. with ratio 92,87 per 100.000
Untuk dapat memberikan pelayanan population. To give an optimal health
kesehatan yang optimal kepada masyarakat services to the community and
dan seiring dengan pembentukan adjacent with the forming of provincial

98
pemerintahan provinsi, pada tahun 2007 administration, on year 2007 plans to
direncanakan akan dilaksanakan carry out the development of Hospitals
pembangunan rumah sakit provinsi di Kota in Tanjungpinang City by multi years.
Tanjungpinang secara multi years.

5.1.3 Sarana Produksi dan Distribusi 5.1.3 Production Facility and


Farmasi dan Alat Kesehatan Pharmacy Distribution and
Health Equipment

Dalam rangka menjamin tersedianya In order to guarantee the


obat dan perbekalan kesehatan dengan avaibility of medicine and health
jenis dan jumlah yang cukup sesuai supplies with enough type and amount
kebutuhan nyata masyarakat yang according with real community needs
diperlukan dalam pembangunan bidang which is needed in development are
kesehatan telah dilakukan berbagai upaya being supported by facility of pharmacy
diantaranya peningkatan sarana penunjang installation.
instalasi kefarmasian.
Instalasi farmasi kabupaten/kota (IFK) Pharmacy Installation District/City
adalah sarana distribusi obat dan is a medicine distribution facility and
perbekalan kesehatan yang berfungsi health which functions to distribute
mendistribusikan obat-obatan untuk medicines for basic health services
pelayanan kesehatan dasar (obat PKD) dan (PKD’s medicine) and programs
program (obat program) ke puskesmas- (program’s medicine) to health centers
puskesmas di wilayahnya, sedangkan in the region, whereas province
instalasi farmasi provinsi mempunyai pharmacy installation have activities as
kegiatan sebagai pelengkap untuk an addition to guarantee the avaibility
menjamin ketersediaan obat-obatan dan of medicines and health equipment in
alat kesehatan di kabupaten/kota (buffer District/Cit (buffer stock).
stock).
Pada tahun 2006, dilakukan In 2006, it has done
pembangunan IFK baru di Kabupaten development of new Pharmacy
Lingga dan Kabupaten Natuna. Dengan Installation District/City. With only in
demikian hanya Kota Tanjungpinang yang Lingga District and Tanjungpinang City
belum memiliki IFK dan direncanakan akan that still haven’t own Pharmacy
dilaksanakan pembangunan IFK Kota Installation Districts/ Cities and
Tanjungpinang pada tahun 2007. Distribusi planned the development of Pharmacy
sarana farmasi di Kepulauan Riau pada Installation District/City in

99
tahun 2006 dapat dilihat pada table berikut : Tanjungpinang City on Year 2007. The
distribution on Pharmacy Facility in
Kepulauan Riau Province on year
2006 could be seen on the following
table :

Distribusi Sarana Farmasi di Kepulauan Riau Tahun 2007


Tabel
5.3 :
Table Distribution of Pharmacy Facilities in Kepulauan Riau Year of 2007

S A R A N A F A R M A S I (P h a rm a c y F a c ilitie s )
Toko O bat
In s ta la s i
K A B ./K O T A PBF B e rizin
N o. F a rm a s i A p o tik P A K /S u b
D is tric t/C ity P h a rm a c y D ru g s to re
P h a rm a c y P h a rm a c y PAK
S u p p lie r h a s lic e n c e
In s ta la tio n

1 K a rim u n 1 0 13 51 4
2 B in ta n 1 0 7 26 3
3 N a tu n a 1 0 0 2 0
4 L in g g a 1 0 1 7 0
5 B a ta m 1 18 56 144 20
6 T a n ju n g p in a n g 0 1 28 57 0
7 P ro vin s i 1 0 0 0 0
T O T A L T o ta l 6 19 105 287 27

Sumber : Seksi Farmamin, Dinkes Prov. Kepulauan Riau, 2007


Source : Farmamin Section, Dinkes Kepulauan Riau Province, 2007

Pada tabel di atas dapat dilihat From table above it can be seen
bahwa sebagian besar sarana farmasi that major parts of concentrated
terkonsentrasi di Kota Batam. Seperti Pharmacy Facility in Batam City. Just
pedagang besar farmasi (PBF) dari 19 like large merchant Pharmacy (PBF)
sarana dimanac18 sarana berada di Kota from 19 facility where 18 of facility
Batam. Demikian juga halnya dengan located in Batam City. Thus with
apotek, toko obat berizin dan PAK/Sub-PAK pharmacy, licensed medicine store and
sebagian besar terdapat di Kota Batam. PAK/Sub PAK which a large part
located in Batam City.

100
5.1.4 Sarana Upaya Kesehatan 5.1.4 Facility Efforts of Health
Bersumber Masyarakat (UKBM) Community Source

Salah satu strategi utama One of the main strategy of Health


Departemen Kesehatan dalam upaya department in order to realizing Health
mewujudkan visi Depkes yaitu masyarakat Department Vision which is an
yang mandiri untuk hidup sehat adalah independent and healthy living is to set
menggerakkan dan memberdayakan in motion and manpower the society to
masyarakat untuk hidup sehat. Pentingnya live healthy. The importance of
peran serta masyarakat dalam program- community participation on everyday
program kegiatan pembangunan kesehatan, Health Development activities programs
tidaklah bisa dipungkiri. Hasil observasi, cannot be denied. The output of the
pengalaman lapangan hingga keberhasilan observation, field experience until the
cakupan suatu program yang telah dianalis success coverage of a program that
membuktikan bahwa peran serta has been analyze proofs that
masyarakat sangat menentukan terhadap community role are very determining
keberhasilan, kemandirian dan towards the success, independent and
kesinambungan pembangunan kesehatan. continuity of the program. Linked with a
Hal ini berkaitan dengan adanya rasa sense of belonging and continuity of
memiliki (sence of belonging) dan health program execution. With that
terjaminnya kesinambungan (continuity) then the organization of community
pelaksanaan program kesehatan. Dengan activities should and must be done with
demikian, maka sebaiknya dan seyogianya the community itself.
pengorganisasian kegiatan masyarakat
dalam pembangunan kesehatan harus
dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Beberapa wujud partisipasi Several form of community
masyarakat dalam pembangunan di sektor participation on developing health
kesehatan antara lain melalui kegiatan sector such as through integrated
Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin service post (Posyandu), village
Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), delivery hut (Polindes), family herb
POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos plant (Toga), village medicine post
Upaya Kesehatan Kerja), Desa siaga dan (POD), work health effort post (Pos
sebagainya. Selain Posyandu, situasi dan UKK), Alert village activities and others.
kondisi upaya kesehatan bersumberdaya Besides posyandu, situation and other
masyarakat lainnya sudah sulit condition community health recourses
dideteksi/dipantau sejak pemberlakuan efforts have been difficult to

101
otonomi daerah di masing-masing kab./kota. detect/monitored since starting of
Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini autonomic region in each district/city.
perlu mendapat perhatian yang optimal Hence, the execution of this program
kembali dari masing-masing pengelola needs to receive optimal attention of
program kesehatan. each health program manager.
Jumlah Posyandu Pada tahun 2006 The total posyandu by year 2006
di Kepulauan Riau tercatat sebanyak 925 in Kepulauan Riau was registered as
posyandu. Jumlah ini bertambah jika many as 925 posyandu. This amount
dibandingkan dengan jumlah posyandu increased if compared with number of
pada tahun 2005 yang berjumlah 840 posyandu on year 2005 which amount
posyandu. Sebagian besar posyandu yang to 840 posyandu. Most of the posyandu
ada masih tergolong dalam kategori exist are still categorized as Posyandu
Posyandu Pratama dan Posyandu Madya. Pratama and Posyandu Madya
category.
Dilihat dari segi kuantitas, jumlah If seen from quantitative aspect,
Posyandu di Provinsi Kepulauan Riau total posyandu on Kepulauan Riau
sudah memadai. Namun dari segi kualitas Province are already sufficient.
masih harus ditingkatkan. Melihat masih However on qualitative aspect it
banyaknya Posyandu pada tingkatan needs to keep on improving. Seen
Pratama dan Madya, perlu dilakukan from the number of posyandu on
pembinaan, penyegaran kader, meninjau Pratama and Madya level, needs to
kembali kelengkapan peralatan Posyandu develop, cadre refresh, observing
sehingga diharapkan jumlah Posyandu again the completeness of posyandu
Purnama dan Mandiri meningkat. equipment so it can be expected that
the number of posyandu Purnama
and Mandiri are increasing.
Program baru yang diluncurkan The latest program that Health
depkes dalam upaya untuk mencapai target Department have launch is an efforts
Indonesia Sehat 2010 adalah program Desa to achieve target Healthy Indonesia
Siaga. Program ini bertujuan meningkatkan 2010 are through Alert Village
pengetahuan dan kesadaran masyarakat program. This program purposed to
akan pentingnya kesehatan, meningkatkan increase knowledge and awareness
kemampuan dan kemauan masyarakat of community regarding the
desa menolong dirinya sendiri di bidang importance of health, increase
kesehatan, meningkatkan kewaspadaan capability and will of rural community
dan kesiapsiagaan masyarakat desa to help them self in health sector,

102
sehingga masyarakat dapat mengetahui increase the alertness and the
berbagai risiko dan bahaya yang dapat readiness of rural community until the
menimbulkan gangguan kesehatan, seperti community knows of multiple risk and
bencana dan wabah penyakit. Dengan danger that could be causing health
program ini, kesehatan lingkungan desa disorder, such as disaster and
diharapkan bisa meningkat. Jumlah Desa epidemic diseases. With this program,
Siaga yang terealisasi terbentuk di rural health environment hoped to
Kepulauan Riau pada tahun 2006 adalah increase. Total alert village that
sebanyak 17 desa dari target 40 desa. realized formed on Kepulauan Riau
on Year 2006 are as many as 17
villages from target of 40 villages.

5.1.5 Institusi Pendidikan Tenaga 5.1.5 Institution of Education Health


Kesehatan Manpower

Peranan institusi pendidikan tenaga Institution of education of health


kesehatan sangat penting dalam manpower has a very important role on
menyediakan tenaga kesehatan baik secara supplying health manpower by quantity
jumlah maupun kualitas. Institusi pendidikan and quality. Institution education of
tenaga kesehatan yang didirikan oleh health manpower which has been
pemerintah di Provinsi Kepulauan Riau established by Kepulauan Riau
masih satu yaitu Politeknik Kesehatan Province government still consist only
Tanjung Pinang. Sampai saat ini, institusi ini one which is Tanjungpinang Health
masih menginduk kepada Provinsi Riau. Polytechnic. Until this moment, this
Sementara untuk Balai Pelatihan Kesehatan institution still is sourcing from Riau
belum ada. Peningkatan kualitas tenaga Province. While the Health Training
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan Board haven’t exist. Increasing of the
difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi health manpower quality on health
dan Kabupaten/Kota. services facility facilitated by provincial
health office and district/city.
Pengadaan tenaga kesehatan selain Recruitment of health manpower
tanggung jawab pemerintah, pihak besides as a government
masyarakat (swasta) juga berperan aktif responsibility, private sectors also
dengan mendirikan universitas/akademi actively play a role with establishing
yang mempunyai jurusan di bidang university/academy which owns majors
kesehatan. Pendirian universitas/akademi on health sector. The founding of
bidang kesehatan masih terfokus pada university/academy health field still

103
daerah kota seperti Kota Batam dan focuses on city region such as Batam
Tanjung Pinang. Jurusan yang dimiliki City and Tanjungpinang. Major owns
masih terbatas pada akademi perawat dan still restrict on nurse academy and
akademi kebidanan. midwife academy.

5.2 Tenaga Kesehatan 5.2 Health Manpower

Optimalisasi pelayanan kesehatan The optimalization of health


tidak hanya tergantung pada kelengkapan services not only depends on the
sarana dan prasarana namun juga harus avaibility of facilities and infrastructures
didukung oleh kapasitas sumber daya but it must be backed by human
manusianya. Ketersediaan tenaga recourses capacity. The avaibility of
kesehatan baik secara jumlah maupun health manpower on qualitative or type
jenisnya merupakan suatu hal yang wajib is an obligation to fulfill in order to
dipenuhi untuk dapat mewujudkan realize the achievement in health
tercapainya pembangunan di bidang development sector. The total of health
kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di manpower in Kepulauan Riau Province
Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan has shown an increase from year to
adanya penambahan dari tahun ketahun. year. If on year 2005 the number of
JIka pada tahun 2005 jumlah tenaga health manpower are 2,785
kesehatan berjumlah 2.785 orang, pada personnels, in year 2006 became
tahun 2006 menjadi 3.530 orang. Gambaran 3.530 personnels. Description by type
jenis dan persentase tenaga kesehatan di and percentage of health manpower in
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006 dapat Kepulauan Riau Province in 2006
dilihat pada gambar berikut : could be seen on following table such
as :

104
Persentase Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi
Gambar Kepulauan Riau Tahun 2006
5.1 :
Figure Percentage of Health Manpower Types in Kepulauan Riau
Year of 2006

2.44%
2.38%

4.65% 16.81%

2.07%

5.13%

65.08%

MEDIS PERAWAT/BIDAN FARMASI GIZI TEKNIS MEDIS SANITASI KESMAS

5.2.1 Tenaga Medis 5.2.1 Medical Staffs

Pada tahun 2006, jumlah tenaga In 2006, the amount of medical


medis yang melayani di berbagai sarana manpower that serves In Kepulauan
pelayanan kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau Province consists of 601
Riau berjumlah 601 personel. Jumlah ini personnel. This number showed an
menunjukkan adanya penambahan increase of personnel if compared
personel bila dibandingkan dengan tahun with year 2005 which consists only
2005 yang hanya berjumlah 460 orang,. 460 persons. The detailed manpower
Rincian tenaga berdasarkan unit kerjanya by work unit spreading on work unit

105
yang tersebar di unit kerja sebagai berikut : as following :
- Dokter spesialis sebanyak 173 (2 orang - Doctor specialist as many as 173
di puskesmas, 168 RS, 3 sarana (2 person in health center, 168 in
kesehatan lain). Hospital, 3 in other health facility).
- Dokter umum sebanyak 241 orang (182 - General doctor as many as
orang di Puskesmas, 123 orang di RS, 241person (182 in health center,
17 orang di sarana kesehatan lain 123 person in hospitals, 17 person
(rumah sakit swasta, Balai Pengobatan, in other health facility).
BTKL, KKP), 19 orang di dinas
kesehatan).
- Dokter gigi sebanyak 87 orang (55 - Dentist as many as 87 person (55
orang di puskesmas, 26 orang di RS, 1 person in health center, 26 person
orang disarana kesehatan lainnya dan 5 in hospital, 1 person in other health
orang di dinas kesehatan). facility and 5 person in health
- Dokter keluarga dan dokter gigi spesialis office)
belum ada di Provinsi Kepulauan Riau. - Family doctor and specialist dentist
still not exist in Kepulauan Riau
Province.

Rasio tenaga medis secara Ratio of medical manpower by


keseluruhan terhadap 100.000 penduduk whole towards 100.000 population are
adalah 43 per 100.000, dengan rincian rasio 43 per 100.000, with ratio by
menurut jenis ketenagaan yaitu rasio dokter manpower type is ratio of specialist
spesialis 12 per 100.000 penduduk, rasio doctor 12 per 100.000 population, ratio
dokter umum 24 per 100.000 penduduk, of general doctor 24 per 100.000
rasio dokter gigi 6 per 100.000. Secara population, ratio of dentist 6 per
keseluruhan data ini menunjukkan adanya 100.000. By whole this data showed
peningkatan rasio tenaga kesehatan an increase of health manpower
terhadap jumlah penduduk jika towards total population if compared
dibandingkan dengan jumlah tenaga with total health manpower if
kesehatan pada tahun sebelumnya. Bila compared with total health manpower
dibandingkan dengan target pencapaian IIS from previous year. If compared with
2010, nampak bahwa rasio untuk tenaga achievement target IIS 2010, then ratio
dokter spesialis dan dokter umum telah of specialist doctor and general doctor
mencapai target (dokter spesialis 2 per had achieved target (2 specialist
100.000 penduduk, dokter umum 6 per doctor 2 per 100,000 populations, 6

106
100.000 penduduk), namun rasio dokter gigi general doctors per 100,000
belum mencapai target (dokter gigi 11 per populations), however ratio of dentist
100.000 peududuk). Tingginya rasio dokter still not achieve target (11 dentists per
spesialis terhadap penduduk seolah-olah 100,000 populations). The ratio level of
menunjukkan bahwa Kepulauan Riau sudah specialist doctor towards population
jauh melebihi target, namun hal ini perlu shown that Kepulauan Riau has
disingkapi dengan kenyataan bahwa already far exceeding target, but this
sebagian besar dokter spesial merupakan must be demeanor that in reality large
tenaga paroh waktu (part timer) yang pada part of specialist doctor are a part timer
umumnya berasal dari daerah Pulau Jawa. which mainly originated from java
Permasalahan lainnya adalah hampir island. Other problems are almost
seluruh dokter spesialis terkonsentrasi di every specialist doctor concentrated in
Kota Batam. Data terinci dapat dilihat pada Batam City. Detailed data can be seen
lampiran tabel 56. on the annex table 56.

5.2.2 Tenaga Perawat dan Bidan 5.2.2 Nurse and Midwife Personel

Ketersediaan tenaga perawat dan The avaibility of nurse and


bidan khususnya untuk daerah terpencil midwife manpower especially for
diharapkan dapat memberikan pelayanan remote areas hoped to receive basic
kesehatan dasar dan pertolongan health services and help on normal
persalinan normal. Jumlah tenaga perawat delivery. The total of nurse and midwife
dan bidan pada tahun 2006 yaitu sebanyak manpower on year 2006 which is 2.327
2.327 orang, dengan rasio tenaga perawat person, with ratio of nurse manpower is
yaitu 129 per 100.000 penduduk, sementara 129 per 100.000 population,
rasio tenaga bidan yaitu 38 per 100.000 meanwhile ratio of midwife manpower
penduduk. Bila dibandingkan dengan target are 38 per 100.000 population. If
pencapaian IIS 2010, dimana target rasio compared with achievement target IIS
perawat dan penduduk sebesar 117,5 per 2010, where ratio target of a nurse and
100.000 penduduk maka Kepulauan Riau population by 117.5 per 100.000
telah mencapai target namun hal ini juga population then Kepulauan Riau has
masih perlu dikaji kembali mengingat belum achieve target but this matter also
semua kabupaten/kota memberikan needs to be examined again
informasi yang lengkap. Lain halnya dengan considering not all Districts/Cities give
tenaga bidan dimana target 2010 adalah 10 complete information. It is different with

107
per 100.000 penduduk menunjukkan jumlah midwife manpower where on target
bidan di Kepulauan Riau masih sangat jauh 2010 are 10 per 100,000 populations
dari target. Untuk lebih jelas data terinci shown amount of midwife in Kepulauan
dapat dilihat pada lampiran tadel 58. Riau still very far from target. For more
detailed data could be seen on the
annex table 58.
Tuntutan keprofesionalan tenaga Demand on professionalism of
kesehatan semakin tinggi seiring health manpower are getting higher
perkembangan kemajuan zaman dan adjacent with development of age
tuntutan kebutuhan masyarakat. Salah satu progress and demand on community
bentuk penilaian peningkatan needs. One of the assessment forms of
keprofesionalan dapat dilihat dari tingkat professionalism increase could be
pendidikan. Jika dirinci menurut tingkat seen from education level. Details by
pendidikan dapat dilihat dari 1.798 tenaga education level could be seen from
perawat masih ditemukan tamatan SPK 1,798 nurse manpower still found
sebanyak 486 orang (27%). Sementara itu Health Nursing School graduates as
untuk tenaga bidan dari 529 bidan many as 486 person (27%).
ditemukan bahwa sebagian besar bidan Meanwhile for midwife manpower from
(66,2%) merupakan lulusan D1 bidan. 529 midwifes found that a large sum of
midwife (66.2%) is a D1 midwife
graduates.
Dalam upaya peningkatan The efforts of increasing the
kemampuan dan profesionalisme sumber capability and professionalism human
daya manusia kesehatan perlu health recourses needs to be carried
dilaksanakan pelatihan dan pendidikan out training and education to all health
kepada para tenaga kesehatan sehingga manpower so it can fulfill the education
dapat memenuhi standar pendidikan yang standard which has been set by Health
telah ditentukan oleh Depkes RI yaitu Department of Republic Indonesia
minimal D3. which is D3 minimum.

5.2.3 Tenaga Farmasi 5.2.3 Pharmacist Manpower

Pada tahun 2006 jumlah tenaga Year 2006 the total amount
kefarmasian berjumlah 181 orang dengan Pharmacology manpower are 181
rincian Apoteker sebanyak 44 orang, D3 persons with Pharmacist details as
Farmasi 7 orang, D1 Farmasi 26 orang dan many as 44 persons, D3 Pharmacy as

108
Asisten Apoteker 104 orang. Persentase many as 7 persons, D1 Pharmacy as
tenaga farmasi terhadap jumlah seluruh many as 26 persons and Pharmacist
tenaga kesehatan adalah 5,14%. assistant as many as 104 persons.
Berdasarkan unit kerja dapat dilihat bahwa The percentage of Pharmacy
tenaga farmasi sebagian besar bekerja di manpower with total of all health
sarana rumah sakit (58%) dan di manpower is 5.14%. According to work
puskesmas (25%), lainnya di Dinas unit could be seen that Pharmacy unit
Kesehatan dan sarana kesehatan lainnya. most of them work on hospitals facility
Rasio tenaga farmasi di Kepulauan Riau (58%) and in health center (25%),
adalah 12,98 per 100.000 penduduk. Angka others in Health Office and other
ini menunjukkan bahwa ketersediaan health facility in Kepulauan Riau
tenaga farmasi di Kepulauan Riau masih Province are 12,98 per 100.000
sangat jauh dari target IS 2010 yaitu 100 population. This number shown that
per 100.000 penduduk. Berdasarkan the avaibility of Pharmacy manpower
jenjang pendidikan yang ditamatkan terlihat in Kepulauan Riau Province are still
bahwa sebagian besar tenaga farmasi very far from target IS 2010 which is
merupakan lulusan asisten apoteker (D1) 100 per 100.000 populations,
yaitu sebanyak 57,5% sementara lulusan according to education level that
S1 dan apoteker sebanyak 28,2%. Untuk completed shows that a large part of
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan pharmacy manpower are an D1
perlu dilakukan berbagai pembekalan Pharmacist assistant graduate which is
pengetahuan melalui pelatihan dan as many as 57.5% meanwhile S1
pendidikan. graduate and Pharmacist as many as
28,2%. In order To increase health
manpower capacity needs to be done
a various knowledge stocks through
training and education.

5.2.4 Tenaga Gizi 5.2.4 Nutrition Manpower

Jumlah tenaga gizi di Provinsi The total amount of nutrition


Kepulauan Riau tahun 2006 sebanyak 73 manpower in Kepulauan Riau Province
orang yang tersebar di berbagai unit kerja year 2006 as many as 73 persons
yaitu 31 orang di puskesmas, 24 orang di which spreads on various work unit
rumah sakit dan 18 orang di dinas which is 31 person in Health Center,
kesehatan. Berdasarkan tingkat pendidikan 24 person in Hospitals and 18 person

109
terakhir terlihat bahwa sebagian besar in Health Office. According to the last
tenaga gizi merupakan tamatan D3 gizi education level it can be shown that
(82,2%), sementara tamatan S1 hanya large part of nutrition manpower are a
1,4%. Pembekalan dan peningkatan D3 nutrition graduate (82.2%), while
pengetahuan perlu terus dilaksanakan untuk S1 graduates only 1.4%, Supply and
meningkatkan kemampuan dan increasing of knowledge needs to be
profesionalisme tenaga gizi mengingat more carried out to increase capability
peranan tenaga gizi adalah bagian yang and professionalism of nutrition
tidak dapat terpisahkan dengan manpower considering that nutrition
keberhasilan pelayanan kesehatan lainnya. manpower role is and it cannot be
separated from other health services.

5.2.5 Tenaga Teknis Medis 5.2.5 Technical Medic Manpower

Yang tergolong dalam tenaga teknis Technical medic manpower can


medis meliputi tenaga analis laboratorium, be categorized consist of Laboratory
teknik elektro medis dan penata rongent, analyst empower, electrical technical
penata anestesi dan fisioterapi. Pada tahun medic and roentgen officer,
2006, jumlah tenaga teknis medis di anesthesia officer and physiotherapy.
Provinsi Kepulauan Riau berjumlah 171 In year 2006, total amount of
orang yang tersebar di unit kerja sebagai Technical medic manpower in
berikut : Kepulauan Riau Province consist of
- 40 orang di puskesmas/pustu, 171 persons which spreads on work
- 113 orang di rumah sakit, unit as following :
- 7 orang di dinas kesehatan. - 40 persons in Health Center/Sub
Health Center.
- 113 persons in Hospitals.
- 7 persons in Health Office.

5.2.6 Tenaga Sanitasi 5.2.6 Sanitation Manpower

Jumlah tenaga sanitasi di Kepulauan Total Sanitation manpower in


Riau tahun 2006 sebanyak 91 orang atau Kepulauan Riau Province as many as
2,58% dari total tenaga dengan rasio 91 person or 2.58% from total of
sebesar 6,53 per 100.000 penduduk. manpower with ratio as many as 6.53

110
Jumlah ini meningkat jika dibandingkan per 100.000 population. The number is
dengan tahun 2005 yang berjumlah 85 increasing if compared with year 2005
dengan rasio 6,88 per 100.000 penduduk. which have total amount 85 persons
Bila dibandingkan dengan target with ratio 6.88 per 100,000
pencapaian IIS 2010 maka jumlah tenaga populations. If compared with the
sanitasi masih sangat dibutuhkan achievement of IIS 2010 then total of
mengingat target yang diharapkan adalah Sanitation manpower still very needed
40 per 100.000 penduduk. considering the expected target is 40
per 100.000 populations.
Berdasarkan distribusinya diketahui Based on the distribution it is
bahwa 42,9% tenaga sanitasi bekerja di ascertainable that 42.9% sanitation
unit puskesmas, di dinas kesehatan 36,3%, manpower work at health center unit,
dan sisanya di unit rumah sakit dan sarana in health office 36.3%, and the rest in
kesehatan lainnya. Data lebih rinci dapat hospitals unit and other health facility.
dilihat pada lampiran tabel 59. More detailed data can be seen on the
annex table 59.

5.2.7 Kesehatan Masyarakat 5.2.7 Public Health

Jumlah tenaga kesehatan The amounts of public health


masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau manpower in Kepulauan Riau Province
tahun 2006 berjumlah 86 orang atau 2,44% in 2006 are 86 persons or 2.44% from
dari total seluruh tenaga kesehatan dengan the total of all health manpower with
rasio 6,17 per 100.000 penduduk. Sebaran ratio 6.17 per 100,000 populations.
unit kerja kesehatan masyarakat sebagai Spreading of community health work
berikut : unit as following :
- 9 orang di unit puskesmas, - 9 person on health center unit
- 15 orang di unit rumah sakit, - 15 person on hospital unit
- 62 orang di unit dinas kesehatan. - 62 person on health office unit

Secara keseluruhan jumlah tenaga Overall the total of public health


kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau tahun manpower in Kepulauan Riau Province
2006 baik medis dan paramedis sebanyak year 2006 by medic and paramedic as
3.530 orang. Secara absolut jumlah ini many as 3,530 persons. By absolute
bertambah dibandingkan dengan jumlah this amount are increasing if compared
tenaga kesehatan pada tahun 2005 yang with health manpower in 2005 which

111
berjumlah 2.785 orang. Tenaga kesehatan as many as 2,785 persons. The most
yang paling banyak yaitu tenaga perawat of the health manpower are nurse and
dan bidan yaitu berjumlah 2.327 orang midwife which are total 2,327 persons
(65,92%). (65.92%).
Beberapa permasalahan yang Several problems that on related
dirasakan dalam kaitannya sumber daya with human recourses are still lack of
manusia kesehatan yaitu masih minimnya health manpower amount if compared
jumlah tenaga kesehatan jika dibandingkan with total population and also
dengan jumlah penduduk dan juga dengan observing the geographical condition
melihat keadaan geografis yang berbentuk which in shape of archipelago where
daerah kepulauan dimana rasio jumlah the total ratio of health manpower
tenaga kesehatan terhadap penduduk tidak towards population cannot be set as
dapat dijadikan patokan mengingat lahan standard considering the vast job
kerja yang luas dan membutuhkan biaya opportunity and need an operational
operasional tenaga kesehatan dalam budget in order for the health
menjangkau pulau-pulau yang dipisahkan manpower to reach island that
perairan tersebut. Permasalahan lainnya separated by water/sea. Other
yaitu penyebaran tenaga kesehatan yang problems are the spreading of health
belum merata. Tenaga kesehatan pada manpower that still not even. Health
umumnya terfokus di kota-kota besar manpower generally still focused on
seperti Kota Batam dan Kota Tanjung large cities such as Batam City and
Pinang. Sedangkan Kabupaten Lingga dan Tanjungpinang City. Whereas Lingga
Natuna merupakan daerah dengan jumlah District and Natuna still a region with
tenaga kesehatan yang paling sedikit. the slightest total amount of health
Status tenaga kontrak atau kerjasama pada manpower. Status of contract
tenaga medis spesialis di beberapa daerah manpower of cooperation with medical
seperti Kabupaten Lingga dan Kabupaten specialist manpower in several region
Natuna menyebabkan tenaga kesehatan such as Lingga District and Natuna
tersebut tidak selalu bisa berada di tempat District causing the health manpower
pada saat dibutuhkan. Hal ini menyebabkan could not be present on location when
pada kasus-kasus pelayanan darurat it’s needed. This causing the late
menjadi terlambat penanganan. handling of cases emergency service.

Menyingkapi permasalahan yang To solve this problem, it is


ada diharapkan rekrutmen tenaga expected that the recruitment of health
kesehatan masih perlu tetap dilakukan baik manpower needs to be done properly

112
melalui program pengangkatan dokter by hiring general doctor, dentist,
umum, dokter gigi, bidan dan tenaga midwife and other strategically health
kesehatan strategis lainnya. manpower programs.

5.3 Pembiayaan Kesehatan 5.3 Health Budgeting

Salah satu isu yang terus menggema One of the main issues that still
dalam sistem pembiayaan kesehatan di echoed on health budgeting system in
Indonesia adalah kecilnya persentase Indonesia is the small percentage of
anggaran. Secara makro, public health budget. By macro, Public health
expenditure yang bersumber dari expenditure which source from
pemerintah pascadesentralisasi government post decentralization
menunjukkan kecenderungan meningkat showed a tendency to sharply increase
tajam sejak tahun 2000-2002. Namun jika since year 2000 – 2002. But if
dibandingkan dengan Negara Asia lain, compared with other Asia countries,
pembiayaan kesehatan di Indonesia masih the budgeting in Indonesia are still
relative rendah. (Trisnantoro, 2005) Salah relatively low (Trisnantoro, 2005). One
satu dampak pembangunan di bidang of the impacts on Development in
kesehatan adalah peningkatan indeks health sector is human development
pembangunan manusia (IPM) atau human index (HDI) where the HDI can be
development index (HDI) dimana IPM ini evaluation indicator level of nation
dijadikan indikator dalam penilaian tingkat advancement in the world. One of the
kemajuan suatu bangsa di dunia. Salah satu main points in assessing IPM is life
point yang dinilai dalam IPM adalah umur expectancy besides education and
harapan hidup di samping pendidikan dan economic level. This shown that it is
tingkat ekonomi. Hal ini menunjukkan sudah supposed to be priority of
sewajarnyalah jika bidang kesehatan development.
termasuk sebagai prioritas pembangunan.
Pada tahun 2000, dalam pertemuan By year 2000, in conference
antara Departemen Keuangan dengan between Finance Department with all
seluruh Bupati/Walikota se-Indonesia, district leaders/mayor on all Indonesia,
disepakati bahwa Pemerintah Daerah akan it has been agreed that region
mengalokasikan 15% dari APBD-nya untuk government will allocate 15% from the
pembiayaan kesehatan. Namun APBD to Health finance, but in reality
kenyataannya dari berbagai penelitian from many research shown that
menunjukkan bahwa proporsi anggaran proportion of health budgeting still in

113
kesehatan masih berkisar 3-7%. the range of 3-7%.
Secara umum pembiayaan kesehatan Generally health budgeting in
di Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok Indonesia is divided from government
besar yaitu pembiayaan bersumber dari finance source, overseas loan finance
pemerintah, pembiayaan bersumber dari source (donor) and Private finance
bantuan/pinjaman luar negeri (donor), dan source.
pembiayaan rumah tangga/swasta.

5.3.1 Anggaran Pembangunan 5.3.1 Health Development budget


Kesehatan Bersumber APBN sourcing from APBN

Pada tahun 2006 anggaran kesehatan By year 2006 central health


pusat yang dialokasikan di Provinsi budgeting was allocated In Kepulauan
Kepulauan Riau (APBN) secara Riau Province (APBN) by overall funds
keseluruhan sebanyak Rp 58.332.259.937,- as much as Rp 58,332,259,937,-
yang terdiri dari Rupiah Murni sebanyak Rp consist of Rp 53,259,396,000,- as Pure
53.259.396.000,- dan dan bantuan luar Rupiah and overseas loan of DHS-1
negeri dari Proyek DHS-1 ADB (Loan) ADB Project (loan) as much as Rp
sebanyak Rp 5.072.863.937,- . 5,072,863,937,- .

5.3.2 Anggaran Pembangunan 5.3.2 Health Development Budget


Kesehatan Bersumber APBD Sourcing from APBD

Dalam upaya meningkatkan The efforts to increase Health


pelayanan kesehatan yang merupakan services which basic community
kebutuhan dasar masyarakat, pemerintah needs, government of Kepulauan Riau
Kepulauan Riau berusaha dengan segala endeavour with all kinds of efforts.
upaya. Alokasi anggaran di bidang Allocation of budget on health sector in
kesehatan pada tahun 2006 yang 2006 which sourcing from regional
bersumber dari APBD secara keseluruhan budget (APBD) totally (minus Natuna)
(minus Natuna) berjumlah Rp as much as Rp. 168,960,760,531,-
168.960.760.531,- yang terdiri dari Rp consist of Rp 132,701,364,531,- as
132.701.364.531,- APBD kabupaten/Kota regency budget (Regency APBD) and
dan Rp 36.259.396.000,- APBD Provinsi. Rp 36,259,396,000,- as provincial
Terjadi peningkatan 53,69% dari tahun 2005 budget (Provincial APBD). There was
yang berjumlah Rp 78.245.738.219,00. an increasing budget as much 53.69%
than year of 2005 as many as Rp
78,245,738,219,00.

114
Secara keseluruhan alokasi anggaran Allocation on health budgeting in
kesehatan pada tahun 2006 di Provinsi 2006 in Kepulauan Riau Province
Kepulauan Riau yang bersumber dari total which sourced from total budget of
anggaran APBD baru sebesar 5,31% APBD as much as 5.31% (Indicator of
(Target IIS 2010 sebesar 15%). Sedangkan Healthy Indonesia target (IIS) 2010 as
alokasi APBD provinsi di bidang kesehatan much as 15%). Meanwhile allocation
baru berkisar 3% dari total APBD Provinsi. of provincial APBD in health sector
Anggaran kesehatan per-kapita untuk tahun was still 3% of total provincial APBD.
2006 berkisar Rp. 182.903,-. Melihat kisaran Health budget per capita in 2006
anggaran yang dialokasikan dalam bidang range about Rp. 182.903,-. Pointing to
kesehatan, angka ini masih sangat minim. the budget range which allocated on
Diharapkan adanya penambahan anggaran health sector, this number still very
untuk tahun-tahun berikutnya sehingga low. It is hoped that there will be an
mencapai target yang diharapkan untuk addition to budget in the next year until
tahun 2010 dalam menuju Provinsi achieve the target for year 2010 on
Kepulauan Riau sehat yaitu sebesar 15% strive towards healthy Kepulauan Riau
dari APBD Kabupaten/Kota. Province which is 15% from APBD
Districts/Cities.

5.3.3 Pembiayaan Kesehatan oleh 5.3.3 Health Financing from


Masyarakat Community

Salah satu reformasi yang diusulkan One of the proposal in health


dalam pembiayaan kesehatan adalah reformation are ways to mobilization of
dengan cara mobilisasi sumber dana dari find source from community and
masyarakat dan swasta untuk membantu private sector to help the limitation of
keterbatasan pemerintah dalam mendanai government in funding health services,
pelayanan kesehatan. Sampai saat ini, until this moment budgeting source out
sumber pembiayaan out of pocket of pocket are the highest budgeting
merupakan sumber pembiayaan yang source for capable community realm.
paling tinggi. Untuk kalangan masyarakat
mampu.
Pada saat ini berkembang berbagai On this moment expands various
cara pembiayaan kesehatan sebagai upaya healths budgeting as a ways to
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan increase health service to the
kepada masyarakat yaitu dana sehat, community which is health funds,
asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja health insurance, manpower

115
(Astek)/Jaminan Sosial Tenaga Kerja insurance, Jamsostek, JKPM and
(Jamsostek), Jaminan Pemeliharaan other life insurance. For poor society
Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan allocable health card, so they do not
asuransi jiwa lain. Untuk penduduk miskin need to pay health service used
disediakan Kartu Sehat, sehingga mereka (because already paid by government).
tidak perlu membayar pelayanan kesehatan
yang digunakannya (karena telah dibayar
oleh pemerintah).
Cakupan jaminan pembiayaan The coverage of health budget
kesehatan oleh masyarakat belum bisa security by community cannot be
digambarkan secara lengkap karena masih described completely because still not
belum diperoleh data yang lengkap dari receive complete data from
kabupaten/kota. Namun berdasarkan data Districts/Cities. But according to data
yang diperoleh dari 4 kabupaten/kota, gathered from 4 District/Cities, the
cakupan atau kepesertaan masyarakat coverage or the member of community
terhadap berbagai jaminan pembiayaan towards various health Budget
kesehatan ini masih sangat rendah. securities are still very low. By data
Menurut data dari Profil Kesehatan from Health profile Districts/Cities on
Kabupaten/Kota Tahun 2006, masyarakat year 2006, community that has been
yang tercakup jaminan pembiayaan covered with Health budget security still
kesehatan baru 12,97%, sebagian besar 12,97%, the major part are consisted in
tercakup dalam Askes, kemudian kartu Askes, then Health card, JKPM,
sehat, JPKM, Jamsostek dan Askes Lain. Jamsostek and other Askes. For
Data terinci dapat dilihat pada Lampiran detailed data can be seen on
Tabel 33. attachment table 33.

