Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tekanan darah tinggi atau sering masyarakat kenal sebagai

hipertensi merupakan sebuah penyakit yang diderita oleh hampir semua

golongan masyarakat diseluruh dunia dan juga merupakan faktor resiko

primer penyakit jantung dan stroke. Hipertensi saat ini merupakan salah satu

faktor resiko terbesar ketiga yang dapat menyebabkan kematian dini.

Hipertensi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dengan persentase

sebesar 62% dan juga penyakit jantung sebesar 49%. Penyakit hipertensi telah

membunuh sekitar 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya, ini akibat belum

adanya pengontrolan adekuat terkait penyakit hipertensi ini walaupun saat ini

telah banyak obat-obatan yang cukup efektif tersedia, sehingga masih

banyaknya pasien hipertensi yang tekanan darahnya tidak terkontrol dan

jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak sangat

diharapkan baik itu dari kalangan dokter, pemerintah, dan juga peran

masyarakat itu sendiri agar hipertensi dapat dikendalikan jumlahnya

(Ricca,2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bianti Nuraini (2015)

hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya

sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang

berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri,

serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi yaitu

1
2

menyebabkan kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan

terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi

hipertensi yang dimilikinya. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ

tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian

menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut akibat

langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak

langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II,

stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga

membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam

berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan

pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β

(TGF-β).

Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang

umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:

1. Jantung - hipertrofi ventrikel kiri - angina atau infark miokardium - gagal

jantung

2. Otak - stroke atau transient ishemic attack

3. Penyakit ginjal kronis

4. Penyakit arteri perifer

5. Retinopati – kerusakan retina akibat tekanan darah tinggi

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko


3

utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan

jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun

2016 penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab

kematian utama di dunia (WHO, 2018).

Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar

orang, yang mana angka tersebut menggambarkan 31% jumlah penduduk

dewasa di dunia yang mengalami peningkatan sebesar 5,1% lebih besar

dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010 (Bloch, 2016). Pada

rentang tahun yang sama, kejadian hipertensi ini lebih tinggi terjadi pada

penduduk di negara berkembang dibandingkan negara maju bahkan nyaris

sebanyak 75% penderita dengan hipertensi tinggal di negara berkembang

(Mills, 2016) dan terjadi peningkatan sebanyak 8,1%. Sementara menurut

hasil Riskesdas 2013 kejadian hipertensi di Indonesia berada dalam

peringkat ke 6 dari 10 kategori penyakit tidak menular kronis. Prevalensi

kejadian hipertensi di Indonesia yang didapatkan dari hasil pengukuran

tekanan darah pada penduduk berusia ≥18 tahun mengalami penurunan

dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% (Kemenkes RI, 2013).

Angka prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Timur masih cukup

tinggi bila dibandingkan dengan angka prevalensi di Indonesia, yaitu

sebesar 26,2% (Kemenkes RI, 2013). Sementara pada tahun 2016

prosentase prevalensi tekanan darah tinggi sebesar 13,47% (Dinkes

Provinsi Jawa Timur, 2017). Kota Surabaya termasuk ke dalam lima besar

kota atau kabupaten di Jawa Timur yang memiliki jumlah penderita


4

hipertensi tertinggi, yaitu sebanyak 45.014 orang atau sebesar 10,43%

(Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2017).

Jawa Timur merupakan provinsi yang menempati urutan ketiga di

Indonesia yang memiliki penduduk usia produktif 15-64 tahun dengan

jumlah yang besar sebanyak 27.140.295 penduduk (Dinkes Provinsi Jawa

Timur, 2017). Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur yang

mana memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan

dengan kota lain di Jawa Timur yaitu sebesar 2.765.487 penduduk, dan

memiliki jumlah penduduk berusia produktif terbanyak sehingga

memiliki kemungkinan untuk memiliki beberapa faktor risiko terhadap

kejadian hipertensi.

Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk

berusia lanjut namun tidak menutup kemungkinan penduduk usia remaja

hingga dewasa juga dapat mengalami penyakit hipertensi tersebut.

Remaja dan dewasa muda yang berada pada kisaran usia 15-25 tahun

memiliki angka prevalensi hipertensi 1 dari 10 orang. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Kini (2016), prevalensi prehipertensi dan hipertensi

pada dewasa muda (usia 20-30 tahun) adalah sebesar 45,2%. Hipertensi

kini telah menjadi penyakit degeneratif yang diturunkan kepada anggota

keluarga yang memiliki riwayat kejadian hipertensi (Kemenkes RI, 2016).

Kecamatan Wonokromo memiliki 117.262 penduduk berusia ≥ 18

tahun, yang mana sejak tahun 2012 kejadian hipertensi di wilayah ini
5

selalu menjadi salah satu dari sepuluh kasus besar di kecamatan

Wonokromo (Statistik Kecamatan Wonokromo, 2013). Selain itu,

diketahui juga bahwa Kecamatan Wonokromo dengan Puskesmas Jagir

merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu

sebesar 32,19% (Dinkes Kota Surabaya, 2017). Angka ini mengalami

peningkatan dibandingkan prevalensi tahun sebelumnya.

Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari

31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi

penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang

berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat

ke fasilitas kesehatan.

Pentingnya upaya dalam mencegah penyakit hipertensi adalah

mengontrol penderita hipertensi agar terhindar dari kerusakan organ jantung,

otak dan ginjal. Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar

di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering

ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan

masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai

dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum

adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Peningkatan

tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung

koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan


6

tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena

itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan

hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi

dapat dikendalikan.

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang

esensial), dapat dikurangi dengan cara :

a. Memeriksa tekanan darah secara teratur.

b. Menjaga berat badan ideal.

c. Mengurangi konsumsi garam.

d. Jangan merokok.

e. Berolahraga secara teratur.

f. Hidup secara teratur.

g. Mengurangi stress.

h. Menghindari makanan berlemak.

Sedangkan untuk perilaku pencegahan hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu

pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier :

1. Pencegahan Primer :

a. Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.

b. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik

untuk mengurangi berat badan.

c. Kurangi konsumsi alkohol.

d. Konsumsi minyak ikan.


7

e. Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi

kalsium juga cukup membantu.

2. Pencegahan Sekunder

a. Pola makanam yamg sehat.

b. Mengurangi garam dan natrium di diet anda.

c. Fisik aktif.

d. Mengurangi Akohol intake.

e. Berhenti merokok.

3. Pencegahan Tersier

a. Pengontrolan darah secara rutin.

b. ·Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

Meningkatkan kesadaran dan melakukan perubahan pada pola hidup

merupakan sebuah upaya dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi

(Adiatama, 2012). Menurut teori Lawrence Green (1980) yang dikutip

Notoadmojo (2012), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi

termasuk didalamnya adalah sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan

pengetahuan. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka akan

semakin baik pula perilaku pencegahan individu terhadap penyakit hipertensi.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan

umumnya bersifat langgeng.

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi penderit hipertensi

untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan upaya pencegahan agar


8

tidak terjadi komplikasi. Upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi bisa

dilakukan melalui mempertahankan berat badan, menurunkan kadar

kolesterol, mengurangi konsumsi garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi

buah – buahan dan sayuran serta menjalankan hidup secara sehat (Syahrul,

2013).

Pada penelitian sebelumnya hubungan pengetahuan tentang hipertensi

dengan perilaku pencegahan primer di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran

Barat Kabupaten Semarang tahun 2012 diperoleh hasil, responden yang

mempunyai perilaku pencegahan primer kategori kurang baik sebanyak 9

orang dimana sebagian besar mereka mempunyai pengetahuan tentang

hipertensi kategori rendah sebanyak 6 orang (25,0%) lebih banyak dari pada

yang mempunyai pengetahuan dengan kategori tinggi yaitu 3 orang (15,8%).

Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden yang mempunyai

perilaku pencegahan primer kategori kurang mempunyai pengetahuan tentang

hipertensi kategori rendah.

Ada perbedaan sikap tentang kesehatan akan mempengaruhi perilaku

seseorang untuk bertindak dalam menjaga kesehatan. Sikap merupakan faktor

yang paling dominan dalam menentukan perilaku, dalam penelitian tersebut

disebutkan bahwa sikap seseorang terhadap penyakit berhubungan signifikan

dengan perilaku seseorang dalam pencarian pengobatan. Sikap

mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kontrol ke Puskesmas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taukhit (2012)

dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku


9

Pencegahan Komplikasi Pada Penderita Hipertensi didapatkan bahwa

pengetahuan lansia mayoritas cukup sebanyak 2,25% dan sikap lansia

mayoritas cukup sebanyak 3,20%, maka secara statistik terdapat hubungan

yang bermakna terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada penderita

hipertensi.

Petugas kesehatan mempunyai peranan penting dalam pencegahan

dan pengendalian masalah kesehatan di masyarakat, salah satu perannya yaitu

memberikan informasi kesehatan, keterpaparan pada informasi kesehatan

yang efektif sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap yang

positif untuk mencegah suatu penyakit menurut penelitian yang dilakukan

oleh Jane M. F. Tahulending,dkk (2015). Tingginya kejadian penyakit di

puskesmas Tanah Sareal bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang perilaku pencegahan hipertensi, sehingga

mengindikasikan peranan petugas kesehatan belum maksimal yang

menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi terkait perilaku

pencegahan penyakit hipertensi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sindang

Barsng Bogor diperoleh data jumlah penduduk pada tahun 2018 sebanyak

8.514 jiwa dimana terdiri dari 3,991 pria dan 4.523 wanita. Menurut data dari

laporan tahunan Puskesmas Sinedang Barang Bogor, penderita hipertensi

masih sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari masuknya penyakit hipertensi

dalam sepuluh kasus penyakit tertinggi dimana hipertensi ada diurutan

pertama sebanyak 2.886 kasus sepanjang tahun 2018. Faktor resiko terjadinya
10

hipertensi antara lain usia, ras/etnik, jenis kelamin, dan kebiasaan hidup tidak

sehat.

Menurut data laporan tahunan Puskesmas Sindasng Barang Bogor

tahun 2018, diperoleh informasi mengenai 10 besar kasus penyakit tertinggi

sepanjang tahun 2018, dimana terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit

menular ke penyakit tidak menular. Urutan pertama adalah Hipertensi pada

keseluruhan pengunjung sebesar 20% dengan jumlah kasus sebanyak 2.886

kasus, urutan kedua pengunjung Poli Umum adalah penyakit ISPA sebesar

17% dengan jumlah kasus sebanyak 4083 kasus dan menempati urutan

penyakit terbanyak setelah hipertensi yang ditemukan di Puskesmas Tanah

Sindang Barsng Bogor. Hal ini disebabkan oleh karena padatnya jumlah

penduduk dan faktor polusi udara. Penyakit gigi dan mulut yang memerlukan

perhatian lebih mengingat untuk jumlah kunjungan penyakit ini sebesar 15%

dengan jumlah kasus sebanyak 3475 dan menempati urutan ketiga dari

keseluruhan pengunjung Puskesmas. Penyakit common cold menjadi urutan

penyakit tertinggi keempat dengan jumlah kunjungan sebesar 12% dan

jumlah kasus sebanyak 2800 kasus, urutan kelima adalah penyakit

gastroduodenit dengan jumlah kunjungan sebesar 9% dan jumlah kasus

sebanyak 2095 kasus, urutan keenam yaitu penyakit faringitis akut dengan

jumlah kunjungan sebesar 8% dan jumlah kasus sebanyak 1881 kasus, urutan

ketujuh merupakan peyakit dermatitis dengan jumlah kunjungan sebesar 7%

dan jumlah kasus sebanyak 1801 kasus, dan urutan penyakit tertinggi lainnya

yaitu gangguan gigi dan jaringan penunjang sebesar 6% dan jumlah kasus
11

sebanyak 1715 kasus, penyakit myalgia dengan persentase kunjungan

sebesar 3% dan jumlah kasus sebanyak 816 kasus, dan yang terakhir

merupakan penyakit diare dengan pesentase kunjungan sebesar 2% dan

jumlah kasus sebanyak 388 kasus.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang, “Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Tenaga

Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas sindang barang ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Tanah Sindang Barang

4 dari 10 orang mengemukakan bahwa memiliki perilaku pencegahan

hipertensi yang baik, sedangkan 6 lain kurang baik, 7 dari 10 orang

mengemukakan memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan 3 lainnya

kurang baik. 4 dari 10 orang menemukakan bahwa memiliki Sikap positif,

sedangkan 6 lainnya negatif. 8 dari 10 orang mengemukakan bahwa

dukungan tenaga kesehatan mendukung, sedangkan 2 lainnya kurang

mendukung.
12

Menurut data Puskesmas Puskesmas sindang barang 2018 dari jumlah

penduduk 8.828 jiwa orang yang dilaporkan terkena hipertensi di Puskesmas

sindang barang ada 4.719 jiwa. Hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat

masih belum mengetahui pentingnya perilaku pencegahan hipertensi dan

didukung juga oleh data dari Dinas Kesehatan dimana masih kurangnya

pencapaian target penurunan angka hipertensi yaitu sebesar 80%. Ada

kemungkinan rendahnya upaya pemeriksaan tekanan darah pada

masyarakat terhadap pencegahan hipertensi meliputi rendahnya pengetahuan

tentang hubungan pengetahuan, sikap, dan dukungan tenaga kesehatan

dengan perilaku pencegahan hipertensi. Menurut latar belakang diatas, maka

rumusan masalahnya “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan

Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi di

Wilayan Kerja Puskesmas sindang barang bogor 2019 ”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Dukungan

Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi pada Masyarakat

di Wilayah Kerja Puskesmas sindang barang bogor 201?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan

Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi


13

Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas sindang barang bogor

tahun 2019

Tujuan Khusus

a. Mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dukungan Tenaga

Kesehatan dan Perilaku Pencegahan Hipertensi Pada Masyarakat di

Wilayah Kerja Puskesmas sindang barang bogor tahun 2019.

b. Mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku

Pencegahan Hipertensi Pada Masyarakat di Wilayah Kerja

Puskesmas sindang barang bogor Tahun 2019.

c. Mengetahui Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pencegahan

Hipertensi Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas sindang

barang bogor Tahun 2019.

d. Mengetahui Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan

Perilaku Pencegahan Hipertensi Pada Masyarakat di Wilayah Kerja

Puskesmas sindag barang Bogor Tahun 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas

Mendapatkan gambaran mengenai perilaku dalam upaya

pencegahan hipertensi sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi puskesmas dalam upaya pengambilan keputusan terkait kebijakan

– kebijakan yang akan dilakukan mengenai pencegahan hipertensi

1.5.2 Bagi Mahasiswa


14

a. Sarana bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

b. Memperoleh pengalaman belajar dan kerjasama dalam kelompok

dengan instansi pemerintah dan masyarakat.

c. Menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan mahasiswa

dalam melakukan observasi yang bertujuan untuk menganalisa

situasi dan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas sindang

barang Bogor Tahun 2019.

1.5.3 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Mendapatkan hasil laporan mengenai hubungan antara

pengetahuan, sikap dan dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku

pencegahan hipertensi yang dapat dijadikan langkah awal untuk

mengambil langkah-langkah penting yang berkaitan dengan masalah

penyakit hipertensi khususnya dalam perilaku pencegahan atau

preventif.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan,

Sikap, dan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas sindang barang Bogor Tahun 2019”.

Dikarenakan ada peningkatan kasus kejadian hipertensi dari tahun

sebelumnya dan belum mencapai yang di targetkan oleh puskesmas dengan


15

sampel 4.719 penderita hipertensi yang terdaftar dalam catatan medik di

wilayah kerja Puskesmas sindang barang Bogor 2019. Penelitian ini

dilakukan pada bulan November 2016–April 2017. Subjek dalam penelitian

ini adalah warga penderita hipertensi yang datang ke Puskesmas sindang

barang Bogor. Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai