Perkosaan Dalam Perkawinan Dan Perlindungan Hukumnya by Ridha
Perkosaan Dalam Perkawinan Dan Perlindungan Hukumnya by Ridha
Perlindungan Hukumnya
Dalam hukum pidana di Indonesia, marital rape masuk dalam ruang lingkup
kejahatan kesusilaan yaitu Pasal 285-288 KUHP. Pasal 285 KUHP secara tegas
menyebutkan bahwa pemaksaan terhadap perempuan untuk melakukan hubungan
seksual ditekankan pada pada perempuan yang bukan istrinya. Sedangkan
terhadap perempuan (istri) sendiri dikenakan Pasal 288 KUHP dengan batasan
belum masanya dikawinkan dan mengakibatkan luka pada perempuan tersebut.
Jelaslah kiranya, dalam KUHP, memang tidak dikenal istilah perkosaan dalam
perkawinan atau marital rape. Perkosaan hanya terjadi apabila pemaksaan untuk
bersetubuh ditujukan pada perempuan yang bukan istri.
Dengan demikian pemaksaan hubungan dalam ikatan perkawinan bukan
termasuk dalam kategori perkosaan yang diatur dalam KUHP. Rumusan hukum ini
berakibat istri tidak dapat mengadukan suaminya ke meja hijau dengan alasan
perkosaan. Atau kalau di adukan, perkara tersebut akan diproses sebagai perkara
penganiayaan bukan perkosaan.
Keterbatasan hukum pidana dalam pengaturan kekerasaan seksual Indonesia
meresahkan seperti suatu perkosaan akan dianggap perkosaan apabila penis
masuk ke dalam vagina dan mengeluarkan mani. Hal seperti ini sehingga
memunculkan RUU PKS untuk mengatur kembali tentang kekerasan seksual di
Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum
terhadap perlindungan suami atau istri dalam hal aktivitas seksual atas kemauan
sendiri sangat penting. Selain dikarenakan korban memiliki hak yang harus di
tegakkan, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran manusia untuk menghargai
dan melindungi hak asasi manusia. Pelaku marital rape dapat dihukum berdasarkan
UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Undang-Undang ini mengatur kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan penelantaran.
Termasuk juga mengatur tentang marital rape yakni dalam pasal 5 huruf c meliputi :
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap
dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu.