Anda di halaman 1dari 3

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) INDONESIA

Oleh : Umi Zulfah


Pendahuluan
Atas tuntutan reformasi, perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang
dilaksanakan pada tahun 2001 dalam sidang Tahunan Majlis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. Salah satu perubahan adalah dengan bertambahnya lembaga baru yakni, Dewan
Perwakilan Daerah. Sebagai dasar kehadiran lembaga baru dalam sistem ketatatanegaraan di
Indonesia, secara yuridis Dewan Perwakilan Daerah Indonesia diatur dalam Pasal 22C dan
Pasal 22D. Sesuai Pasal 22C dan Pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara 1945, peraturan
dan pengaturan perundang-undang yang berkaitan dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).
Isi
DPD dipilih oleh mayarakat melalui pemilihan umum pada wilayah tertentu dan tidak
melalui partai politik. Dewan Perwakilan Daerah dibentuk untuk memenuhi kepentingan
daerah secara keseluruhan, kepentingan yang harus lebih diutamakan dalam rangka
perwakilan daerah. Sedangkan kepentingan individu- individu disalurkan melalui DPR.
Berbagai gagasan tentang kelahiran Dewan Perwakilan Daerah, gagasan yang pertama ialah
untuk meningkatkan keikutsertaan daerah terhadap jalannya politik dan pengelolaan negara.
DPD merupakan badan sehari-hari yang ikut serta mengawasi dan menentukan jalannya
pengelolaan uang dan politik. Dengan demikian, dapat pula dipandang sebagai peyempurnaan
sistem utusan daerah di MPR menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebelum
perubahan.1

Gagasan yang lain menerangkan jika sistem perwakilan dibagi menjadi dua kamar
(bicameral), yakni DPR dan DPD. Sisstem tersebut digambarkan serupa dengan sistem
perwakilan di Amerika Serikat. DPD menempati kamar kedua di Indonesia. Jumlah anggota
DPD dari tiap-tiap provinsi sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari
sepertiga jumlah anggota DPR (Pasal 22C Ayat (2) UUD 1945) dan tata cara dalam

1
Bagir Manan, 2003, hal : 53-54
pemilihan umum ialah setiap peserta memilih anggota DPD secara perseorangan (Pasal 22E
Ayat (4) UUD 1945).2

DPD dibentuk untuk lebih mengembangkan demokratisasi di Indonesia. Juga sebagai


penampung aspirasi daerah agar lebih mudah menyuarakan kepentingannya dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. DPD mulai terbentuk sejak disahkannya Perubahan Ketiga UUD
1945 dalam Rapat Paripurna MPR Ke-7 Sidang Tahunan MPR Tahun 2001 tanggal 9
November 2001. Namun, secara faktual, kelahiran DPD baru terjadi pada tanggal 1 Oktober
2004, dengan ditandai oleh pelantikan dan pengambilan sumpah/janji para anggota DPD
sebagai hasil Pemilu 5 April 2004.3

Kekuasaan DPD adalah dapat mengajukan Rancangan Undang- Undang (RUU) yang
berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan dan pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan kekuasaan dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya juga yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah (Pasal 22D Ayat
(1) UUD 1945) kepada DPR. Namun, kata “dapat” dalam Pasal 22D Ayat (1) UUD 1945
menjadikan DPD tidak mempunyai kekuasaan legislatif yang efektif untuk menjadi salah satu
institusi yang mengajukan RUU. Hal itu terjadi karena Pasal yang menyebutkan Presiden dan
anggota DPR “berhak” mengajukan rancangan undang- undang (RUU).

DPD hanya ikut serta dalam pembahasan tentang rancangan undang-undang (RUU)
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta memberikan
pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama4 (Pasal 22D Ayat 15 UUD 1945)
DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai pembahasan
tentang rancangan undang-undang (RUU) serta menyampaikan hasil pengawasan itu kepada
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti (Pasal 22D Ayat (3) UUD 1945).

Hubungan DPD dengan lembaga yang lainnya seperti Mahkamah Agung maupun
Mahkamah Konstitusi bisa dibilang tidak berhubungan sama sekali. Karena dalam
menentukan Hakim Agung sepenuhnya kewenangan DPR dan tidak melibatkan DPD sama
2
Stevanus E.S,2013, hal 8-9
3
Robert Endi Jaweng, 2005, Mengenal DPD-RI Sebuah Gambaran Awal, Institute For Local Development (ILD),
Jakarta, hal. 155.
4
Ibid., hal. 119. 10 (2)
sekali. Namun, dalam hal anggota DPD sebagai anggota MPR yang mempunyai kewenangan
merubah UUD, maka DPD dengan Mahkamah Konstitusi masih berhubungan yaitu sebagai
penjaga konstitusi.5

Konklusi
DPD merupakan lembaga baru yang dibentuk oleh MPR pada perubahan ketiga
Undang-Undang Dasar 1945 yang dilaksanakan pada tahun 2001 dalam sidang Tahunan
Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR). DPD dipilih melalui pemilhan umum mewakili
masyarakat pada wilayah tertentu dan tentunya tidak melalui partai politik. DPD dibentuk
untuk lebih mengembangkan demokratisasi di Indonesia. Juga sebagai penampung aspirasi
daerah agar lebih mudah menyuarakan kepentingannya dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia. Kekuasaan DPD adalah dapat mengajukan Rancangan Undang- Undang (RUU)
yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan dan pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan kekuasaan dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya. DPD dengan lembaga lainnya seperti Mahkamah Agung tidak berhubungan
sama sekali, karena DPD tidak diberi hak untuk mengambil keputusan politik dan kebijakan
nasional.

5
Yuriska, Vol.2 No.2, Agustus,2010, hal 56.

Anda mungkin juga menyukai