Anda di halaman 1dari 10

PROSES KEPERAWATAN DALAM PENGENDALIAN DAN

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Leni Kartika Dewi

181101073

Lenikartikadewi72@gmail.com

Abstrak

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berkembang di rumah sakit yang diakibatkan oleh
kelalaian para petugas kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial
ini dapat dicegah apabila petugas selalu melakukan proses keperawatan sesuai standar praktik
keperawatan. Tujuan penilitian adalah untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial di rumah sakit. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini didasarkan pada
pengumpulan data dari berbagai literasi.

Kata kunci: proses keperawatan, infeksi nosokomial, pencegahan infeksi.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam buku standar pelayanan mutu pelayanan rumahsakit. Angka


minimal rumah sakit disebutkan bahwa kejadian INOS tidak boleh lebih dari
pencegahan dan pengendalian infeksi 1,5 %. Di negara maju, ijin operasional
nosokomial merupakan pelayanan yang rumah sakit bisa dicabut karena
wajib diselenggarakan di rumah sakit. tingginya angka infeksi nosokomial.
Tujuan dari pengendalian infeksi Bahkan pihak asuransi tidak mau
nosokomial (INOS) adalah untuk membayar biaya yang ditimbulkan
melindungipasien dari infeksi dalam akibat infeksi nosokomial sehingga
bentuk pencegahan, surveilans, dan pihak penderita sangat dirugikan.
pengobatan yang rasional. Saat ini
angka INOS telah dijadikan tolak ukur
Dari data surveilans World keperawatan dalam pengendalian dan
Health Organization (WHO) dinyatakan pencegahan infeksi nosokomial.
bahwa angka kejadian INOS sebesar
Metode
5% pertahun. Sedangkan di Amerika
Serikat angka ini mencapai 6% . Di Penelitian ini menggunakan metode
indonesia INOS di rumah sakit dr. Cipto penelitian deskriptif dengan pendekatan
Mangunkusumo berkisar 0-14,4 %. kualitatif dan disertai dengan
pengumpulan data dari berbagai literasi
Tenaga kesehatan yang paling rentan
baik dari buku,jurnal, ebook, dll.
dalam penularan infeksi adalah perawat
karena selama 24 jam mendampingi Hasil
pasien, maka diasumsikan ikut
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
mengambil peran yang cukup besar
penulisan ini menjawab seluruh tujuan
dalam memberikan kontribusi terhadap
dalam penelitian ini meliputi cara
pencegahan infeksi nosokomial. (fauzia,
perawat dalam mencegah dan
neila, et.,all, 2014).
mengendalikan infeksi nosokomial.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
PEMBAHASAN
nosokomial diartikan sebagai upaya
mencegah dan mengendalikan infeksi Definisi Infeksi Nosokomial
dengan cara menghambat pertumbuhan
Istilah nosokomial berasal dari
transmisi mikroba yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu nosokomeion yang
sumber di sekitar penderita yang sedang
berarti rumah sakit (nosos = penyakit,
dirawat. Upaya tersebut dilakukan
komeo = merawat). Infeksi
dengan menerapkan kewaspadaan
nosokomial dapat diartikan infeksi
standar. Kewaspadaan standar harus
yang berasal atau terjadi di rumah sakit.
mampu melindungi dan petugas
Infeksi yang timbul dalam kurun waktu
kesehatan dari infeksi .
48 jam setelah dirawat di rumah sakit
Tujuan sampai dengan 30 hari lepas rawat
dianggap sebagai infeksi nosokomial.
Penelitian ini bertujuan utuk
mengetahui hubungan proses
Suatu infeksi pada pasien dapat Kerugian yang ditimbulkan sangat
dinyatakan sebagai infeksi nosokomial membebani rumah sakit dan pasien.
bila memenuhi beberapa kriteria : Pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial merupakan upaya penting
1.Pada waktu pasien mulai dirawat di
dalam meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit tidak didapatkan tanda
medis rumah sakit.8 Program
klinis infeksi tersebut.
pengendalian infeksi ini dapat
2.Pada waktu pasien mulai dirawat di dikelompokan dalam tiga kelompok
rumah sakit tidak sedang dalam masa yaitu tindakan operasional, tindakan
inkubasi infeksi tersebut. organisasi, dan tindakan struktural.
Tindakan operasional mencakup
3.Tanda klinis infeksi tersebut baru
kewaspadaan standar dan kewaspadaan
timbul sekurang-kurangnya 48 jam
berdasarkan penularan/transmisi.
sejak mulai perawatan.
Health belief model perawat
4.Infeksi tersebut bukan
merupakan gambaran perilaku perawat
merupakan sisa infeksi
dalam melaksanakan tindakan
sebelumnya. (Nasution, 2012).
pencegahan infeksi nosokomial yang
Infeksi nosokomial adalah terdiri dari 4 ranah (domain) yaitu:
infeksi yang terjadi di rumah sakit kerentanan, keseriusan, manfaat dan
dan menyerang penderita-penderita hambatan. Tingkat pendidikan
yang sedang dalam proses menunjukkan profesionalitas dan
asuhan keperawatan. Infeksi kinerja melaksanakan tindakan
nosokomial terjadi karena adanya pencegahan infeksi nosokomial,
transmisi mikroba patogen yang sehingga semakin tinggi tingkat
bersumber dari lingkungan rumah pendidikan semakin tinggi tingkat
sakit dan perangkatnya profesionalitas dan kinerja. (Nurseha,
(Darmadi,2008). 2013).

Cara pencegahan dan Pengendalian Perawat sebagai praktisi


Infeksi Nosokomial kesehatan yang dihasilkan dari
pendidikan tinggi harus mampu
Infeksi nosokomial merupakan
mengetahui, mengerti dan memahami
masalah serius bagi rumah sakit.
terhadap ketrampilan perawatan dalam metode Universal
professional diantaranya adalah Precautionsatau dalam bahasa kita
mencegah dan mengurangi kejadian adalah Kewaspadaan Universal yaitu
infeksi nosokomial. Perawat yang suatu cara penanganan baru untuk
sehari-hari selalu kontak dengan meminimalkan pajanan darah dan
penderita,harus menyadari bahwa cairan tubuh dari semua pasien,
perawat adalah media perantara tanpa memperdulikan status infeksi
penularan sekaligus sebagai sumber (Marwoto, 2007).
penularan.Tindakan yang ceroboh
Perilaku pencegahan infeksi
dalam menangani material dan
nosokomial sangat penting selain
instrumen agar terbebas dari mikroba
untuk mencegah transmisi infeksi di
patogen serta ceroboh dalam
rumah sakit dan upaya pencegahan
menangani pasien akan berakibat
merupakan tingkatan pertama dalam
merugikan pasien (Kusnanto,2004).
pemberian pelayanan yang
Pengetahuan mengenai hal pencegahan bermutu.Perawat berperan dalam
infeksi nosokomial ini sangat penting pencegahan infeksi nosokomial, hal
bagi seluruh petugas kesehatan ini disebabkan perawat merupakan
khususnya di rumah sakit dan sarana salah satu anggota tim kesehatan
kesehatan lainnya yang hal tersebut yang berhubungan langsung dengan
merupakan sarana umum yang sangat klien dan bahan infeksius di
berbahaya, dalam artian rawan, untuk ruang perawatan. Perawat juga
terjadi infeksi. Kemampuan dalam hal bertanggung jawab menjaga
mencegah transmisi infeksi di rumah keselamatan klien di rumah sakit
sakit, dan upaya pencegahan infeksi melalui pencegahan infeksi
adalah tingkatan pertama dalam nosokomial yang terjadi di rumah
pemberian pelayanan kesehatan dan sakit (Nurmatono,2005).
juga pelayanan keperawatan yang
Kewaspadaan Standar
bermutu. Salah satu strategi yang
sudah terbukti bermanfaat dalam Komponen utama standar pencegahan
pencegahan infeksi nosokomial adalah dan pengendalian infeksi nosokomial
dengan cara meningkatkan dalam tindakan operasional mencakup
pengetahuan setiap petugas kesehatan kegiatan sebagai berikut:
1. Mencuci tangan menutup jarum, hindari melepas jarum
yang telah digunakan dari spuit sekali
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan
pakai, hindari membengkokkan,
pada air yang mengalir dan dengan
menghancurkan atau memanipulasi
sabun yang digosokkan selama 15
jarum suntik dengan tangan serta
sampai 20 detik. Mencuci tangan
masukkan instrumen tajam ke dalam
dengan sabun biasa dan air bersih
wadah yang tahan tusukkan dan tahan
adalah sama efektifnya mencuci tangan
air.
dengan sabun antimikroba.4 Ada
beberapa kondisi yang mengharuskan 4. Perawatan pasien
petugas kesehatan menggunakan sabun
rawatan pasien yang sering
antiseptik ini, yaitu saat akan
dilakukan meliputi tindakan: pemakaian
melakukan tindakan invasif, sebelum
kateter urin, pemakaian alat
kontak dengan pasien yang dicurigai
intravaskular, transfusi darah,
mudah terkena infeksi (misalnya: bayi
pemasangan selang nasogastrik,
yang baru lahir dan pasien yang dirawat
pemakaian ventilator dan perawatan
di ICU).
luka bekas operasi.
2. Menggunakan alat pelindung
Kateterisasi kandung kemih membawa
diri/APD seperti: sarung tangan,
risiko tinggi terhadap infeksi saluran
masker, pelindung wajah, kacamata dan
kemih (ISK). Penelitian menunjukkan
apron pelindung. Alat pelindung diri
bahwa kebanyakan ISK nosokomial
yang paling baik adalah yang terbuat
terjadi akibat instrumentasi traktus
dari bahan yang telah diolah atau bahan
urinarius, terutama pada tindakan
sintetik yang tidak tembus oleh cairan.
kateterisasi. Pemasangan kateter urin
3. Praktik keselamatan kerja merupakan tindakan perawatan yang
sering dilakukan di rumah sakit.
Praktik keselamatan kerja berhubungan
Prosedur pemasangan hingga
dengan pemakaian instrumen tajam
pencabutan kateter urin harus dilakukan
seperti jarum suntikndari menutup
sesuai prinsip aseptik untuk mencegah
kembali jarum suntik yang telah
dan mengendalikan ISK nosokomial.
digunakan. Bila terpaksa dilakukan,
maka gunakan teknik satu tangan untuk
5. Penggunaan antiseptik, penanganan Faktor- Faktor yang mempengaruhi
peralatan dalam perawatan pasien dan kejadian infeksi nosokomial
kebersihan lingkungan. antiseptik dapat
Faktor-faktor yang berpengaruh
digunakan untuk mencuci tangan
terhadap kejadian infeksi nosokomial
terutama pada tindakan bedah,
adalah multifaktprial atau banyak faktor
pembersihan kulit sebelum tindakan
yang mempengaruhinya. Menurut
bedah atau tindakan invasif lainnya.
Darmadi (2008, hal.16) adanya
(salawati, 2012)
sejumlah faktor yang sangat
Kewaspadaan Berdasarkan berpengaruh dalam terjadinya infeksi
Penularan atau Transmisi nosokomial, yang menggambarkan
faktor-faktor yang datang dari luar
Kewaspadaan berdasarkan
(extrinsik factor) yaitu petugas
transmisi diterapkan pada pasien yang
pelayanan medis, peralatan medis,
menunjukkan gejala, dicurigai terinfeksi
lingkungan, makanan dan minuman.
atau mengalami kolonisasi dengan
Penderita lain dan pengunjung. Selain
kuman yang sangat mudah menular.
faktor extrinsik ( Setiawati dalam )
Kewaspadaan berdasarkan transmisi
faktor ketidakpatuhan dari perawat
perlu dilakukan sebagai tambahan
yaitu perawat yang melakukan
kewaspadaan standar.4 Kewaspadaan
perawatan luka post operasi ditunjukkan
berdasarkan transmisi meliputi:
dengan belummenggunakan prosedur
penanganan linen dan pakaian kotor,
yang benar.
penanganan peralatan makan pasien,
dan pencegahan infeksi untuk prosedur Selain faktor tersebut ada faktor lain
yang menimbulkan aerosol pada pasien yang dapat mempengaruhi terjadinya
suspek atau probabel menderita infeksiosokmial, faktor tersebut adalah
penyakit menular melalui udara atau faktor intrisik yang meliputi umur, jenis
airborne10. Selain tindakan diatas kelamin dan faktor dari faktor
isolasi pasien yang akan menjadi keperawatan yang meliputi lamanya
sumber infeksi juga perlu diperhatikan hari perawatan, menurunnya standar
untuk mencegah transmisi langsung perawatan dan padatnya penderita,
atau tidak langsung. (Salawati, 2012). kondisi umum, risik terapi, adanya
penyakit lain serta faktor mikroba
patgen juga memberi kontribusi meningkatkan kerentanan atau risiko
terhadap terjadinya infeksi nosokomial terhadap infeksi, perawat menjadi lebih
di suatu rumah sakit. Darmadi dalam mampu untuk merencanakan terapi
(Rosaliya, 2012). pencegahan yang meliputi teknik
aseptik. Dengan mengenali tanda dan
Proses Keperawatan dalam
gejala awal infeksi, perawat dapat
Pengendalian Infeksi Nosokomial
waspada terhadap orang lain dalam tim
Proses keperawatan adalah suatu pemberi perawatan terhadap kebutuhan
metode yang sistematis dan potensial terhadap kebutuhan potensial
terorganisasi dalam pemberian asuhan terhadap terapi dan tindakan
keperawatan, yang difokuskan pada keperawatan yang mendukung. (Potter
reaksi dan respons unik individu pada & Perry, 1999).
suatu kelompok atau perorangan
B. Diagnosa Keperawatan
terhadap gangguan kesehatan yang
alami, baik aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan adalah proses
(Deswani, 2009). menganalisis data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap
Tahap- tahap proses keperawatan yaitu
pengkajian untuk menegakkan
a. Pengkajian diagnosis keperawatan. (Deswani,
2009).
Perawat mengkaji mekanisme
pertahanan, kerentanan dan Selama pengkajian, perawat
pengetahuan klien mengenai infeksi. mengumpulkan temuan objektif, seperti
Tinjauan ulang mengenai riwayat insisi terbuka atau asupan kalori
penyakit pada klien dan keluarga dapat menurun dan data subjektif, seperti
mengungkapkan paparan terhadap keluhan pasien tentang adanya nyeri
penyakit menular. Tinjauan yang tekan pada tempat luka infeksi.
menyeluruh mengenai kondisi klien Kemudian perawat
dapat mendeteksi tanda dan gejala menginterprestasikan data tersebut
infeksi. Analisis terhadap hasil dengan teliti, mencari kelompok dari
laboratorium memberikan informasi karakteristik yang ditetapkan atau faktor
tentang pertahanan klien melawan risiko yang menciptakan pola yng
infeksi. Dengan mengetahui faktor yang
mengarah pada diagnosa keperawatan. keperawatan. Evaluasi mengacu pada
(Potter & Perry, 1999). penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada
tahap ini, perawat menemukan
C. Tahap Perencanaan
penyebab mengapa suatu proses
Intervenssi keperawatan adalah panduan keperawatan dapat berhasil atau gagal.
untuk perilaku spesifik dan diharapkan Alfaro-Lefevre (dalam Deswani, 2009).
dari klien, dan/atau tindakan yang harus
PENUTUP
dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantu klien Kesimpulan
mencapai hasil yang diharapkan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
D. Tahap Implementasi berkembang di rumah sakit yang
diakibatkan oleh kelalaian para petugas
Sebelum melaksanakan implementasi
kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan, tentunya kita harus
keperawatan. Infeksi nosokomial ini
menerima laporan dari perawat shift
dapat dicegah apabila petugas selalu
sebelumnya. Hal ini dilakukan demi
melakukan proses keperawatan sesuai
terciptanya asuhan keperawatan yang
standar praktik keperawatan. Upaya
berkesinambungan dan berkelanjutan.
untuk mencegah terjadinya infeksi
Dalam persiapan pelaporan, perawat nosokomial adalah dengan selalu
harus belajar tentang masalah klien, mencuci tangan sebelum melakukan
penanganan umum yang dilakukan, dan tindakan, menggunakan alat pelindung
kesiapan formulir yang diperlukan. diri, praktik keselamatan pasien,
perawatan pasien dan penggunaan
Setelah melakukan aintervensi
antiseptik. Banyak faktor yang
keperawatan, tahap selanjutnya adalah
menyebabkan terjadinya infeksi yaitu
mencatat intervensi yang telah
faktor instrinsik dan extrinsik.
dilakukan dan evaluasi respon klien.
DAFTAR PUSTAKA
E. Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses


keperawatan. Namun, evaluasi dapat Damadi. (2008). Infeksi Nosokomial
dilakukan pada setiap tahap dari proses Problematika, dan
Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Marwoto. (2007). Analisis Kinerja
Medika. Perawat dalam Pengendalian
Infeksi Nosokomial di Ruang Irna
Deswani. (2009). Proses Keperawatan
1 RSUP. Dr. Sardjito,
dan Berpikir Kritis. Jakarta:
Yogyakarta. Di akses pada
Salemba Medika.
tanggal 4 maret 2013 pukul 15.00
Fauzia, Neila et all.,(2014). Kepatuhan
Mubarak, Wahid Iqbal .(2007).
Standar Prosedur Operasional
Kebutuhan Dasar Manusia Teori
Hand Hygiene pada Perawat di
dan Aplikasi dalam Praktik.
Ruang Inap Rumah Sakit. Jurnal
Jakarta: EGC.
Kedokteran Brawijaya. 28(1).
Nasution, Lukmanul Hakim. (2012).
Hendrawan, Maulana. (2013).
Infeksi Nosokomial. 39(1):36-41
Hubungan Pengetahuan Perawat
Dengan Perilaku Perawat Tentang Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan
Pencegahan Infeksi Nosokomial. dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Fakultas Kesehatan. Universitas P.T. Rineka Cipta.
Muhammadiyah Malang. Malang.
Nurmatono. 2005. Infeksi Rumah Sakit.
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Buku http : //
Ajar Fundamental Keperawatan : www.Infeksi//com/Hiv/articles
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
Nurseha, Djaafar. (2013).
7 Volume 2. Jakarta : EGC.
Pengembangan Tindakan
Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi Pencegahan Infeksi Noaokomial
dan Praktik Keperawatan Oleh Perawat di Rumah Sakit
Professional. Jakarta : EGC. Berbasis Health Belief Model.
Jurnal Ners. 8(1):64-71.
Lestari, Intan. (2019). Hubungan
Antara Berpikir Kritis Seorang Potter, P. A dan Perry, A. G.(1999).
Perawat Dengan Kualitas Buku Ajar Fundamental Konsep,
Keperawatan di Rumah Sakit. Proses, dan Praktik Edisi 4.
Osf.io. Jakarta: EGC.
Rosaliya, yosi et all.,(2012). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Infeksi Nosokomial pada
Pasien Luka Post Operasi di RSUD
Tugurejo Semarang. Stikes
Tugurejo. Program Studi Ilmu
keperawatan.

Salawati, Liza, (2012). Pengendalian


Infeksi Nosokomial di Ruang
Intensif Care Unit Rumah Sakit.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
12(1):47-52.

Satyapura. (1993). Pengendalian Infeksi


Nosokomial di RSU bekasi. Cermin
Dunia Kedokteran. 82:18-20.

Simamora, R. H. (2019). Menjadii


Perawat yang: CIH’HUY.
Surakarta: Kekata Publisher.

Anda mungkin juga menyukai