Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

REPRESENTASI BUDAYA POPULER DALAM AKTIVITAS


BELANJA ONLINE

( Studi Etnografi Virtual Terhadap Akun Instagram Joeshop Kota Kupang )

OLEH

MARSELINUS PROKLAMASI

(1803050013)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menjadikan peradaban semakin maju menghadirkan sebuah


kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi serta multimedia yang saat ini
memungkinkan kita untuk melakukan semua hal tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu. Perkembangan arus globalisasi membuat tuntutan kebutuhan akan
pertukaran informasi juga semakin tinggi. Media-media turut hadir untuk
memberikan asupan-asupan informasi kepada khalayak secara merata. Media-
media tersebut bervariasi baik dari media konvensional sampai media baru.
Derasnya arus globalisasi tersebut berimplikasi secara nyata terhadap perubahan
budaya, dimana lahirnya budaya-budaya baru yang berkembang di masyarakat.

Merujuk pada pendapat dari Koentjraningrat seorang ahli antropologi yang


mendefinisikan bahwa budaya merupakan seluruh bentuk gagasan, karya, serta
tindakan yang dihasilkan oleh manusia (Mulyadi, 1999 : 21). Berdasarkan definisi
tersebut dapat dikatakan budaya merupakan segala bentuk kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus dan membentuk suatu
kebiasaan atau budaya. Tentunya pendapat dari ahli antropologi tersebut berbeda
dengan definisi budaya menurut ahli-ahli lainya yang tentunya juga melihat
budaya dari aspek-aspek serta pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu lainya.
(Mulyadi, 1999 : 20). Pada akhirnya budaya dapat disimpulkan sebagai suatu
perilaku yang nyata dan dimiliki oleh anggota masyarakat. Budaya yang bersifat
dinamis akan menghasilkan perubahan-perubahan pada masyarakat dan perubahan
tersebut merupakan suatu proses yang wajar terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Globalisasi juga melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru pada akhirnya


membentuk suatu budaya baru dalam masyarakat. Budaya populer (pop culture)
adalah suatu budaya atau kebiasaan yang paling banyak dinikmati masyarakat
saat ini. Pemaknaan budaya populer adalah budaya massa yang dikonsumsi oleh
masyarakat umum dan mempraktekanya budaya tersebut. Budaya populer ini
justru tidak melihat bagaimana budaya ini apakah diadopsi oleh budaya kelas
tinggi ataupun kelas elit namun budaya populer ini melihat bagaimana masyarakat
mempraktekanya dalam kehidupan tersebut. Fenomena budaya populer ini justru
telah membuat perubahan-perubahan dalam aktivitas masyarakat.

Budaya populer pada hakekatnya merupakan produk dari masyarakat


industrial dimana kegiatan pemaknaan dan hasilnya (yakni kebudayaan)
dihasilkan dan ditampilkan dalam jumlah besar, dengan bantuan teknologi
produksi, distribusi, dan pengadaan massal, sehingga gampang dijangkau oleh
masyarakat (Heryanto, 2012 : 9). Istilah budaya populer dilukiskan dengan segala
aktivitas yang mengelilingi kehidupan kita setiap hari seperti, aktivitas berbelanja
online, fenomena korean pop, dan korean wave sebutan untuk budaya populer
yang datang dari Korea Selatan, dan juga fashion dalam artian menggunakan
pakaian-pakaian modis atau memilih menggunakan pakaian dengan brand
tertentu. Aktivitas-aktivitas seperti inilah yang terjadi pada masyarakat.

Aktivitas belanja online merupakan budaya yang lahir atas keterkaitan


dengan media. Media berperan dalam memproduksi sebuah bentuk budaya, maka
publik akan menyerapnya dan menjadikanya sebagai suatu bentuk kebudayaan
populer. Budaya populer pada dasarnya lahir atas kuasa atau kehendak media.
Informasi yang disebarkan oleh media sangat berperan dalam memperkenalkan
suatu produk budaya sehingga apa yang dihasilkan oleh media akan diterima
sebagai suatu nilai budaya bahkan menjadi panutan masyarakat (Hamid, 2014 : 2).

Joeshop Kota Kupang adalah salah satu akun instagram yang khusus
dalam menawarkan belanja online. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti ditemukan bahwa akun instagram tersebut menjual barang-barang
bervariasi berupa kosmetik, fashion, dan peralatan rumah tangga. Barang-barang
tersebut pada dasarnya dijual dengan harga yang lebih murah sehingga mudah
dijangkau oleh mahasiswa. Peneliti memilih akun instagram joeshop sebagai
objek yang diteliti didasarkan pada beberapa aspek salah satunya adalah akun
instagram joeshop selalu melakukan giveaway kepada para pengikutnya, joeshop
juga memiliki follower mencapai 27 ribu hal ini didasarkan pada tingginya minat
belanja online masyarakat dalam hal ini mahasiswa melalui akun instagram
joeshop.1

Ketertarikan mahasiswa ilmu komunikasi Undana Kupang atas adanya


belanja online ini juga didukung dengan kehadiran toko online seperti Joeshop
yang selalu menawarkan barang-barangnya baik dalam bentuk gambar atau foto-
foto ataupun video yang menarik. Barang yang ditawarkan juga merupakan
barang-barang yang belum ditemui ditoko atau dipasaran. Kondisi demikian
membuat mahasiswa tertarik untuk melakukan aktivitas berbelanja online.

Berangkat dari fakta yang terjadi di lapangan minat tinggi mahasiswa akan
belanja online juga didukung dari kemudahan-kemudahan yang didapatkan dalam
melakukan belanja online tersebut. Belanja online memberikan sejumlah
perubahan instan bagi mahasiswa penggunanya seperti efisiensi waktu, antara
penjual dan pembeli tidak perlu bertatap muka. Selain itu banyaknya fitur-fitur
menarik yang didapatkan dalam belanja online seperti kemudahan dalam
bertransaksi juga menjadi alasan penting mahasiswa melakukan aktivitas tersebut.

Penetrasi internet yang kuat juga menjadi daya dorong adanya aktivitas
belanja online yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa merupakan bagian dari
masyarakat yang sangat dekat degan akses informasi dan dunia internet. Belanja
online merupakan inovasi baru dalam hal berbelanja. Ketertarikan mahasiswa
dalam aktivitas berbelanja online karena sesuai dengan tuntutan zaman serta
menjadi sesuatu yang trend di masyarakat saat ini.

Berdasarkan dari riset yang dilakukan oleh kominfo bahwa Indonesia


merupakan 10 negara terbesar dengan pertumbuhan e-commerce dengan
pertumbuhan 78% dan berada peringkat pertama. Merujuk dari survey yang
dilakukan oleh asoisasi penyelenggara jasa internet Indonesia (APJI) dijelaskan

1
Hasil wawancara dengan Priska Sare Ora, mahasiswa Ilmu Komunikasi Undana selaku pengguna
jasa belanja online pada akun instagram Joeshop Kupang NTT.
bahwa mahasiswa mendapatkan posisi tempat tertinggi sebagai pengakses internet
yang paling sering.(Wolo, 2021 : 3).

Budaya populer selalu menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Keberadaan
budaya populer yang merupakan bentuk refleksi dari peradaban manusia pada
periode waktu tertentu. Budaya populer selalu dianggap sebagai buah dari
keberadaan teknologi serta media baru dan hal tersebut dianggap sebagai suatu
kewajaran. Budaya populer ada sebagai bentuk daripada perkembangan teknologi
informasi yang ditopang dengan industri kebudayaan dimana menjadikan
masyarakat bukan hanya sekedar berbasis konsumsi tetapi menjadikan semua
artefak kebudayaan menjadi produk industri (Sazali & Rozi, 2020 : 2)

Merujuk pada fenomena fenomena yang dijelaskan maka peneliti disini


mau melihat seperti apa bentuk atau bagian dari reprsentasi budaya populer yang
ditampilkan dalam aktivitas belanja online pada akun instagram joeshop di
kalangan mahasiswa komunikasi Undana Kupang. Memahami budaya populer
dapat di simpulkan bahwa budaya merupakan suatu bentuk pergerakan budaya
dari waktu ke waktu yang ditandai dengan sejumlah perubahan, wujud yang baru.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan


kajian lebih lanjut mengenai budaya populer yang sedang tren dikalangan
mahasiswa yakni belanja online maka dituangkan dalam penelitian yang berjudul
“Representasi Budaya Populer Dalam Aktivitas Belanja Online (Studi
etnografi virtual pada akun instagram joeshop Kota Kupang)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah fenomena budaya populer yang ditunjukan dalam aktivitas


belanja online mahasiswa pada akun instagram Joeshop Kota Kupang ?
2. Bagaimanakah pemanfaatan akun instagram joeshop sebagai media untuk
berbelanja online ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui fenomena budaya populer yang ditunjukan dalam aktivitas


belanja online.
2. Mengetahui pemanfaatan akun instagram joeshop sebagai media atau
sarana untuk berbelanja online.

1.4 Manfaat Penelitian.

1.4.1 Manfaat Akadamis


Penelitian ini diharapkan dapat berguna serta mampu memberikan
kontribusi terhadap ilmu komunikasi dalam memperluas khazanah ilmiah
khususnya pada bidang kajian mengenai media dan budaya. Artinya
penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber referensi kajian-kajian
akademis selanjutnya di ranah komunikasi kajian media baru dan budaya.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian diharapkan mampu menjadi informasi dalam membangun upaya
kesadaran masyarakat luas khususnya dalam menghadapi era budaya
populer yang terselip dalam aktivitas belanja online yang semakin marak
ditengah masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empirik

1. PENGALAMAN MAHASISWA PENGGUNA JASA BELANJA


ONLINE (Kajian Fenomenologi Pada Mahasiswa Pengguna Jasa
Belanja Online Shopee Di Jurusan Ilmu Komunikasi Semester VIII
Universitas Nusa Cendana Kupang) oleh Diana Margareta Riwu
Wolo program studi ilmu komunikasi, fakultas ilmu sosal dan ilmu
politik, universitas nusa cendana Kupang. 2021
Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong lahirnya
sejumlah e-commerce yang menawarkan jasa belanja online dengan
kemudahan dan keuntungan yang bervariatif sehingga memunculkan
animo mahasiswa untuk memilih belanja online. Belanja online menjadi
pilihan karena kemudahan yag diperolah dalam melakukan aktivitas
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman
mahasiswa Undana Kupang dalam menggunakan jasa belanja online
khususnya pengguna shoppe. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teori yang
digunakan adalah teori fenomenologi. Informan penelitian adalah
mahasiswa prodi ilmu komunikasi pengguna shopee dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
motif mahasiswa mengunakan shopee dalam berbelanja online karena
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam berbelanja. Selain
keuntungan para pengguna shopee juga diberikan kemudahan dan
kenyamanan dalam melakukan aktivitas tersebut.
Penelitian ini pada dasarnya memiliki ciri kesamaan yakni
membahas hal yang sama yaitu tentang belanja online yang dilakukan oleh
mahasiswa. Letak perbedaan daripada penelitian ini adalah dimana
penelitian ini hanya berfokus pada aktivitas-aktivitas belanja online yang
dijalankan, tanpa melihat belanja online tersebut hasil daripada lahirnya
budaya populer yang sedang berkembang saat ini.

2. ONLINE SHOP SEBAGAI CARA BELANJA MAHASISWA UNNES


(studi deskriptif kualitatif terhadap mahasiswa negeri Semarang) oleh
Haning Dwi Pratiwi program studi sosiologi dan antropologi, fakultas
ilmu sosial, negeri Semarang.
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang dekat dengan
persoalan akses informasi dan internet. Online shop merupakan inovasi
yang disajikan oleh internet sebagai kemudahan dalam berbelanja.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena online shop di
kalangan mahasiswa Unnes, dan mengetahui faktor yang mendorong
mahasiswa Unnes untuk memilih cara berbelanja menggunakan online
shop. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Metode pendekatan yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa online shop di kalangan
mahasiswa Unnes memberikan berbagai perubahan cara berbelanja dimana
online shop menggantikan model belanja konvensional karena online shop
lebih memudahkan para pengguna.
Penelitian ini pada dasarnya memiliki kesamaan yakni dari
informan yang diteliti sama-sama melihat mahasiswa sebagai subjek, dan
membahas mengenai belanja online. Letak perbedaan pada penelitian ini
adalah penelitian ini tidak menjelaskan belanja online ini sebagai
kegaiatan berbelanja secara virtual tetapi penelitian ini lebih menjelaskan
tentang bagaimana online shop berperan dalam mengubah gaya berbelanja.

3. REPRESENTASI BUDAYA POPULER DALAM MENGONSUMSI


PRODUK FASHION BERMEREK (studi feneomenologi mahasiswa
di kota Surakarta) oleh Yuda Wardana program studi sosiologi,
fakultas ilmu sosial dan politik universitas sebelas maret Surakarta.
Fashion menjadi salah satu budaya populer yang berkembang pesat
saat ini, dimana tren fashion mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Mahasiswa menjadi salah satu elemen masyarakat yang tidak luput dari
perkembangan tren tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
bentuk reperesentasi budaya hedonisme dalam mengkonsumsi produk-
produk fashion yang bermerek. Penelitian menggunakan studi kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Teori yang digunakan adalah teori
konsumsi dari Jean P.Baudrillard dalam menganalisis tindakan remaja
tersebut. Hasil penelitian menunjukan budaya hedonisme yang terjadi di
kalangan mahasiswa diltarbelakangi oleh tingkat konsumsi yang tinggi dan
mengakibatkan pergeseran nilai guna barang menjadi tanda atau simbol.
Penelitian ini pada dasarnya memiliki kesamaan yakni meneliti
tentang budaya populer dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam
hal fashion. Letak perbedaan pada penelitian ini dimana fokus penelitian
ini lebih kepada melihat budaya konsumtif dan budaya hedonisme yang
terjadi akibat menggunakan produk fashion bermerek.

Nama Diana Riwu Haning Dwi Yuda Marselinus


Peneliti Wolo Pratiwi Wardhana Proklamasi

Pengalaman Online Shop Representasi Representasi


Mahasiswa Sebagai Cara Budaya Budaya Populer
Judul Pengguna Belanja Populer Dalam Dalam Aktivitas
Jasa Belanja Mahasiswa Mengonsusmsi Belanja Online
Online. UNNES Produk (Studi etnografi
(Kajian Fashion virtual terhadap
fenomenologi Bermerek akun instagram
pada (Studi Joeshop Kota
mahasiswa fenomenologi Kupang)
pengguna jasa mahasiswa di
belanja online kota
shopee di Surakarta)
jurusan ilmu
komunikasi
semester VIII
universitas
nusa cendana
Kupang).

Tujuan Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini


bertujuan bertujuan untuk bertujuan bertujuan untuk
untuk mendeskripsikan untuk mendeskripsikan
mengetahui fenomena online menganalisis bentuk
pengalaman shop di kalangan bentuk representasi
mahasiswa mahasiswa reperesentasi budaya populer
Undana Unnes, dan budaya dalam aktivitas
Kupang mengetahui hedonisme belanja online.
dalam faktor yang dalam Mengetahui
menggunakan mendorong mengkonsumsi motif
jasa belanja mahasiswa produk-produk mahasiswa
online Unnes untuk fashion yang dalam
khususnya memilih cara bermerek melakukan
pengguna berbelanja aktivitas belanja
shoppe menggunakan online.
online shop.

Teori Fenomenologi Media Baru Teori


Konsumsi
Jean P.
Baudrilac

Metode Metode Metode Metode Metode


Kualitatif kualitatif Kualitatif Kualitatif
Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pendekatan
Fenomenologi Studi Deskriptif Fenomenologi etnografi virtual

Perbedaan Letak Letak perbedaan Letak Letak perbedaan


Perbedaan pada penelitian perbedaan yang menjadi
penelitian ini ini adalah pada dasar perbedaan
hanya penelitian ini penelitian ini dari penelitian
berfokus pada tidak dimana fokus ini dengan
aktivitas- menjelaskan penelitian ini penelitian lainya
aktivitas belanja online lebih kepada adalah
belanja online ini sebagai melihat penelitian ini
yang kegaiatan budaya lebih melihat
dijalankn, berbelanja konsumtif dan aktivitas budaya
tanpa melihat secara virtual budaya populer yang
belanja online tetapi penelitian hedonime dalam ruang
tersebut hasil ini lebih yang terjadi virtual.
daripada menjelaskan akibat
lahirnya tentang menggunakan
budaya bagaimana produk fashion
populer yang online shop bermerek
sedang berperan dalam
berkembang mengubah gaya
saat ini. berbelanja

Persamaa Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini


n pada dasarnya pada dasarnya pada dasarnya juga memilki
memiliki ciri memiliki memiliki kesamaan
kesamaan kesamaan yakni kesamaan membahas
yakni dari informan yakni meneliti belanja online
membahas hal yang diteliti tentang
yang sama sama-sama budaya
yaitu tentang melihat populer dalam
belanja online mahasiswa kehidupan
yang subjek, dan masyarakat,
dilakukan membahas khususnya
oleh mengenai dalam hal
mahasiswa. belanja online fashion.

2.2 Kajian Konseptual

2.2.1 Budaya
Definisi budaya pada dasarnya secara harafiah berasal dari bahasa
sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak daripada buddhi yang berarti akal.
Budaya dapat diartikan sebagai sebagai segala hal yang bersangkutan dengan
akal. Budaya juga merupakan bentuk jamak daripada kata budi-daya yang
berarti daya dari budi yang berarti budaya merupakan cipta, karsa, dan rasa
(Mulyadi, 1999 : 20). Definisi budaya merujuk KBBI budaya dapat diartikan
sebagai pikiran, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sedang
berkembang, dan menjadi kebiasaan yang dilakukan secara berulang.
Koentjraningrat mengartikan budaya sebagai bagian dari keseluruhan
sistem, pendapat, rasa, tindakan, serta karya manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan sebagai suatu pembelajaran (Mulyadi, 1999 : 21)
Havilan menjelaskan bahwa budaya adalah aturan-aturan standar, yang apabila
dilakukan oleh masyarakat akan menghasilkan tindakan-tindakan yaang layak
dalam kehidupan masyarakat (Mulyadi, 1999 : 21). Berdasarkan definisi
tersebut, budaya erat kaitanya dengan pola perilaku, adat istiadat, seni, yang
berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
Budaya pada dasarnya akan menjadi suatu kebudayaan apabila dilakukan
secara terus menerus. Kebudayaan dalam makna luas adalah aktivitas atau
perilaku yang sudah tertanam, yang merupakan hasil dari sesuatu yang telah
dipelajari, yang merupakan keseluruhan dari pengalaman yang yang dilakukan
dan berlaku sebagai suatu pembelajaran sosial (Liliweri, 2002 : 5). Berdasarkan
definisi tersebut dapat dikatakan bahwa budaya dan kebudayaan memiliki
relasi dan saling melengkapi satu dengan lainya. Kebudayaan juga merupakan
suatu bentuk pandangan hidup dalam beperilaku, kepercayaan, makna dan
simbol yang di diterima tanpa sadar dan tidak diolah terlebih dahulu yang
dimana diwariskan melalui komunikasi pada generaasi-generasi selanjutnya.

2.2.2 Budaya Populer


Budaya populer pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari pandangan
hakikat kebudayaan itu sendiri. Budaya populer sendiri terbentuk dari aktivitas
dan kebiasaan yang dilakukan secara berulang dan tanpa disadari masyarakat
menjadi suatu kebudayaan. Budaya populer pada dasarnya didasarkan pada
tingkat produksi dan konsumsi, yang didorong oleh motif mendapatkan
keuntungan (Heryanto, 2012 : 6). Budaya populer juga didefinisikan sebagai
budaya bentuk perlawanan dari kuasa budaya tinggi dan budaya dominan. Hal
tersebut dipertegas oleh John Fiske dalam bukunya memahami budaya populer
mengatakan bahwa masyarakat saat ini adalah masyarakat iindustri sehingga
budaya populer merupakan budaya yang terindustrialisasi (Fiske, 2011 : 25).
Definisi budaya populer pada dasarnya beragam. Kata populer merujuk
pada sesuatu yang disukai banyak orang. Menurut Raymond Wiliams istilah
populer didefinisikan sebagai sesuatu yang disukai banyak orang, budaya
populer merupakan jenis kerja rendahan, budaya populer dibuat untuk
menyenangkan orang lain. Budaya populer dalam konteks budaya rakyat
didefinisikan sebagai budaya yang dimiliki kaum menengah kebawah yang
berbeda dengan budaya tinggi (Fiske, 2011 : 26).
Budaya populer merupakan budaya yang terbentuk oleh hegemoni media
massa. Media menciptakan suatu pandangan kepada masyarakat, serta
menyeragamkannya, sehingga lahirlah kebudayaaan yang seragam tanpa
makna. Budaya populer ada awalnnya merujuk pada bentuk-bentuk
kebudayaan kelas masyarakat yang lebih rendah. Menurut Hert Janson, budaya
populer pada dasarnya adalah sebuah industri yang bergerak untuk
mendapatkan keuntungan, maka harus diciptakan produk yang homogen dan
menarik bagi massa (Janson, 2020 : 57). Budaya populer disalurkan lewat
media massa dan perangkat pendukung lainya. Budaya populer lahir dari apa
yang sering kita lihat, apa yang kita pakai, apa yang kita konsumsi, sikap kita,
perilaku kita, tindakan kita, serta aktivitas politik yang kita lakukan.
Budaya populer saat ini berkembang sangat pesat. Budaya populer selalu
berkaitan dengan aktivitas-aktivitas keseharian seperti, belanja online, fashion,
film, media online, dan sebagainya. Ciri khas budaya populer seperti
kepraktisan, pragmatisme, instan menjadi hal yang paling diminati masyarakat.
Berikut adalah bentuk daripada karakteristik budaya populer (Arif, 2012 : 24).

1. Budaya populer adalah tentang kepuasan


Budaya populer berkaitan erat dengan apa yang dinikmati oleh massa.
Salah satu hal penting yang dapat dinikmati adalah budaya populer
dapat memberikan kepuasan kepada orang-orang. Kepuasan yang
dibicarakan disini adalah memastikan bahwa orang dapat memperoleh
apa yang mereka inginkan terlepas dari apa yang masyarakat butuhkan
atau tidak dibutuhkan.
2. Budaya populer adalah budaya yang mudah didapatkan
Produk budaya populer adalah budaya yang sangat mudah diperoleh
karena ketersediaan hampir dimana-mana melalui produksi massal dan
pengiriman yang mudah ke berbagai negara melalui media iklan, dan
dengan mudah masyarakat mendapatkanya. Budaya pop telah
membuat kita tergantung pada akses mudah pilihan yang ditawarkan
untuk memuaskan kebutuhan.
3. Budaya populer adalah budaya yang menyenangkan
Budaya populer pada dasarnnya tidak hanya mudah didapatkan untuk
kepuasan, tetapi pada dasarnya budaya populer adalah budaya yang
menyenangkan. Budaya populer selalu menciptakan apa yang
diinginkan masyarakat, yang dipikirkan masyarakat, dirasakan
masyarakat, dan dipercayai masyarakat.
4. Budaya populer adalah bentuk refleksi dari masyarakat
Dalam budaya populer yang dicerminkan adalah standar-standar
tertentu dan kepercayaan yang umumnya dianut seperti standar
kecantkan, keberhasilan, kasih atau keadilan
5. Promosi budaya populer adalah manipulasi
Budaya populer tidak hanya menciptakan produk yang mencerminkan
dan menarik masyarakat. Namun budaya populer sengaja datang
untuk mengejar kita dan menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan yang
cenderung menjamin keberhasilan promosi produk mereka. Budaya
populer menyerang dan mengaburkan perbedaan antara kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
6. Tema budaya populer
Budaya pop selalu mencerminkan masyarakat kita tetapi pada saat
yang sama juga mengubah masyarakat. Pada kenyataanya kita terpikat
untuk melakukan apa yang budaya pop ingin kita lakukan. Dalam
melakukanya, kita tidak menyadari bahwa kita dipaksa oleh budaya
pop karena itu telah dijalankan kehidupan sehari-hari kita sebagai
suatu kebutuhan, sebagai akibatnya kita sering menerima apa pun
budaya pop yang ditawarkan kepada kita.

2.2.3 Media Sosial


1. Sejarah Media Sosial
Media sosial pada awalnya mulai dibicarakan pada tahun 1920-an
hal tersebut menurut the Oxford English Dictionary, kemudian pada
tahun 1950-an orang mulai berbicara tentang revolusi komunikasi,
namun perhatian terhadap sarana-sarana komunikasi sudah mulai
dibicarakan yaitu berkaitan dengan retorika. Seni berkomunikasi secara
lisan maupun tulisan sudah mendapat perhatian di masa Yunani dan
Romawi Kuno. Retorika juga dipelajari di abad pertengahan, dan
dengan semangat lebih besar di zaman Renaissance (Burke, 2006 : 1).
Titik awal terbentuknya media sosial yaitu pada tahun 1978
dimana ditemukan sistem papan buletin yang berfungsi untuk seseorang
dapat mengunggah, mengunduh informasi bahkan dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan sistem surat elektronik yang sistem koneksi
internetnya masih terhubung dengan saluran telepon dan modem. Hal
ini menjadi tonggak lahirnya komunitas virtual pertama dalam sejarah.
Perkembangan sosial media ini juga ditandai dengan pengiriman surat
elektronik pertama yang dilakukan oleh badan peneliti ARPA
(Advanced Resereach Project Agency) pada tahun 1971 (Neti, 2011 :4).
Pada tahun 1955 ditandai dengan kelahiran situs GeoCities yang
merupakan titik awal berdirinya website-website lain. Situs GeoCities
ini melayani Web Hosting yaitu merupakan layanan penyewaan dan
penyimpanan data (Markos-Kujbus & Gáti, 2012). Lahirnya situs
GeoCities ini juga menandai lahirnya situs jejaring sosial pertama
Sixdegree.com pada tahun 1997 (Neti, 2011 : 5).
Pada tahun 1999 ditandai dengan lahirnya blog pribadi yaitu
blogger. Situs ini menawarkan kemudahan dimana penggunanya untuk
bisa membuat halaman situsnya sendiri, sehingga para penggunanya
dapat memuat hal tentang apapun. Blog ini merupakan tonggak awal
terbentuknya jejaring media sosial (Markos-Kujbus & Gáti, 2012 : 6).
Pada tahun 2002 ditemukanya Friendstar yang merupakan situs
jejaring sosial yang saat itu menjadi booming dengan keberadaan media
sosial yang menjadi fenomenal. Fungsi media sosial juga semakin
berkembang setelah ditemukanya Linkedln dan MySpace pada tahun
2003 yang digunakan untuk mencari pekerjaaan dan sebagai situs
jejaring sosial yang akrab dengan penggunanya (Neti, 2011 : 3)
Perkembangan media sosial semakin melejit ketika ditemukan
Facebook pada tahun 2004 yang merupakan media sosial yang
memiliki pengguna terbanyak. Sedangkan tahun 2006 ditandai dengan
ditemukanya twitter yang merupakan media sosial yang cukup berbeda
dengan media sosial lainya yang dimana dalam mengupdate status
dibatasi hingga 140 karakter. Pada tahun 2006 ditemukan Instagram
dimana media sosial ini memungkinkan para penggunanya untuk
berbagi foto dan video, dan berbagai informasi lainya. Pada tahun 2011
ditandai dengan ditemukan google (Neti, 2011:4).

2. Pengertian Media Sosial


Media sosial merupakan media online yang memungkinkan para
penggunanya untuk berinteraksi, dan berbagi, melalui blog, jejaring
sosial, wiki, forum, dan dunia virtual yang dimana merupakan bentuk
media sosial yang paling banyak digunakan saat ini. Media sosial juga
diartikan oleh Van Dijk sebagai platform media yang mendukung
penggunanya untuk beraktivitas dan berkolaborasi, karena itu media
sosial dapat dilihat sebagai sarana untuk membangun relasi dan
menguatkan hubungan sebagai suatu ikatan sosial (Nasrulah, 2015 : 11)
Shirky dalam pandanganya menjelaskan bahwa media sosial
merupakan alat yang dimana memungkinkan manusia untuk berbagi
dengan para penggunanya untuk menciptakan hal kreatifitas,
menemukan orang baik, bekerja sama, dan membangun sebuah
komunitas melalui ruang virtual (Nasrulah, 2015:11)
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa media sosial telah
menjadikan semua masyarakat untuk memiliki kesempatan yang sama
untuk mengakses segala hal yang berkaitan dengan hiburan,
pendidikan, berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ruang dan
waktu sehingga media sosial dikatakan alat komunikasi generasi saat
ini yang membentuk ikatan secara virtual.

3. Ciri Media Sosial


a. Konten yang disampaikan dan dibagikan kepada khalayak tidak
terbatas pada satu orang tertentu.
b. Media sosial tidak memiliki gatekeeper untuk menyaring
informasi sehingga khalayak dapa menerima informasi apa saja.
c. Konten disampaikan secara online dalam waktu lebih cepat dan
juga bisa tertunda penerimanya tergantung pada waktu interaksi
yang ditentukan sendiri oleh pengguna.
d. Media sosial menjadikan penggunanya sebagai kreator dan
aktor yang memungkinkan dirinya untuk mengaktualisasi diri.
e. Konten media sosial memiliki sejumlah aspek fungsional seperti
identitas, interaksi, berbagi, kehadiran, hubungan, reputasi, dan
kelompok (Anggraeni & Purba, 2014:27).

