Ciri2 pemimpin yang berprinsip menurut stephen A covey dalam bukunya principle
centered leadership adalah
Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya adalah proses belajar tiada henti
untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka guna menghadapi
perubahan hidup.
Perubahan dan perubahan. Change, change and change. Dan karenanya hanya
seorang pemimpin yang mampu mengelola perubahanlah yang bisa memimpin
generasi dan peradaban perubahan kini dan seterusnya.
Perubahan menuntut setiap orang termasuk pemimpin untuk "terus belajar, dan
belajar terus". Belajar terus dan terus belajar artinya siapapun pemimpin harus
memiliki sensitifitas yang tinggi untuk mengantisipasi semua arah perubahan yang
terjadi.
Kalau seorang pemimpin tak mampu melakukannya maka dia akan tertinggal dan
ditinggalkan, dan perannya sebagai pemimpin menjadi tak berfungsi.
Edgar Shein, pakar Budaya Organisasi, dalam bukunya Organizational Culture and
Leadership (2017), menyebutnya sebagai The Learning Leader and Learning
Culture.
1. A proactivity assumption
2. Commitment to learning to learn
3. A psoitive assumption about human nature
4. The assumption that the Environment can be dominated
5. Commitment to truth through pragmatism and inquiry
6. Orientation toward the future
7. Commitment to full and open task relevant communication
8. Commitment to diversity
9. Commitment to systemic thinking
10. Commitment to cultural analysis for understanding and improving the world
1. A proactivity assumption
Suatu budaya belajar harus mengasumsikan bahwa cara yang tepat bagi setiap
orang untuk berperilaku dalam hubungannya dengan lingkungannya adalah menjadi
pemecah masalah dan pembelajar yang proaktif.
Apabila budaya dibangun diatas asumsi hanya menerima secara pasif saja, maka
pembelajaran akan semakin sulit karena laju perubahan lingkungan cepat sekali
berubah meningkat.
Sehingga proses belajar pada akhirnya harus menjadi bagian dari budaya itu, dan
bukan hanya solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dalam proses pencaharian itu harus dibangun secara fleksibel sebagai cerminan
sifat dan perubahan lingkungan yang dihadapi.
Apa yang harus dihindari dalam budaya pembelajaran adlah asumsi otomatis bahwa
kebijaksaan dan kebenaran berada disalah satu sumber atau metode.
Saat masalah yang ditemui berubah, maka demikian pula dengan metode
pembelajaran harus berubah, dengan tetap fokus orientasi tujuan.
Sebab, waktu itu memiliki begitu banyak makna simbolik dan sangat penting bagi
perilaku keseharian, sebab pemimpin yang terombang ambing dan melayang laying
itu harus sangat faham dan sadar akan anggapannya sendiri tentang waktu dan
membuat hal itu eksplisit bagi orang lain.
8. Commitment to diversity
Artinya keberagaman akan mencipatak level budaya dalam organsasi, baik pada
level kultural, subcultural maupun yang paling rendah.
Untuk itu dituntut untuk saling terus belajar menghargai dan terus berupaya
memahami tipe bahasa masing-masing level budaya.
Pemikiran sistematik akan membantu setiap orang untuk tidak terjebak pada aspek
akibatnya yang seharusnya fokus pada penyebabnya.
Dengan sistemik berpikir akan sangat membantu agar masalah bisa dikelola secara
efektif tanpa menciptakan masalah yang baru.
Sebab keberagaman pada dasarnya merupakan jiwa dan substansi dari budaya
organisasi. Dari kebergamanlah lahir berbagai asumsi bersama untuk melakukan
sinergisitas anatara anggotanya.
Komitment terhadap budaya dunia sesuatu yang tidak bisa dihindari ketika dunia
telah menjadi sebuah desa global saat ini. Seakan menjadi kecil saja dan
menyatukan semua bangsa bangsa didunia ini menjadi sebuah komunitas.
Kondisi ini menjadi menarik dan sekaligus menantang karena menyatu dari
keberagaman budaya masing-masing. Harus menyatu walaau berbeda untuk
menghasilkan sebuah kreatifitas spektakuler bagi kemanusiaan itu sendiri.
Sebab, ketika kontek budaya perubahan itu menjadi paradigm yang harus diterima,
maka Leadership Style-nya juga harus bergaya sebagai Learning Leader dalam
konteks Learning Culture.
Seorang pemimpin harus memahami dan mengerti bahwa budaya itu bersasumsi
bahwa :
Karena seorang pemimpin harus berperand dalam situasi yang berubah, yang oleh
Shein disebut sebagai Leadership in Culture Creation.
Artinya, apapun situasi yang dihadapi oleh seorang pemimpin harus mempu
mengelola dan menyesuaikan diri dengan budaya yang berubah.
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat
orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi,
melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-
sama (Panji Anogara, Page 23).
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi
pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya
atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu
kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan
berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip
merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang
ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang
bijaksana, dan kekuatan.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus berpinsip dalam melaksanakan tugas
tanggungjawabnya, supaya organisasi dirinya sebagai seorang pemimpin mampu
memanage dirinya menjadi lebih baik terutama dalam menghindari hal-hal yang
Mencapai kebiasaan buruk, misalnya:
Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-
menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif
baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.