Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN

SUPERVISI KEPERAWATAN

Disusu Oleh :
KELOMPOK 1

Ainun Dyah Pitaloka (173210042) Putro Setyo B (173210065)


Bagas Try Waloyo (173210046) Rohmatul M (173210068)
Dita Putri C (173210049) Sulistyaning M (173210072)
Hanifa Eka O (173210052) Tri Wahyu U (173210075)
Intin Ningtyastutik (173210055) Yuliana Eka S (173210079)
Moch. Nur Huda (173210059) Yuliatin (173210085)
Nurul Dwi P (173210062) Yusinta O (173210109)

EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunianya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “ SUPERVISI KEPERAWATAN”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami berterima kasih kepada dosen yang
telah membimbing dan memberikan tugas kepada kami dengan ini dapat belajar banyak
mengenai hambatan, kesulitan, kerjasama dan kepuasan pada diri kami sendiri setelah
menyelesaikan tugas kami.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun
telah berupaya dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini. penyusun berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Penyusun

Jombang, Desember 2020

ii
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.2 LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................3
2.1 SUPERVISI..............................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Supervisi......................................................................................................3
2.1.2 Manfaat Dan Tujuan Supervisi.......................................................................................3
2.1.3 Frekuensi PelaksanaanSupervisi....................................................................................4
2.1.4 Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Supervisi...........................................................................4
2.1.5 Pelaksana Supervisi........................................................................................................5
2.1.6 Teknik Supervisi.............................................................................................................5
2.2 SUPERVISI KEPERAWATAN.....................................................................................................7
2.2.1 Pelaksana Supervisi Keperawatan..................................................................................7
2.2.2 Sasaran Supervisi Keperawatan.....................................................................................8
2.2.3 Kompetensi Supervisor Keperawatan............................................................................8
2.3 PELAKSANASUPERVISI KEPERAWATAN..................................................................................9
2.3.1 Tehnik Supervisi keperawatan.......................................................................................9
2.3.2 Prinsip Supervisi Keperawatan.....................................................................................10
2.3.3 Kegiatan Rutin Supervisor............................................................................................11
2.4 KINERJA................................................................................................................................13
2.4.1 Defenisi Kinerja............................................................................................................13
2.4.2 Sistem Penilaian Kinerja...............................................................................................13
2.4.3 Kinerja Perawat............................................................................................................14
2.4.4 Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat...............................................................15
2.4.5 Penilaian Kinerja Perawat............................................................................................15
2.4.6 Cara Penilaian Kinerja Perawat....................................................................................16

iii
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................20
3.2 SARAN..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 LATAR BELAKANG


Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta
keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen
keperawatan.Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari
perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi.
Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan dalam proses
manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer ( tingkat bawah,
menengah dan atas ) bukan hanya hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai.
Ada banyak tugas yang sering kali harus diselesaikan oleh satu orang.Dalam situasi ini,
pendelegasian sering terkait erat dengan produktivitas.Ada banyak alasan yang tepat untuk
melakukan pendelegasian.Kadang kala manajer harus mendelegasikan tugas rutin sehingga
mereka dapat menangani masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan keahlian
dengan tingkat yang lebih tinggi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan ( dalam fungsi manajemen
yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer
keperawatan menemukan berbagai hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang
mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan
pemecahannya.Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan
keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah – masalah yang terjadi dapat
diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff keperawatan
yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan supervisi?
2. Apa yang di maksud dengan superisi keperawatan ?
3. Bagaimanapelaksana dan pelaksanaan supervisi keperawatan?
4. Bagaimanadengan kinerja supervisi keperawatan?

1
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui supervisi keperawatan.
2. Mengetahui manfaat dan tujuan dari supervisi.
3. Mengetahuipelaksana dan pelaksanaan supervisi keperawatan.
4. Mengetahuiprisip dan model supervisi keperawatan.
5. Dapat menganalisis jurnal tentang supervisi keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SUPERVISI
2.1.1 Pengertian Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus.Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan
secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan
untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau
kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling ). Swanburg (1990) melihat
dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan
evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
2.1.2 Manfaat Dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini
erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah.Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam

3
arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat
dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
2.1.3 Frekuensi PelaksanaanSupervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.Supervisi yang dilakukan
hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu
berkembang.Oleh sebab itu agar organisasi selaludapat mengikuti berbagai perkembangan
dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian.Supervisi dapat membantu penyesuaian
tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan.Tidak ada
pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang digunakan sebagai
pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta
sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif
dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber
yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas.Untuk itu diperlukan beberapa
prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang
baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan
untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama
untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.

4
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.
2.1.5 Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi.Idealnya kelebihan
tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan
keterampilan.Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki
oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau
apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang
dan tanggung jawab yang jelas.
2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk
jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
2.1.6 Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian
masalah.Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menyelesaikan masalah dan
penyebab masalah menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi
terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah
tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi
secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat
melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Bachtiar dan Suarli,
2009):
1) Pengamatan langsung
a. Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada
beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
b. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat
menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada

5
sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada
pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan
pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
c. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat
menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka
pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah
dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap
dan apa adanya.
d. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan
menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan
langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan
negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2) Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga
prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta
upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama.Kemudian upaya
penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.

6
2.2 SUPERVISI KEPERAWATAN
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu
meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat
(Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi
dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses
keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variabel yang harus
disupervisi (wiyana, 2008).
2.2.1 Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau
bagian yang bertangguung jawab antara lain (Suyanto,2008):
1) Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan
pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya.Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.
Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat
melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan
Bahtiar , 2009).
2) Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional
(UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.
3) Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang
keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak
langsung melalui para pengawas keperawatan.

7
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan
efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan,
memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran,
fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan
pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan.
2.2.2 Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati
berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan.Jika supervisi
mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan,
kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).
2.2.3 Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin
dengan mengkoordinasikan system kerjanya.Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan
karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan
mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf
dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

8
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.
2.3 PELAKSANASUPERVISI KEPERAWATAN
2.3.1 Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota
perawat secara efektif dan efesien.Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu
pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan
diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
a. Teknik Supervisi Secara Langsung .
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.Pada waktu
supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara
memberikan supervisi efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan lambat
3) Berikan arahan yang logis
4) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
5) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
6) Pastikanbahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi
lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir
dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen
dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya
akan disupervisi.
b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

9
c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan
pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi
komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan
pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
b. Secara Tidak Langsung .
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung :
a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku
rekam medik perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda
bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar.

2.3.2 Prinsip Supervisi Keperawatan


Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara
benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus
memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan
pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan
aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis.
Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara
objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri ( self evaluation), bersifat progresif,
inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang
terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan

10
kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).Ada beberapa prinsip supervisi
yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi,
b) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar
manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan urian tugas dan standard
d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat
pelaksana
e) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan
motivasi
g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
2.3.3 Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para supervisor harus
melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi.Kegiatan tugas
adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan.
Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang
lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan
dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
1) Persiapan.
Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
a. Menyusun jadwal supervise
b. Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen dokumentasian).
c. Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana
2) Pelaksanaan supervisi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi :
a. Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi
b. Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan.
c. Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk masing-
masing tahap,

11
d. Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian
asuhan keperawatan.
e. Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap.
f. Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan keperawatan.
g. Mencatat hasil supervisi.
3) Evaluasi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:
a. Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di arahkan.
b. Memberikan reinforcement pada perawat.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut supervise
2.3.4 Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan
dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
a) Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan
kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan.Supervisi dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil
karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat
pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang
telah dilakukan
b) Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model
ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan,
dilakukan dengan prosedur,instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data
yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
c) Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat.Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan
dengan standar keperawatan.

12
d) Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa
aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan
demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan
supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
2.4 KINERJA
2.4.1 Defenisi Kinerja
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak pekerja memberi kontribusi
kepada perusahaan yang antara lain termasuk kuantitas, output, kualitas output, kehadiran di
tempat kerja dan sikap kooperatif (Mathis & Jackson, 2002). Menurut Prawirosentono,
(1999) bahwa kinerja merupakan hasil karya yang dapat dicapai seseorang atau kelompok
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
2.4.2 Sistem Penilaian Kinerja
Setiap pimpinan harus dapat melakukan penilaian objektif terhadap kinerja karyawan
sehingga perlu dikembangkan instrument penilaian kinerja. Penilaian kinerja dalam
organisasi adalah proses organisasi mengevaluasi hasil kerja atau prestasi kerja para
pemegang jabatan. Ada beberapa alasan dan pertimbangan mengapa kinerja harus dinilai
yaitu:
a) Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian promosi dan
penetapan gaji
b) Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun karyawan untuk
elkukan instrospeksi dan meninjau kembali perilakuk selama ini, baik yang positif
maupun yang negatif untuk kemudian dirumuskan kembali sebagai perilaku yang
mendukung tumbuh kembangnya budaya organisasi secara keseluruhan
c) Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatiahan dan pelatiahn kembali
(retraining) serta pengembangan (Soeroso, 2003).
Nicholls (2000) menggambarkan dampak negatif penilaian kinerja sebagai efek sisipus. Ada
beberapa efek negatif yang ditimbulkan penilaian kinerja diantaranya:

13
a. Penurunan tingkat produktivitas yang biasanya terjadi dalam waktu penurunan 1-6
bulan pertama setelah evaluasi kinerja dilakukan. Penurunan tingkat produktivitas
dalam skala besar dapat menimbulkan kerugian yang bermakna.
b. Penurunan kinerja jangka panjang terjadi apabila standard kinerja yang dibuat hanya
yang realistis dan mudah dicapai sehinnga dalam jangka panjang yang terjadi justru
kemerosotan kinerja.
c. Setiap penilaian menimbulkan dampak emosional seperti stress, depresi, kegelisahan
dan lain-lain.
d. Apabila sistem penilaian dianggap tidak adil, dapat merusak moral dan motivasi.
e. Hanya menekankan pada kinerja individu dan bukan kinerja tim.
f. Mendorong pandangan jangka pendek dan berfokus pada kinerja jangka pendek. Hal
ini terjadi apabila penilaian kinerja yang dilakukan adalah untuk kinerja jangka pendek
sehingga karyawan kurang mementingkan kinerja jangka panjang.
g. Melembagakan budaya dan gaya kepemimpinan paternalistik. Hal ini kuarang
menguntungkan terutama apabila system manajemen kinerja justru digunakan untuk
mempertahankan status quo.
h. Hasil penilaian kinerja dapat menjadi hukuman seumur hidup.
i. Biaya penerapan system manajemen kinerja cukup mahal
2.4.3 Kinerja Perawat
Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar
hukum, aturan serta sesuai moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan
kepuasan pada pengguna jasa.Untuk aktifitas seorang perawat adalah mengumpulkan data
kesehatan mengenai pasien, membuat diagnosis menurut ilmu keperawatan, menetapkan
tujuan keperawatan, melaksanakan keperawatan, serta evaluasi terhadap perawatan.Selain
aktivitas perawat tersebut terkait dengan kinerja perawat dapat dilihat dari pelayanan
kesehatan yang diberikan perawat kepada pasiennya (Tanjary, 2009).
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan
kegiatan dalam waku tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan keperawatan kepada
pasien dan proses pelayanannya disebut indikator kinerja (Prajawanto,2009). Kinerja perawat
dapat dilihat sesuai dengan peran fungsi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

14
2.4.4 Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat
Menurut Asa’ad (2000) dalam Tanjary, 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja perawat adalah karakteristik, motivasi, kemampuan, keterampilan, persepsi, sikap
serta lingkungan kerja. Adapun yang termasuk dalam karakteristik perawat meliputi umur,
pendidikan, tingkat pengetahuan, masa kerja, serta status.Umur berpengaruh terhadap kinerja
perawat karenasemakin berumur seorang perawat memiliki tanggung jawab moral dan loyal
terhadap pekerjaan serta lebih terampil karena lama bekerja menjadi perawat.
Pendidikan perawat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi
pendidikan yang ditempuh semakin banyak ilmu pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki
oleh perawat sehingga akan dapat membantu dalam meningkatkan kinerjanya (Tanjary,
2009). Perawat pelaksana yang berpendidikan D3 keperawatan memiliki kinerja yang lebih
baik daripada perawat pelaksana berpendidikan SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan).
Tingkat pengetahuan seorang perawat berpengaruh terhadap kinerja karena semakin
tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh perawat akan dapat membantu perawat dalam
menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Masa kerja
berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin lama masa kerja seorang perawat
semakin banyak pengalaman yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga
dapat meningkatkan kinerjanya. Status pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja perawat
karena semakin tinggi jabatan yang diembannya maka semakin tinggi motivasi dalam
pekerjaannya sehingga akan dapat meningkatkan kinerja perawat (Tanjary,2009).
Motivasi juga mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi seseorang akan timbul
apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari
hasil yang diberikan. Oleh karena itu penghargaan psikis dalam hal ini sangat diperlukan agar
seseorang merasa dihargai dandiperhatikan serta dibimbing manakala melakukan suatu
kesalahan (Bactiar & Suarly, 2009).
2.4.5 Penilaian Kinerja Perawat
Penilaian kinerja merupakan suatu komponen dari system manajemen kinerja yang
digunakan organisasi untuk memotivasi pekerja.Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk
memperbaiki kinerja. Penilaian kinerja perawat adalah pengukuran efesiensi, kompetensi dan
efektifitas proses keperawatan dan aktivitas yang digunakan oleh perawat dalam merawat
klien guna untuk mempertahankan, memperbaiki dan memotivasi perawat (Huber, 2000).
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat
dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat

15
digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan
jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi.perawat manajer dapat
menggunakan proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang
berkompeten (Nursalam, 2002).Ada beberapa manfaat dari penilaian kerja tersebut, dapat
dijabarkan menjadi 6 yaitu (Nursallam, 2002):
a) Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhikebutuhan aktualisasi di
dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan RS.
b) Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
c) Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil
karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang
prestasinya.
d) Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf
yang lebih tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil
untuk pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan.
e) Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja meningkastkan
gajinya atu system imbalan yang baik.
f) Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya
tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan
dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Dengan manfaat diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta
tanggung jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan
yang lebih baik. Sedangkan karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta
motivasi dan sikap yangkurang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berupa teguran
atau konseling oleh atasannya langsung (Nursalam, 2002)
2.4.6 Cara Penilaian Kinerja Perawat
Dalam hal peningkatan tenaga keperawatan, Carpetino 1999 (dalam Nursalam, 2002)
mengemukakan bahwa perkembangan pelayanan keperawatan saat ini telah melahirkan
paradigma keperawatan yang menuntut adanya pelayanan keperawatan yang bermutu.Hal ini
dapat dilihat dari adanya dua fenomena sistem pelayanan keperawatan yakni perubahan sifat

16
pelayanan dari fokasional menjadi profesional dan terjadinya pergeseran fokus pelayanan
asuhan keperawatan.Fokus asuhan keperawatan berubah dari peran kuratif dan promotif
menjadi peran promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif.
Untuk menilai atau mengukur kualitas pelayanan keperawatan kepada klien
digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.Standar keperawatan dapat digunakan sebagai instrumen
penilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi keperawatan (Nursallam,
2002).
A. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan
meliputi:
a) Pengimpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisisk
serta dari pemeriksaan penunjang.
b) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan rekam
medis dan catatan lain.
c) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien
masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis- psikologis-sosial-spiritual,
respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko-
resiko tinggi.
B. Standar II: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun
kriteria dalam proses ini adalah:
a) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan
perumusan diagnosa masalah keperawatan.
b) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (p), penyebab (E), dan tanda atau gejala
(S), atau terdiri dari masalh dan penyebab (PE).
c) Bekerja dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
C. Standar III: Perencanaan Keperawatan

17
Perawat membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi:
a) Perncanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
perawatan.
b) Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d) Mendokumentasikan rencana keperawatan
D. Standar IV : Implementasi keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuahan
keperawatan. Kriteria dalam proses ini meliputi:
a) Bekerja sama dengan klien dalam tindakan rencana keperawatan.
b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d) Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan
asuahan diri serat membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
e) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawtan berdasarkan respon
klien
E. Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian
tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya adalah:
a) Menyusun rencana evaluasi dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan
terus menerus.
b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembanagn ke arah
pencapaian tujuan.
c) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d) Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuahan
keperawatan.
e) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi hasil perencanaan.
Standard tersebut adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang
diinginkan ada kulaitas struktur, proses atau hasil yang dapat dinilai (Nursallam,
2002).Tujuan pendokumentasikan asuhan keperawatan adalah untuk memudahkan
menentukan kualitas perawat, klien, menjamin pendokumentasian kemajuan dan hubungan
dengan hasil yang berfokus pada klien dan memudahkan konsistensi antar disiplin dan

18
mengkomunikasikan tujuan tindakan dan kemajuan. Sumber penilaian adalah dokumentasi
keperawatan yang merupakan bukti tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan
disimpan pada masing-masing status atau pada tempat khusus, sebagai bukti tanggung jawab
dan tanggung gugat (Doenges, 2000)

19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu
meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat
(Suyanto, 2008).
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009):
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini
erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah.
3.2 SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang supervisi keperawatan.Agar dapat
menjadi pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat kita aplikasikan di dunia kerja nanti.

20
DAFTAR PUSTAKA

_____.____.repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24124/Chapter%20II.
Pdf (Diakses tanggal 3 Desember 2020)
Pawlash, George. E. and Oliva, Peter F. Supervision for Today ’s
Schools 8thedition. Danvers MA : John Wiley & Son Inc, 2008 p 10) (Diakses tanggal 3
Desember 2020)

21

Anda mungkin juga menyukai