Anda di halaman 1dari 13

KEADILAN DAN PERDAMAIAN DALAM

ISLAM
Adil Berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-
tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis Adil bermakna
suatu sikap yang bebas dari diskriminasi dan ketidakjujuran.
Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai
dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum
negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Dalam
Al Quran, kata‘adl disebut juga dengan qisth (QS. Al-Hujurat: 9).
Dalam ajaran Islam dapat ditemukan banyak landasan yang

membicarakan premis-premis dakwah yang damai. Seperti ajaran

tentang adl (keadilan), ihsan (kebaikan), rahmah (kasih sayang),

hurriyah (perdamaian) dan hikmah (kearifan). Semangat ajaran

Islam ini perlu diupayakan dan diperjuangkan dalam realitas

kehidupan, baik dalam skala nasional, regional, maupun mondial/

global.
Sebagian ulama berpendapat: “Orang yang adil itu ialah orang
yang jika marah, kemarahannya itu tidak menjerumuskannya
kepada kebatilan. Dan apabila ia senang, kesenangannya itu tidak
mengeluarkannya dari kebenaran." 
Mengapa Islam menganggap sikap adil itu penting? Salah satu
tujuan utama Islam adalah membentuk masyarakat yang
menyelamatkan; yang membawah rahmat pada seluruh alam
(rahmatan lil alamin) (QS. Al-Anbiya’:107). Ayat ini memiliki
sejumlah konsekuensi bagi seorang muslim: Pertama, seorang
muslim harus bersikap adil dan jujur pada diri sendiri, kerabat
dekat , kaya dan miskin. Hal ini terutama terkait dengan masalah
hukum (QS. An-Nisaa’:135 Penilaian, kesaksian dan keputusan
hukum hendaknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada
diri sendiri, saat di mana berperilaku adil terasa berat dan sulit).
Kedua, keadilan adalah milik seluruh umat manusia tanpa
memandang suku, agama, status jabatan ataupun strata sosial.
Oleh karena itu, seorang muslim wajib menegakkan keadilan
hukum dalam posisi apapun dia berada; baik sebagai hakim, jaksa,
polisi maupun saksi.
Ketiga, keadilan bermakna bahwa seorang muslim harus dapat
membuat penilaian obyektif dan kritis kepada siapapun. Mengakui
adanya kebenaran, kebaikan dan hal-hal positif yang dimiliki
kalangan lain yang berbeda agama, suku dan bangsa dan dengan
lapang dada membuka diri untuk belajar (QS. Yusuf: 109) serta
dengan bijaksana memandang kelemahan dan sisi-sisi negatif
mereka. Pada saat yang sama, seorang muslim dengan tanpa ragu
mengkritisi tradisi atau perilaku negatif yang dilakukan umat Islam.
MANFAAT MENEGAKKAN KEADILAN
a. Terciptanya rasa aman, tenang dan tentram dalam jiwa
dan ada rasa khawatir kepada orang lain, karena tidak
pernah melakukan perbuatan yang merugikan atau
menyakiti orang lain.
b. Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan
kewajiban dengan baik, taat dan patuh kepada Allah
SWT, melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya.
c. Menciptakan ketenteraman dan kerukunan hidup,
hubungan yang harmonis dan tertib dengan orang lain.
d. Dalam memanfaatkan alam sekitar untuk kemaslahatan
dan kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.
Hadits dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu
‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah Muhammad
Shalallahu‘alaihi wassalam: “Sesungguhnya mereka-
mereka yang berbuat adil di sisi Allah Ta’ala, kelak
mereka akan berada di atas mimbar dari cahaya, dari
tangan kanan Allah Ar-Rahman ‘Azza wa Jalla. Dan
kedua tangan Allah Ta’ala adalah kanan. Mereka
adalah orang-orang yang adil dalam menghukumi
sesuatu bahkan terhadap keluarga mereka sendiri,
juga terhadap orang-orang yang mereka pimpin”. (HR.
Imam Muslim).
Dalam memutuskan perkara, keadilan mesti
menjadi landasan berpijak. Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Apabila
kalian memutuskan hukum maka bersikaplah adil!”
(Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam ash-
Shahihah [no. 469]).
KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM
Syariat peperangan dalam Islam yang tidak lain
merupakan situasi pengecualian (QS al-Baqarah [2]: 216)
dalam rangka menghapus kezaliman, menegakkan
kebenaran, menafikan kebatilan, menegakkan
kedamaian, keamanan dan ketenangan,
mempertahankan agama, negara, jiwa, harta, benda,
kebebasan beragama dan kemanusiaan.
Islam muncul untuk menjadi “penyelamat” dunia

sebagai Rahmatan Lil Alamien oleh karenanya setiap

ajaran Islam memiliki nilai keadilan, kebenaran dan

perdamaian yang tidak diragukan lagi. Islam berusaha

menciptakan perdamaian di bumi sehingga umat manusia

dan seluruh makhluk Allah SWT dapat hidup sejahtera.


Dalam ajaran Islam bahwa perdamaian merupakan kunci pokok
menjalin hubungan antar umat manusia, sedangkan perang dan
pertikaian adalah sumber mala petaka yang berdampak pada
kerusakan sosial. Agama mulia ini sangat memperhatikan
keselamatan dan perdamaian, juga menyeru kepada umat
manusia agar selalu hidup rukun dan damai dengan tidak
mengikuti hawa nafsu dan godaan Syaitan, firman Allah: (QS. Al-
Baqarah [2]: 208).
• Allah SWT berfirman, “Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Maha Kuasa
menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung
halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, ‘Tuhan
kami ialah Allah’.”
• “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja,
rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya
banyak disebut nama Allah, Allah pasti akan menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sungguh Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” (QS. Al-
Hajj: 39-40).
Maka, jika pada saat ini terdapat sekelompok orang yang
mengatasnamakan diri sebagai kelompok Islam dengan
kebiasaan melakukan kekerasan, kejahatan, teror dan
mengganggu ketentraman masyarakat, dapat dipastikan
bahwa perbuatan mereka bertentangan dengan syariat
Islam. Dan mereka perlu belajar Islam langsung melalui
teks aslinya, bukan dari para ideolog-ideolog yang salah
dalam memahami ajaran Islam yang cinta damai.
Kebencian dan ketidakadilan akan membuat
kehidupan sosial goyah, bahkan bergejolak.
Karenanya, Al-Quran secara tegas memberi
peringatan, “dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa.” (QS. Al-Ma’idah: 8).

Anda mungkin juga menyukai