FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2021 Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran Pada Lembaga Pemasaran Komoditas Sawi di Daerah Surabaya
Analisis kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran anatara lain meliputi: fungsi penyimpanan, fungsi transportasi, fungsi grading dan standarisasi, serta fungsi periklanan. Pengamatan dilakukan terhadap dua lembaga pemasaran yaitu pada pedagang sayur keliling dan pedagang besar atau tengkulak pada pasar induk yang berlokasi pada Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. Metode analasis yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara kepada para pedagang. Berhubungan dengan pelaksanaan pengamatan yang dilakukan secara backward dari pedagang terakhir hingga produsen utama (petani), dalam kegiatan pengamatan ini didaptkan lembaga pemasaran pertama adalah Bapak Ali, yang merupakan pedagang sayur keliling di daerah rumah penulis.
Gambar 1. Dokumentasi bersama pedagang sayur keliling Bapak Ali
Pak Ali merupakan salah satu pedagang keliling yang menawarkan berbagai macam sayur, buah, daging segar dengan menggunakan sepada motor sebagai sarana transporatasi. Analisis fungsi pemasaran kali ini difokuskan kepada satu komoditi pertanian yaitu sawi. Sawi yang ditawarkan oleh Pak Ali telah dikemas dalam kemasan plastik dan dijual dengan harga Rp 5000/bungkus. Beliau mengatakan bahwa sawi tersebut didapatkan dari tengkulak atau pedagang besar yang berada di pasar induk. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh Pak Ali sebaga lembaga pemasaran adalah fungsi transportasi dan fungsi periklanan. Transportasi memiliki tujuan untuk memindahkan produk, dalam kasus ini adalah sawi dari produsen atau petani ke lokasi perdagangan hingga ke pada akhirnya sampai kepada konsumen. Dibutuhkan waktu dan biaya untuk memindahkan lokasi suatu produk. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Ali, beliau mengatakan bahwa untuk mendapatkan stok sawi yang dibeli dari tengkulak di pasar induk beliau diharuskan untuk berangkat sekitar pukul 04.00 dini hari dan mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli bensin. Fungsi pemasaran kedua yang dilakukan oleh Pak Ali adalah fungsi periklanan, periklanan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Dalam hal ini periklanan atau promosi yang dilakukan Pak Ali dilakukan dengan menggunakan metode “mulut ke mulut”. Metode tersebut berarti bahwa promosi produk sawi Pak Ali dilakukan dari Pak Ali kepada konsumennya, lalu konsumen tersebut mentranfer informasi dan nilai kepuasan yang mereka dapat kepada calon konsumen lainnya. Tidak banyak metode promosi yang dapat dilakukan Pak Ali karena komoditas pertanian, khususnya bahan segar cenderung tidak bermerek sehingga sulit untuk menggunakan strategi promosi lain.
Gambar 2. Dokumentasi bersama tengkulak sawi di Pasar Induk Keputran
Pengamatan kedua dilakuakan terhadap pedagang besar atau tengkulak sawi yang berada di Pasar Induk Keputran. Pak Budi (nama disamarkan), adalah tengkulak sayur yang menjual berbagai jenis sayuran hijau, antara lain adalah sawi, kangkung, bayam, daun singkong, dan kemangi. Berdasarkan hasil wawancara, pak Budi menjelaskan bahwa sayur-sayur yang beliau jual didapatkan dari pengepul yang berada di daerah Krian. Setiap pagi, sekitar pukul 07.00 beliau bersama dengan rekannya berangkat menuju Krian untuk membeli berbagai sayuran dari pengepul, kemudian kembali ke Surabaya menuju Pasar Keputran untuk menjual kembali sayur-sayur tersebut. Pak Budi menjual sawi-nya dengan harga Rp 10.000/ikat. Satu ikatan sawi kurang lebih setara dengan 4-5 ikatan kecil yang biasa dijual di pasar tradisional. Dalam melakukan pemasaran komoditas sawi, Pak Budi melakukan dua fungsi pemasaran, yaitu fungsi transportasi serta fungsi grading dan standarisasi. Pak Budi melakuka fungsi ransportasi hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh Pak Ali, perbedaannya adalah Pak Budi menggunakan mobil pick-up sebagai sarana transportasi dan mengangkut jumlah produk jauh lebih banyak dari Pak Ali. Jarak perjalanan yang ditempuh oleh Pak Budi lebih jauh ketimbang Pak Ali, maka dari itu biaya tranportasi yang dianggung oleh Pak Budi juga lebih besar daripada Pak Ali. Selain itu, Pak Budi juga melakukan fungsi pemasaran grading dan standarisasi. Hal tersebut dilakukan ketika beliau mengambil stok syuran dari tengkulak di Krian, beliau melalkukan penyortiran (grading) seluruh sayuran yang akan beliau beli. Pihak pengepul juga telah memiliki kesepakatan dengan Pak Budi mengenai spesifikasi apa saja yang harus dimiliki oleh sawi yang akan dijual kepada Pak Budi. Kegiatan granding tersebut dapat memberikan keuntungan bagi Pak budi dalam bentuk efisiensi harga dan operasional. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dua lembaga pemasaran komoditas sawai di daerah Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya melakukan tiga dari empat fungsi pemasaran, yaitu fungsi transportasi, fungsi grading dan standarisasi, dan fungsi periklanan. Kedua lembaga sama-sama tidak melakukan fungsi penyimpanan, informasi tersebut didapatkan langsung dari para narasumber yang menyatakan bahwa mereka tidak melakukan penyimpanan setelah menerima barang dari tengkulak dan pengepul. Sawi langsung dijual kembali kepada para pedagang ecer dan konsumen. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan karakteristik komoditas sawi yang sangat mudah rusak mengahruskan sawi-sawi tersebut segera dijual dan disalurkan kepada konsumen pada hari yang sama. Kedua narasumber juga menyatakan bahwa sawi merupakan produk yang banyak diminati konsumen, Pak Budi sendiri menyebutkan bahwa beliau telah memiliki beberapa pelanggan tetap yang selalu membeli sawi dari beliau. Smentara pada Pak Ali, beliau akan membeli sawi dari tengkulak dengan jumlah yang telah diperhitungkan dengan jumlah permintaan konsumen beliau sehingga jarang sekali sawi akan tidak terjual habis.