Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MINI SEMINAR KEPERAWATAN MATERNITAS PROFESI NERS ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA SERVIKS DI RUANGAN TULIP RAWAT INAP


RSUD ARIFIN AHMAD

DISUSUN OLEH :

LUSI NOPITA SARI

21091011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang ”CA
SERVIKS” Semoga dengan makalah yang saya susun ini, kita sebagai mahasiswa dapat
menambah dan memperluas pengetahuan.
Saya mengetahui makalah yang saya susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu saya masih mengharapkan kritik dan saran dari ibu selaku dosen pembimbing saya serta
temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun saya dari yang salah
menjadi benar.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
saya mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 2 Desember 2021

Lusi Nopita Sari


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 TUJUAN............................................................................................................2
1.3 MANFAAT........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN..................................................................................................4
2.2 ETIOLOGI.........................................................................................................4
2.3 FAKTOR RESIKO............................................................................................4
2.4 KLASIFIKASI...................................................................................................5
2.5 MANIFESTASI.................................................................................................6
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................6
2.7 PENATALAKSANAAN...................................................................................9
2.8 ASKEP...............................................................................................................11
BAB III GAMBARAN KASUS..........................................................................................14
BAB IV PENUTUP
4. 1 KESIMPULAN.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks
menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus-
menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi
pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat
juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014).

Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang mengakibatkan kematian
terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker serviks diperkirakan telah terjadi
pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah
terbukti sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi Human
Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker
ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang
berganti-ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2014).

Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap Smear. Pada stadium
awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas
dan baru terdeteksi setelah stadium III atau lanjut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Halimatusyaadiah (2014) di RSUP NTB menemukan penderita kanker serviks paling banyak
dengan stadium III sejumlah 33 orang (51,6%). Kanker serviks yang sudah stadium lanjut
biasanya menunjukkan gejalagejala, diantaranya: keputihan yang berbau busuk, perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul, sehingga
kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini menyebabkan terlambatnya pengobatan
dini (Diananda, 2008).

Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam yaitu melalui
tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Pengobatan yang paling banyak digunakan
adalah kemoterapi, karena kemoterapi bisa digunakan untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah
pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak atau membunuh sel-sel yang tumbuh
dengan cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sel-sel kanker atau mengurangi
ukuran tumor. Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain
dampak terhadap fisik dan psikologis (Ariani, 2015)
Dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare, konstipasi, neuropati perifer,
toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut), penurunan berat badan, anemia, penurunan nafsu
makan, perubahan rasa, nyeri (Ariani, 2015). Dampak kemoterapi secara psikologis yaitu
kecemasan, despresi, berjuang untuk menjadi normal, merasa baik dan merasa sedih, emosional,
stres, harga diri rendah, kesedihan, dan kepasrahan (Ariani, 2015).

1.1 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien CA SERVIKS

1.1.2 Tujuan khusus

Mahasiswa dapat mengetahui :

1. Defenisi CA SERVIKS

2. Etiologi CA SERVIKS

3. Faktor Resiko CA SERVIKS

4. Klasifikasi CA SERVIKS

5. Manifestasi Klinis CA SERVIKS


6. Pemeriksaan Penunjang CA SERVIKS
7. Patofisiologi CA SERVIKS
8. Penata Laksanaan CA SERVIKS
9. Asuhan Keperawatan SERVIKS

1.2 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan CA SERVIKS

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan CA SERVIKS


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kanker Serviks

2.1. 1 Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda,
2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun,
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut Mitayani
(2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi.
Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar
junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45
tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.

2.1.2 Penyebab Kanker Serviks


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks menurut
Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai
berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50
tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan
seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks
sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah
usia 20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin
tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempuanyai pH
tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-
patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.

3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulankumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan
kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas
dan kualitas makanan kurang hal ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan.
berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari
orang tua ke anaknya.

2.1.3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai berikut :
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi.

2.1.4. Patofisiologi Kanker Serviks


Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada
zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya
berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ
(HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor
menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas
secara langsung ke dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal.
Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.

Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal
invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret
vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan,
perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam
keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah
pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala
yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat
penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri
atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).

2.1.5 Tanda dan gejala kanker serviks


Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks stadium dini
biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan
oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejalagejala umumyang terjadi pada penderita
kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim
(contact bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita keluhan
nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks


Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan
kanker serviks sebagai berikut :
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna
coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa
peredaran dan masa pembekuan) b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan
SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

2.1.7 Penatalaksanaan Kanker Serviks


Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan
adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-
metode tersebut.
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil di
kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan
bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut
salpingo-ooforektomi.

e. Kelenjar getah bening


Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah
mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal
mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker
serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap
awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagianbagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati. Ada dua
jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan
lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di
rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu
selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa
menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif di
masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus tinggal di
rumah sakit sementara sumber radioaktif masih beradadi tempatnya (samapai
3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan
tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut dan panggul dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin
kehilangan rambut di daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang
dirawat menjadi merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan
diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping yang
terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa
banyak.kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga
dapat
membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita
akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa
sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang
hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna
dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau
infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan
kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki
bengkak.

Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:


1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke
organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya
dengan radioterapi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan pasien. Perawat
mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan
dan mencegah komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal
yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat
dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka sering
sekali menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat
memberikan keturunan.

Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya untuk menerima
berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah tersebut serta menemukan
kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan, sekalipun
kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak terlalu mempengaruhiharga diri
dan cintra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan atas peran lainnya yang
berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang mengalami nyeri hebat ketika
menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas rutinnya menganggap penanggulanagn
seperti histerektomi, sebagai pemecahan masalah.

Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih


terancam dan perasan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan
reprpduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas
nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan
komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, dkk,
2013)

2.1.8 Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan

8. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren


(trombositopenia)

9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh

2.1.9 Implementasi Keperawatan


Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkahlangkah yang diperlukan
dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme
bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawataan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan
apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika
status pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
harus dimodifikasi.

2.1.10 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan objek
yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama
perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan asuhan keperawatan
untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah
kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan status sehat. Evaluasi
terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi
mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan
perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

BAB III
KASUS
I. DATA UMUM KLIEN
A. Identitas
1. Inisial Klien : Ny.F
2. Usia : 48 th
3. Status Perkawinan : Janda
4. Lama Pernikahan : 15 tahun
5. Suku : Melayu
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : IRT
8. Pendidikan : SLTA
9. Alamat : Jl. Angkatan 50 Gg. Darussalam
10. Medis : Ca. Cervix + Anemia

Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu


1. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian perutnya, hb
turun, pasien tampak pucat, pasien mengeluhkan pusing

2. Riwayat kehamilan dan persalinan : Status obstetri : P1A0H1


1. 2005/Laki-laki/3500 gram/normal/bidan/hidup

3. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengidap


penyakit yang sama

4. Riwayat perkawinan: P ernikahan pertama, lama perkaw inan 15th.


5. Riwayat keluarga berencana : P as ien tidak menggunakan kb

6. Riwayat menstruasi : menarche pada us ia 13th, lama haid 6-7 hari.

7. Riwayat kesehatan saat ini : P as ien datang dengan s uami nya dengan
keluhan hb turun, pas ien mengatakan cemas
s etiap mau dis inar, pas ien megeluhkan nyeri pada
area abdomennya dengan skala nyeri 2.
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda Vital : TD : 120/90 N: 104 x/m RR: 21x/m S: 36,30C
c. BB/TB :
d. Kepala dan rambut : Bersih, distribusi tidak merata, tidak terdapat lesi
dan pembengkakan
f. Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, penglihatan kabur
g. Hidung : penciuman normal, jalan napas paten, tidak ada
pendarahan
h. Mulut : mukosa bibir kering, mulut dan lidah bers ih,
tidak terdapat stoma titis

i. Telinga : simetris, bersih, fungsu pendengaran baik


j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak
terdapat nyeri menelan
k. Dada : simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak terdapat
distraksi dinding dada
 Payudara : normal, simetris, tidak terdapat pengeluaran asi
 Jantung : irama jantung teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan

 Paru : simetris , tidak ada les i, tidak ada nyeri tekan

l. Abdomen : terdapat luka post op, tidak teraba massa, terdapat nyeri
tekan, kosistensi abdomen supel

m. Genitalia : tidak terdapat masa dan tidak terdapat lesi, varises tidak ada,
hemoroit tidak ada

o. E k s t r e m i t a s a t a s d a n b a w a h : tidak ada edema, tidak ada varises,


reflek patella positif
ELIMINASI
a. BAK : frekuens i 5x/hari, w arna keningan dan berbau
pes ing
b. BAB : frekuensi 1-2x/hari, warna kecoklatan, kosistensi padat dan
tidak terdapat keluhan saat BAB

ISTIRAHAT DAN KENYAMANAN


a. Waktu tidur : tidak menentu
b. Lama tidur : 3-4 jam perhari
c. K eluhan dna is tirahat : s ulit memulai dan s ering terbangun
d. K eluhan ketidak nyamanan : nyeri dibagian perut baw ah, hilang
timbul

MOBILISASI DAN LATIHAN


a. Tingkat mobilisasi : pasien dapat ke kamar mandi sendiri dengan dibantu oleh
keluarga
b. Latihan/ senam : tidak ada

NUTRISI DAN CAIRAN


a. Asupan nutrisi : frekuensi makan 3x sehari, tidak ada alergi maknan
b. Asupan cairan : minum kurang lebih 2 liter/hari

DATA PSIKOLOGIS
a. Konsep diri : Ny.F mengatakan sudah menerima penyakitnya, tetapi
kadang-kadang dia merasa bahwa dirinya tidak lagi menarik didepan suaminya
karena terkena ca.cervix

b. Koping : koping pasien tampak baik karena berkat dukungan suami


dan anaknya.

c. Penerimaan terhadap kondisi saat ini : Ny.F menyatakan sudah dapat menerima
penyakitnya
d. Kecemasan : Ny.F mengatakan khawatir disaat akan dilakukan sinar

KEPERCAYAAN/KEBUDAYAAN KHUSUS YANG TERKAIT DENGAN


KESEJATAN
Tidak ada
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Darah lengkap
HB : 9,2
Leukosit : 17,72
Trombosit : 209
Eritrosit : 2,67
Hematokrit : 20,7
P-LCR :20,9
Hitung Jenis
Basofil : 0,3
Eosinofil : 3,2
Neutrofil :85,7
Limfosit : 4,2
Monosit : 4,1

ANALISA DATA
Data penunjang Etiologi Masalah keperawatan
Do : Gejala tidak nyata Kecemasan
- Pasien mengatakan
cemas ketika akan adanya brbagai macam
di sinar tindakan
Ds :
- TD :120/90mmHg Kecemasan
- N: 104x/i
- RR : 21x/i
- S : 36,3x/i

Do : Kelemahan Gangguan perfusi


-pasien mengatakan pusing jaringan/dinding rahim jaringan
Ds : rapuh
- Pasien tampak
pucat Pendarahan masif
- TD : 120/90
mmHg Anemia
- Hb : 9,2
- RR : 21x/i Gangguan perfusi jaringan
- N : 104x/i
- S : 36,3

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kecemasan b.d krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam
status kesehatan
2. Gangguan perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang (anemia)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Kecemasan b.d krisis Setelah dilakukan asuhan Menurunkan cemas:
-Tenangkan pasien
situasional, ancaman keperawatan selama 2X24 jam,
-Jelaskan seluruh prosedur
terhadap konsep diri, pasien mampu mengontrol tindakan kepada pasien dan
perasaan yang mungkin muncul
perubahan dalam cemas dengan indikator:
pada saat melakukan tindakan
status kesehatan -Monitor intensitas cemas - Berusaha memahami keadaan
-Menghilangkan penyebab pasien
cemas -Berikan informasi tentang
-Menurunkan stimulus diagnosa, prognosis dan tindakan
lingkungan ketika cemas -Mendampingi pasien untuk
-Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan dan
menurunkan cemas meningkatkan kenyamanan
-Menggunakan strategi koping -Dorong pasien untuk
yang efektif menyampaikan tentang isi
-Melaporkan kepada perawat perasaannya
penurunan lama cemas -Kaji tingkat kecemasan
- Menggunakan teknik relaksasi -Dengarkan pasien dengan penuh
untuk menurunkan cemas perhatian
- Mempertrahankan hubungan -Ciptakan hubungan saling
sosial percaya
- Mempertahankan konsentrasi -Bantu pasien menjelaskan
- Melaporkan kepada perawat keadaan yang bisa menimbulkan
tidur cukup kecemasan
- Melaporkan kepada perawat -Bantu pasien untuk
bahwa cemas tidak mengungkapkan hal hal yang
mempengatruhi keadaan fisik membuat cemas
Tidak adanya tingkah laku yang - Ajarkan pasien teknik relaksasi
Berikan obat obat yang
menunjukan cemas
mengurangi cemas
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa sirkulasi ferifer
jaringan tidak efektif keperawatan 1x24 jam 2. identifikasi faktor resiko
b/d penurunan diharapkan dengan kriteria sirkulasi
konsentrasi Hb dan hasil :
darah, suplai oksigen 1. Warna kulit pucat
berkurang (anemia) menurun
2. Edema ferifer menurun
3. Kelemahan otor
menurun
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/tanggal No dx Implementasi SOAP
Selasa, 30 1. Monitor intensitas cemas : S : Pasien mengatakan sudah tidak
-Menghilangkan penyebab cemas
Nov 2021 -Menurunkan stimulus lingkungan terlalu cemas
ketika cemas O : -N:100x/i
-Mencari informasi untuk
menurunkan cemas - S :36,3
-Menggunakan strategi koping - RR : 20x/i
yang efektif
-Melaporkan kepada perawat A : Masalah kecemasan teratasi
penurunan lama cemas
- Menggunakan teknik relaksasi
P : Intervensi di lanjtkan
untuk menurunkan cemas
- Mempertrahankan hubungan
sosial
- Mempertahankan konsentrasi
- Melaporkan kepada perawat tidur
cukup
- Melaporkan kepada perawat
bahwa cemas tidak mempengatruhi
keadaan fisik
Tidak adanya tingkah laku yang
menunjukan cemas

Hari/tanggal No dx Implementasi SOAP


Selasa, 30 2 1. Memeriksa sirkulasi ferifer S : Pasien mengatakan tidak mual
Nov 2021 2. mengidentifikasi faktor resiko lagi
sirkulasi O:
- pasien tidak tampak pucat lagi
-N:100x/i
- S :36,3
- RR : 20x/i
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina.
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare
gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat
pada terapi eksternal radiasi ). Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif
kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan
tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati
dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Gale, D., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi (Oncology Nursing Care Plans), EGC,
Jakarta.
Johnson, M., 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
Philadelphia.
NANDA, 2005. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006, NANDA
International, Philadelphia.
.Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Helen Varney,DKK, 2002, Buku Saku Bidan, cetakan I, EGC, Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 8,EGC,Jakarta.
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai