Askep Autisme
Askep Autisme
Dosen pembimbing :
Hj. Nurlia, S.Kep, Ns
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
tentang Asihan Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH .............................................. 1
B.RUMUSAN MASALAH ............................................................... 1
C.TUJUAN MASALAH .................................................................. 2
D.MANFAAT PENULISAN ............................................................ 3
BAB II KONSEP MEDIS
A.DEFENISI ...................................................................................... 4
B.KLASIFIKASI ............................................................................... 5
C.ETIOLOGI ..................................................................................... 6
D.PATOFISIOLOGI ......................................................................... 8
E.MANIFESTASI KLINIS ............................................................... 10
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .................................................. 12
G.PENATALAKSANAAN ............................................................... 13
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN............................................................................... 15
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................... 16
C.INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................. 17
BAB IV PENUTUP
A.KESIMPULAN .............................................................................. 22
B.SARAN .......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23
PENDAHULUAN
C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep
Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Autisme.
2. Tujuan Khusus
Konsep Medis Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengertian Anak Berkebutuhan
Khusus Autisme.
b. Memperolah pengetahuan tentang Etiologi Anak Berkebutuhan
Khusus Autisme.
c. Memperoleh pengetahuan bagaimana patofisiologi Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme.
d. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anak Berkebutuhan Khusus
Autisme.
e. Memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme.
f. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada Anak Berkebutuhan
Khusus Autisme.
Konsep keperawanan Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengkajian pada Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme.
b. Memperoleh informasi tentang diagnosa keperawatan pada Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme.
c. Memperoleh informasi tentang intervensi keperawanan pada
Anak Berkebutuhan Khusus Autisme.
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki
gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,
2003)
2. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak
Austistik. (American Psychiatic Association, 2000)
3. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,
komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak
lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia 3 tahun). Sumber dari
Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
4. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan
anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya. Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a) Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
pendidikan secara khusus sejak dini.
B. KLASIFIKASI
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan
gejalanya. Sering kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau
penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis
mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah. Kadar norepinefrin,
dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan
saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada penyandang autis.
Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan
gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri,
agresivitas dan gangguan tidur.
Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem dopamin dan
serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi baru,
yaitu antipsikotik atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor
serotonin 5-HT dan dopamin tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan
sebagai antagonis reseptor dopamin D2 dan serotonin 5-HT untuk
mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku menyakiti diri
sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas
pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan
bersosialisasi, gangguan reaksi afektual (alam perasaan), gangguan
respons sensori, gangguan penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri
sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan
depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari,
penyandang autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-
temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak heran mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut
untuk memperbaiki perilakunya.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend
apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ
dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Cidera otak
Riwayat kesehatan keluarga
Diagnose keperawatan
Terapiutik
Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. Menulis , mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan komputer)
Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. Berdiri didepan pasien, dengarkan
dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus, bicaralah dengan
perlahan sambil menghindari teriakan, gunakann komunikasi tertulis atau meminta
bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien)
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
Berikan dukungan psikologis
Edukasi
Anjurkan berbicara perlahan
Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
Terapiutik
Gunakan bahasa sederhana
Gunakan bahasa isyarat, jika perlu
Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien
Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar
Berhadapan dengan pasien secara langsung selama komunikasi
Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi
Hindari rokok, menguyah makanan atau permen karet, dan menutup mulut saat
berbicara
Hindari kebisingan saat berkomunikasi
Hindari komunikasi lebih dari 1 meter dengan pasien
Edukasi
Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat
Ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat
Terapiutik
Fasilitasi peningkatan stimulasi indra lainnya (mis. Aroma, rasa , tekstur makanan)
Pastikan kacamata atau lensa kontak berfungsi dengan baik
Sediakan pencahayaan cukup
Berikan bacaan dengan huruf besar
Hindari penataan letak lingkungan tanpa memberitahu
Sediakan alat bantu (mis. Jam, telfon)
Fasilitasi membaca surat, surat kabar atau media informasi lainnya
Gunakan warna terang dan kontras dengan lingkungan
Sediakan kaca pembesar, jika perlu
Edukasi
Jelaskan lingkungan pada pasien
Ajarkan keluarga cara membantu pasien berkomunikasi
Terapeutik:
- Tetapkan tujuan terapi (mis. Perubahan emosi, pengembangan kepribadian, pembelajaran
perilaku baru)
- Pilih literature (cerita, puisi, esai, artikel, buku, dan novel) berdasarkan kemamouan
membaca, atau sesuai situasi/perasaan yang dialami
- Gunakan gambar dan ilustrasi
- Diskusikan perasaan yang diungkapkan oleh karakter dalam perilaku
- Diskusikan untuk membandingkan citra, karakter, situasi atau konsep dalam literature
dengan situasi yang dialami
- Fasilitasi mengenali situasi dalam literatur untuk melakukan perubahan perilaku
- Lanjtkan sesi membaca dengan sesi bermain peran, baik individu maupun kelompok
- Berikan waktu jeda bebrapa menit agar pasien dapat merefleksikan materi bacaannya
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur biblioterapi
- Anjurkan membaca dengan suara yang dapat di dengar, jika perlu
- Anjutkan membaca ulang
Kolaborasi:
- Konsultasikan dengan pustakawan untuk penulusuran buku/literatur yang tepat
Terapeutik:
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
- Ajarkan teknik relaksasi
- Ajarkan latihan asertif
- Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur
- Anjurkan tetap menulis jurnal untuk meningkatkan optimisme dan melepaskan beban
- Anjurkan aktivitas untuk menyenangkan diri sendiri (mis. Hobi bermain music, mengecat
kuku)
- Anjurkan bersosialisasi
- Anjurkan tidur dengan baik setiap malam (7-9 jam)
- Anjurkan tertawa untuk melepas stres dengan membaca atau klip video lucu
- Anjurkan menjalin komunikasi dengan keluarga dengan profesi pemberian asuhan
Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan yang terbuka untuk membuat kontrak perilaku
- Fasilitasi pembuatan kontrak tertulis
- Diskusikan perilaku kesehatan yang ingin diubah
- Diskusikan tujuan positif jangka pendek dan jangka panjang yang realistis dan dapat di
capai
- Diskusikan pengembangan rencana perilaku positif
- Diskusikan cara mengamati perilaku (mis. Table kemajuan perilaku)
- Diskusikan penghargaan yang diinginkan ketika ujian tercapai, jika perlu
- Diskusikan konsekuensi atau sanksi tidak memenuhi kontrak
- Tetapkan batas waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan yang realistis
- Fasilitasi peninjau ulang kontrak dan tujuan, jika perlu
- Pastikan kontrak di tanda tangani oleh semua pihak yang terlibat, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan menuliskan tujuan sendiri, jika perlu
Terapeutik:
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Fasilitasi mengekspresikan marah secara adaptif
- Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah (mis. Menggunakan senjata)
- Cegah aktivitas pemicu agresi (mis. Meninju tas, mandar-mandir, berolahraga berlebihan)
- Lakukan control eksternal (mis. Pengekangan, time-out, dan seklusi), jika perlu
- Dukung penerapan strategi pengendalian marah dan ekspresi amarah adaptif
- Berikan penguatan atas keberhasilan penerapan srategi pengendalian marah
Edukasi:
- Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan respons marah
- Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga selama ketegangan meningkat
- Ajarkan trategi untuk mencegah ekspresi marah maladaptif
- Ajarkan metode untuk memodulasi pengalaman emosi yang kuat (mis. Latihan asertif,
teknik relaksasi, jurnal, aktivitas penyaluran alergi)
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat. Jika perlu
Terapeutik:
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi:
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
2. Perawatan luka
Definisi: Mengidentifikasi dan meningkatkan penyembuhan luka serta mencegah terjadinya
komplikasi luka.
Tindakan:
Observasi:
- Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
- Lepaskan balutan dan plaster secara perlahan
- Cukur rambut di daerah sekitar luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan saleb yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
- Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1.25-1,5 g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino),
sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutanecus), jika perlu
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement (mis. Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Tujuan/Luaran
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... (waktunya,contoh 1x 24 jam atau 8 jam)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... (waktunya,contoh 1x 24 jam atau 8 jam)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... (waktunya,contoh 1x 24 jam atau 8 jam)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak
terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal hal kecil yang bagi
orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.
Jakarta: EGC.
Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.