Asuhan Keperawatan Jantung Rematik
Asuhan Keperawatan Jantung Rematik
1
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung
rematik?
7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
jantung rematik?
2
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini
sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi
akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi
timbulnya RHD yaitu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik
dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
3. Keadaan sosial/ ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang
buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.
3
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan,
Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas
tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa
sakit disekitar sendi, Sakit perut
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan
katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada
fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
4
antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi
antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi peradangan berupa reaksi eksudatif
maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema
marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.
MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi –
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
5
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi peradangan
pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap
Klinis ( minggu ) ( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12
6
2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin
1,2 juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat
badan < 30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi
penisilin, diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk
profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi
penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g
untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-
minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat
dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan
jantung dan rekurensi.
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan
ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis
tinggi dapat menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.
Untuk pasien dengan artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis
selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali.
Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi
dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan
metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu
secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara
bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama
6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek
rebound atau infeksi streptokokus baru.
7
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
2. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
4. Riwayat penyakit dahulu: Tonsilitis, faringitis, autitis media.
5. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6. ADL
a. Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan.
Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub,
murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : Urine pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
8
Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam.
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah
Suhu : 38 – 390
Nadi cepat dan lemah
BB: turun
TD: sistol, diastole
b. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
b. Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos
serta takhikardi
c. Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Astopiter
LED
Hb
Leukosit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan hapus tenggorokan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
9
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan
katup mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi
10
miokard dan mencegah
hipoksia.
6. Diberikan untuk
meningkatkan
kontraktilitas miokard dan
menurunkan beban kerja
jantung.
Diagnosa II Tujuan : nyeri1. Kaji keluhan nyeri,1. R/ membantu dalam
Nyeri akut/kronis dapat berkurang/hilang catat lokasi dan memetukankebutuhan dan
berhubungan dengan Kriteria hasil: intensitas ( skala 0- manajemen nyeri dan
distensi jaringan oleh1) Menunjukkan nyeri 10).Catat faktor yang keefektifan program.
akumulasi cairan/proses berkurang/hilang memcepat dan tanda
inflamasi, destruksi sendi. 2) Terlihat rileks, dapat sakit non verbal. 2. Pada penyakit yang berat
tidur/istirahat Biarkan pasien torah baring sangat
3) Berpartisipasi dalam mengambil posisi diperlukan untuk
aktifitas sesuai yang nyaman. membatasi nyeri/cidera
kemampuan. berlanjut.
3. Beri obat sebelum3. Menigkatkan relaksasi,
aktifitas/latihan yang mengurangi ketegangan
direncanakan. otot/spasme.
4. Gejala kardinal
4. Observasi gejala menunjukkan keadaan
kardinal. fisik dari organ-organ
vital tubuh, juga dapat
memberikan gambaran
kondisi pasien.
Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status1. Menyediakan data dasar
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan nutrisi( perubahan untuk memantau
nutrisi ; kurang dari tindakan keperawatan BB< pengukuran perubahan dan
kebutuhan tubuh masalah antropometrik dan mengevaluasi intervensi
berhubungan dengan ketidakseimbangan nilai HB serta protein 2. Membantu dalam
peningkatan asam lambung nutrisi kurang dari2. Kaji pola diet nutrisi mempertimbangkan
akibat kompensasi sistem kebutuhan dapat teratasi. klien( riwayat diet, penyusunan menu
saraf simpatis Kriteria hasil : makanan kesukaan) sehingga klien berselera
Klien mengatakan makan
mual dan anoreksia3. Kaji faktor yang3. Menyediakan informasi
berkuarang / hilang, berperan untuk mengenai faktor yang
masukan makanan menghambat asupan harus ditanggulangi
adekuat dan kelemahan nutrisi ( anoreksia, sehingga asupan nutrisi
hilang. BB dalam rentang mual) adekuat.
normal. 4. Membantu mengurangi
4. Anjurkan makan produksi asam
dengan porsi sedikit lambnung/HCl akibat
11
tetapi sering dan tidak faktor-faktor perangsang
makan makanan yang dari luar tubuh
merangsang
pembentukan Hcl5. Membantu mengurangi
seperti terlalu panas, produksi HCL oleh epitel
dingin, pedas lambung
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat6. Mendorong peningkatan
penetral asam selera makan.
lambung seperti
antasida
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien
12
TINJAUAN KASUS PENYAKIT JANTUNG REMATIK
4.1 PENGKAJIAN
I.Identitas Diri Klien
1. Nama : An. W
5. Status perkawinan :-
6. Agama : Kristen
7. Suku : Batak
8. Pendidikan : SD
Rematik
13
III. Riwayat Kesehatan Klien yang lalu
2. Riwayat pengobatan : -
3. Riwayat operasi :-
4. Riwayat kecelakaan :-
5. Riwayat hospitalisasi : -
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Klien tampak lemah
BB: 30 kg
TB: 120 cm
2. Tanda-tanda vital
Kes: Composmentis
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
14
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
3. Kepala: Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih
4. Mata: Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis
5. Hidung: Simetris, (-)pembesaran polip ataupun sinus
6. Mulut: Mukosa bibir kering
7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler,
9. Sirkulasi: Takikardi: 110x/i
10. Abdomen: (-)nyeri tekan
11. Anogenetal: tidak dikaji
12. Neurologis: Kes: Composmentis
13. Integumen: Turgor kulit baik
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
.
1. DS: Toxin beredar melalui Nyeri
-Klien mengatakan sakit pada sendi aliran darah
DO:
-Klien tampak meringis kesakitan Poliartritis
Nyeri
15
anaknya demam antigen/antibodi tubuh
DO:
-Klien tampak gelisah Inflamasi
-Suhu tubuh klien di atas batas
normal Impuls disampaikan
ke hipotalamus
TTV:
TD: 90/60 mmHg Peningkatan suhu
HR: 110x/i tubuh
RR: 26x/i
T : 37,80C
Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas
16
Kriteria Hasil: Kolaborasi: 2. Menurunkan
- Klien tampak 1. Berikan stimulus nyeri
analgesic 3. Analgesik
tenang
sesuai advise akan
- Skala nyeri: 2-4 dokter mengurangi
rasa nyeri
2. Peningkatan suhu tubuh b/d Tujuan: Mandiri: 1.Untuk
proses inflamasi d/d ibu Setelah dilakukan -Monitor tanda vital menormalkan suhu
klien mengatakan anaknya intervensi -Beri kompres tubuh klien
demam, suhu tubuh diatas keperawatan selama -Anjurkan klien
batas normal 3x24 jam diharapkan minum banyak
peningkatan suhu Kolaborasi:
tubuh dapat teratasi -Beri anti piretik
Kriteria Hasil: sesuai advise dokter
1. Klien tampak
tenang
2. Suhu dalam
batas normal:
36,5-37,20C
3. Intoleransi aktivitas b/d Tujuan: -Monitor tanda vital
kelemahan fisik d/d klien Setelah dilakukan -Anjurkan ibu klien -Menghemat
mengatakan cepat lelah, intervensi bantu klien energy klien
klien tampak lemah dan keperawatan selama beraktifitas
berbaring ditempat tidur. 3x24 jam diharapkan -Berikan bantuan
masalah intoleransi sesuai kebutuhan
aktifitas dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat
beraktifitas
secara mandiri
17
2. Kolaborasi:
13.00 1. Memberikan
analgesic: ketorolac 1
amp/12 j: drip
V. EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
.
1. Nyeri b/d poliartritis d/d Kamis, 03 S: Kien mengatakan
klien mengatakan nyeri November nyeri sendi mulai
pada sendi, klien tampak 2016 berkurang
meringis O: - Klien tampak
tenang
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
18
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
Skala nyeri: 3
A: Masalah nyeri
teratasi
P:Intervensi dihentikan
2. Peningkatan suhu tubuh Jumat, 04 S: Ibu klien
b/d proses inflamasi d/d November mengatakan demam
ibu klien mengatakan 2016 anaknya mulai turun
anaknya demam, suhu O: - klien tampak
tubuh diatas batas normal tenang
Skala nyeri: 3
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
A: Masalah
peningkatan suhu
tubuh teratasi
P: Intervensi
dihentikan
3. Intoleransi aktivitas b/d Jumat, 04 S: Klien mengatakan
kelemahan fisik d/d klien November masih belum bisa
mengatakan cepat lelah, 2016 beraktifitas secara
klien tampak lemah dan mandiri
berbaring ditempat tidur. O: - Klien tampak
dibantu keluarga
dalam beraktifitas
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
20
Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
Volume II, 2001, FKUI.
21