FITRI RUSTAM
N111 14 007
SKRIPSI
FITRI RUSTAM
N111 14 007
ii
PENETAPAN PARAMETER SPESIFIK DAN NONSPESIFIK
SIMPLISIA INTI BIJI KEMIRI (Aleurites moluccana (L.) Willd)
ASAL SULAWESI SELATAN
FITRI RUSTAM
N111 14 007
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama
iii
PENETAPAN PARAMETER SPESIFIK DAN NONSPESIFIK SIMPLISIA
INTI BIJI KEMIRI (Aleurites moluccana L. Willd) ASAL SULAWESI
SELATAN
FITRI RUSTAM
N111 14 007
Mengetahui,
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya
saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Yang Menyatakan
Fitri Rustam
N111 14 007
v
UCAPAN TERIMA KASIH
pemilik langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya. Sang pemberi
skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan
hambatan yang dihadapi, namun dengan bantuan berbagai pihak skripsi ini
kasih yang tulus dari lubuk hati yang terdalam kepada yang terhomat Ibu
Rosany Tayeb, M.Si., Apt. selaku pembimbing utama yang telah meluangkan
skripsi. Terima kasih kepada Bapak Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt. selaku
vi
kepada penulis, serta Bapak Ismail S.Si., M.Si., Apt. sebagai pembimbing
1. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Farmasi, seluruh staf pengajar, staf
Universitas Hasanuddin.
3. Terima kasih untuk kedua orang tua tercinta kepada ayahanda Rustam
dan Ibunda Hermawati atas kasih saying dan ketulusan hati dalam
Faid Alkahfi atas dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis
Nasir, Yulfira Amalika dan Inda Pratiwi yang telah banyak bersabar
vii
5. Segenap anggota Keluarga Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas
Sapada, Riri Nurfitasari, Isyrayanti, Sumi, Nurul Ilmi Yusuf, Ika Sartika,
kepada Allah karena kelalaian tersebut. Kritik serta saran yang membangun
kesalahan yang sama. Semoga Allah meridhai karya ini agar bermanfaat
Fitri Rustam
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN 1
II.2. Simplisia 7
II.3. Standardisasi 7
xi
II.5 Spektrofotometri UV-Vis 15
V.1 Kesimpulan 32
V.2 Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
xii
LAMPIRAN I 36
LAMPIRAN II 41
LAMPIRAN III 48
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
9. Data hasil penetapan dan perhitungan kadar abu tidak larut asam 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengamatan Organoleptis 24
6. Penimbangan baku 48
12. Mikroskop 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja 38
3. Gambar Penelitian 48
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
dengan sangat pesat. Hal ini dapat diamati baik di negara yang sedang
alam untuk memperoleh substansi ilmiah yang kuat. Upaya yang paling
(WHO, 2002).
1
2
Saat ini, ada sekitar 7000 jenis tanaman yang telah dimanfaatkan
sebagai bahan untuk pengobatan, namun tidak lebih dari 300 jenis yang
telah digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi. Hal ini
menjadi isu besar dan tantangan besar hingga 20 tahun mendatang, baik di
(Saifuddin, 2011).
Semua obat baik yang berasal dari tumbuhan maupun obat sintetis,
harus memenuhi persyaratan dasar agar aman dan efektif (EMEA, 2005).
pengujian efek farmakologi untuk obat herbal jelas lebih kompleks dari pada
senyawa yang terdapat dalam ekstrak herbal sebagai komponen aktif. Untuk
saja yang tak kalah penting adalah dengan melakukan standarisasi pada
Biji kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) merupakan salah satu bahan
(Arlene, 2010). Sebagai obat tradisional, inti biji kemiri atau kernelnya secara
3
seperti biji, daun, dan kulit batang kemiri (Silva, 1997; Samah, 2010;
ekstrak etanolik biji kemiri mengandung asam palmitat, asam arakidat, asam
oleat, asam linoleat, serta sterol atau triterpena bebas yang menunjukkan
baku yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam monografi
Farmakope Herbal Indonesia, namun dalam hal ini simplisia inti biji kemiri
spesifik dan nonspesifik simplisia inti biji kemiri yang diharapkan dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida/Dikotil
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Aleurites
5
6
tidak teratur, dan berliku sehingga secara umum memiliki tajuk yang lebar.
Daun kemiri memiliki bentuk yang khas seperti delta atau oval yang
pada saat masih muda berwarna putih mengilap seperti perak dan akan
berubah menjadi hijau pucat sampai hijau tua seiring bertambahnya umur
bunga jantan dan betina dalam satu pohon, tersusun dalam sejumlah
jantan yang kecil. Bunga kemiri berwarna putih kehijauan dengan 5 kelopak
bunga berwarna putih kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3
cm (Elevitch, 2006).
sampai bulat dengan panjang 5–6 cm dan lebar 5–7 cm . Satu buah kemiri
umumnya berisi 2–3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya
ditemukan satu biji. Biji terdiri dari kulit biji dan inti biji atau isi biji. Inti biji
berwarna putih kecokelatan yang dilindungi kulit biji kemiri di bagian luarnya.
Kulit biji kemiri bertekstur kasar, cokelat sampai hitam, keras dan berbentuk
dan polifenol yang diperoleh dari bagian tanaman seperti biji, daun, dan kulit
Sebagai obat tradisional, inti biji kemiri atau kernelnya secara empiris
dan untuk gangguan pencernaan. Minyak kemiri juga sering digunakan untuk
obat untuk diare (Wiart, 2006), tumor dan sebagai alternatif pengobatan
demam, sakit kepala, ulcer, dan kencing bernanah (gonorrhoea), selain itu
getah segar dari kemiri juga digunakan untuk sariawan dan kandidiasis
II.2 Simplisia
suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60oC (Depkes RI, 2010).
II.3 Standardisasi
yaitu aspek parameter spesifik dan parameter non spesifik (Saifuddin, 2011).
ditinjau secara universal artinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
kualitatif maupun secara kuantitatif suatu senyawa aktif yang berperan dalam
a. Organoleptis
b. Identitas simplisia
tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan (daun, akar, biji, dan lain-
Melarutkan simplisia dengan pelarut tertentu yaitu air dan alkohol untuk
identitas yaitu senyawa yang khas, unik, eksklusif, yang terdapat pada
yaitu :
a. Susut pengeringan
bahan alam atau simplisia, yang ditetapkan dengan pengukuran sisa zat
b. Bobot jenis
massa per satuan volume sebagai parameter khusus ekstrak cair sampai
ekstrak pekat yang masih dapat dituang. Bobot jenis juga terkait dengan
c. Kadar abu
juga dapat dijadikan sebagai pencirian suatu spesies obat karena setiap
d. Kadar air
(Saifuddin, 2011).
Tujuan dari penetapan sisa pelarut organik adalah untuk mengetahui sisa
f. Cemaran mikroba
mengandung logam berat tertentu seperti Cd, Hg, Pb, dan logam berat
lainnya.
serba rata pada lempeng kaca, plastik atau logam. Lempengan yang dilapis
kedua efek, yang dipengaruhi jenis lempeng, cara pembuatan, dan jenis
2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan
pada lempeng kemudian dipreparasi dengan pelarut yang sesuai lalu diukur
dibanding kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Penentuan profil KLT suatu
ketepatan sistem kromatografi yang digunakan yakni fase diam, fase gerak,
a. Sistem kromatografi
Sistem kromatografi yang dimaksud adalah masalah fase diam dan fase
gerak. Fase diam yang umum digunakan untuk KLT adalah silica gel
artinya jika tidak dinyatakan lain maka lempeng jenis ini yang kita
diam diganti dengan fase terbalik nonpolar yang terbuat dari C18 yang
ekstrak etanol maka kita tidak bisa memaksa senyawa target di dalamnya
akan terlarut dalam etanol dengan jumlah yang cukup. Bisa jadi senyawa
pelarut harus dengan cermat dipilih sehingga kadar yang terambil cukup
Sering kali senyawa marker memiliki kadar yang sangat rendah di dalam
II.5. Spektrofotometri
kadar suatu senyawa yang memiliki daerah spektrum ultraviolet dan sinar
tampak atau visibel. Spektrofotometer terdiri atas suatu sistem optik dengan
Hal ini beraku apabila senyawa yang akan dianalisis tidak menyerap
dan sensitif, reaksinya cepat, kuantitatif, dan reproduksibel, serta hasil reksi
antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan. Pada saat awal reaksi
terurai. Karena alasan ini maka untuk pengukuran senyawa berwarna (hasil
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
dengan konsentrasi.
diantara 0,2-0,8 atau 15% sampai 70% apabila dibaca dengan transmittan.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas
(Pyrex®), alat destilasi (Pyrex®), ayakan mesh 6/18, botol timbang, deck
glass, kaca preparat, cawan krus silikat, lampu UV 254 nm dan UV 366 nm,
(Ohaus®).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain air jenuh
kloroform, air suling, asam klorida encer LP, baku skopoletin (Wako®), etanol
hidroksida 2,5 N, sampel inti biji kemiri dan toluen jenuh air.
Biji Kemiri dikumpulkan dari 3 tempat yang berbeda yaitu Luwu, Maros,
meliputi pencucian dengan air mengalir, kemudian inti biji kemiri dipisahkan
simplisia dengan suhu 50OC sampai sampel kering dengan baik. Simplisia
inti biji kemiri diserbukkan menggunakan blender kasar lalu diayak. Setelah
17
18
itu serbuk disimpan dalam tempat yang kering pada suhu ruangan dan
digunakan.
pengenal simplisia seperti tipe berkas pembuluh, kalsium oksalat dan tetesan
ditutup dengan deck glass lalu difiksasi. Preparat kemudian diamat di bawah
105oC dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar
diuapkan hingga kering dalam cawan porselen yang telah dipanaskan 105 oC
dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung
menit kemudian disaring untuk mendapatkan larutan uji. Larutan uji yang
dibuat terdiri dari baku pembanding skopoletin dan larutan uji simplisia inti biji
kemiri dari daerah Luwu, Maros, dan Sinjai. Larutan uji ditotolkan pada
lempeng KLT GF254 dengan jarak 2 cm dari tepi bawah lempeng, dengan
bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat
setelah eluen sampai pada batas atas lempeng yang berjarak 1 cm dari tepi
atas. Dikeringkan di udara, amati bercak pada sinar tampak, sinar UV 254
nm kemudian sinar UV 366 nm. Tiap bercak yang muncul diukur dan catat
jaraknya dari titik penotolan lalu tentukan harga Rf. setelah itu, lempeng
larutan stok dengan konsentrasi 1000 bpj. Dari larutan stok, dibuat seri
konsentrasi 10 bpj, 20 bpj, 30 bpj, 40 bpj, dan 50 bpj dengan memipet larutan
21
stok berturut-turut 50 µl, 100 µL, 150 µL, 200 µL, dan 250 µL. diukur pada
tentukur 5 mL. Larutan uji tiap sampel dari daerah Luwu, Maros, dan Sinjai
keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang. Kadar susut
masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air
panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring
beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam
krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan
larut dalam asam, saring melalui kertas bebas abu, cuci dengan air panas,
pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam
spesifik dan parameter nonspesifik simplisia inti biji kemiri yang kemudian
Simplisia yang digunakan berasal dari Sulawesi Selatan yaitu Luwu, Maros,
penetapan kadar sari larut pada pelarut tertentu (air dan etanol), dan
kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam.
simplisia secara objektif yang meliputi nama tumbuhan, nama simplisia dan
23
24
yang digunakan yaitu inti biji kemiri, sehingga berdasarkan aturan penamaan
Aleurites semen.
pengamatan yang dilakukan, simplisia inti biji kemiri memiliki bentuk yang
bulat melonjong atau oval hingga tidak beraturan dengan ukuran panjang ±
2,5 cm dan lebar ± 2 cm, warna putih kecokelatan dengan tekstur agak kasar
kecokelatan dengan tekstur licin mengkilap, memiliki bau yang khas dan
Parameter Organoleptik
Daerah
Bau Warna Tekstur Rasa
licin mengkilap
Putih (bagian dalam)
Luwu Khas Tidak berasa
Kecokelatan Kasar
(bagian luar)
licin mengkilap
Putih (bagian dalam)
Maros Khas Tidak berasa
kecokelatan Kasar
(bagian luar)
licin mengkilap
Putih (bagian dalam)
Sinjai Khas Tidak berasa
kecokelatan Kasar
(bagian luar)
pada jaringan lignin atau kayu dalam hal ini jaringan yang dimaksud adalah
jaringan xilem atau pembuluh kayu agar mudah dikenali saat diamati di
penebalan berkas pembuluh xilem yang memiliki tipe spiral, kristal kalsium
A B
presentasi senyawa yang larut dalam pelarut polar maupun senyawa yang
larut dalam pelarut non polar. Pada penetapan kadar sari larut pelarut
tertentu dilakukan dengan menggunakan 2 pelarut yaitu air dan etanol. Hasil
yang diperoleh yaitu kadar sari larut air tidak kurang dari 7,50±1,03%
sedangkan kadar sari larut etanol tidak kurang dari 47,96±1,82%. Hal ini
banyak dibandingkan dengan senyawa yang polar pada simplisia inti biji
Parameter Spesifik
Profil kromatografi lapis tipis dari simplisia inti biji kemiri dibuat dengan
skopoletin dan simplisia dari daerah Luwu, Maros, dan Sinjai ditotol dalam
satu lempeng silica gel GF254 dan dielusi dengan eluen heksan:etil:asam
asetat glasial dengan perbandingan 3 : 6,5 : 0,5 mL. Bercak yang muncul
pada ketiga sampel dari tiga daerah yang berbeda sejajar dan memiliki nilai
Rf yang sama dengan bercak yang muncul pada baku skopoletin yaitu 0,6.
Metode visualisasi yang digunakan yaitu pada sinar tampak atau visible dan
sinar UV. Secara umum senyawa berantai ganda cukup akan nampak pada
hijau muda akibat fluoresensi dari MgSO4 yang ditambahkan pada silika.
satunya pada kumarin. Namun pada pengamatan profil KLT di bawah sinar
28
UV 254 untuk simplisia inti biji kemiri (lihat gambar 2), fluoresensi bercak
skopoletin tidak nampak dengan jelas, hal ini dapat disebabkan karena
gelombang 366 dipilih karena secara umum akan membuat senyawa kimia
berfluoresensi dengan berbagai warna. Dari profil KLT simplisia inti biji
biru, hal ini sejalan dengan pustaka yang mengatakan bahwa penampakan
tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara kualitatif simplisia inti
Penampakan profil KLT simplisia inti biji kemiri dapat dilihat pada gambar 3.
4
3
2
B L M S
kadar kumarin total didasarkan pada kriteria pemilihan senyawa marker yang
senyawa apa saja yang terdapat dalam tanaman yang dianalisis. Senyawa
aktual digunakan jika senyawa aktif, senyawa utama, dan senyawa identitas
senyawa utama dan senyawa identitas tidak banyak diketahui dan masih
sangat terbatas penelitiannya. Oleh karena itu berdasarkan kriteria yang ada,
salah satu senyawa yang diketahui terdapat di dalam kemiri yaitu skopoletin,
marker ini juga didasarkan pada profil KLT simplisia inti biji kemiri yang
298 nm, yang diperoleh dari hasil pencarian lamda maksimal. Menurut
akan tetapi adanya beberapa faktor seperti perbedaan kepekaan alat atau
kumarin total simplisia inti biji kemiri tidak kurang dari 1,74±0,10
30
kadar kumarin total dari masing-masing darah berbeda. Hal ini dapat terjadi
karena adanya faktor perbedaan kondisi geografis, tempat tumbuh dan waktu
Rata-Rata Rata-Rata
Rata-Rata
Simplisia Susut kadar abu tidak larut
kadar abu total
pengeringan asam
(%)
(%) (%)
Luwu 3,27± 0,11 5,53±0,44 2,30±0,71
Maros 3,07±0,21 8,79±0,74 3,53±0,70
Sinjai 3,14±0,20 6,12±0,36 1,49±0,39
kemiri tidak lebih dari 3,27± 0,11. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kadar
susut pengeringan sampel dari daerah Luwu, Maros, dan Sinjai berbeda-
Adapun zat yang dimaksud seperti air, senyawa yng larut pada pelarut lain,
minyak atsiri, yang mana ketiga sampel yang berasal dari daerah yang
berasal dari awal proses hingga akhir proses. Hasil penetapan kadar abu
total simplisia inti biji kemiri tidak lebih dari 8,79±0,74 dan ini menunjukkan
sisa anorganik yang terdapat pada simplisa tersebut. Hasil penetapan kadar
kontaminasi dari pengotor seperti pasir dan tanah yang mungkin terjadi pada
saat proses awal hingga penetapan kadar abu tidak larut asam. Dapat dilihat
pada tabel 3, hasil penetapan kadar abu tidak larut asam, menunjukkan
kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 3,53±0,70. Adanya kandungan
abu tidak larut dalam asam yang tinggi mungkin menunjukkan adanya
kontaminasi pasir atau kotoran yang lain selama proses penyiapan simplisia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
penetapan susut pengeringan tidak lebih dari 3,27± 0,11, kadar abu total
tidak lebih dari 8,79±0,74 dan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari
3,53±0,70.
dan lebar ± 2 cm, warna putih kecokelatan dengan tekstur agak kasar
pada bagian luar dan memiliki tekstur yang licin mengkilap pada bagian
skopoletin. Kadar kumarin total simplisia tidak kurang dari 1,74±0,10 yang
dihitung sebagai skopoletin, kadar sari larut air tidak kurang dari
7,50±1,03 dan kadar sari larut etanol tidak kurang dari 47,96±1,82.
32
V.2 Saran
terstandar.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arlene, A., Suharto, I., & N.R,J., 2010. Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji
Terhadap Perolehan Minyak Kemiri pada Ekstraksi Biji Kemiri dengan
Penekanan Mekanis. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
"Kejuangan", F04-1 - F04-6.
Depkes RI. 2011. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Suplemen II. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Elevitch, C.R. dan Manner, H.I. 2006 Traditional tree initiative: species
profiles for Pacific Islands agroforestry. http://www.agroforestry.net/tti/
Aleurites-kukui.pdf
Gholib, Ibnu dan Abdul Rahma. 2015. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Julaiha, S., 2003, Pengaruh Fraksi PE Ekstrak Etanolik Biji Kemiri (Aleuritis
moluccana, (L.) Willd) terhadap Kecepatan Pertumbuhan Rambut
Kelinci Jantan dan Uji Kualitatif Kandungan Asam Lemak dan Sterolnya,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
34
Krisnawati H. 2010. Ecology, silviculture and productivity Aleurites
moluccana (L.) Wildd. Center for International Forest Science; 2 (4); 68.
Silva C.M., Mora T.C., Santos A., Soares R. 1997. A Triterpene and A
Flavonoid C-Glycoside from A. moluccana L Willd (Euphorbiaceae).
Acta Farmaceutika Bonaerense, 3: 169-172.
Scott S, Craig T. 2000. Poisonous Plants of Paradise (First Air and Medical
Treatmen of Injuries from Hawai’s Plants). University of Hawai Press.
Wiart C. 2006. Medicinal Plants of The Asia Pasific, Drugs for The Future.
World Scientific Publishing;337.
35
LAMPIRAN 1
Skema kerja
Profil KLT
Data
36
1.1 Pengamatan Mikroskopik
Serbuk simplisia
Preparat
37
1.2 Penetapan kadar sari larut etanol
Serbuk simplisia
Filtrat
Sisa filtrat
Bobot konstan
38
1.3 Penetapan kadar sari larut air
Serbuk simplisia
Filtrat
Sisa filtrat
Bobot konstan
39
1.4 Penetapan kadar Kumarin total
10 mg skopoletin
Labu tentuukur 10 ml
+etanol PA
40
LAMPIRAN 2
1
0.9 0.885
0.8
0.747
0.7
0.6 0.594
0.5
0.442
0.4
0.332 y = 0.0142x + 0.0313
0.3 R² = 0.9948
0.2 0.211
0.1
0 0
0 10 20 30 40 50 60 70
41
Contoh perhitungan sampel Luwu 1 :
Ekuivalen skopoletin
42
2.2 Penetapan kadar sari larut air simplisia inti biji kemiri
Tabel 5. Data hasil penetapan dan perhitungan kadar sari larut air
( ) ( )
= x x100
= 11.161 %
43
2.3 Penetapan kadar sari larut etanol simplisia inti bij kemiri
Tabel 6. Data hasil penetapan dan perhitungan kadar sari larut etanol
Bobot Bobot
Jenis Bobot kadar sari Rata-rata
cawan C+S
Sampel Sampel (%) (%)
konstan konstan
5.02 43.02 43.49 45.88
Luwu 5.01 56.36 56.85 48.76 47.96
5.01 57.67 58.17 49.23
5.01 57.66 58.15 49.31
Maros 5.01 56.34 56.80 46.23 48.20
5.003 55.62 56.11 49.05
5.02 55.60 56.09 48.52
Sinjai 5.03 37.95 38.46 49.89 48.39
5.02 46.81 47.28 46.76
( ) ( )
= x x100
= 45.8776 %
44
2.4 Penetapan susut pengeringan simplisia inti biji kemiri
Bobot Bobot
Jenis Bobot kadar sari Rata-rata
botol B.T+S
Sampel Sampel (%) (%)
timbang konstan
2.004 22.15 22.22 3.39
Luwu 2.007 21.53 21.59 3.24 3.27
2.01 22.47 22.54 3.18
2.008 22.31 22.37 3.31
Maros 2.009 22.06 22.12 2.93 3.07
2.007 21.53 21.59 2.97
2.007 21.68 21.74 2.90
Sinjai 2.01 22.16 22.22 3.26 3.14
2.001 22.30 22.37 3.25
= x
= 3.3921%
45
2.5 Penetapan kadar abu simplisia inti biji kemiri
Bobot
Jenis Bobot Bobot kadar sari Rata-rata
B.T+S
Sampel Sampel cawan krus (%) (%)
konstan
2.95 28.34 28.51 5.80
Luwu 2.95 25.66 25.81 5.02 5,53
2.94 26.93 27.10 5.79
2.98 27.59 27.82 8.01
Maros 2.93 29.20 29.48 9.48 8,79
2.81 29.12 29.37 8.89
2.94 26.86 27.03 5.75
Sinjai 2.98 32.31 32.49 6.15 6,12
2.87 29.38 29.57 6.47
= x
= 5.7965%
46
Tabel 8. Data hasil penetapan dan perhitungan kadar abu tidak larut asam
Bobot
Jenis Bobot Bobot kadar sari Rata-rata
B.T+S
Sampel Sampel cawan krus (%) (%)
konstan
2.95 28.34 28.42 2.78
Luwu 2.95 25.66 25.74 2.65 2.30
2.94 26.93 26.97 1.48
2.98 27.67 27.79 3.90
Maros 2.93 29.20 29.43 3.97 3,53
2.81 28.34 29.28 2.73
2.94 26.86 26.91 1.70
Sinjai 2.98 32.31 32.34 1.03 1,49
2.87 29.38 29.43 1.74
= x
= 1.6985%
47
LAMPIRAN 3
Gambar penelitian
Gambar 4 Gambar 5
Simplisia inti biji kemiri Serbuk inti biji kemiri
(Aleurites moluccana (L.) Willd
Gambar 6 Gambar 7
Timbangan kasar Timbangan halus
48
Gambar 8 Gambar 9
Oven Botol timbang
Gambar 10 Gambar 11
Deret konsentrasi baku Ayakan
skopoletin
49
Gambar 12 Gambar 13
Mikroskop Erlenmeyer bersumbat
Gambar 14 Gambar 15
Magnetic stirer Oven simplisia
50
Gambar 16 Gambar 17
Penampakan profil KLT di Baku skopoletin
bawah UV 254 dan 366
Gambar 18
Uji Pendahuluan KOH 5%
(+) biru kumarin UV 366
51
52