Anda di halaman 1dari 13

JMK, VOL. 17, NO. 1, MARET 2015, 86–98 DOI: 10.9744/jmk.17.1.

86–98
ISSN 1411-1438 print / ISSN 2338-8234 online

KEADILAN ORGANISASIONAL, KOMITMEN ORGANISASIONAL, DAN


KINERJA KARYAWAN
Harris Kristanto
Program Manajemen Bisnis Universitas Kristen Petra
Jalan Siwalankerto 121–131, Surabaya 60236, Indonesia
E-mail: kristanto_harris@ymail.com

Abstrak
Sumber daya manusia merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perusahaan. Penelitian ini bertuju-
an untuk mengetahui pengaruh keadilan organisasional terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organi-
sasional sebagai variabel intervening. Penelitian dilakukan di CV Tanaya Fiberglass, Surabaya, dengan
sampel sebanyak 38 karyawan. Data dianalisis secara kuantitatif dengan analisis deskriptif dan analisis jalur.
Hasil menunjukkan bahwa keadilan organisasional berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.
Keadilan organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasional
sebagai variabel intervening. Keadilan organisasional juga berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Kata kunci: Keadilan organisasional, komitmen organisasional, kinerja karyawan

Abstract
Human resource is an aspect that need to be considered in the company. The objective of this research
was to determine the influence of organizational justice towards employee performance with organizational
commitment as an intervening variable. The study was conducted in CV Tanaya Fiberglass, Surabaya, with
sample of 38 employees. Data was analyzed quantitatively using descriptive analysis and path analysis. The
results showed that organizational justice influenced organizational commitment. Organizational justice
influenced employee performance with organizational commitment as an intervening variable. Organizatio-
nal justice influenced employee performance.

Keywords: Organizational justice, organizational commitment, employee performance

Pendahuluan Permintaan fiberglass yang terus meningkat


hendaknya diimbangi dengan kinerja perusahaan
Industri fiberglass merupakan industri yang yang terus meningkat. Satu sisi, sumber daya manusia
cukup berkembang di dunia maupun di Indonesia. dapat menjadi salah satu keunggulan kompetitif bagi
Fiberglass merupakan salah satu bahan industri yang perusahaan (Moran & Brightman, 2000). Akan tetapi,
dapat digunakan sebagai komponen dalam bangunan. di sisi lain sumber daya manusia akan menjadi beban
Gambar 1 menunjukkan perkembangan industri fiber- bagi perusahaan apabila tidak dilakukan pengelolaan
glass di dunia maupun di Indonesia yang cenderung dengan tepat (Zopiatis & Constanti, 2007). Masalah
meningkat dari waktu ke waktu. CV Tanaya fiber-
yang timbul akibat tidak dikelolanya sumber daya
glass merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
manusia, antara lain: (1) Tidak harmonisnya hubung-
fiberglass.
an antara pekerja dengan pemberi kerja (Galuh, 2012;
Widiyanto, 2014) (2) Kinerja karyawan yang tidak
meningkat bahkan turun (Purwanto, 2013) dan (3)
Kepentingan perusahaan dikesampingkan dibanding-
kan dengan kepentingannya sendiri (Purwanto, 2013).
Menurut Neely, Adams, and Crowe (2001), sumber
daya manusia merupakan salah satu aspek dari keber-
hasilan perusahaan. Lebih lagi, Sutanto (1999) me-
nyatakan bahwa kinerja perusahaan berhubungan erat
dengan kinerja karyawan.
Teori mengenai manajemen sumber daya manu-
sia sudah berkembang dari waktu ke waktu. Person-
Gambar 1. Perkembangan permintaan fiberglass di nel management mulai diperkenalkan sejak tahun
Indonesia periode 2011/2012 1940 (Fleming, 2000). Tujuan utama pengelolaan
Sumber: American Architectural Manufacturer Association, dengan menggunakan personnel management adalah
2012

86
Kristanto: Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan 87

untuk mengatur pekerja, baik secara administratif bahwa komitmen terhadap supervisor lebih mem-
dan operasional, sehingga dapat seefektif mungkin punyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan
berkontribusi bagi perusahaan. Lambat laun, person- daripada komitmen organisasional.
nel management mulai digantikan oleh manajemen CV Tanaya Fiberglass merupakan perusahaan
sumber daya manusia (human resource management) yang bergerak di industri fiberglass dan sedang me-
yang lebih kompleks dan terintegrasi. Salah satu ngembangkan usahanya dengan lingkup pasar yang
alasannya adalah personnel management tidak mem- lebih luas. Oleh sebab itu, manajemen sumber daya
berikan keadilan bagi para pekerja (Long, 1985). manusia yang baik sangat dibutuhkan. Terutama di
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) menjan- bagian produksi, karena hal utama yang diperjual-
jikan tiga hal yang tidak tercakup dalam personnel belikan oleh CV Tanaya Fiberglass adalah barang.
management, yaitu: (1) Hubungan karyawan dengan Apabila pengerjaan pada waktu produksi tidak
strategi perusahaan (2) Berusaha mendapatkan komit- dilakukan dengan baik, maka barang yang dijual ke
men pekerja daripada sekedar penyelesaian kerja, dan konsumen juga tidak mempunyai kualitas yang baik
(3) Memperhatikan aspek perilaku pekerja. atau sesuai dengan harapan. Hal tersebut akan
Hal yang cukup penting dalam MSDM adalah berpengaruh langsung terhadap minat beli konsumen
komitmen organisasional dan keadilan organisasional (Saidani & Arifin, 2012). Perlu dibutuhkan kinerja
(salah satu bentuk aspek perilaku pekerja). Adanya yang baik dan maksimal dari karyawan dan mana-
keadilan organisasional membedakan manajemen jemen sumber daya manusia, yang mana keadilan
sumber daya manusia dengan personnel manage- organisasional dan komitmen organisasional termasuk
ment, yang pernah bermasalah dengan ketidakadilan di dalamnya, untuk membuat sumber daya manusia
(Long, 1985). Aspek keadilan organisasional menjadi menjadi keuntungan bagi perusahaan mendasari
sangat penting dalam kehidupan organisasi, karena penelitian ini penting untuk dilakukan. Oleh karena
apabila keadilan tersebut tidak ada, maka dapat me- itu, dilakukanlah penelitian untuk menguji pengaruh
nyebabkan turunnya komitmen, terjadinya kejahatan keadilan organisasional terhadap kinerja karyawan
di lingkungan kerja, dan adanya keinginan untuk me-
dengan komitmen organisasional sebagai variabel
lakukan protes (Skitka & Bravo, 2005). Hasil pene-
intervening.
litian menyatakan bahwa keadilan organisasional
mempunyai pengaruh yang positif terhadap komit-
Keadilan Organisasional
men organisasional (Pareke & Suryana, 2009; Jawad,
Raja, Abraiz, & Tabassum, 2012; Yazicioglu &
Gibson et al. (2012) mendefinisikan keadilan
Topaloglu, 2009). Tidak hanya itu, keadilan organisa-
sional juga ditemukan memberikan pengaruh positif organisasional sebagai suatu tingkat di mana seorang
terhadap kinerja (Nasurdin & Khuan, 2007; Suliman individu merasa diperlakukan sama di organisasi
& Kathairi, 2013). tempat dia bekerja. Definisi lain mengatakan bahwa
Lebih dari itu, komitmen merupakan salah satu keadilan organisasional adalah persepsi adil dari
faktor yang menjadi pembeda manajemen sumber seseorang terhadap keputusan yang diambil oleh atas-
daya manusia dengan personnel management. Konsep annya (Colquitt, LePine, & Wesson, 2009).
komitmen dikembangkan oleh Meyer and Allen Moorman (1991) membagi keadilan organisa-
(1997) yang membagi komitmen menjadi tiga kom- sional menjadi tiga, yaitu keadilan distributif, keadilan
ponen. Sejak saat itu, penelitian mengenai komitmen prosedural, dan keadilan interaksional. Colquitt et al.
organisasional mulai banyak dilakukan, seperti yang (2001) mengemukakan bahwa keadilan organisasi-
dilakukan oleh Tobing (2009), Atmojo (2012), dan onal mempunyai empat tipe, yaitu keadilan distributif,
Sutanto (1999). Komitmen organisasional oleh Gib- keadilan prosedural, keadilan interpersonal, dan ke-
son, Ivancevich, Donnelly, and Konopaske (2012) adilan informasional. Tipe keadilan organisasional
diartikan sebagai rasa keterlibatan dan kesetiaan yang menurut Moorman dan Colquitt masing-masing
diekspresikan pekerja terhadap suatu organisasi. mempunyai keunggulannya masing-masing (dalam
Dengan adanya komitmen terhadap organisasi, kinerja Miller, Konopaske, & Byrne, 2012). Teori keadilan
karyawan dapat meningkat, karena pekerja akan Colquitt tersebut sekarang lebih sering digunakan ke-
bekerja lebih dengan sepenuh hati. Beberapa pene- timbang teori keadilan organisasional yang lain (Li &
litian juga menyatakan bahwa komitmen merupakan Cropanzano, 2009).
faktor yang mempengaruhi kinerja. Penelitian Tobing Menurut Dyna and Graham (2005) (dalam
(2009) dan Atmojo (2012) menyatakan bahwa komit- Carlis, 2011), keadilan organisasi dapat diketahui
men organisasional secara positif berpengaruh ter- dengan mengukur tiga hal, yaitu 1) Keadilan yang
hadap kinerja karyawan. Sutanto (1999) menyatakan berkaitan dengan kewajaran alokasi sumber daya.
88 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 1, MARET 2015: 86–98

Organisasi dapat dikatakan adil oleh karyawan, jika diperlukan dan dihargai. Hal ini akan memberikan
memberikan gaji sesuai dengan hasil kerja yang komitmen kerja yang tinggi dalam diri karyawan.
dilakukan oleh karyawan. Apabila perbandingan
antara gaji yang diterima dengan hasil kerja yang Kinerja Karyawan
dilakukan karyawan dirasa tidak sebanding, maka
karyawan akan merasa bahwa tidak terjadi keadilan. Kinerja adalah perbandingan antara prestasi
2) Keadilan dalam proses pengambilan keputusan. kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja dengan
Organisasi dapat dikatakan adil oleh karyawan apa- standar yang diharapkan (Dessler, 2005). Menurut
bila dalam pengambilan keputusan, karyawan di- definisi tersebut, kinerja fokus pada hasil kerjanya.
berikan kesempatan untuk menyuarakan pendapat Menurut Siagian (2005) kinerja adalah konsep yang
dan pandangannya. Selain itu, setelah pengambilan bersifat universal yang merupakan efektivitas opera-
keputusan dilakukan, apabila pelaksanaan keputusan sional karyawan, bagian organisasi dan bagian yang
tersebut dinilai sama pada tiap karyawan, maka berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan. Kane
karyawan akan merasa bahwa terjadi keadilan. 3) (1993) (dalam Harahap, 2010) menjelaskan, kinerja
Keadilan dalam persepsi kewajaran atas pemeliharaan sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan
hubungan antar pribadi. Organisasi dapat dikatakan tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu.
adil oleh karyawan apabila hubungan antar atasan Menurut Supardi (1999) (dalam Ginting, 2012),
dengan bawahan baik, seperti mendapatkan perlakuan indikator penilaian kinerja ada tujuh poin, yaitu 1)
yang baik dan sewajarnya. Selain itu, kejujuran dan Kualitas kerja: Kualitas kerja meliputi akurasi ke-
kebenaran informasi yang didapatkan dari atasan juga telitian, kerapian, melaksanakan pekerjaan, memper-
mempengaruhi persepsi keadilan organisasional dari gunakan dan memelihara alat kerja, keterampilan dan
karyawan. kecakapan melaksanakan tugas. 2) Kuantitas Kerja:
Kuantitas kerja meliputi keluaran dan target dari pe-
kerjaan. 3) Pengetahuan: Pengetahuan adalah kemam-
Komitmen Organisasional
puan seorang karyawan sehubungan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan tugas dan prosedur kerja,
Menurut Hellriegel and Slocum (2004), komit-
penggunaan alat-alat kerja maupun kemampuan
men organisasional adalah tingkat keterlibatan karya-
teknis atau pekerjaan. 4) Penyesuaian pekerjaan:
wan dalam organisasi dan mempunyai identitas yang Penyesuaian pekerjaan ditinjau dari kemampuan
sama dengan organisasi. Colquitt et al. (2009) men- karyawan dalam melaksanakan tugasnya di luar
definisikan komitmen organisasional sebagai keingin- pekerjaan maupun adanya tugas baru serta
an dari karyawan untuk menjadi bagian dan anggota kecepatannya berpikir dan bertindak dalam bekerja.
di suatu organisasi. 5) Keandalan: Keandalan adalah kemampuan karya-
Porter et al. (1974) (dalam Amin, Yusnita, Ibra- wan dalam melaksanakan tugas, misalnya saat
him, & Muda, 2013) mengemukakan mengenai indi- melaksanakan prosedur, peraturan kerja, inisiatif,
kator dari komitmen organisasional. Indikator tersebut kedisiplinan, dan lain-lain. 6) Hubungan kerja:
ada tiga, yaitu 1) A strong belief in and acceptance of Hubungan kerja dapat dilihat dari sikap karyawan
the organization’s goals and values (Acceptance). terhadap lainnya, sikap karyawan terhadap aturan,
Penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi. Arti- dan kesedian dalam menerima perubahan-perubahan
nya adalah ada kesesuaian antara nilai yang dianut kerja. 7) Keselamatan kerja: Keselamatan kerja me-
oleh karyawan dengan organisasi. Apabila karyawan nyangkut bagaimana perhatian karyawan pada
merasakan tujuan organisasi dapat memenuhi ke- keselamatan kerja.
inginannya, maka karyawan akan memberikan
sepenuhnya komitmen terhadap organisasi. 2) A Kerangka Berpikir
willingness to exert considerable effort on behalf of
the organization (Willingness). Berkaitan dengan
kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh atas
nama organisasi. Karyawan dapat merasa ber-
tanggung jawab untuk membangun organisasi dan
merasa senang dengan organisasi. 3) A strong desire
to maintain membership in the organization (Maintain).
Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi atau menjadi bagian dari organisasi. Gambar 2. Kerangka Berpikir
Karyawan bersedia terlibat dalam organisasi dan mem- Sumber: Carlis, 2011; Amin et al., 2013; Ginting, 2012;
perkokoh kedudukannya supaya merasakan dirinya Suliman and Kathairi, 2013.
Kristanto: Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan 89

Hipotesis keputusan yang diambil oleh atasannya. Keadilan


organisasional memiliki tiga indikator, yaitu (1)
Pareke dan Suryana (2009) yang meneliti Uni- Alokasi sumber daya (persepsi adil terkait dengan
versitas di Propinsi Bengkulu. Jawad et al. (2012) perbandingan gaji yang diterima dengan hasil kerja
yang meneliti karyawan Universitas termasuk dosen; yang dilakukan), (2) Kewajaran prosedur (persepsi
dan Yazicioglu and Topaloglu (2009) yang meneliti adil terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
karyawan perusahaan yang dipilih secara acak me- pelaksanaan keputusan kepada karyawan), dan (3)
nyatakan bahwa keadilan organisasional mempunyai Hubungan personal (persepsi adil terhadap perilaku
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap komit- yang diterima karyawan dari atasannya atau otoritas
men organisasional. Artinya, semakin tinggi keadilan yang lebih tinggi).
organisasional di suatu perusahaan, maka komitmen Definisi komitmen organisasional adalah
organisasional karyawan juga semakin tinggi. Oleh keinginan dari karyawan untuk menjadi bagian dan
karena itu, maka disusun hipotesis pertama, yaitu H1: anggota di suatu organisasi. Komitmen organisasional
Keadilan organisasional berpengaruh terhadap komit- mempunyai tiga indikator, yaitu: (1) Acceptance
men organisasional. (kesesuaian antara nilai yang dianut oleh karyawan
Nasurdin and Khuan (2007) yang meneliti dengan nilai yang ada dalam organisasi) (2) Willing-
karyawan industri komunikasi di Malaysia mem- ness (kebersediaan untuk berusaha sungguh-sungguh
buktikan bahwa keadilan distributif dan keadilan atas nama organisasi) dan (3) Maintain (keinginan
prosedural mempunyai pengaruh positif terhadap untuk mempertahankan keanggotaan dalam organi-
kinerja karyawan. Atmojo (2012) yang meneliti sasi).
karyawan perusahaan listrik dan Tobing (2009) yang Definisi kinerja karyawan adalah rekaman hasil
meneliti karyawan perusahaan perkebunan menun- kerja yang diperoleh karyawan tertentu melalui kegi-
jukkan adanya pengaruh positif dan signifikan atan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja mempunyai
komitmen organisasional dengan kinerja karyawan. tujuh dimensi untuk diukur, yaitu: (1) Kualitas kerja
Oleh karena itu, maka disusun hipotesis kedua, yaitu (akurasi ketelitian, kerapian, melaksanakan pekerjaan,
H2: Keadilan organisasional dengan komitmen mempergunakan dan memelihara alat kerja, keteram-
organisasional sebagai variabel intervening ber-
pilan dan kecakapan melaksanakan tugas) (2) Kuan-
pengaruh terhadap kinerja karyawan.
titas Kerja (keluaran dan target dari pekerjaan) (3) Pe-
Suliman and Kathairi (2013), menggunakan
ngetahuan (kemampuan seorang karyawan sehubung-
komitmen organisasional sebagai variabel intervening
an dengan hal-hal yang berhubungan dengan tugas
pengaruh keadilan organisasional terhadap kinerja.
Hasilnya menyatakan bahwa keadilan organisasional dan prosedur kerja, penggunaan alat-alat kerja mau-
melalui komitmen organisasional sebagai variabel pun kemampuan teknis atau pekerjaan) (4) Penyesu-
intervening mempunyai pengaruh terhadap kinerja. aian pekerjaan (kemampuan karyawan dalam melak-
Oleh karena itu, maka disusun hipotesis ketiga, yaitu sanakan tugasnya di luar pekerjaan maupun adanya
H3: Keadilan organisasional berpengaruh terhadap tugas baru serta kecepatannya berpikir dan bertindak
kinerja karyawan. dalam bekerja) (5) Keandalan (kemampuan karyawan
dalam melaksanakan tugas, misalnya saat melaksana-
Metode Penelitian kan prosedur, peraturan kerja, inisiatif, kedisiplinan),
(6) Hubungan kerja (sikap karyawan terhadap lain-
Jenis Penelitian nya, sikap karyawan terhadap aturan, dan kesediaan
dalam menerima perubahan-perubahan kerja) dan
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. (7) Keselamatan kerja (bagaimana perhatian kar-
Penelitian kuantitatif menurut Noor (2011) adalah yawan pada keselamatan kerja). Operasionalisasi
penelitian untuk menguji teori-teori tertentu dengan variabel selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
cara meneliti hubungan antar variabel. Alasan meng-
gunakan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini Teknik Penentuan Sampel
bertujuan untuk mengetahui pengaruh keadilan
organisasional terhadap kinerja karyawan dengan Noor (2011) mendefinisikan sampel sebagai
komitmen organisasional sebagai variabel interven- mengambil elemen secukupnya dari populasi, yang
ing, sehingga penelitian kuantitatif cocok dengan dapat mewakili sifat dan karakteristik dari populasi.
penelitian ini. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-
probability sampling, yaitu saturation sampling atau
Definisi Operasional sampel jenuh. Sampel yang digunakan sebanyak 38
karyawan di bagian produksi. Selain itu, teknik ini
Definisi keadilan organisasional dalam peneliti- dipilih karena jumlah populasi relatif kecil, yaitu ku-
an ini adalah persepsi adil dari seseorang terhadap rang dari 100 orang (Noor, 2011).
90 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 1, MARET 2015: 86–98

Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Definisi Operasional Skala Ukuran
Keadilan Kewajaran alokasi - Perbandingan gaji dengan Perbandingan gaji yang diterima likert
organisasional sumber daya pekerjaan dengan hasil kerja dan usaha yang
dilakukan
Keadilan proses - Kesamaan pelaksanaan Pelaksanaan keputusan perusahaan likert
pengambilan keputusan perusahaan kepada tiap karyawan dilakukan
keputusan dengan sama
- Kesempatan dalam Adanya kesempatan yang sama bagi likert
menyuarakan pendapat karyawan untuk menyuarakan
pendapat
Hubungan personal - Perlakuan atasan Kesamaan perilaku yang diterima likert
terhadap karyawan karyawan dari atasan
- Keterbukaan atasan Adanya informasi atau hal lain yang likert
kepada bawahan ditutup-tutupi oleh atasan terhadap
karyawan
Komitmen Acceptance - Kesesuaian nilai Kesesuaian antara nilai yang dianut likert
organisasional perusahaan dengan nilai oleh karyawan dengan nilai yang ada
karyawan dalam organisasi
Willingness - Kebersediaan untuk Kebersediaan karyawan untuk likert
organisasi berusaha sungguh-sungguh atas nama
organisasi
Maintain - Kebanggaan terhadap Karyawan merasa bangga terhadap likert
perusahaan perusahaan tempat kerjanya
- Keinginan untuk Keinginan untuk mepertahankan likert
bertahan di perusahaan keanggotaan dalam organisasi
Kinerja Kualitas kerja - Ketelitian dan kerapihan Ketelitian dan kerapian dalam likert
karyawan melaksanakan tugas
Kuantitas Kerja - Pemenuhan kuota Kesesuaian jumlah produk yang likert
dihasilkan oleh karyawan dengan
harapan perusahaan
Pengetahuan - Kemampuan Kemampuan karyawan sehubungan likert
melaksanakan pekerjaan dengan pekerjaan sehingga dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik
Penyeseuaian - Kemampuan Kemampuan karyawan dalam likert
pekerjaan mengerjakan pekerjaan melaksanakan tugas di luar
lain pekerjaannya
- Penyesuaian dengan Kemampuan karyawan dalam likert
keputusan baru menyesuaikan diri dengan kebijakan
baru perusahaan
Keandalan - Kemampuan melakukan Kemampuan karyawan dalam likert
prosedur melaksanakan prosedur.
- Kemampuan mencari Kemampuan karyawan dalam likert
solusi mencari solusi masalah teknis.
Hubungan kerja - Ketaatan terhadap Sikap karyawan terhadap aturan dan likert
prosedur prosedur yang ada dalam perusahaan
Keselamatan kerja - Pemahaman aturan Perhatian dan pemahaman karyawan likert
keselamatan kerja terhadap aturan keselamatan kerja

Teknik Pengumpulan Data mewakili sangat tidak setuju, 2 mewakili tidak setuju,
3 mewakili netral, 4 mewakili setuju, dan 5 mewakili
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan sangat setuju. Kuesioner seperti ini disebut dengan
dua cara, yaitu melalui kuesioner dan wawancara. fixed-alternatifs questionnaire atau close-ended ques-
Kuesioner didefinisikan sebagai teknik pengumpulan tionnaire, yaitu kuesioner yang sudah mempunyai
data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pilihan jawaban (Zikmund, Babin, Carr, & Griffin,
pertanyaan kepada responden dengan harapan mem- 2010). Kuesioner disebarkan kepada 38 orang karya-
berikan respons atas daftar pertanyaan tersebut (Noor, wan di bagian produksi untuk mendapatkan data
2011). Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan terkait keadilan organisasional, komitmen organisasi-
penskalaan (memberikan pilihan jawaban), yaitu onal, dan kinerja karyawan. Cara untuk mendapatkan
skala likert. Skala likert yang digunakan adalah 1 keakuratan data, kuesioner juga diberikan kepada
Kristanto: Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan 91

owner, sebagai orang yang mengepalai bagian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik
produksi, untuk mendapatkan data mengenai kinerja plot antara ZPRED dengan SRESID. Apabila titik-
karyawan. titik pada plot menyebar, maka tidak terjadi heteros-
Menurut Noor (2011), wawancara merupakan kedastisitas.
salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan berhadapan secara langsung dengan yang Tabel 2
diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar per- Keputusan Terjadinya Autokorelasi
tanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Keputusan Syarat
Wawancara dalam penelitian ini berguna untuk men- Autokorelasi
dapatkan informasi seperti profil perusahaan, struktur Tidak ada autokorelasi
organisasi, dan manajemen sumber daya manusia. positif 0 < d < dl atau dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi
Teknik Analisis Data negatif 4 – dl < d < 4 atau 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi
Validitas dan Reliabilitas positif maupun negatif du < d < 4 − du
Sumber: Ghozali, 2012
Teknik yang digunakan sebagai uji keabsahan
data adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Reliabilitas Uji normalitas berguna untuk mengetahui apa-
menyatakan kekonsistenan butir pertanyaan dari kah residual berdistribusi normal atau tidak. Dalam
kuesioner, sedangkan validitas menyatakan keaku- penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan me-
ratan kuesioner dalam mewakili konsep (Zikmund et lihat grafik histogram dan normal probability plot.
al., 2010). Validitas adalah tingkat kebenaran kesim- Apabila pada normal probability plot sebaran meng-
pulan, inferensi, atau proposisi dari hasil penelitian. ikuti pola garis lurus diagonal, maka uji normalitas
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan dipenuhi (Ghozali, 2012). Selain itu, uji normalitas
menggunakan Alpha Cronbach dan uji validitas di- dipertegas dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila
lakukan dengan menggunakan perbandingan antara tingkat signifikansi pada uji Kolmogorov-Smirnov
rhitung dengan rtabel. Suatu variabel dikatakan reliabel lebih dari 0,05, maka memenuhi uji normalitas
apabila memiliki nilai alpha cronbach lebih dari 0,70 (Ghozali, 2012).
(Ghozali, 2012), sedangkan variabel dikatakan valid
apabila rhitung lebih besar dari rtabel. Analisis Deskriptif

Uji Asumsi Klasik Statistik deskriptif adalah statistik yang meng-


gambarkan fenomena atau karakteristik data (Puspo-
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji warsito, 2008). Dalam penelitian ini, statistik deskrip-
adanya hubungan antara variabel independen dalam tif ditampilkan dengan menunjukkan mean (rata-rata)
model. Model yang baik tidak menunjukkan adanya dan standar deviasi.
gejala multikolinearitas antar variabel indepen-
dennya (Ghozali, 2012). Dalam penelitian ini, uji Analisis Jalur (Path Analysis)
multikolinearitas diketahui dengan melihat nilai VIF
(variance inflation factor). Apabila nilai VIF < 10, Teknik analisis yang digunakan analisis jalur
maka dianggap tidak terjadi multikolinearitas. (path analysis). Analisis jalur merupakan pengem-
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya bangan dari regresi yang dapat menguji pengaruh
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t secara langsung (direct effect) maupun tidak langsung
dengan kesalahan pengganggu pada periode t - 1 (indirect effect) dengan adanya variabel intervening.
(sebelumnya). Apabila ada korelasi, maka timbul Dalam penelitian ini, analisis jalur digunakan untuk
masalah autokorelasi (Ghozali, 2012). Dalam menguji pengaruh dengan adanya variabel interven-
penelitian ini, uji autokorelasi yang digunakan adalah ing. Analisis jalur untuk menguji pengaruh secara
uji Durbin -Watson (d). Tabel 2 menyatakan tidak langsung digambarkan pada Gambar 3.
keputusan ada tidaknya autokorelasi, dengan du
adalah batas atas.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji a Z
b
adanya ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Apabila varians resi- c
dual pengamatan satu dengan yang lain sama, maka X Y
disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heteros-
kedastisitas. Model yang baik tidak terjadi heteros- Gambar 3. Uji Indirect Effect dengan Analisis Jalur
kedastisitas (Ghozali, 2012). Dalam penelitian ini, uji Sumber: Ghozali, 2012
92 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 1, MARET 2015: 86–98

X merupakan variabel independen, Y merupakan Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Alpha Cron-
variabel dependen, dan Z merupakan variabel bach tiap variabel memiliki nilai lebih dari 0,70 yang
intervening. Dalam uji pengaruh secara tidak lang- berarti reliabel, sehingga dapat dilakukan analisis se-
sung, dapat dibentuk tiga persamaan umum, yaitu lanjutnya.
(Ghozali, 2012):
a. Y = α1 + cX untuk menguji pengaruh X terhadap Tabel 4
Y secara langsung, Uji Reliabilitas
b. Z = α2 + aX untuk menguji pengaruh X terhadap Variabel Alpha Nilai Keterangan
Z, dan Cronbach Kritis
c. Y = α3 + c’X + bZ untuk menguji pengaruh X Kedilan Organisasional 0,916 0,70 Reliabel
terhadap Y melalui Z Komitmen Organisasio-
nal 0,893 0,70 Reliabel
Kuatnya pengaruh tidak langsung (dengan ada- Kinerja Karyawan 0,920 0,70 Reliabel
nya variabel Z) dihitung dengan mengalikan a dengan
b atau dengan menghitung selisih koefisien X saat Uji Asumsi Klasik
dilakukan uji pengaruh langsung dengan uji pengaruh
tidak langsung (c - c’). Variabel independen (X) Tabel 5 menunjukkan hasil uji multikolinearitas;
dalam penelitian ini adalah keadilan organisasional,
variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Tabel 5
kinerja karyawan, dan variabel intervening (Z) dalam Uji Multikolinearitas
penelitian ini adalah komitmen organisasional.
Analisis jalur dilakukan dengan bantuan program Variabel Tolerance VIF
statistik SPSS. Kedilan Organisasional 0,445 2,247
Komitmen Organisasional 0,445 2,247
Analisis dan Pembahasan
Variabel keadilan organisasional dan komitmen
Uji Validitas dan Reliabilitas organisasional memiliki nilai VIF = 2,247. Nilai VIF
yang kurang dari 10 dapat dikatakan tidak terjadi multi-
Uji validitas dilakukan kepada 10 orang sampel. kolinearitas sehingga antar variabel independen dalam
rtabel dalam penelitian ini adalah sebesar 0,6320 (n = penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
10, α = 5%). Tabel 3 menyatakan hasil uji validitas. Hasil perhitungan menunjukkan nilai Durbin-
Watson sebesar 1,616 dan nilai dU = 1,5937 (k = 2, n
Tabel 3 = 38). Dari nilai tersebut, maka dapat disimpulkan
Uji Validitas bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun
Variabel Indikator Rhitung Rtabel Keterangan negatif, karena nilai Durbin-Watson berada pada area
Keadilan X1.1 0,861 0,6320 Valid du < d < 4 – du. Gambar 4 menunjukkan bahwa titik-
Organisasional X1.2 0,754 0,6320 Valid titik pada plot menyebar secara acak baik di bawah
X1.3 0,712 0,6320 Valid maupun di atas sumbu Y, maka dapat disimpulkan
X1.4 0,757 0,6320 Valid tidak terjadi heteroskedastisitas.
X1.5 0,834 0,6320 Valid Uji normalitas berguna untuk mengetahui apa-
Komitmen X2.1 0,821 0,6320 Valid
Organisasional X2.2 0,715 0,6320 Valid
kah residual berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
X2.3 0,821 0,6320 Valid Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai 0,096
X2.4 0,681 0,6320 Valid dengan signifikansi 0,200. Dapat disimpulkan bahwa
Kinerja Y1.1 0,701 0,6320 Valid data pada penelitian ini berdistribusi normal, karena
Karyawan Y1.2 0,648 0,6320 Valid tingkat signifikansinya lebih dari 0,05.
Y1.3 0,586 0,6320 Valid
Y1.4 0,758 0,6320 Valid Analisis Deskriptif
Y1.5 0,724 0,6320 Valid
Y1.6 0,779 0,6320 Valid
Y1.7 0,861 0,6320 Valid
Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui
Y1.8 0,581 0,6320 Valid rata-rata nilai jawaban dari tiap variabel, yaitu variabel
Y1.9 0,818 0,6320 Valid Keadilan Organisasional (X1), Komitmen Organisa-
sional (X2), dan Kinerja Karyawan (Y). Tabel 6 me-
Tabel 3 menunjukkan bahwa semua indikator nunjukkan mean jawaban responden pada variabel
dari tiap variabel adalah valid, karena memiliki rhitung keadilan organisasional, Tabel 7 menunjukkan mean
yang lebih besar dari rtabel (0,6320), sehingga dapat jawaban responden pada variabel komitmen organi-
dilakukan analisis selanjutnya. Tabel 4 menunjukkan sasional, dan Tabel 8 menunjukkan mean jawaban
hasil uji reliabilitas. responden pada variabel kinerja karyawan. Sebagai
Kristanto: Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan 93

standar tinggi rendahnya mean, maka dihitung inter- Tabel 7


val kelasnya, melalui rumus: Deskriptif Jawaban Responden pada Variabel
Komitmen Organisasional
Indi- Pernyataan Mean Std. Kategori
kator Dev
Interval kelas 0,8, maka 1,00−1,80 tergolong X2.1 Nilai-nilai yang saya 3,32 0,933 Sedang
sangat rendah, 1,81−2,60 tergolong rendah, 2,61−3,40 anut sesuai dengan
tergolong sedang, 3,41−4,20 tergolong tinggi, dan nilai-nilai yang
4,20− 5,00 tergolong sangat tinggi. dimiliki oleh
perusahaan.
X2.2 Saya bersedia 2,74 1,178 Sedang
melakukan pekerjaan
apa saja selama
pekerjaan tersebut
mendukung tujuan
perusahaan.
X2.3 Saya bangga telah 3,32 0,933 Sedang
memilih perusahaan
ini sebagai tempat
kerja.
X2.4 Saya mempunyai 3,68 1,188 Tinggi
keinginan untuk tetap
bekerja di perusahaan
ini.
Rata-rata 3,2632 Sedang

Hasil perhitungan pada Tabel 6 menunjukkan


bahwa keadilan organisasional di CV Tanaya Fiber-
glass tergolong sedang, yaitu memiliki rata-rata
Gambar 4. Scatterplot ZPRED-SDRESID sebesar 3,2105. Hal ini berarti pelaksanaan keadilan
organisasional di perusahaan sudah cukup baik. Poin
Tabel 6 indikator yang memiliki nilai mean paling rendah
Deskriptif Jawaban Responden pada Variabel Keadil-
adalah adanya kesempatan bagi karyawan untuk
an Organisasional
menyuarakan pendapat, yaitu bernilai 2,79. Hal ini
Indikator Pernyataan Mean Std. Kategori berarti bahwa perusahaan belum memberikan
Dev kesempatan bagi karyawan untuk menyuarakan
X1.1 Saya merasa gaji 3,21 1,119 Sedang pendapat. Pemilik juga menyatakan bahwa instruksi
yang saya terima yang diberikan pada karyawan berupa aturan dan
sesuai dengan
instruksi dan hanya kepala bagian produksi yang
pekerjaan yang saya
selesaikan.
biasanya diberikan kesempatan untuk memberikan
X1.2 Saya merasa 3,42 1,056 Tinggi masukan bagi pemilik untuk mengambil keputusan.
keputusan di dalam Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pemilik lebih
perusahaan mengetahui apa yang harus dilakukan oleh karyawan.
dilaksanakan sama Poin indikator yang memiliki nilai mean tertinggi
pada tiap pekerja. adalah kesamaan pelaksanaan keputusan pada setiap
X1.3 Saya diberikan 2,79 1,255 Sedang karyawan di perusahaan. Hal ini berarti bahwa per-
kesempatan untuk usahaan sudah menerapkan keputusan dan aturan
menyuarakan secara sama pada setiap karyawan. Sistem keadilan
pendapat.
yang diterapkan perusahaan sekarang dinilai sudah
X1.4 Saya merasa 3,26 1,032 Sedang
diperlakukan atasan
cukup baik, karena karyawan tidak melakukan protes
sama dengan terhadap perusahaan. Terutama, mengenai pembagian
karyawan yang lain. gaji, yang merupakan hal mendasar, juga sudah
X1.5 Atasan saya tidak 3,37 1,149 Sedang dianggap cukup adil oleh karyawan. Dengan adanya
menutup-nutupi keadilan di perusahaan, maka karyawan tidak saling
informasi dari saya. iri satu dengan yang lainnya, sehingga potensi timbul-
Rata-rata 3,2105 Sedang nya konflik antar karyawan dapat ditekan. Akan
94 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 1, MARET 2015: 86–98

tetapi, melihat dari data yang didapatkan, penerapan sangan, perusahaan hanya menunjuk beberapa karya-
keadilan di CV Tanaya Fiberglass masih dapat di- wannya yang dianggap ahli. Apabila ada proyek yang
tingkatkan, terutama di bagian pelibatan karyawan, besar, maka karyawan sisanya dikerahkan juga, tetapi
yang mempunyai nilai paling rendah. harus dilatih dan diawasi oleh karyawan yang lainnya.
Hasil perhitungan pada Tabel 7 menunjukkan
bahwa komitmen organisasional di CV Tanaya Tabel 8
Fiberglass tergolong sedang, yaitu memiliki rata-rata Deskriptif Jawaban Responden pada Variabel Kinerja
sebesar 3,2632. Artinya komitmen karyawan terhadap Karyawan
CV Tanaya Fiberglass cukup. Poin indikator yang Indi- Pernyataan Mean Std. Kategori
memiliki nilai mean paling rendah adalah keber- kator Dev
sediaan karyawan melakukan pekerjaan apa saja apa- Y1.1 Saya mengerjakan 3,68 0,662 Tinggi
bila mendukung tujuan perusahaan. Hal ini berarti suatu pekerjaan
karyawan hanya mau melakukan pekerjaan yang dengan teliti dan rapi.
menjadi tugasnya, sesuai dengan aturan dan instruksi Y1.2 Saya merasa jumlah 3,92 0,587 Tinggi
hasil kerja saya sudah
yang diberikan. Poin indikator yang memiliki nilai sesuai dengan harapan
mean tertinggi adalah keinginan karyawan untuk tetap perusahaan.
bekerja di perusahaan. Dapat dikatakan bahwa mayo- Y1.3 Saya mampu 3,39 0,755 Sedang
ritas karyawan ingin tetap bekerja di perusahaan melaksanakan
dengan berbagai alasan masing-masing. Walaupun pekerjaan dengan baik.
komitmen organisasional bernilai sedang, tetapi Y1.4 Saya dapat menguasai 2,68 0,989 Sedang
masih ada karyawan yang bekerja, terkadang, dengan bidang tugas bagian
malas, karena orientasinya bukan untuk tujuan lain.
perusahaan. Hal tersebut masih dapat ditingkatkan Y1.5 Saya dapat dengan 2,84 1,151 Sedang
perusahaan. cepat menyesuaikan
diri pada setiap
Hasil perhitungan pada Tabel 8 menunjukkan keputusan-keputusan
bahwa kinerja karyawan CV Tanaya Fiberglass baru yang diambil
tergolong sedang, yaitu memiliki rata-rata sebesar perusahaan.
3,3275. Artinya kinerja karyawan CV Tanaya Y1.6 Saya dapat 3,53 0,687 Tinggi
Fiberglass sudah cukup baik. Poin indikator yang melaksanakan
memiliki nilai mean paling rendah adalah penguasaan prosedur kerja dengan
baik.
bidang kerja bagian lain, yang berarti karyawan Y1.7 Saya selalu mencari 3,00 1,139 Sedang
menguasai pekerjaan di bagian produksi. Hal tersebut cara penyelesaian
terjadi karena perusahaan hanya memberikan pelatih- ketika saya mengalami
an bagi karyawan produksi hal-hal yang diperlukan kebuntuan kerja.
untuk pekerjaannya di bagian produksi, seperti Y1.8 Saya taat terhadap 3,63 0,589 Tinggi
aturan dan prosedur
pengoperasian mesin, packing, dan pemasangan, Hal- kerja yang ditetapkan
hal yang dikerjakan di bagian lain tidak pernah dalam suatu pekerjaan.
diajarkan secara langsung Poin indikator yang me- Y1.9 Saya memperhatikan 3,26 1,083 Sedang
miliki nilai mean tertinggi adalah kesesuaian jumlah dan memahami
hasil kerja dengan harapan perusahaan. Pemilik seluruh aturan
menyatakan bahwa harapan perusahaan adalah sesuai keselamatan kerja
yang ditetapkan
dengan permintaan dari konsumen dan selama ini, perusahaan.
pekerjaan karyawan selalu dilakukan tepat waktu. Rata-rata 3,3275 Sedang
Secara umum, kinerja karyawan di CV Tanaya
Fiberglass sudah sesuai dengan harapan perusahaan, Analisis Jalur
yaitu sesuai target permintaan konsumen, walaupun
terkadang harus disertai dengan lembur kerja. Tugas Hipotesis pertama (H1) yang diuji adalah ke-
karyawan di bagian produksi adalah membuat adilan organisasional berpengaruh terhadap komit-
fiberglass sesuai pesanan dan memasang fiberglass men organisasional. Hipotesis ini diuji dengan meng-
tersebut apabila diminta oleh konsumen. Dari data gunakan uji-t. Hasil perhitungan menunjukkan thitung =
yang didapatkan, karyawan lebih banyak dialokasikan 19,110 dengan signifikansi 0,000, artinya keadilan or-
untuk membuat pesanan dan sebagian sisanya untuk ganisasional berpengaruh terhadap komitmen orga-
memasang, sehingga karyawan lebih ahli untuk nisasional (H1 terbukti). Persamaan yang dibentuk
membuat daripada memasang. Dalam proses pema- adalah sebagai berikut:
Kristanto: Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan 95

Z = α2 + aX Y = α1 + cX
Z = 0,366 + 0,902X Y = 1,170 + 0,672X
Keterangan: Keterangan:
X = Keadilan Organisasional X = Keadilan Organisasional
Z = Komitmen Organisasional Y = Kinerja Karyawan
α2 = Konstanta, bernilai 0,366; artinya apabila ke- α1 = Konstanta, bernilai 1,170; artinya apabila ke-
adilan organisasional bernilai 0, maka nilai adilan organisasional bernilai 0, maka nilai ki-
komitmen organisasional adalah 0,366 nerja karyawan adalah 1,170
a = Koefisien X, bernilai 0,902; artinya setiap ke- c = Koefisien X, bernilai 0,672; artinya setiap ke-
naikan keadilan organisasional sebanyak satu naikan keadilan organisasional sebanyak satu
satuan, maka menyebabkan kenaikan komit- satuan, maka menyebabkan kenaikan kinerja
karyawan sebesar 0,672.
men organisasional sebesar 0,902.
Model pengujian hipotesis di atas, menghasilkan
Hipotesis kedua (H2) yang diuji adalah keadilan model analisis jalur seperti pada Gambar 5.
organisasional dengan komitmen organisasional se-
bagai variabel intervening berpengaruh terhadap Z
0,902 0,226
kinerja karyawan. Hasil perhitungan menunjukkan
thitung = 4,810 dengan signifikansi 0,000 untuk variabel
keadilan organisasional dan thitung = 2,193 dengan X Y
signifikansi 0,035 untuk variabel komitmen organi- 0,672
sasional, artinya keadilan organisasional dengan
komitmen organisasional sebagai variabel intervening Gambar 5. Model Hubungan Keadilan Organisasional,
Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan (H2 terbukti).
Persamaan yang dapat dibentuk adalah sebagai Kuatnya pengaruh tidak langsung keadilan
berikut: organisasional terhadap kinerja karyawan dapat di-
Y = α3 + c’X +bZ lakukan dengan dua cara, yaitu uji Sobel, yang dike-
Y = 1,088 + 0,468X + 0,226Z mukakan oleh Sobel (1982) dan menyelisihkan
Keterangan: koefisien langsung dengan koefisien tak langsung,
X = Keadilan Organisasional yang dikemukakan oleh Judd and Kenny (1981).
Y = Kinerja Karyawan Keduanya menghasilkan nilai yang tidak jauh ber-
Z = Komitmen Organisasional beda. Perhitungan kuatnya pengaruh tidak langsung
α3 = Konstanta, bernilai 1,088; artinya apabila ke- dapat terlihat pada Tabel 9 yang menunjukkan hasil
adilan organisasional dan komitmen organi- 0,204.
sasional bernilai 0, maka nilai kinerja karya-
wan adalah 1,088 Tabel 9
c’ = Koefisien X, bernilai 0,468; artinya apabila Perhitungan Kuatnya Pengaruh Tidak Langsung
komitmen organisasional konstan, setiap kena- Sobel (1982) Judd and Kenny (1981)
ikan keadilan organisasional sebanyak satu sa- a x b = 0,902 x 0,226 c – c’ = 0,672 – 0,468
tuan, maka menyebabkan kenaikan kinerja kar- = 0,203852 = 0,204
yawan sebesar 0,468.
b = Koefisien Z, bernilai 0,226; artinya apabila Untuk melihat kecocokan model, maka dilihat
keadilan organisasional konstan, setiap kenaik- pada hasil perhitungan koefisien determinasi (R2).
an komitmen organisasional sebanyak satu Hasil perhitungan menunjukkan nilai koefisien deter-
satuan, maka menyebabkan kenaikan kinerja minasi adalah sebesar 0,935. Artinya adalah kinerja
karyawan sebesar 0,226. karyawan ditentukan oleh keadilan organisasional de-
ngan komitmen organisasional sebagai variabel inter-
Hipotesis ketiga (H3) yang diuji adalah keadilan vening adalah sebesar 93,5%; sedangkan sisa 6,5%-
organisasional berpengaruh secara langsung terhadap nya ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak di-
kinerja karyawan. Hipotesis ini diuji dengan meng- teliti dalam penelitian ini.
gunakan uji-t. Hasil perhitungan menunjukkan thitung =
21,912 dengan signifikansi 0,000, artinya keadilan Pembahasan
organisasional berpengaruh secara langsung terhadap
kinerja karyawan (H3 terbukti). Persamaan yang di- Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa keadilan
bentuk adalah sebagai berikut: organisasional memiliki pengaruh terhadap komitmen
96 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 1, MARET 2015: 86–98

organisasional. Artinya bahwa penerapan keadilan di Dengan mengetahui pengaruh keadilan organi-
CV Tanaya Fiberglass yang cukup adil membuat sasional dengan komitmen organisasional sebagai
karyawan mempunyai komitmen terhadap perusa- variabel intervening terhadap kinerja karyawan, maka
haan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pareke dan dapat diketahui bahwa keadilan organisasional dan
Suryana (2009); Jawad et al. (2012); dan Yazicioglu komitmen organisasional merupakan faktor penting
and Topaloglu (2009) yang juga menyatakan bahwa yang dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sekarang
keadilan organisasional mempunyai pengaruh positif ini, keadilan di perusahaan dilakukan dengan mem-
dan signifikan terhadap komitmen organisasional. berikan upah yang sesuai dengan kinerjanya dan
Keadilan memang diberlakukan bagi semua karya- memperlakukan karyawan dengan sama. Hal tersebut
wan, seperti adanya standarisasi pemberian gaji, dapat ditingkatkan dengan meminta aspirasi karya-
perlakuan yang sama pemilik kepada semua karya- wan dengan berdiskusi mengenai masalah perusaha-
wan, dan penerapan aturan dan instruksi bagi karya- an, terutama di bagian produksi. Cara ini akan ber-
wan di perusahaan. Hal tersebut juga dikonfirmasi guna bagi perusahaan juga, selain dapat meningkat-
oleh beberapa karyawan, yang menyatakan hal yang kan komitmen organisasional dan kinerja karyawan.
sama. Adanya perlakuan yang adil pada setiap
karyawan dianggap karyawan dapat menciptakan
situasi kerja yang baik, sehingga karyawan merasa Simpulan
betah bekerja di perusahaan. Yazicioglu and Topa-
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
loglu (2009) mengatakan bahwa dengan adanya
keadilan di dalam organisasi, maka karyawan akan CV Tanaya Fiberglass, maka dapat diambil simpul-
merasa nyaman saat bekerja di perusahaan dan an, yaitu keadilan organisasional berpengaruh positif
bekerja dengan senang hati. Hal ini membuat terhadap komitmen organisasional. Keadilan organi-
karyawan mempunyai rasa memiliki (sense of belo- sasional dengan komitmen organisasional sebagai
nging), yang mempunyai hubungan erat dengan variabel intervening berpengaruh positif terhadap
komitmen, seperti kebanggaan terhadap perusahaan kinerja karyawan. Keadilan organisasional berpenga-
dan keinginan bertahan dalam perusahaan (Davila & ruh positif terhadap kinerja karyawan.
Jimenez 2012). Teori yang dikemukakan oleh Gibson
et al. (2012) juga mendukung hasil penelitian, karena Daftar Referensi
beberapa dampak yang diberikan dari adanya ke-
adilan organisasional adalah meningkatnya komitmen American Architectural Manufacturer Association.
terhadap organisasi, meningkatnya kesetiaan karya- (2012). Fiberglass for fenestration. USA:
wan terhadap organisasi, dan karyawan akan mem- AAMA.
percayai supervisor-nya. Amin, A., Yusnita, Y., Ibrahim, M. Y., & Muda,
Keadilan organisasional dengan komitmen orga- S. (2013). Transformational leadership and life
nisasional sebagai variabel intervening berpengaruh satisfaction among homestay participants pro-
terhadap kinerja karyawan. Hal ini sejalan dengan gram: The mediating effect of attitude. Interna-
temuan Suliman and Kathairi (2013), yang juga me- tional Journal of Business and Social Science, 4
nyatakan bahwa keadilan organisasional dengan (3), 235–243.
komitmen organisasional sebagai variabel intervening Atmojo, M. (2012). The influence of transformational
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Adanya leadership on job satisfaction, organizational
komitmen terhadap organisasi, yang dipengaruhi oleh commitment, and employee performance. Inter-
keadilan organisasional, membuat kinerja karyawan national Research Journal of Business Studies, 5
menjadi lebih baik. Seperti dikatakan beberapa karya- (2), 113−128.
wan bahwa dengan adanya situasi kerja yang baik, Carlis, Y. (2011). Pengaruh budaya organisasi terha-
yang tercipta karena adanya keadilan organisasional, dap komitmen organisasional pada RSUD Ka-
maka dapat melakukan pekerjaan yang harus di- bupaten Aceh Tamiang. Tesis. Sumatera Utara:
kerjakan dengan lebih baik dan lebih maksimal, Universitas Sumatera Utara.
karena bekerja dengan senang hati. Akibatnya, proses Colquitt, J. A., LePine, J. A., & Wesson, M. J. (2009).
produksi, baik kualitas dan kuantitas, maupun proses Organizational behavior: Improving perfor-
pelatihan karyawan dapat berjalan dengan baik. mance and commitment in the workplace. Uni-
Situasi tersebut dirasakan karyawan yaitu bekerja ted States: McGraw-Hill.
tanpa terbeban. Sejalan dengan temuan dari Quirin, Davila, M. C., & Jimenez, G. G. (2012). Organiza-
Donnelley, and O’Bryan (2001) yang menyatakan tional identification and commitment: Correlates
bahwa komitmen organisasi dapat memberikan of sense of belonging and affective commitment.
dampak yang positif bagi tingkat kinerja karyawan. US: PubMed.
Kristanto: Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan 97

Dessler, G. (2005). Human resource management. Moorman, R. H. (1991). Relationship between orga-
United Kingdom: Pearson Education. nizational justice and organizational citizenship
Fleming, S. (2000). From Personnel Management to behaviors: Do fairness perceptions influence
HRM: Key Issues and Challenges. Retrieved employee citizenship? Journal of Applied Psy-
from March 14, 2014 from http://www.cpmr.gov. chology, 76(6), 845–855.
ie/CPMRDiscussionPapers/paper16.doc. Moran, J. W., & Brightman, B. K. (2000). Leading
Galuh, I. (2012). Konflik pengusaha buruh terkait organizational change. Journal of Workplace
upah minimum jangan sampai mengganggu Learning: Employee Counselling Today, 12(2),
investasi. Retrieved March 14, 2014 from http:// 66−74.
suarapengusaha.com/2012/11/27/konflik-pengu- Nasurdin, A. M., & Khuan, S. L. (2007). Organiza-
saha-buruh-terkait-upah-minimum-jangan-sam- tional justice as an antecedent of job perform-
pai-mengganggu-investasi/. ance. Gadjah Mada International Journal of
Ghozali, I. (2012). Aplikasi analisis multivariate Business, 9(3), 335−353.
dengan program IBM SPSS. Semarang: Badan Neely, A., Adams, C., & Crowe, P. (2001). The per-
Penelitian Universitas Diponegoro. formance prism in practice. Measuring Business
Gibson, J. L., Donnelly, J. H., Ivancevich, J. M., & Excellent, 5(2), 6−12.
Konopaske, R. (2012). Organizations: Behavior, Noor, J. (2011). Metodologi penelitian. Jakarta:
structure, processes. Singapore: McGraw−Hill. Kencana.
Ginting, R. M. (2012). Pengaruh karakteristik peserta Pareke, F. J., & Suryana, P. (2009). Hubungan
pelatihan & karakteristik lingkungan kerja kausalitas antara keadilan organisasional,
terhadap kinerja pegawai melalui transfer kepuasan kerja, & komitmen organisasional.
pelatihan pada PT Telkom Kandatel Me &. Trikonomika, 8(2), 96−102.
Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Purwanto, H. (2013). Sibuk Ngurus Togel, Karyawan
Harahap, S. C. A. (2010). Pengaruh karakteristik Jadi Malas Bekerja. Retrieved March 14, 2014
individu, faktor organisasi & faktor psikologis fromhttp://beritajatim.com/hukum_kriminal/184
terhadap kinerja & desa di kecamatan barumun 632/sibuk_ngurus_togel,_karyawan_jadi_ malas
tengah kabupaten tapanuli selatan Tahun 2008. _kerja.html#.UyKZfM4RzNE.
Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Puspowarsito, H. A. H. (2008). Metode penelitian or-
Hellriegel, D., & Slocum, J. W. (2004). Organiza- ganisasi. Bandung: Humaniora.
tional behavior. Ohio: Thompson South-Wes- Quirin, J. J., Donnelley, D. P, & O’Bryan, D. (2001).
tern. Antecedents of organizational commitment: The
Jawad, M., Raja, S., Abraiz, A., & Tabassum, T. M. role of perception of equity. Advances in
(2012). Role of organizational justice in or- Accounting Behavioral Research, 4, 261–280.
ganizational commitment with moderating effect Saidani, B., & Arifin, S. (2012). Pengaruh kualitas
of employee work attitudes. IOSR Journal of produk dan kualitas layanan terhadap kepuasan
Business and Management, 5(4), 39−45. konsumen dan minat beli pada ranch market.
Judd, C. M., & Kenny, D. A. (1981). Process analy- Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 3(1),
sis: Estimating mediation in treatment evalua- 1–22.
tions. Evaluation Review, 5(5), 602–619. Siagian, S. P. (2005). Organisasi & manajemen.
Li, A., & Cropanzano, R. (2009). Fairness at the Jakarta: PT Gunung Agung.
group level: Justice climate and intraunit Skitka, L. J., & Bravo, J. (2005). An accessible
justice climate. Journal of Management, 35, identity approach to understanding fairness in
564 −599. organizational settings. In K. van den Bos, D.
Long, P. (1985). The unequal opportunities in Steiner, D. Skarlicki & S. Gillil and (Eds.). What
personnel management. Equal Opportunities motivates fairness in organizations? (pp. 105-
International, 4(2), 5−9. 128). Greenwich, CT: Information Age Publi-
Meyer, & Allen 1997, Ignoring commitment is costly: shing.
New approaches establish the missing link bet- Sobel, M. E. (1982). Asymptotic confidence intervals
ween and performance. Human Relations, 50(6), for indirect effects in structural equation models.
701–726. Sociological Methodology. 13(1), 290–321.
Miller, B. K., Konopaske, R., & Byrne, Z. S. (2012). Suliman, A., & Kathairi, M. A. (2013). Organizatio-
Domiance analysis of two measures of organi- nal justice, commitment, and performance in
zational justice. Journal of Managerial Psycho- developing countries. Employee Relations,
logy, 27(3), 264–282. 35(1), 98−115.
98 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 1, MARET 2015: 86–98

Sutanto, E. M. (1999). The relationship between em- Yazicioglu, I., & Topaloglu, I. G. (2009). The re-
ployee commitment and job performance. Jur- lationship between organizational justice and
nal Manajemen & Kewirausahaan, 1(1), 47−55. commitment: A case study in accommodation
Tobing, D. S. K. L. (2009). Pengaruh komitmen establishments. Isletme Arastirmalan Dergisi, 1
organisasional & kepuasan kerja terhadap kiner- (1), 3−16.
ja karyawan PT Perkebunan Nusantara III di Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C., & Griffin,
Sumatera Utara. Jurnal Manajemen & Kewi- M. (2010). Business research method. Canada:
rausahaan, 11(1), 31−37. South-Western Cengage Learning.
Widiyanto, D. (2014). Konflik Pabrik La Dewindo Zopiatis, A., & Constanti, P. (2007). Human resource
Semakin Runyam. Retrieved March 14, 2014 challenge confronting the Cyprus hospitality in-
from http://kr.co.id/read/207429/konflik-pabrik- dustry. EuroMed Journal of Business, 2(2),
la-dewindo-semakin-runyam.kr. 135−53.

Anda mungkin juga menyukai