4. Jenis Media Sosial


a. Media Jejaring Sosial
Jejaring sosial merupakan media sosial yang berguna untuk
memudahkan para penggunanya untuk berinteraksi dengan
pengguna lainya, untuk berdiskusi, menambahkan teman,
memberikan komentar, maupun bertanya (Rahmadi, 2016:1).
Jejaring sosial merupakan medium yang paling populer dalam
ketegori media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk
berhubungan sosial termasuk komunikasi di dunia virtual.
Media sosial menjadikan interaksi diantara penggunanya
lebih cepat. Interaski yang terjadi bukan hanya terbatas pada
teks, tetapi para penggunanya dapat berbgai foto, dan video
yang disukai (Rahmadi, 2016:7). Karakteristik utama dari
jejaring sosial ini adalah setiap pengguna membentuk jaringan
pertemanan, baik terhadap pengguna yang sudah diketahuinya
dan membentuk jaringan pertemanan yang baru. Pembentukan
ini didasarkan pada sesuatu yang sama, misalnya dalam hobi,
profesi, pekerjaan, dan cara pandang (Rahmadi, 2016:5)
Kehadiran situs jejaring sosial ini juga digunakan untuk
mempublikasi konten, transaksi jual beli, seperti halnya
dimanfaatkan oleh akun instagram Joeshop Kota Kupang yang
memanfaatkan jejaring sosial untuk melakukan aktivitas jual
beli online. Fasilitas di instagram seperti kemudahan berbagi
foto dan video menjadikan belanja online menjadi lebih mudah.

b. Blog
Blog merupakan media sosial yang memfasilitasi
penggunanya untuk menulis konten-konten, atau atikel yang
adalah milik pengguna itu sendiri. blog sendiri pertama kali
diperkenalkan oleh Jorn Borger pada tahun 1997 dengan nama
“weblog”yang merujuk pada jurnal pribadi (Nasrulah, 2015:43).
Karakter dari blog antara lain penggunanya adalah pribadi
dan konten yang dipublikasikan juga berkaitan dengan
pengguna itu sendiri yang dikelola secara individu, namun
dalam perjalananya sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan
blog juga dikelola oleh perusahaan atau instansi untuk
kebutuhan instansi tersebut. Blog juga saat ini dijadikan sumber
pemasukan melalui program periklananan (Anggraeni & Purba,
2014:4).

c. Microblogging
Microblogging merupakan media sosial yang fungsinya
untul memfasilitasi para penggunanya untuk menulis dan
mempublikasikan aktifitas serta pendapatnya yang penulisanya
dibatasi tidak lebih dari 200 kata. Kehadiran media sosial juga
merujuk pada munculnya twitter yang menyediakan ruang
tertentu dengan maksimal 140 karakter (Nasrulah, 2015:42)
Microblog memiliki ukuran yang lebih kecil hal itu yang
membedakan dengan blog, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan
yang sama yaitu untuk menulis topik tertentu, penggunanya juga
dapat memberikan komentar pada teks yang dibuat oleh
pengguan lain dan juga sebaliknya (Nasrulah, 2015:43)

d. Media Sharing
Media sharing merupakan jenis media sosial yang
memfasilitasi para penggunanya dapat berbagi media, mulai dari
dokumen, vidio, audio, gambar, dan sebagainya, misalnya
youtube, instagram, facebook (Nasrulah, 2015:43).
Media sharing ini tentunya sangat efektif untuk
menyebarkan beragam kegiatan yang dimana kegiatan tersebut
dapat berupa kegiatan-kegiatan keseharaian yang dapat ditonton
oleh banyak orang. Media sharing juga digunakan oleh akun
instagram Joeshop untuk berbagi dengan para pengikutnya
terkait kegiatan belanja online (Nasrulah, 2015:44).

e. Wiki
Media sosial ini merupakan situs yang mirip dengan kamus
atau ensiklopedia yang menghadirkan kepada pengguna
pengertian, sejarah, hingga rujukan buku. Media sosial tersebut
dikerjakan oleh para pengunjung dalam artian adanya kolaborasi
antara pengunjung untuk mengisi konten tersebut
Media sosial ini terbagi menjadi dua yaitu secara publik,
dan privasi. Wikipedia merupakan gambaran wiki yang bisa
diakses secara bebas. Sedangkan wiki merupakan jenis media
sosial yang bersifat privasi atau terbatas dan hanya bisa diakses
jika pengguna diijinkan untuk mengakses (Nasrulah, 2015:47).

5. Fungsi Media Sosial


Fungsi media sosial pada dasarnya bervariasi, mulai dari sebagai sarana
rekreasi, sarana untuk belajar, sarana aktualisasi diri, bahkan media
sosial juga erat kaitanya dengan bisnis online.

a. Media sosial sebagai marketing (ecommerce)


Hadirnya media sosial sebagai ecommerce dalam
pemasaran pada era digital jika dilihat dari dua sisi, baik dari
pengiklan dan sisi pengguna media sosial. Dari sisi pengiklan
media sosial selalu memberikan tawaran dengan konten yang
beragam. Iklan yang diproduksi bukan hanya dalam bentuk teks,
tetapi juga dalam bentuk audiovisual. Iklan yang dimuat di
media sosial sifatnya tidak terbatas baik dari segi waktu,
maupun jumlah iklan tersebut. Media sosial memberi perubahan
baru dimana praktik iklan berbayar menjadi iklan berdasarkan
pengguna yang cenderung berbiaya kecil (Nasrulah, 2015:160).
Bentuk pemasaran tradisional tidak berada di lingkungan
internet yang efektif. Berkembangnya ecommerce, aktivitas
pemasaran baru harus diciptakan pemasaran di jejaring sosial
dan media, pemasaran viral, pemasaran kata-kata online dan
buzz online, komunikasi interaktif online (Nasrulah, 2015:65).
Konsep iklan pada era media sosial tidak bersifat satu arah
dimana media sosial berperan dalam memberikan arah
komunikasi yang lebih interaktif, dimana konsumen bisa
mengomentari, mempromosikan, bahkan mengkrtik barang yang
telah dibelinya. Media sosial dengan memberi ruang bagi para
pengguananya untuk berinteraksi secara virtual, karena itu
sebuah produk baik barang atau jasa lebih efektif apabila
dipromosikan melalui media sosial (Nasrulah, 2015:67).
Situs e-commerce di Indonesia pada dasarnya bervariasi
tergantung pada penggunaanya. Banyak penjual di Indonesia
yang menggunakan situs media sosial seperti Facebook dan
Instagram untuk mempromosikan barang dagangan mereka.
Uniknya lagi, sudah ada pemain-pemain lokal yang membantu
penjual untuk berjualan di situs Facebook yakni Onigi dan
LakuBgt. Ada juga startup yang mengumpulkan seluruh penjual
di Instagram ke dalam satu website yakni Shopious. Membuat
toko online di Facebook atau Instagram sangatlah mudah,
sederhana, dan gratis (Rahmadi, 2016:24). Joeshop kota kupang
memanfaatkan akun instagram sebagai media untuk melakukan
promosi barang dagangan mereka untuk belanja online.

b. Media sosial sebagai jurnalistik


Dunia jurnalisme pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari
peranan media sosial, dimulai dari media konvensional seperti
surat kabar, majalah, tabloid, hingga media massa kontemporer.
Melalui media sosial kita dapat memperoleh banyak informasi
seperti beasiswa, lowongan kerja, politik, motivasi, maupun hal
yang sedang tren di masyarakat (Nasrulah, 2015:50).
Media sosial sebagai wadah penyebarluasan informasi yang
terdapat dalam berita. Media massa dalam perkembanganya
hadir dengan model yang bervariasi. Kehadiran internet juga
semakin mendorong perkembangan media sosial dalam hal ini
media online yang dapat memberikan manfaat yang besar dalam
kehidupan manusia termasuk dunia jurnalisme (Nasrulah,
2015:52). Kehadiran media sosial saat ini tidak hanya dipandang
menjadi media untuk bersosial saja bagi penggunanya, namun
secara sederhana menjadi saluran pemberitaan yang bisa
menjadi alternatif dibanding lainya.

c. Media sosial sebagai Public Relations


Media sosial memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkaitan dengan public relations. Kegiatan yang berkaitan
dengan public relations memang merupakan sesuatu yang tidak
bisa ditawarkan lagi untuk berhubungan dengan media sosial.
Melalui instagram, facebook, dan twitter, memungkinkan para
pelaku public relations untuk komunikasi secara lansgung
dengan konsumen (Nasrulah, 2015:168).
Kehadiran media sosial memberikan inovasi dan membawa
perubahan terhadap praktik public relations yang selama ini
dilakukan, yang ditawarkan oleh media sosial bisa digunakan
untuk menjangkau keberagaman publik. Target publik di
internet bisa menjadi lebih spesifik dan lebih sesuai dengan apa
yang ingin dicapai. Pengguna media sosial juga bisa dijadikan
corong bagi organisasi public relations untuk menjaga dan
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya krisis
komunikasi dan dalam melakukan negosiasi (lobbying) dengan
pengguna media sosial lainnya (Nasrulah, 2015:172).

d. Media Sosial sebagai tempat berbagi informasi.


Media sosial memberikan manfaat untuk melakukan
komunikasi secara online, seperti chatting, pemberitahuan kabar,
dan undangan. Media sosial juga sebagai tempat untuk
mengenal orang baru dan membuat sebuah komunitas tertentu,
sehingga kita bisa mengenal banyak orang di berbagai daerah
tanpa harus bertemu, juga membuat sebuah komunitas dengan
ide atau hoby yang sama (Nasrulah, 2015:176).
Melalui media sosial juga dapat menjalin silaturahmi meski
terpisah jarak, baik dengan orang baru, teman lama, maupun
teman sekarang lewat media sosial, banyak teman-teman dahulu
yang hilang kontak ahirnya bisa bertemu di media sosial. Ada
juga yang sebenarnya didunia nyata belum saling kenal, tetapi
karena di online sudah saling berinteraksi, ketika bertemu
pertama kali di dunia nyata, merasa sudah akrab dengan lainya.

2.2.4 Budaya Media


1. Pengertian Budaya Media
Budaya media merupakan suatu kondisi dimana manusia berada
dalam dominasi media. Budaya media juga menunjukan situasi dimana
media memiliki peranan penting untuk menggantikan dan merubah
aktivitas atau kebiasaan dalam masyarakat (Andung, 2019 : 21).
Definisi budaya media menurut beberapa ahli. Kellner menegaskan
budaya media merupakan industri kebudayaan yang diorganisasikan
dalam model produksi massa yang tergolong dalam bentuk atau tipe-
tipe tertentu (Hasyim, 2017 : 44). Budaya media mengacu pada budaya
yang dibentuk oleh media (Andung, 2019 : 21). Produk dari budaya
media dalam bentuk tontonan, audio, yang memproduksi struktur
kehidupan sehari-hari, mendominasi waktu luang seseorang, serta
membentuk pandangan politik dan perilaku sosial juga menyediakan
material bagi bahan pembentukan identitas (Hasyim, 2017 : 45).
Berdasarkan pada pandangan ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa budaya media membawa pengaruh yang kuat sehingga
menciptakan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat (Andung,
2019 : 22). Budaya media bisa ditemukan dalam bentuk images, suara
dan tontonan yang memproduksi struktur kehidupan sehari-hari,
mendominasi waktu luang seseorang, membentuk pandangan politik
dan prilaku sosial juga material bagi bahan pembentukan identitas.
2. Budaya Media dan Rutinitas Masyarakat
Pada dasarnya media memiliki peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Hadirnya media ini membawa perubahan pada rutinitas
masyarakat (Andung, 2019 : 22). Budaya media saat menjadi salah satu
kebutuhan masyarakat dimana keberadaan media sudah menyatu
dengan kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Teknologi juga
melahirkan budaya-budaya baru di masyarakat, budaya media ini dapat
kita temui dalam kehiduapan sehari-hari ditengah masyarakat seperti
rutinitas menonton tayangan televisi, siaran radio, aktif menggunakan
media sosial, musik, dan juga bentuk-bentuk media lainya. Rutinitas
seperti inilah yang terjadi dalam masyarakat dan hal ini merupakan
bagian dari implikasi budaya media.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah antara media dan rutinitas
masyarakat memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana awalnya
media menciptakan sesuatu yang baru ditengah masyarakat, lalu
masyarakat mulai meniru, dan mengadopsi hal tersebut. Setelah
mengadopsi maka aktivitas tersebut sudah menjadi satu rutinitas yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Media dalam hal ini sudah
menyatu dengan masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari rutinitas
masyarakat, sehingga media berperan penting sebagai poros utama
dalam mengatur segala aktivitas atau rutinitas masyarakat tersebut
sesuai dengan kemauan media.

3. Objek dan Bentuk-Bentuk Budaya Media


Objek dari budaya media pada dasarnya berkaitan dengan teks atau
isi media sehingga bagiamana media berperan untuk memproduksi hal
tersebut seperti pesan suara, gambar, kata-kata yang dapat dilihat
melalui kegiatan menonton televisi, mendengar radio.
Produk dari budaya media dapat kita lihat dala aktivitas atau
kegiatan yang terjadi pada umumnya. Belanja online juga merupakan
bagian dari budaya bermedia karena hadirnya juga membawa
perubahan kebiasaan dan perilaku dalam masyarakat.

2.3 Kajian Teoritis

2.3.1 Teori Konstruksi Sosial Teknologi


Teori konstruksi sosial teknologi atau biasa disebut social construction of
technology juga disingkat SCOT berawal dari artikel Trevor Pich dan Wiebe
Bijker (1987) dimana mengkonsepkan teori ini merupakan teknologi yang
dibentuk dari konstruksi sosial. Konstruksi sosial yang dimaksudkan disini
bahwa kehidupan sosial masyarakat membentuk adanya sebuah teknologi.
Teori ini mendasari bahwa teknologi tidak menentukan tindakan manusia tetapi
sebaliknya manusia yang membentuk teknologi (Brown, 2018:3).
Teori SCOT ini pada dasarnya membentuk kerangka kerja konseptual
yang terdiri atas 4 kerangka yaitu,
1. Konsep pertama berkaitan dengan kelompoks sosial relevan dimana teori
ini digunakan untuk mengelompokan pihak-pihak yang relevan dengan
proses pengembangan desain teknologi. Konsep ini juga berkaitan dengan
fleksibitas interpretatif yaitu individu ataupun kelompok yang memiliki
pemahaman atau pandangan yang sama terhadap suatu teknologi
dikelompokan dalam satu kelompok sosial relevan yang sama. Kelompok
sosial relevan ini memilik peranan penting dalam menentukan arah
perkembangan teknologi (Brown, 2018:6).
2. Konsep kedua berkaitan dengan komponen flexibilitas interpretasi pada
dasarnya menyoroti bahwa interpretasi terhadap artefak teknologi bagi
kelompok-kelompok sosial relevan itu fleksibel (Wibowo, 2014:12).
3. Konsep ketiga berkaitan dengan penutupan dan stabilisasi Seperti telah
disebutkan sebelumnya, masing-masing kelompok sosial yang terlibat
dengan artefak teknologi memiliki interpretasi tersendiri mengenai artefak
itu. Perbedaan interpretasi yang muncul sering menjadi masalah bagi
pengembangan artefak, namun seiring waktu desain artefak teknologi akan
mengalami elaborasi, sampai konflik yang berkaitan dengan artefak itu
teratasi dan tidak lagi menjadi masalah bagi kelompok sosial relevan mana
pun (Wibowo, 2014:13).
4. Konsep keempat adanya konteks yang lebih luas dari konstruksi sosial
teknologi dimana memiliki kaitan dengan aspek sosial, budaya, dan
politik, dan pembangunan (Brown, 2018:4)

Teori SCOT ini pada dasarnya melihat varian-varian teknologi yang mucul
karena adanya perbedaan makna yang diberikan kelompok-kelompok sosial
terhadap teknologi tersebut. Varian-varian teknologi tersebut seperti email,
blog, social network, dimana varian-varian ini muncul sebagai respon terhadap
kebutuhan masyarakat akan teknologi media sosial (Wibowo, 2014:8).
Belanja online muncul sebagai hasil dari konstruksi sosial masyarakat
dalam memanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi dan informasi.
Belanja online denga sifatnya yang praktis dapat menunjang kehidupan
masyarakat. Lahirnya sejumlah media-media baru diciptakan untuk
memudahkan masyarakat seperti adanya media-media sosial.
Teori SCOT muncul sebagai akibat proses sosial, bagaimana dorongan
sosial mempengaruhi penemuan-penemuan baru seperti teknologi yang terus
ada dan berusaha untuk memenuhi masyarakat. Sebagaimana hal ini yang
terjadi pada kegiatan berbelanja online yang lahir akibat dorongan sosial.

2.4 Kerangka Pemikiran

BUDAYA
POPULER
BELANJA ONLINE
AKUN
INSTAGRAM
MAHASISWA PENGGUNA
JOESHOP KOTA
BELANJA ONLINE KUPANG

TEORI
KONSTRUKSI
METODE ETNOGRAFI SOSIAL
VIRTUAL TEKNOLOGI

HASIL PENELITIAN

REPRESENTASI BUDAYA
POPULER DALAM AKTIVITAS
BELANJA ONLINE

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma konstrukvis pertama kali diperkenalkan oleh Berger dan
Luckman. Berger dan Luckman menjelaskan bahwa paradigma ini penting
sebagai salah satu perspektif untuk melihat gejala sosial atau realitas sosial yang
terjadi di masyarakat. Definisi paradigma menurut Salim adalah seperangkat
metode atau kepercayaan yang diyakini mampu menuntun seseorang dalam
bertindak di kehidupan sehari-hari (Walidin,2015:55). Sedangkan menurut Ihlauw
paradigma pada dasarnya sebagai acuan untuk menggariskan apa yang seharusnya
dipelajari, apa yang harusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya
diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh (Walidin,2015:26).
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dimana pada
dasarnya suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil dari konstruksi sosial, dan
kebenaran tersebut bersifat relatif. Peneliti menggunakan paradigma kontruktivis
dimana memiliki tujuan untuk memahami kejadian atau peristiwa sosial yang
merupakan karakterstik dari paradigma konstruktivisme itu sendiri. Budaya
populer dalam aktivitas belanja online pada dasarnya adalah suatu bentuk
konstruksi realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.

3.2 Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian adalah sudut pandang atau cara tepat yang dipakai
oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Cresswell
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan proses penelitian untuk
memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan menyajikan sumber data
berupa kata-kata, dan melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari para
informan (Walidin,2015:75). Hal yang sama dipertegas lagi oleh Denzin dan
Lincoln penelitian kualitatif pada dasarnya bersifat lebih fleksibel sehingga mudah
disesuaikan dengan latar yang ada, konsep, alat pengumpul data yang sesuai
dengan perkembangan penelitian (Walidin, 2015:76).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dimana sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui bentuk
representasi budaya populer dalam aktivitas belanja online, dimana data-data yang
dihasilkan diambil dari fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah etnografi virtual. Pada dasarnya
etnografi virtual merupakan penelitian yang dilakukan untuk melihat fenomena
sosial di dunia maya atau virtual. Menurut Hymes dan Johnstone bahwa
melakukan etnografi di internet atau virtual melibatkan kesediaan untuk
mengetahui seperti apa kehidupan di dunia maya, pola perilaku, pola relasi sosial
dan melihat kegiatan tersebut dari waktu ke waktu (Arif, 2012:7).
Etnografi virtual mempertanyakan asumsi yang berlaku secara umum di
internet, sehingga peneliti harus mampu menginterpretasikan internet sebagai
medium untuk berkomunikasi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian
etnografi virtual adanya prinsip dasar sebagai acuan dalam penelitian tersebut.
Prinsip dasar ketika melakukan penelitian etnografi virtual yang dikemukakan
oleh Hine ada beberapa tahap (Hine, 2015:8), yaitu :
1. Internet merupakan ruang maya sehingga ketika meneliti internet
semestinya menempatkan internet sebagai kultur atau artefak budaya
2. Etnografi virtual fenomena yang diangkat merupakan kepingan-
kepingan semata dimana tidak menggambarkan bagaimana
sesungguhnya kehidupan di internet itu berlangsung.
3. Beberapa pemahaman mengenai prinsip, maupun aturan yang selama
ini dipahami dalam etnografi, pada dasarnya tidak bisa diterapkan
dalam etnografi virtual.
4. Peneliti dan informan harus dirasakan kehadiran antar keduanya.

Pada dasarnya penelitian etnografi virtual tidak terlalu berbeda dengan


penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan etnografi pada umumnya.
Hal yang menjadi pembeda adalah teknik wawancara dapat dilakukan dalam dua
tahap yaitu secara online dan offline.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian

3.4.1 Subjek Penelitian


Peneliti menentukan subjek penelitian atau responden berdasarkan masalah
yang diteliti. Informan yang dipilih didasarkan pada orang-orang yang dianggap
mampu dan memiliki pengalaman dalam topik yang diteliti sehingga mampu
memberikan informasi selengkap-lengkapnya sehingga data yang diperoleh valid.
Informan sangat dibutuhkan dalam penelitian untuk memberikan data yang akurat
yang kelak akan diproses dalam suatu penelitian (Salim & Syarum, 2012 : 142)
Informan pada penelitian ini adalah admin akun instagram joeshop Kota
Kupang dan mahasiswa illmu komunikasi undana Kupang pengguna akun
instagram joeshop Kota Kupang sebagai akun untuk berbelanja online.Tentunya
pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling yang didasarkan
pada kriteria tertentu tergantung pada kebutuhan penelitian sehingga data yang
diperoleh lebih akurat untuk kepentingan penelitian.

Penulis telah menentukan beberapa kriteria informan sebagai berikut:


1. Informan mempunyai pengetahuan yang luas terkait belanja online baik itu
admin akun instagram joeshop atau mahasiswa pengguna belanja online.
2. Telah menggunakan akun instagram joeshop sebagai akun untuk
berbelanja online selama kurun waktu lebih dari 5 bulan.
3. Bersedia diwawancarai sebagai informan secara mendalam.

3.4.2 Objek Penelitian


Objek penelitian pada dasarnya berkaitan dengan masalah atau
fokus yang diteliti. Obyek penelitian ini adalah aktivitas belanja online
yang ada pada mahasiswa ilmu komunikasi Undana pada akun instagram
Joeshop Kota Kupang.

3.5 Tempat dan Waktu Peneletian


Penelitian di kota kupang. Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan studi
etnografi virtual sehingga lokasi penelitian tidak terfokus pada satu tempat karena
mulai dari observasi secara virtual pada akun instagram joeshop dan melakukan
wawancara secara langsung terhadap admin akun instagram joeshop dan
mahasiswa ilmu komunikasi Undana sebagai pengguna jasa belanja online.

3.6 Sumber Data


Sumber data merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

3.6.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan
yang diperoleh melalui observasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini sumber
data diperoleh dari hasil observasi terhadap kegiatan berbelanja online yang
dilakukan di akun instagram joeshop. Sumber data juga diperoleh secara langsung
dari hasil wawancara dengan informan (Salim & Syarum, 2012:144).
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui buku-buku, jurnal,
skripsi, penelitian terdahulu, media sosial instagram, dan referensi lainya yang
relevan, tentunya data-data tersebut berkaitan dengan penelitian etnografi virtual
(Salim & Syarum, 2012:145).

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Observasi Virtual.


Observasi adalah sebuah metode penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan fenomena atau perilaku-perilaku individu
dalam kehidupan sehari baik individu maupun kelompok. Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk observasi partisipan. Teknik
observasi menekankan pada proses data dikumpulkan diamana peneliti melihat
situasi penelitian, untuk mencapai tujuan pengamatan diperlukan adanya
pedomaan pengamatan (Walidin, 2015:126 ).
Penelitian ini menggunakan metode etnografi virtual sehingga teknik
observasi yang dilakukan baik secara online atau virtual. Observasi secara virtual
dilakukan dengan tujuan peneliti aktif bergabung dalam komunitas dunia maya
dalam hal ini ikut dalam dinamika komunitas virtual yang terjadi pada akun
instagram joeshop terkait belanja online (Arif, 2012:10). Observasi secara virtual
dilakukan dengan tujuan melihat secara langsung kebiasan-kebiasaan berbelanja
online dalam hal ini mahasiswa sebagai informan.

3.7.2 Wawawancara Mendalam


Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai seseorang berkaitan dengan suatu peristiwa, atau kejadian. Menurut
Kartono wawancara adalah bentuk percakapan yang diarahkan untuk mengetahui
suatu masalah tertentu, hal ini merupakan proses tanya jawab secara lisan antara
dua orang atau lebih (Walidin, 2015:133).
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam yang merupakan
salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dengan tujuan
untuk mengumpulkan data mengenai seseorang. wawancara ini peneliti lakukan
dengan memwanacarai admin akun instagram joeshop dan mahasiswa yang aktif
menggunakan akun instagram joeshop sebagai sarana untuk berbelanja online.
Wawancara mendalam tentunya sangat dibutuhkan agar peneliti bisa memperoleh
informasi secara lebih tepat mengenai persoalan yang diteliti.

3.7.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan dokumen dari informan, baik dokumen pribadi maupun
dokumen resmi. Selain dokumen yang digunakan foto juga merupakan bagian
penting daripada bagian dari dokumentasi. Foto dapat memberikan gambaran dan
sebagai acuan bagi peneliti untuk mendapatkan informasi (Walidin, 2015:142).

3.8 Teknik Validasi Data


Keabsahan data atau validitas data dalam penelitian kualitatif tentunya
sangat dibutuhkan untuk menguji kebenaran data yang dijadikan penelitian
tersebut. Pada penelitian kualitatif data dapat dinyatakan valid atau sah apabila
tidak ada perbedaan antara data yang dibuat peneliti dan apa yang terjadi pada
objek yang dijadikan penelitian.(Walidin, 2015:146)
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik trianggulasi untuk
menguji keabsahan data khususnya trianggulasi sumber data, dan trianggulasi
metode. Trianggulasi data dilakukan selain melalui wawancara dan observasi juga
dilakukan membandingkan data hasil wawancara atau observasi antar informan.
Sedangkan trianggulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan hasil
wawancara isi suatu dokumen yang berkaitan serta membandingkan data hasil
pengamatan. Trianggulasi dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan untuk
menjawab masalah penelitian.

3.9 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menurut Moleong merupakan proses yang terus
menerus dilakukan dengan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
(Salim & Syarum, 2012:144). Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman
adalah suatu teknik untuk mereduksi data, menyajikan data, dan menarik
kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif menurut
Miles dan Huberman yang dibagi dalam tiga tahap (Afrizal, 2019:178).
1. Reduksi Data
Tahap reduksi data merupakan proses dimana dari seluruh informasi yang
dikumpulkan peneliti memilah informasi yang penting dan yang tidak
penting tentunya dengan cara memerikan tanda-tanda. Reduksi juga bisa
dinyatakan sebagai bagian proses analisis yang mempertegas,
memperpendeek, membuat fokus, mengurangi hal-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat memberi gambaran
yang pada akhrinya dapat ditarik menjadi simpulan akhir.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap lanjutan analisis diamana peneliti
menyajikan data atau temuan tersebut berupa kategori atau
pengelompokan. Bentuk penyajian data pada penelitian ini pada dasarnya
dilakukan dengan menganalsis dokumen, hasil wawancara, dan hasil
observasi dalam bentuk naratif.

3. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir setelah reduksi data dan
penyajian data dilakukan dimana tahap ini peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data dan menginterpretasikan atas hasil temuan tersebut.
Setelah kesimpulan diambil peneliti kemudian mengecek ulang untuk
memastikan kebenaran data. Kesimpulan dilakukan untuk mengetahui
hasil dari penelitian tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal 2019. METODE PENELITIAN KUALITATIF. DEPOK: Raja Grafindo


Persada.
Andung, P. 2019. Etnografi Media Potret Budaya Televisi Masyarakat
Perbatasan. Surabaya: Scopindo.

Anggraeni, A. & Purba, M.A. 2014. Panduan Optimaliasasi Media Sosial Untuk
Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Kemeneterian Perdagangan.

Arif, M.C. 2012. ETNOGRAFI VIRTUAL Sebuah Tawaran Metodologi Kajian


Media Berbasis Virtual. 2(2).

Brown, H. 2018. Aplikasi Transportasi Online GO-JEK Bentuk dari Konstruksi


Sosial Teknologi dalam Media Baru. 11(2): 227–235.

Burke, P. 2006. Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg Sampai Internet. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Fiske, J. 2011. Memahami Budaya Populer. 1 ed. Yogyakarta: Jalasutera.

Hamid, F. 2014. MEDIA DAN BUDAYA POPULER.

Hasyim, M. 2017. Kajian Budaya KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA Buku Ajar
ini sebagai salah satu realisasi Kegiatan PPKPS Departemen Sastra Prancis
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. (November).

Heryanto, A. 2012. Budaya Populer di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutera.

Hine, C. 2015. Virtual Ethnography.

Janson, H. 2020. Budaya Populer. Surabaya: Amadeo Publishing.

Liliweri, A. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:


PT. LKiS Pelangi Aksara.

Markos-Kujbus, É. & Gáti, M. 2012. Social media’s new role in marketing


communication and its opportunities in online strategy building. ECREA
2012 - 4th European Communication Conference, (00 36): 1–17.

Mulyadi, Y. 1999. Antropologi. Jakarta: Pratasejati Mandiri.


Nasrulah, R. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosis Rekatama Media.

Neti, S. 2011. Social Media and Its Role in Marketing. Business and Economics
Journal, 01.

Rahmadi, A. 2016. Tips Produktif Bersosial Media. Jakarta: Elex Media


Komputindo.

Salim & Syarum 2012. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF (1).pdf.


Bandung: Citapustaka Media.

Sazali, H. & Rozi, F. 2020. Belanja online dan jebakan buaya hidup digital
masyarakat milenial. Simbolika, 6: 3,10.

Walidin, W. 2015. Metodologi Penelitian kualitatif dan Grounded Theory.


ACEH: Raniry Press.

Wibowo, A. 2014. STRUKTURASI GIDDENS DAN SOCIAL


CONSTRUCTION OF TECHNOLOGY ( SCOT ) SEBAGAI PISAU
ANALISIS ALTERNATIF PENELITIAN SOSIAL ATAS TEKNOLOGI
MEDIA BARU Abstrak Teknologi dan Masyarakat. VI: 41–57.

Wolo, D.R. 2021. Pengalaman Mahasiswa Pengguna Jasa Belanja Online. Nusa
Cendana.

Anda mungkin juga menyukai