Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizki Saputra

NIM : 2003016062
Kelas : Agroekoteknologi Genap

Tugas Ringkasan Ilmu Gulma

1. Pemahaman padang penggembalaan


Secara umum, padang penggembalaan adalah areal untuk menggembalakan
ternak ruminansia dengan manajemen pemeliharaan diliarkan (grazing) dalam
mendukung efisiensi tenaga kerja dalam budidaya ternak. Dengan sistem ternak
diumbar di lahan tertentu pada periode tertentu, ternak bebas memilih hijauan yang
dibutuhkan sehingga memacu produktivitas ternak itu sendiri. Untuk mendukung
pengembangan peternakan dalam antisipasi ketersediaan daya dukung pakan yang
semakin terbatas, saat ini telah berkembang teknologi model integrasi ternak-tanaman
(Crop Livestock System/CLS), yakni ternak diintegrasikan dengan komoditas
tanaman untuk mencapai kombinasi optimal, sehingga input produksi menjadi lebih
rendah (low input) dengan tidak mengganggu tingkat produksi yang dihasilkan.
Prinsip dan kelestarian sumber daya lahan menjadi titik perhatian dalam model ini
(Diwyanto dan Handiwirawan, 2004). Pada konsep pengembangan pola pembibitan,
faktor input produksi (biaya) dapat ditekan, karena output yang diterima peternak
adalah produksi anak dalam jangka panjang. Ketergantungan terhadap hijauan pakan
murah sangat dibutuhkan, khususnya yang bersumber dari padang penggembalaan.
Dengan sistem penggembalaan (ektensif), peternak akan mampu memelihara ternak
dengan skala besar dan memperoleh keuntungan optimal dibandingkan pola intensif
(Priyanto dan Yulistiani, 2005).
2. Persyaratan lahan untuk padang penggembalaan
Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama,
yakni: (a) Padang penggembalaan alam, (b) Padang penggembalaan permanen yang
sudah diperbaiki, (c) Padang penggembalaan buatan (temporer), dan (d) Padang
penggembalaan dengan irigasi. Vegetasi yang tumbuh pada padang penggembalaan
terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan, atau campuran keduanya (McIllroy,
1976). Fungsi kacang-kacangan pada padang penggembalaan memberikan nilai gizi
pakan yang lebih baik terutama berupa protein, fosfor dan kalium (Reksohadiprodjo,
1985).
3. Persyaratan / baku mutu padang penggembalaan
Persyaratan baku mutu didukung pakan di padang penggembalaan ditentukan
oleh jenis tanaman yang dapat tumbuh yang akan berpengaruh terhadap besar
kecilnya ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi ternak. Jenis hijauan yang cocok
untuk dibudidayakan pada padang penggembalaan adalah hijauan yang memiliki
perakaran yang kuat, tahan pijakan, tahan renggutan, dan tahan terhadap kekeringan
(Mcillroy, 1976). Beberapa jenis hijauan unggul yang cocok dibudidayakan untuk
padang penggembalaan dengan kapasitas tampung yang relatif rendah (0,5 Satuan
Ternak/ha).
4. Gulma sebagai masalah pada padang penggembalaan
Perkembangan luasan areal padang penggembalaan mengalami penurunan
karena beberapa hal, diantaranya (a) terdesaknya padang penggembalaan akibat
bersaingnya dengan penggunaan lahan pertanian dan (b) kerusakan akibat tanaman
pengganggu (gulma). Kondisi demikian berdampak terhadap penurunan daya dukung
pakan dan prospek pengembangan peternakan jangka panjang.
5. Rumput rumputan sebagai sumber pakan
Padang rumput di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi adalah padang alang-
alang, sedangkan di Nusa Tenggara didominasi oleh rumput yang mampu hidup pada
kondisi berbatuan. Di Nusa Tenggara, vegetasi padang penggembalaan cenderung
hanya tumbuh pada saat musim hujan, selama 3-4 bulan dengan curah hujan rendah.
Perkembangan populasi ternak ruminansia (sebagai pemanfaat hijauan) justru
mengalami peningkatan cukup tinggi yang membutuhkan lebih banyak hijauan pakan
ternak. Sebagai ilustrasi, perkembangan ternak ruminansia yang langsun
memanfaatkan
hijauan di padang penggembalaan mengalami peningkatan populasi dari tahun ke
tahun, kecuali ternak kerbau menurun 2,24 persen/tahun (Tabel 2). Trend peningkatan
tertinggi terjadi pada komoditas domba (7,19 persen), kambing (5,9 persen), sapi
potong (3,17 persen), dan sapi perah (3,02 persen) (Statistik Peternakan, 2008) yang
terkait dengan peningkatan kebutuhan daya dukung per satuan ternak (ST).
6. Gizi rumput sebagai pakan
Populasi ternak sapi di Kepulauan Bangka Belitung meningkat 6-7 % setiap
tahun. Sebagian besar diusahakan oleh peternak kecil yang merupakan usaha tani
sambilan dengan kepemilikan 2-4 ekor. Orientasi beternak sapi umumnya sebagai
tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual jika terdesak keperluan uang. Pakan ternak
umumnya berasal dari rumput liar yang dipotong dipinggir-pinggir sungai, hutan, dan
sawah. Dengan pola beternak seperti akan berpengaruh pada rendahnya produktivitas
ternak, serta rendahnya pendapatan dari usaha tani ternak. Oleh karena itu diperlukan
pengenalan teknologi, salah satunya adalah jenis-jenis tanaman pakan ternak yang
berkualitas baik. Diperkirakan di dunia terdapat sekitar 10.000 species rumput. Dari
sekian banyak itu kisaran biomassa yang dihasilkan sangat beragam, demikian juga
kandungan nutrisinya. Rumput merupakan makanan pokok ternak ruminansia seperti
sapi, kambing dan domba. Rumput dengan kandungan serat kasarnya sangat berperan
dalam menjaga kesehatan dan fungsi rumen. Keberadaan serat dalam hijauan pakan
(selulosa dan hemiselulosa) menjadi sumber energi bagi mikroba rumen, demikian
halnya dengan mineral serta protein (terutama dari legum) merupakan sumber N bagi
bakteri dan protein produk. Oleh karena itu keberhasilan usaha ternak sapi, kambing,
dan domba sangat bergantung pada ketersediaan pakan hijauan. Untuk mendapatkan
produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan hijauan pakan dengan jumlah yang cukup
dan nutrisi yang baik. Tanaman pakan juga dapat digolongkan sebagai sumber serat
kasar, sumber energi, dan sumber protein. Yang tergolong sumber serat dan energi
adalah rumput (family Graminae) seperti rumput alam, rumput gajah, king grass, daun
jagung, dan lain-lain. Dan yang tergolong sumber protein adalah kacang-kacangan
(family leguminosa) seperti gamal (glirisidae), indigofera, turi, lamtoro, stylo, daun
kacang tanah, dan lain-lain. Dalam komponen pakan ternak ruminansia, hijauan selalu
mendapat porsi terbanyak yang diberikan yaitu 60-100%. Diantara semua jenis
hijauan tersebut, ada yang mengandung nutrisi tinggi, mudah dibudidayakan, serta
memiliki biomassa tinggi.
7. Pengembangan lahan padang penggembalaan di kalimantan timur
Kaltim sangat serius dan berupaya peningkatan populasi ternak sapi
didukung oleh pakan ternak yang bermutu dan memiliki nutrisi untuk tumbuh
kembang sapi guna menghasilkan daging yang baik dan sehat,"ucap Kadisnak Kaltim
Ir.H.Dadang Sudarya, dalam acara Koordinasi Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang
Untuk Pengembangan Hijauan Pakan Ternak Tahun 2015 pada tanggal 25 Pebruari
2015 di Aula Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Konsep pengembangan
padang penggembalaan pada lokasi lahan pasca tambang sangat cocok dilakukan dan
sangat menguntungkan ekonomi masyarakat setempat. Padang penggembalaan selain
memiliki fungsi sebagai sumber HPT bagi ternak ruminansia, juga berfungsi sebagai
sarana pemeliharaan dan penanganan ternak, wahana pengembangan ekonomi
masyarakat, sumber pelestarian sumberdaya genetik ternak wilayah dan memiliki
nilai ekologis bagi lingkungan sekitarnya, wahana pembelajaran peternak dan
kelompok ternak. Melihat arti pentingnya padang penggembalaan dalam
pemeliharaan ternak yang efisien, maka padang penggembalaan harus terus diperbaiki
dan dikembangkan serta dikelola dengan sebaik mungkin, sehingga hasilnya bisa
menyediakan pakan secara optimal sepanjang waktu bagi ternak.
8. Peluang dan tantangan padang penggembalaan kaltim terkait pengembangan ternak
dikaltim
Beberapa kendala mengenai pengembangan penggembalaan ternak dikaltim.
 Keterbatasan areal pengembangan karena kompetisi lahan yang tersedia
dengan pengembangan tanaman perkebunan, kehutanan, maupun tanaman
pangan yang lebih diprioritaskan.
 Berkurangnya areal padang penggembalaan akibat kebutuhan pengembangan
kawasan industri maupun perumahan penduduk.
 Masih rendahnya dinamika bisnis hijauan pakan sehingga tidak mendorong
pengembangan sentra-sentra produksi hijauan.
 Ketidakperdulian produsen dan konsumen hijauan pakan terhadap kualitas dan
anggapan bahwa tanaman pakan ternak tidak penting, sehingga bibit hijauan
juga dianggap tidak penting.
 Kesulitan memperoleh jenis dan benih tanaman pakan unggul yang memiliki
tingkat produktivitas tinggi (kuantitas dan kualitas) dengan daya adaptasi
terhadap lingkungan cukup baik untuk skala pengembangan besar.

Anda mungkin juga menyukai