Anda di halaman 1dari 4

Shafira Nurizqi (205040107111128)

Tabel 4

1. Interpretasikan nilai elastisitas yang ada di dalam setiap tabel untuk setiap
komoditas.
2. Berilah ulasan secara umum dari hasil analisis untuk setiap tabel (misalnya
ulasan bisa dilihat dengan membandingkan dari kelompok antara desa dan
kota atau antara RT kaya dan RT miskin di desa atau di kota)
3. Apa kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan nilai elastisitas yang ada
pada masing-masing tabel? Jelaskan.
JAWABAN
1. Interpretasi nilai elastisitas:
1) Beras
Komoditas beras bersifat inelastis terhadap pendapatan rumah
tangga diseluruh kelompok masyarakat Indonesia maupun tingkat
nasional karena memiliki nilai elastisitas diantara nol sampai dengan
satu, secara nasional ketika pendapatan rumah tangga meningkat
sebesar 1% maka permintaan beras akan meningkat juga sebesar
0,431%.
2) Karbohidrat lain
Elastisitas karbohidrat lainnya terhadap pendapatan total rumah
tangga di Indonesia sebesar 0,510, bersifat inelastis. Elastisitas
karbohidrat lainnya terhadap pendapatan pada masing-masing
kelompok jika diurutkan mulai dari nilai elastisitas yang memiliki
nilai paling tinggi (elastis) hingga paling rendah (inelastis) adalah RT
Miskin di desa (0,718), RT Kaya di kota (0,508), RT Miskin di kota
(0,433), RT Kaya di desa (0.334).
3) Ikan
Nilai elastisitas permintaan ikan terhadap pendapatan rumah tangga
di Indonesia sebesar 0,425, bersifat inelastis. Elastisitas permintaan
ikan terhadap pendapatan pada masing-masing kelompok jika
diurutkan mulai dari nilai elastisitas paling tinggi (elastis) hingga
paling rendah (inelastis) adalah RT Miskin di desa (0,689), RT Miskin
di kota (0,361), RT Kaya di desa (0,249), dan RT Kaya di kota
(0,211).
4) Daging
Berikutnya adalah nilai elastisitas daging terhadap pendapatan
rumah tangga di Indonesia, yaitu sebesar 0,490, bersifat inelastis.
Elastisitas permintaan daging terhadap pendapatan pada masing-
masing kelompok jika diurutkan mulai dari nilai elastisitas paling
tinggi (elastis) adalah rumah tangga kaya di kota (0,835), rumah
tangga miskin di desa (0,686), rumah tangga miskin di kota (0,392),
dan rumah tangga kaya di desa (0,313).
5) Telur Susu Kacang
Selanjutnya adalah nilai elastisitas telur susu dan kacang-kacangan
terhadap pendapatan di Indonesia, yaitu sebesar 0,525, bersifat
inelastis. Jika elastisitas permintaan telur dan susu terhadap
pendapatan pada masing-masing kelompok diurutkan mulai dari nilai
elastisitas dengan nilai paling elastis hingga paling tidak elastis, maka
diperoleh data sebagai berikut: RT Miskin di desa (0,614), RT Miskin
di kota (0,542), RT Kaya di kota (0,478), RT Kaya di desa (0,221).
6) Sayur
Nilai elastisitas sayuran terhadap pendapatan total rumah tangga
secara nasional adalah sebesar 0,521, bersifat inelastis. Urutan
elastisitas permintaan sayuran terhadap pendapatan pada masing-
masing kelompok mulai dari nilai yang paling tinggi (elastis) hingga
rendah (inelastis) adalah RT Miskin di kota (0,600), RT Miskin di
desa (0,592), RT Kaya di kota (0,297), dan yang paling tidak elastis
adalah pada RT Kaya di desa (0,275).
7) Buah
Elastisitas buah-buahan terhadap pendapatan di Indonesia secara
nasioanal memiliki nilai sebesar 0.363, bersifat inelastis. Jika
diurutkan mulai dari nilai elastisitas terhadap pendapatan dari nilai
yang paling tinggi (elastis) hingga paling rendah (inelastis), maka
didapatkan data sebagai berikut: RT Kaya di kota (0,642), RT Miskin
di desa (0,426), RT Miskin di kota (0,373), dan RT Kaya di desa
(0,193).
8) Lemak
Terdapat pula nilai elastisitas lemak terhadap pendapatan di
Indonesia yaitu sebesar 0,572, bersifat inelastis. Ketika nilai elastisitas
lemak terhadap total pendapatan pada masing-masing wilayah
diurutkan mulai dari yang paling elastis (nilai elastisitas tinggi) hingga
yang paling tidak elastis (nilai elastisitas rendah) diperoleh hasil
sebagai berikut: RT Miskin di desa (0,778), RT Miskin di kota
(0,523), RT Kaya di desa (0,322), RT Kaya di kota (0,306).
9) Bahan Minuman, Bumbu & Konsumsi lain
Elastisitas bumbu bahan minuman dan makanan lainnya terhadap
total pendapatan secara nasional memiliki nilai sebesar 0,629, bersifat
inelastis namun meruapakan komoditas yang paling elastis diantara
sembilan komiditas inelastis di Indonesia. Jika elastisitas bumbu
bahan minuman dan makanan lainnya diurutkan mulai dari nilai
elastisitas paling tinggi (inelastis) hingga paling rendah (sangat
inelastis), maka didapatkan data sebagai berikut: RT Miskin di desa
(0,810), RT Miskin di kota (0,555), RT Kaya di desa (0,325), dan RT
Kaya di kota (0,325).
10) Rokok dan Makanan Jadi
Rokok dan makanan jadi memiliki nilai elastisias terhadap
pendapatan secara nasional sebesar 1,086, bersifat elastis. Elastisitas
rokok dan makanan terhadap pendapatan pada masing-masing wilayah
dapat diurutkan sesuai nilai yang paling tinggi (elastis) hingga rendah
(tidak elastis), didapatkan urutan sebagai berikut: RT Miskin di desa
(1,393), RT Miskin di kota (1,233), RT Kaya di kota (0,721), dan RT
Kaya di desa (0,618). Hal ini berarti respon permintaan rokok dan
makan jadi terhadpat pendapatan di daerah RT Miskin desa dan kota
sangat bagus. Masayrakat miskin cenderung menigkatkan konsumsi
rokok ketika terjadi kenaikan pendapatan.

2. Ulasan
Komoditas Beras cenderung bersifat lebih elastis pada kelompok
masyarakat RT Miskin pada desa dan kota dengan nilai elastisitas sebesar
0,583 dan 0,323, hal ini berarti bahwa respon permintaan beras terhadap
perubahan pendapatan lebih besar dibanding di daerah lainnya. Kemudian,
elastisitas karbohidrat lainnya terhadap pendapatan pada kelompok
masyarakat RT Miskin di desa sangat responsif, sedangkan yang paling
tidak responsif adalah pada RT Kaya di desa. Hal tersebut berarti bahwa
alokasi pendapatan masyarakat rumah tangga miskin di desa lebih banyak
digunakan untuk membeli komoditas karbohidrat lainnya dan juga beras
dibandingkan dengan komoditas lainnya (Hafizah et al, 2012).
Dari data yang didapat, diketahui bahwa masyarakat desa miskin
lebih responsif dalam mengalokasikan pendapatannya untuk membeli ikan
jika dibanding dengan di kota miskin, desa kaya, apalagi di RT Kaya di
kota. Komoditas ikan cenderung lebih elastis di kalangan masyarakat desa
miskin.
Berbanding terbalik dengan elastisitas daging, data menunjukkan bahwa
RT Kaya di kota lebih memilih untuk menggunakan pendapatan mereka
untuk membeli komoditas daging dibandingkan dengan ikan untuk
dikonsumsi, berbeda dengan rumah tangga di desa miskin, kota miskin,
dan desa kaya.
RT Miskin di desa lebih responsif dalam menggunakan
pendapatannya untuk membeli telur dan susu dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Sedangkan masyarakat Miskin di kota lebih memilih
untuk membeli sayuran jika terjadi perubahan pendapatan, hal ini
menunjukkan bahwa RT Miskin di kota lebih responsif dalam permintaan
sayuran dibanding wilayah lainnya. Lain halnya dengan RT Kaya di kota,
mereka lebih responsif pada permintaan buah jika terjadi perubahan
perubahan pendapatannya dibanding dengan RT pada daerah lain.
Permintaan komoditas lemak pada RT Miskin di desa lebih responsif
dibandingkan dengan kelompok di wilayah lainnya. Kemudian, diketahui
pula bahwa RT Miskin di desa dan kota lebih responsif kepada permintaan
bumbu bahan minuman dan makanan lainnya dibandingkan dengan
masyarakat di kelompok RT Kaya di desa dan di kota karena nilai
elastisitas mereka lebih tinggi. Masyarakat miskin lebih memilih untuk
membeli makanan dan minuman olahan ketika terjadi kenaikan
pendapatan. Respons tersebut juga terjadi pada komoditas rokok dan
makanan jadi, masyarakat miskin kota dan desa juga memberikan respons
yang baik atas permintaan terhadap perubahan pendapatan. Dibandingkan
dengan masyarakat kaya di kota dan rumah tangga kaya di desa,
masyarakat miskin lebih memilih untuk menggunakan pendapatannya
untuk membeli rokok dan makanan jadi, sehingga komoditas tersebut
sangat elastis pada wilayah tersebut.

3. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 4. Daap disimpulkan
bahwa ketika terjadi perubahan pendapatan pada masyarakat miskin di
desa ataupun kota, mereka cendurung akan tetap membeli komoditas-
komoditas utama, misalnya beras, karbohidrat lainnya, lemak, rokok, serta
komoditas pengganti produk inferior mereka. Misalnya saja daging dan
makanan olahan, ketika terjadi perubahan pendapatan, masyarat miskin di
desa akan lebih memilih untuk mengonsumsi daging atau makanan olahan.
Berbeda dengan masyarakat kaya di kota dan desa yang lebih memilih
untuk mengguanakan pendapatannya untuk membeli komoditas daging,
karbohirat lain dan buah-buahan, masayarakt kota lebih menekankan
penggunaan pendapatan mereka untuk membeli produk-produk tersebut
ketika terjadi kenaikan pendapatan karena ketiga komoditas tersebut
merupakan alternatif pangan yang biasanya dikonsumsi saat menajalani
hidup sehat. Golongan RT Kaya di kota memiliki gaya hidup yang lebih
tinggi dan biasanya akan semakin banyak mengonsumsi ketiga komoditas
tersebut seiring dengan meningkatnya posisi sosial dan finasial mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Hafizah, D. Hakim, D. B. Harianto. Nurmalina, R. 2021. Analisis Elastisitas
Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI). 26(3): 428-435.

Anda mungkin juga menyukai