116
BAB 6
KESIMPULAN
CONCLUSION

Buku Profil Kesehatan Provinsi Health profile of Kepulauan


Kepulauan Riau Tahun 2006, merupakan Riau Province year of 2006 as the
lanjutan dari edisi sebelumnya yang continuing of the former editions
berisikan gambaran derajat kesehatan which contains community health
masyarakat sebagai dampak dari degree description as the impact of
berbagai program dan kegiatan health development programs and
pembangunan kesehatan yang telah activities had done by government,
dilakukan baik oleh pemerintah, swasta private, and society up to 2006. Some
dan masyarakat sampai dengan periode things need to be notified as follow :
tahun 2006. Berikut disajikan beberapa
hal penting yang perlu disimak :

1. Angka Kematian Bayi, Angka 1. Infant Mortality Rate, Underfive


Kematian Balita, dan Angka Kematian Mortality Rate, and Maternal
Ibu Maternal di Provinsi Kepulauan Mortality Rate in Kepulauan Riau
Riau pada tahun 2006 sudah Province in 2006 was lower than
tergolong lebih rendah dibanding nationally.
angka nasional.
2. Berdasarkan sepuluh penyakit 2. Based on the ten main diseases
terbesar baik pada kunjungan both in health centre visits and
Puskesmas maupun Rumah Sakit hospital was found that infection
ditemukan bahwa penyakit infeksi diseases still the most dominant
masih merupakan penyakit yang suffered by society whereas
dominan diderita masyarakat dimana pointed by Acute Respiratory
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan System (ARI) occupied the first
Akut (ISPA) menempati urutan rank in Kepulauan Riau Province.
pertama di Provinsi Kepulauan Riau Meanwhile the degenerative
tahun 2006. Sementara penyakit diseases had been going to
degeneratif terus berkembang yang develop years by years that
ditandai dengan penyakit hipertensi indicated hypertension as the
menempati urutan kedua berdasarkan second most diseases visit to

117
kunjungan masyarakat ke health centre.
Puskesmas.
3. Kondisi geografis Provinsi Kepulauan 3. Geographically of Kepulauan
Riau yang sebagian besar wilayahnya Riau where most of its area
merupakan perairan menyebabkan covered by ocean causes it as
tergolong sebagai daerah endemis endemic of Malaria and Dengue
Malaria dan Demam Berdarah Hemorrhagic Fever (DHF).
Dengue (DBD).
4. Upaya penurunan angka kesakitan 4. Efforts to decrease morbidity of
penyakit yang dapat dicegah dengan diseases preventable by
imunisasi terus digalakkan dengan immunization are going to
meningkatkan cakupan imunisasi. continue on by expanding
Pelaksanaan Pekan Imunisasi immunization coverage.
Nasional (PIN) dalam rangka Execution of National
eradikasi polio pada tahun 2006 Immunization Week (PIN) on
dilaksanakan dengan eradication of polio year of 2006
menyelenggarakan PIN putaran IV are implemented by helping PIN
dan V sebagai lanjutan dari tiga on round IV and V as the
putaran PIN pada tahun 2005 dengan continuing of three rounds of PIN
cakupan pencapaian melebihi target in year 2005 with coverage that
sasaran. exceeded target achievement.
5. Penyakit HIV/AIDS perlu mendapat 5. HIV/AIDS disease needs to have
perhatian lebih serius dengan melihat a serious attention with seeing a
kecenderungan adanya peningkatan tendency to increase the amount
jumlah kasus dari tahun ke tahun dan of cases from year to year and
bahkan tidak lagi hanya pada even not only at high risk
golongan resiko tinggi, namun sudah population, but it has entered into
mulai memasuki masyarakat umum. general population.
6. Sumber daya kesehatan baik dari segi 6. Health recourses on human
sumber daya manusia, sarana dan resources, facilities and
prasarana kesehatan mengalami infrastructures have increasing
peningkatan walaupun dirasakan even if It is felt still lack of it in
masih kurang. Penambahan dan terms of quantity. Addition and
peningkatan mutu sumber daya increasing the quality of health
kesehatan harus terus dibina untuk recourses needs to be developed
dapat memenuhi kebutuhan to fulfill the needs of health sector

118
masyarakat bidang kesehatan. community.
7. Mengingat derajat kesehatan 7. Considering the degree of
masyarakat dipengaruhi banyak faktor community health are influenced
yang berasal dari luar kesehatan, by many factors that come from
maka dalam rangka mengoptimalkan outside health sector, then in
keberhasilan pelaksanaan program order to optimally succession of
dan kegiatan pembangunan health implementation program
kesehatan perlu ditingkatkan needs to increase cooperation
kerjasama dan koordinasi baik and coordination with other
dengan lembaga pemerintahan government institutions, private
lainnya, swasta, LSM dan sectors, NGOs and community.
masyarakat.
8. Pembiayaan kesehatan di Provinsi 8. Health budgeting on Kepulauan
Kepulauan Riau tahun 2006 Riau Province in year 2006 had
mengalami peningkatan namun belum an increase but still not achieve
mencapai 15% dari total anggaran 15% from total budget as
sebagaimana kesepakatan antara agreement between Finance
Departemen Keuangan dengan Department with all of leaders of
seluruh Bupati/walikota se-Indonesia District/Cities all Indonesia in year
pada tahun 2000. 2000.

Dalam upaya menyediakan data On efforts to supply data more


yang lebih akurat dan lengkap lagi agar accurate and complete so that it could
dapat bermakna dalam pengambilan be beneficial in taking decision and
keputusan dan kebijakan di bidang policy on health sector, hoped that
kesehatan diharapkan kerjasama dari there are cooperation from all sectors.
semua sektor. Akhir kata, besar harapan At last, it is with our big expectation
kami semoga data dan informasi yang that the data and information that
tercantum dalam buku ini dapat included in this book could be useful
bermanfaat baik untuk instansi for government and private institution,
pemerintah maupun swasta, serta also for other data users in taking
pengguna data lainnya dalam decision based on data and as for
pengambilan keputusan yang berbasis data reference and information in
data atau untuk referensi data dan health sector.
informasi di bidang kesehatan.

119

Anda mungkin juga menyukai