Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tes Formatif

1. Definisi Tes

Menurut Anne Anastasi, test adalah alat pengukur yang mempunyai standar
obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Sedangkan menurut F.L. Geodenough sebagimana yang dikutip oleh Anastasi,
test adalah suatu rangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau
sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecapan antara satu
dengan yang lain6.

Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang
berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan tes yang berarti ujian atau percobaan7.

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa test adalah cara yang dapat
digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian yang dapat berbetuk pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga
dapat dihasilkan nilai yang dapat melambangkan prestasi.

2. Macam-macam Tes

Berdasarkan artikel yang ditulis dalam sebuah blog, macam-macam tes


dibagi berdasarkan pelaksanaannya, fungsinya, waktu pelaksanaannya dan
kebutuhannya8. Penjelasan secara rinci tentang macam-macam tes adalah
sebagai berikut:

a. Berdasarkan pelaksanaannya, tes dibagi menjadi 3, yaitu:


1) Tes tulisan (written tes), yaitu test yang mengajukan butir-butir
pertanyaan dengan mengharapkan jawaban tertulis. Biasanya test ini
digunakan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

6
Anne Anastasi. 2007. Tes Psikologi Edisi Ketujuh (terjemah). Jakarta: PT.Indeks, hal.71
7
M. Cahbib Thoha. 2003. Teknik Evaluasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.43
8
www.penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/04/jenis-jenis-tes.html. diakses: Senin, 1 Juli 2014, pukul
14.00 wib.

8
9

2) Test lisan (oral test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan


dengan menghendaki jawaban secara lisan. Test ini juga dilakukan
untuk aspek kognitif peserta didik.
3) Test perbuatan (performance test), yaitu tes yang mengajukan
pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban dalam bentuk
perbuatan. Test ini digunakan untuk menilai aspek psikomotor/
keterampilan peserta didik.
b. Berdasarkan fungsinya, tes dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Tes formatif (formative test), yaitu test yang dilaksanakan setelah
selesainya satu pokok bahasan. Test ini berfungsi untuk menetukan
tuntas tidaknya satu pokok bahasan.
2) Tes sumatif (summative test), yaitu test yang diberikan setelah
sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan.
Disekolah test ini dikenal sebagai ulangan umum.
3) Test diagnostik (Diagnostic test), yaitu test yang dilakukan untuk
menentukan secara tepat, jenis kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
c. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, tes dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses
pembelajaran. Test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah
materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.
2) Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan
proses pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik.
d. Berdasarkan kebutuhannya, tes dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Psycho test, yaitu test tentang sifat-sifat atau kecenderungan atau
hidup kejiwaan seseorang (peserta didik).
2) IQ test, yaitu test kecerdasan. Test ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang (peserta didik).
3) Test kemampuan (aptitude test), yaitu test bakat. Test ini bertujuan
untuk mengungkap bakat khusus yang dimiliki oleh seseorang.
e. Berdasarkan jenisnya, tes dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Test standar, yaitu test yang sudah dibakukan setelah mengalami
beberapa kali uji coba (try out) dan memenuhi syarat test yang baik.
2) Test buatan guru, yaitu test yang dibuat oleh guru.
10

Bagan 2.1
Macam-macam tes

Berdasarkan Tes tulisan (written tes)


pelaksanaan Test lisan (oral test)
nya Test perbuatan (performance test)

Tes formatif
Berdasarkan fungsinya Tes sumatif
Test diagnostik
Macam-
Berdasarkan waktu Pra test (pre test)
macam Tes
pelaksanaannya Test akhir (Post test)
Psycho test
Berdasarkan kebutuhannya IQ test
Test kemampuan

Test standar
Berdasarkan jenisnya
Test buatan guru

Sumber: www.penelitiantindakankelas.blogspot.co.id

3. Definisi Tes Formatif


Dalam pembelajaran dibutuhkan evaluasi pembelajaran sebagai tolok ukur
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah
disampaikan oleh guru. Salah satu evaluasi untuk menilai hasil belajar siswa
adalah dengan menggunakan tes formatif atau biasa kita sebut dengan ulangan
harian, waktunya adalah setelah guru telah menyelesaikan program pelajaran
dalam satu pokok bahasan.
Istilah ‘formatif’ berasal dari kata ‘form’ yang berarti ‘bentuk’. Menurut
Subhan (2008) tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan atau topik yang dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana
telah direncanakan. Hal senada juga dikatakan oleh Winkel (2008) yang
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tes formatif adalah penggunaan tes-
tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feeed back) mengenai kemajuan yang telah dicapai9.

9
www.agesantum.blogspot.co.id/2013/01/pre-test-post-test-test-sumatif-test.html. diakses: Selasa, 2 Oktober
2013, pukul 20.00 wib.
11

Di bawah ini beberapa penjelajasan oleh para ahli lainnya tentang definisi
tes formatif :

a. Menurut Susilo Eko, Tes Formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, guna
memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Tujuannya adalah sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar
mengajar. Contohnya: tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap bab atau
KD (kompetensi dasar)10

b. Daryanto mendefinisikan tes formatif sebagai tes yang disajikan di tengah-


tengah program pelajaran11.

c. Muhammad Ali mendefinisikan tes formatif adalah tes yang dilakukan setiap
kali selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu12

d. Muhibbin Syah mendefinisikan tes formatif adalah tes yang dilakukan pada
setiap akhir penyajian satuan program pengajaran13.

e. Menurut Arikunto, tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program
tertentu14.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes
formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya
pengajaran yang dilakukan oleh guru dan tes yang dilakukan setiap kali selesai
dipelajari suatu unit pelajaran tertentu.

10
www.andreassusiloeko.blogspot.co.id/c2011/06 /pengertian-fungsi-dan-contoh-dari-tes.html. diakses:
Selasa, 2 Oktober 2013, pukul 20.00 wib.
11
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, hal.12
12
www.aizzatullaili.wordpress.com/category/uncategorized, diakses: Selasa, 2 Oktober 2013, pukul 20.00
wib.
13
Muhibbin Syah, 1999. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal. 91
14
Suharsimi Arikunto. 1996.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 36.
12

4. Manfaat Tes Formatif

Melaksanakan suatu evaluasi pembelajaran tidaklah tanpa tujuan dan


manfaat, begitu pula ketika melaksanakan tes formatif kepada siswa. Tes
formatif yang dimaksud di sini adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
Berikut ini adalah manfaat tes formatif menurut Anita Diahmawarni 15 :

a. Manfaat Bagi Guru


 Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa.
 Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi
milik siswa.
 Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah
diberikan.
b. Manfaat Bagi Siswa
 Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan
program yang menyeluruh.
 Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
 Usaha perbaikan.
 Sebagai diagnosis
c. Manfaat Bagi Program
 Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat
dalam arti sesuai dengan keakapan anak?
 Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan?
 Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi
 hasil yang akan dicapai?
 Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah
tepat?
Berikut ini beberapa pendapat para ahli yang lainnya mengenai manfaat
dan tujuan dari tes formatif yang diadakan oleh sekolah setiap akhir kompetensi
dasar:

15
www.anitadiahmawarni.blogspot.co.id/2014/02/evaluasi-formatif-dalam-pembelajaran, diakses: Senin, 1
Juli 2014, pukul 20.00 wib.
13

a. Menurut Suharsimi Arikunto tes formatif dilakukan dengan tujuan untuk


mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil setelah mengikuti suatu
program tertentu16.

b. Menurut Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Eko Putra, tes ini (formatif)
diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi
peserta didik adalah untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai
materi dalam tiap unit pembelajaran, sebagai penguatan materi bagi peserta
didik, sebagai usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta
didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, serta untuk
mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya17.

c. Menurut Wirawan(1970), fungsi tes formatif adalah sebagai alat kontrol


pelaksanaan program : Apakah target pelaksanaan secara periodic tercapai
?Apakah penggunaan sumber sesuai dengan rencana ? Apakah terjadi
penyimpangan kuantitas dan kualitas ? Koreksi apa yang perlu dilakukan agar
pelaksanaan program tetap berada di traknya ?18

Dari uraian yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa manfaat dan tujuan dari diadakannya tes formatif adalah untuk
mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan
sebelumnya serta sebagai bahan evaluasi pembelajaran ke depannya.

5. Bentuk-bentuk tes Formatif

Menurut Ngalim Purwanto bentuk-bentuk tes formatif ada empat macam19,


yaitu:

a. Entry-behaviour test, yaitu tes yang diadakan sebelum suatu program


pengajaran dilaksanakan dan betujuan untuk mengetahui sampai sebatas
mana penguasaan pengetahuandan keterampilan yang dimiliki siswa dapat
dijadikan dasar untuk menerima program pengajaran yang diberikan.

16
Suharsimi Arikunto. 1996, Op.Cit, hal.36
17
Widoyoko,S. Eko Putra. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan
Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, hlm. 104
18
www.ml.scribd.com/doc/28074716/Mata-Kuliah-Evaluasi-Pendidikan, diakses: Senin, 1 Juli 2014, pukul
20.00 wib.
19
Ngalim Purwanto. 2002, Op.Cit, hal. 43
14

b. Pretest, yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan
untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) yang akan diajarkan.

c. Post test, yaitu tes yang diberikan pada setiap akhit program satuan
pengajaran. Tujuan pst tes adalah untuk mengetahui sampai dimana
pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran (keterampilan maupun
pengetahuan) setelah mengalami suatu kegiatan belajar.

d. Embedded test, yakni tes yang dilakukan disela-sela atau pada waktu tertentu
selama proses pengajaran berlangsung. Tes ini berfungsi untuk mengetes
siswa secara lansung sesudah suatu unit pengajaran sebelum post test dan
merupakan data yang berguna sebagai evaluasi formatif bagi pengajaran
tersebut.

6. Indikator Hasil Tes

Dalam mengukur suatu keberhasilan, tentunya diperlukan indikator –


indikator yang digunakan sebagai alat ukur dalam suatu hal. Begitu pula
dengan hasil belajar, baik tes sumatif maupun tes formatif yang memiliki
indikator-indikator sebagai berikut:

Tabel 2.1
Indikator Hasil Belajar

Ranah Aspek Indikator

1. Kognitif 1.Pengetahuan -Daya ingat atau hafalan


tentang materi matematika

2.Pemahaman -Menyatakan masalah


matematika dengan kata-
katanya sendiri

-Menerapkan informasi yang


3.Penerapan telah dipelajari

-Memisahkan dan
4.Analisis membandingkan unsur-unsur
15

penting dalam matematika

-Menyatukan elemen

5.Sintesis matematika ke dalam suatu


pola baru

-membuat penilaian atau


6.Evaluasi
keputusan matematika

2.Afektif 1. Penerimaan -Memperhatikan suatu


fenomena dalam belajar

2.Pemberian respon -Partisipasi aktif peserta didik

3.penilaian -Penentuan nilai atau perilaku


yang stabil

-Pengembangan pola pikir


4.pengorganisasian
matematika

-Kepribadian matematika
5.karakterisasi

Sumber: Ikhsan, Nurul. 2011. Tes formatif dan motivasi belajar siswa serta hubungannya dengan presrasi
siswa pada mata pelajaran matematika di MTs Nurul Ikhsan Mertaspa kulon kecamatan Assrana Japura.
Cirebon: Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati, hal 33
16

Bagan 2.2
Indikator Hasil Belajar

Daya ingat atau hafalan tentang


Pengetahuan
materi matematika
Menyatakan masalah matematika
Pemahaman
dengan kata-katanya sendiri
Menerapkan informasi yang telah
Kognitif Penerapan
dipelajari
Memisahkan dan membandingkan unsur-unsur
Analisis
penting dalam matematika
Menyatukan elemen matematika ke dalam
Sintesis
suatu pola baru
Indikator
Hasil Evaluasi membuat penilaian atau keputusan matematika
Belajar Memperhatikan suatu fenomena dalam
Penerimaan
belajar
Pemberian respon Partisipasi aktif peserta didik
Afektif Penilaian Penentuan nilai atau perilaku yang stabil
Pengorganisasia
Pengembangan pola pikir matematika
n
Karakterisasi Kepribadian matematika

Sumber: Ikhsan, Nurul. 2011. Tes formatif dan motivasi belajar siswa serta hubungannya dengan presrasi
siswa pada mata pelajaran matematika di MTs Nurul Ikhsan Mertaspa kulon kecamatan Assrana Japura.
Cirebon: Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati, hal 33

B. Motivasi Belajar Matematika


1. Definisi Motivasi

Motif (motine) berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang kemudian
menjadi "motion" yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motive
merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang melakukan berbagai
kegiatan dan tujuan tertentu20.

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang untuk


bertingkah laku. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas
motivasi mengandung tema yang sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

20
Abdurrahman Abror. 1993. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, hal. 114
17

Motivasi juga diartikan sebagai kamauan dan dorongan untuk bertindak, serta
sebagai sumber energi.21

Motivasi yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


Kontempoler berarti keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang
baik secara sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan jalan tertentu.22

Selain definisi yang telah dipaparkan di atas, beberapa ahli mengemukakan


beragam dalam mendeskripsikan atau mengartikan motivasi ini. Berikut ini
definisi motivasi menurut ahli:

a) Menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh Alisuf Sabri, motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini,
dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi
akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri
manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan
dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.23

b) A.M. Sardiman mengatakan bahwa motivasi belajar dapat juga diartikan


sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka
itu.24

c) Menurut Siti Sumarni, Thomas L. Good dan Jere B. Braphy sebagaimana


yang tertulis dalam www.belajarpsikologi.com mendefinisikan motivasi
sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan
mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang
tergantung motivasi yang mendasarinya25.

21
Wahidin. 2001. Tesis Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi
Belajar Siswa. Yogyakarta: UGM, hal.91
22
Peter Salim dan Yenny Salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Inadonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English. hal. 108
23
Alisuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikuluml Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, hal.80
24
A.M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,hal.75
25
www.belajarpsikologi.com, diakses: Senin, 1 Juli 2014, pukul 20.00 wib.
18

d) Menurut artikel yang ditulis oleh Siti Sumarni, motivasi secara harafiah yaitu
sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan
secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.26

e) Menurut Atkinson sebagaimana dikutip oleh Alisuf Sabri bahwa "motivation


referts to the factors that energize and direct behavior". (motivasi mengacu
pada faktor-faktor menggerakkan dan menggerakkan tingkah laku).27

f) Menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip oleh Alisuf Sabri, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
"feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan dan
menurut Silverstone motif merupakan tahap awal dari proses motivasi.28

g) Sumadi Suryabrata sebagaimana yang dikutip oleh Djaali mendifinisikan


motivasi sebagai suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.29

h) Menurut Hoyt dan Miskel sebagaimana yang dikutip oleh Shaleh, motivasi
adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-
kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan(tension state) , atau
mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan
yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.30

i) Frederick Herzberg mendefinisikan motivasi sebagai daya pendorong untuk


mencapai kepuasan kerja, yang mana doronga tersebut muncul dari dua hal,
yaitu motivasi intrinsik (faktor yang muncul dari dalam) misal, pengalaman

26
Ibid, hal. 1
27
Alisuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikuluml Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, hal.80
28
Ibid. Hal.82
29
www.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/.../2012-1-00916-PS%20Bab2001, diakses: Senin, 1 Juli 2014,
pukul 20.00 wib.
30
Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu pengantar dalam perspektif Islam, 184
19

belajar dan motivasi ekstrinsik (faktor yang muncul dari luar), misal
pemberian hadiah dan upah.31

Dari berbagai macam definisi di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
motivasi merupakan dorongan yang muncul dari diri seseorang, baik dari dalam
(intrinsik) atau dari luar (ekstrinsik) untuk melakukan tindakan tertentu dengan
hasrat yang tinggi guna mencapai tujuan tertentu.

Unsur motivasi yang bersifat intrinsik ini dibangun berdasarkan kepercayaan


diri, pandangan/paradigma, keterampilan, ingin dihargai, ingin dipercaya, ingin
dipuji, diperhatikan dan ingin diakui keberadaannya. Sedangkan unsur motivasi
yang bersifat ekstinsik ini dibangun berdasarkan stimulan dan interaksi dari luar,
seperti melakukan piket karena takut hukuman, mengerjakan tugas karena takut
nilainya kecil, belajar karena akan ada ujian, melakukan kebaikan karena ada
hadiah, pujian dan lain-lain.

Definisi motivasi yang sudah dijelaskan di atas dapat digambarkan sebagai


berikut:

31
http: //tkampus.blogspot.com, diakses: Senin, 1 Juli 2014, pukul 20.00 wib.
20

Bagan 2.3
Definisi Motivasi

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan
Menurut Mc.
Donald serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
Menurut A.M. mau dan ingin melakukan sesuatu
Sardiman
Menurut Siti suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan
Sumarni mendorong seseorang untuk bertingkah laku
Menurut Siti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
Sumarni sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu
Menurut motivasi mengacu pada faktor-faktor menggerakkan dan menggerakkan
Atkinson tingkah laku
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling"
Menurut Mc.
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan dan menurut Silverstone
Donald
Definisi motif merupakan tahap awal dari proses motivasi
Motivasi Sumadi suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
Suryabrata melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
dorongan yang timbu di dalam diri seseorang untuk menggerakan dan mengarahkan
Menurut Gibson perilaku, dimana motivasi tersebut akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan
pada tujuan mencapai kepuasan

Menurut Hoyt
kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan,
dan Miskel
pernyataan-pernyataan ketegangan(tension state) , atau mekanisme-mekanisme
lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah
Menurut pencapaian tujuan-tujuan personal
Frederick
Herzberg daya pendorong untuk mencapai kepuasan kerja, yang mana doronga tersebut
muncul dari dua hal, yaitu motivasi intrinsik(faktor yang muncul dari dalam) misal,
pengalaman belajar dan motivasi ekstrinsik (faktor yang muncul dari luar)

2. Macam-macam Motivasi

Banyak pendapat para ahli tentang klasifikasi motivasi, pembagian itu dibuat
berdasarkan sudut pandang budaya yang digelutinya. Berikut
pembagian/klasifikasi motivasi oleh para ahli:

a) Menurut Sartain sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, motivasi


dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu32:

physiological drive (dorongan-dorongan yang bersifat fisik) dan social motivies


(dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang atau manusia yang
lain).

b) Menurut Anonim, motivasi dibedakan atas 3 macam berdasarkan sifatnya,


yaitu33:

32
M.Ngalim Purwanto. 2002. Op.Cit, hal. 32
21

1) Motivasi takut atau fear motivation, yaitu individu melakukan suatu


perbuatan dikarenakan adanya rasa takut. Dalam hal ini seseorang
melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut,
misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan
hukuman dan sebagainya.
2) Motivasi insentif atau incentive motivation, yaitu individu
melakukan sesuatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif,
bentuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan honorarium,
bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain.
3) Motivasi sikap atau attitude motivation/self motivation sikap
merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau
ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek, motivasi ini lebih
bersifat intrinsic, muncul dari dalam individu, berbeda dengan kedua
motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrintik yang datang dari
luar diri individu.
c) Menurut Sardiman yang mengutip dari beberapa pakar bahwa motivasi terbagi
menjadi 2 macam, yaitu34 :

1) Motivasi Ekstrinsik dan intrinsik.

i. Pengertian Motivasi Intrinsik

Menurut Syaiful Bahri sebagaimana yang dikutip oleh Sardiman,


motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat
diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni sebagaimana yang dikutip oleh
Sardiman menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang
muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno
sebagaimana yang dikutip oleh Sardiman mengartikan motivasi intrinsik
sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi


intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa
memerlukan rangsangan dari luar. Contohnya : siswa yang belajar,
karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun
keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan
33
https://kamriantiramli.wordpress.com/tag/macam-macam-motivasi, diakses: Senin, 1 Juli 2014, pukul
20.00 wib.
34
A.M. Sardiman. 2005. Op.Cit. hal. 90-92
22

yang lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations


and meet pupil-needs and purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan
secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.

ii. Pengertian Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang


aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan
Rosjidan sebagaimana yang dikutip oleh Sardiman menganggap motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar
pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri.
Sobry Sutikno sebagaimana yang dikutipoleh Sardiman berpendapat
bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh
dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan
sesuatu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik


adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
Misalnya, seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan
harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau
temannya atau bisa jadi, seseorang rajin belajar untuk memperoleh hadiah
yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Jadi, tujuan belajar bukan untuk
mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik,
pujian ataupun hadiah dari orang lain. Ia belajar karena takut hukuman dari
guru atau orang tua. Waktu belajar yang tidak jelas dan tergantung dengan
lingkungan sekitar juga bisa menjadi contoh bahwa seseorang belajar karena
adanya motivasi ekstrinsik.

2) Motivasi Jasmaniah dan rohaniah.

Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan


yang termasuk motivasi rohaniah seperti momen timbulnya alasan, momen
pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.
23

d) Menurut Wood Worth sebagaimana dikutip oleh Alisuf Sabri juga membagi
motivasi menjadi dua bagian, yaitu unlearned motivies (motivasi yang tak
dipelajari atau motif bawaan) dan learned motivies (motivasi yang timbul
karena dipelajari).35

Macam-macam motivasi yang sudah dijelaskan di atas dapat digambarkan


sebagai berikut:

Bagan 2.4
Macam-macam Motivasi

physiological drive (dorongan-dorongan


Menurut yang bersifat fisik)
Sartain social motivies (dorongan-dorongan yang ada
hubungannya dengan orang)
Motivasi takut atau fear
motivation
Menurut Motivasi insentif atau incentive
Anonim motivation
Macam- Motivasi sikap atau attitude
macam motivation
motivasi
Motivasi Intrinsik dan
Menurut ekstrinsik
Sardiman
Motivasi Jasmani dan rohani

unlearned motivies (motivasi yang tak dipelajari


Menurut atau motif bawaan)
Wood
learned motivies (motivasi yang timbul
Worth
karena dipelajari)

3. Definisi Belajar

Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.36

Menurut Ernest R. Hilgard sebagaimana yang dikutip oleh Sumardi


Suryabrata, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,

35
Alisuf Sabri. 1996. Op.Cit. hal. 130
36
WS Winkel. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia, hal.54
24

yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan


yang ditimbulkan oleh lainnya.37

Menurut Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang relatif


menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau
pengalaman.38

Arikunto mengemukakan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang


mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap
oleh subjek yang sedang belajar. Lebih lanjut Arikunto mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai
kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.39

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian
pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan
siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik
dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses


penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima
pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-
komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran
ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa,
orang lain ataupun penulis buku dan media.

Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi
bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif.
Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi
subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru
sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut
mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa

37
Sumadi Suryabrata. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.252
38
Ngalim Purwanto. 2002, hal. 32
39
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi II. Jakarta:
PT.Rineka Cipta, hal. 4 dan 12.
25

melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya
disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru
dan siswa.

Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa


pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri
maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai.

4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Motivasi yang ada pada diri seseorang tidaklah mungkin muncul dengan
sendirinya tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, menurut para ahli
ada banyak faktoryang mempengaruhi motivasi, baik motivasi instrinsik maupun
motivasi ekstrinsik.

a) Faktor yang mempengaruhi Motivasi intinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang
atau motivasi yang erat hubungannya dengan jam belajar, misalnya ingin
memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin
memperoleh kemampuan dan sebagainya. Menurut Purwanto faktor- faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari siswa itu sendiri/
instinsik yaitu40 :

1) Minat
Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana
minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi
lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak
yang mengarahkan seseorang melakukan kegitan tertentu yang
spesifik. Minat adalah kecenderungan seseorang untuk merasa pada
objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa ketertarikan terhdap
sesuatu akan membentuk motivasi yang akhirnya teraktualisasi
dalam perilaku belajrnya. Syarat yang penting untuk memulai
sesuatu adalah minat terhadap apa yang mau dipelajari. Tanpa minat
dan hanya didasari atas dasar tepaksa, maka tidak akan tercipata

40
M. Ngalim Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi. Bandung: Rosdakarya. hal. 72
26

motivasi belajar sehingga hasil yag didapat tidak akan optimal


meskipun cara belajar yang digunakan sudah efektif.
2) Cita-cita
Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral,
kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan serta oleh perkembangan
kepribadian. Cita-cita untuk menjadi sesorang (gambaran ideal) akan
memperkuat semangat belajar. Seseorang dengan kemauan besar
serta didukung oleh cita-cita yang sesuai maka akan menimbulkan
semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa yang
diinginkan.
3) Kondisi Siswa
Motivasi belajar adalah usaha-usaha seseorang (siswa) untuk
menyediakansegala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia
mau atau ingin melakukan pembrelajaran. Kondisi- kondisi tersebut
baik fisik maupun emosi yag dihadapi oleh peserta didik akan
mempengaruhi keinginan individu untuk belajar dan tentunya akan
melemahkan dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan
belajar. Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan menumbuhkan
motivasi belajar. Sehat berarti dalam keadaan baik, segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit serta keadaan akal
yang sehat. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
terganggu. Keadaan emosional dan sosial berupa perasaan tertekan,
yang selalu dalam keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami
kegoncangan karena emosi-emosi yang kuat tidak dapat belajar
efektif. Demikian pula anak yang tidak disukai oleh teman dan
lingkungan sosialnya akan menemui kesulitan belajar.
Sedangkan menurut Akhiyas Azhari bahwa hal yang dapat
menimbulkan motivasi intrinsik diantaranya adalah41 :
 adanya kebutuhan
 adanya pengetahuan sebagai kemajuan diri
 adanya cita-cita atau aspirasi.
b) Faktor yang mempengaruhi Motivasi Ekstinsik

Menurut Alisuf Sabri bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi


yang timbul dari luar individu atau motivasi ini tak ada kaitannya dengan
jam belajar seperti belajar karena takut kepada guru atau karena ingin lulus,
ingin memperoleh nilai tinggi yang semuanya tak berkaitan langsung
dengan jam belajar yang dilaksanakan.42

41
Akhyas Azhari. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang: Dina utama Semarang, hal. 75
42
Alisuf Sabri. 1996.Op.Cit, hal. 85
27

Menurut Elliot sebagaimana yang dikutip oleh Prasetyo dalam


sebuah blog berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar yang berasal dari luar individu/ ekstrinsik, adalah43:

1) Kecemasan terhadap hukuman


Motivasi ekstrinsik berkenaan dengan insentif eksternal
seperti penghargaan dan hukuman. Motivasi belajar dapat muncul
jika ada kecemasan atau hukuman yang menyertai atau melandasi
pembelajaran. Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan
pripsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan
(reinforcement) dimasa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang
dibandingkan dengan perilaku yang terkena hukuman
(punishment). Motivasi dengan kekerasan (motivating by force)
yaitu memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau
kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
dilakukan.
2) Penghargaan dan pujian
Baik orang tua maupun pengajar memiliki cara yang berbeda
beda untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Selain dengan
hukuman juga dapat dilakukan dengan penghargaan atau pujian.
Motivasi bisa muncul jika terdapat penghargaan atau pujian yang
layak yang menyertai atau melandasi pembelajaran. Penghargaan
(reward) menimbulkan efek diantaranya yaitu:
 Penghargaan dapat menimbulkan proses belajar, penghargaan
secara spesifik memindahkan atau menagalihkan konsentrasi
para siswa dari bidang yang harus dipelajari karena faktor
penghargaan dan secara tepat ahal ini mengganggu atau merusak
proses belajar itu sendiri.
 Penghargaan mempunyai efek negatif atas keinginan individu
untuk menocoba tugas tugas yang menantang.
 Penghargaan dapat memepertahankan perilaku tertentu hanya
dalam waktu jangka pendek
3) Peran orang tua
Lingkungan kelurga sangat berpengaruh terhdap
keberhasilan belajar siswa. Pengaruh pertama dan utama bagi
kehidupan dan perkembangan seseorang adalah keluarga. Banyak
waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan berinteraksi
dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi ini tersebut sangat besar
pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang. Seiring dengan
perkembangan jaman, dalam kenyataan sering tidak terasa lelah
terdapat pergeseran fungsi peran orang tua pendidikan anaknya.
Kebanyakan para orang tua menyerahkan sepeneuhnya pendidikan

43
www.sainsjournal-fst11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45907. diakses: Selasa, 2 Juli 2014, pukul 14.00
wib.
28

anaknya pada sekolah. Padahal seharusnya orang tua memberikan


perhatian dan semangat belajar yang lebih sehingga dapat
memunculkan motivasi belajar anak karena waktu dirumah lebih
banyak dari pada disekolah. keterlibatan orang tua dalam
menumbuhkan motivasi belajar perlu diusahakan, baik berupa
perhatian bimbingan kepada anak dirumah maupun berprestasi
secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya,
serta memperhatikan kesulitan yang dialami anak dalam proses
belajar. Orang tua adalah sebagai pembuka kemungkinan
terselenggaranya pendidikan bagi anaknya serta berperan sebagai
guru bagi mereka. Orang tua mampu mendidik dengan baik,
mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap
anak, tahu kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dan mampu
menciptakan hubungan baik dengan anak-anaknya akan
berpengaruh besar terhadap keinginan anak untuk belajar atau
sebaliknya.
4) Peran pengajar
Peran pengajar dalah membangkitkan motivasi dalam diri
peserta didiknya agar makin aktif belajar. Strategi utama dalam
membangkitkan motivasi belajar pada dasrnya terletak pada guru
atau pelajar itu sendiri. Membangkitkan motivasi belajar tidak
hanya terletak bagaimana peran pengajar, namun banyak hal yang
mempengaruhinya. Kreatifitas setra aktifitas pengajar harus mampu
menjadi inspirasi bagi para siswa sehingga siswa akan lebih terpacu
motivasi untuk belajar, berkarya dan berkreasi. Pengajar bertugas
memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian pelajaran,
sanksi-sanksi dan hubungan pribadi siswanya. Dalam hal ini
pengajar melakukan hal yang menggiatkan anak dalam belajar.
Peran pengajar untuk mengelola motivasi bewlajar sangat penting
dan dapat dilakukan melelui berbagai aktifitas belajar. Kemampuan
mengajar menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan
rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik
merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi.
5) Kondisi lingkungan
Sebagai anggota masyarakata maka siswa dapat terpenagruh
oleg lingkunagn sekitar. Lingkungan sekitar berupa keadaan alam,
tempat tinggal, pergaulan sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh
karena itu kondisi lingkungan yang sehat turut mempengaruhi
motivasi belajar. Karakteristik fisik lingkunagan belajar,
keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya manusia dan materi
dapat mempengaruhi tingkat motivasi seseorang dan lingkungan
juga dapat membentuk atau mengurangi kondisi penerimaan
pembelajaran. Lingkungan yang aman, nyaman dan bisa
disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar.
Sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan seperti
kegaduhan, kekacauan dan tidak adanya privasi dapat mengganggu
29

kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk


tidak belajar.
c) Faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar secara umum

Menurut Moh. Surya, belajar adalah suatu proses usaha yang


dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari
diri seseorang.44

Menurut Nasar sebagaimana yang dikutip oleh Ida Fadilah, ada


beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu45:

1) Cita-cita atau inspirasi siswa


Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk menjadi seseorang akan
memperkuat semangat dan mengrahkan pelaku belajar. Cita-cita
akan memperkuat motivasi belajar intrinsik sebab tercapainya cita-
cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2) Kemampuan belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan, kemampuan
ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa,
misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi.
Menurut Sumardi indikator motivasi meliputi ketekunan keuletan,
berprestasi dalam belajar dan kesukaan siswa terdapat pelajaran.
3) Kondisi jasmani dan rohani siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri daei kemampuan
psikosifik. Jadi, kondisi siswa mempengaruhi motivasi belajar
disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikisi psikologis,
tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik , karena lebih
jelas menunjukan gejala daipada kondisi psikologis.
4) Kondisi lingkungan kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya
dari luar siswa, lingkungan siswa sebagaimana lingkungan individu
pada umunya ada 3 yaitu, lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.

44
Moh Surya. 1981. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung, hal. 32
45
Ida Fadilah. 2010. Pengaruh penggunaan meotde kerja kelompok terhadap motivasi belajar siswa pada
bidang studi matematika, Cirebon: Fakultas tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati, hal. 34
30

5) Unsur-unsur dinamis belajar


Unsur dinamis dalam belajar adalah unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang
lemah dan bahkan hilang sama sekali.
6) Upaya guru membelajarkan siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya dan menarik perhatian
siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
motivasi siswa adalah seperti gambar berikut:

Bagan 2.5
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Minat
Motivasi Cita-cita
Intrinsik
Kondisi Siswa
Kecemasan terhadap hukuman
Penghargaan dan pujian
Motivasi Peran orang tua
Ekstrinsik
Faktor yang Peran pengajar
mempengaruhi Kondisi lingkungan
motivasi
Cita-cita atau inspirasi siswa

Kemampuan belajar

Faktor yang Kondisi jasmani dan rohani siswa


mempengaru
hi Motivasi Kondisi lingkungan kelas
belajar
Unsur-unsur dinamis belajar

Upaya guru membelajarkan siswa

5. Fungsi motivasi belajar

Menurut Sardiman, fungsi motivasi belajar ada 3 yaitu46:

a. Mendorong manusia untuk berbuat


Sebagai penggerak atau motor yang melapaskan energi, motivasi dalam hal
ini merupakan motor penggerak setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

46
A.M Sardiman. 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 83
31

b. Menentukan arah perbuatan


Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat
memberika arah dan kegiatan yang haus dikerjakan sesuai frngan rumusan
tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan
Yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat
dengan tujuan tersebut.
Hamalik juga mengemukakan 3 fungsi motivasi, yaitu47:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi


maka akan tibul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya menggerakan perbuatan ke
arah pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi sebagai penggerak, motivai ini berfungsi sebagai mesin, besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan atau perbuatan.
Berdasarkan teori tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar
sangat penting. Hal ini dikarenakan fungsi motivasi secara umum berfungsi
sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang unuk melakukan suatu
perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Siswa dapat
melakukan hal-hal yang menyenangkan dimana terdapat motivasi, kecintaan,
minat inisiatif dari dalam diri sisea itu sendirisehingga mampu meningkatkan
kemampuan belajarnya tersebut secara inovatif dan kreatif.

6. Indikator Pengukuran Motivasi Belajar

Motivasi sebagai suatu yang berdifat psikologis, maka hal ini pun dapat
diukur dengan cara mengidentifikasi indikator-indikator yang berkaitan dengannya.
Menurut Syamsudin sebagaimana yang dikutip oleh Akhmad Sudrajat, indikator-
indikator motivasi antara lain48:

1. Durasi kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk


melakukan kegiatan.
2. Frekuensi kegiatan, yaitu berap sering kegiatan tersebut dilakukan dalam
periode tertentu.
3. Persistensinya, yaitu kekuatan dan kelekatan akan tujuan yang hendak
dicapai.

47
H. Oemar Hamalik. 2004. Op.Cit, hal. 161
48
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi, diakses: Selasa, 2 Juli 2014, pukul
14.00 wib.
32

4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan


kesulitan untuk mencapai tujuan.
5. Devosi(pengabdian) dan pengorbanan, baik yang bersifat materil maupun
non materil untuk mencapai tujuan.
6. Tingkat aspirasinya, yaitu kefokusan akan maksud, tujuan, cita-cita dan
harapan yang akan dicapainya.
7. Tingkat kualifikasi prestasi(output), yaitu produk yang dihasilkan dari
pelaksanaan kegiatan.
8. Arah sikap terhadap sasaran dan tujuan kegiatan (positif atau negatif).
Adapun menurut Mc Clelland yang tertulis dalam
www.tkampus.blogspot.com mengemukakan bahwa indikator motivasi sebagai
berikut49:

a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.


b. Berani mengambil dan memikul resiko.
c. Memiliki tujuan yang realistis.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasikan tujuan.
e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang
dilakukan.
f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Dari indikator-indikator motivasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa seorang siswa memiliki motivasi tinggi dalam
belajarnya terlihat dari:
a. Durasi dan frekuensi pembelajaran.
b. Memiliki rencana belajar yang jelas dan realistis.
c. Persistensi, yakni istiqomah/ ketetapan pada tujuan yang hendak dicapai.
d. Sikapnya, yakni keuletan dan kemampuan dalam menghadapi kesulitan belajar.
e. Aspirasi, akni fokus dan antusias dalam mengikuti pelajaran.
f. Devosi, yakni kesungguhan berkorban untuk mencapai tujuan.
g. Kedisiplinan dalam kehadiran dan mengerjakan tugas.
h. Pengembangan perilaku ketika mendapat teguran.
i. Memiliki daya kompetitif atau daya saing.
j. Pengembangan perilaku ketika mendapatkan prestasi/reward.

49
www.tkampus.blogspot.com, diakses: Selasa, 2 Juli 2014, pukul 14.00 wib.
33

C. Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh hasil tes formatif


terhadap motivasi belajar matemtika siswa tentu saja sudah ada yang melakukan
penelitian yang relevan sebelumnya. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh peneliti
lainnya diantaranya yaitu:

1. Penelitian tentang pengaruh penggunaan meotde kerja kelompok terhadap motivasi


belajar siswa pada bidang studi matematika, yang dilakukan oleh Ida Faridah
mahasiswa IAIN Cirebon pada tahun 2010 di SMPN 3 Kota Cirebon, penelitian ini
dilakukan untuk skripsi syarat memperoleh gelar S1. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa data respon penggunaan metode kerja kelompok yang
dilakukan di SMPN 3 Kota Cirebon menunjukan hasil perolehan skor rata-rata.
Hasil angket untuk variabel x yang diisi siswa sebesar 53,22 % artinya respon
terhadap penggunaan metode kerja kelompok menunjukan hasil yang cukup
berjalan dengan baik.

2. Tes formatif dan motivasi belajar siswa serta hubungannya dengan prestasi siswa
pada mata pelajaran matematika di MTs Nurul Ikhsan Mertaspa kulon kecamatan
Assrana Japura oleh Ahmad Zamroni pada tahun 2011, penelitian ini dilakukan
untuk skripsi syarat memperoleh gelar S1. Hasilnya penerapan tes formatif di MTs
Nurul Ikhsan Mertaspa kulon kecamatan Assrana Japura termasuk dalam kategori
kurang sekali. Hal ini dapat dibuktikan hanya 38,02 % siswa yang memberikan
respon baik. Sedangkan motivasi belajar siswa dalm kategori kurang sekali. Hal ini
dapat dibuktikan 35,28 % siswa yang merespon.

3. Pengaruh penerapan evaluasi formatif teradap kemampuan pemahaman matematika


siswa pada bahasan bangun ruang di MTs Khas Kempek Kabupaten Cirebon yang
dilakukan oleh Qudriyyatul Munawwaroh pada tahun 2012, penelitian ini dilakukan
untuk skripsi syarat memperoleh gelar S1. Hasilnya dalah penerapan evaluasi tes
formatif terhadap kemampuan pemahaman matematika di MTs Khas Kempek
Kabupaten Cirebon sebesar 250,9 % dan sisa 49,10 % adalah faktor lain yang
mempengaruhi kemampuan pemahaman Matematika. Sedangkan pada uji korelasi
diperoleh 0,714 yang menunjukan kategori kuat.

4. Perbandingan hasil tes formatif mata pelajaran matematika melalui pemberitahuan


dan tanpa pemberitahuan di MTs N Ketanggungan kabupaten Brebes oleh
34

Nurkholifah pada tahun 2010. Hasil tes formatif melalui pemberitahuan pada mata
pelajaran matematika siswa MTs N Ketanggungan kabupaten Brebes termasuk
dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 14,6.

5. Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan “savi” terhadap motivasi belajar


matematika oleh Isi Hasanah pada tahun 2012. Hasilnya dalah tingkat motivsai
belajar siswa SMPN 2 Sumber presentasinya sebesar 32, 5 %, sedang 50 % pada
nilai 76 sampai 85. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dikategorikan
baik.

Tabel 2.2
Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

No Hasil Penelitian Variabel X Variabel Y

pengaruh penggunaan metode kerja


kelompok terhadap motivasi belajar siswa
pada bidang studi matematika, yang
1 V
dilakikan oleh Ida faridah mahasiswa IAIN
Cirbon pada tahun 2010 di SMPN 3 kota
Cirebon.

Tes formatif dan motivasi belajar siswa


serta hubungannya dengan prestasi siswa
pada mata pelajaran matematika di MTs
2 V V
Nurul Ikhsan Mertaspa kulon kecamatan
Assrana Japura oleh Ahmad Zamroni pada
tahun 2011.

Pengaruh penerapan evaluasi formatif


teradap kemampuan pemahaman
matematika siswa pada bahasan bangun
3 V
ruang di MTs Khas Kempek Kabupaten
Cirebon yang dilakukan oleh Qudriyyatul
Munawwaroh pada tahun 2012.
35

Perbandingan hasil tes formatif mata


pelajaran matematika melalui
4 pemberitahuan dan tanpa pemberitahuan di V
MTs N Ketanggungan kabupaten Brebes
oleh Nurkholifah pada tahun 2010.

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan


“savi” terhadap motivasi belajar
5 V
matematika oleh Isi Hasanah pada tahun
2012.

Dari hasil penelusuran tersebut terlihat adanya kesamaan dan perbedaan antara
penelitian yang telah dilakukan dan penelitian yang dilakukan.

Hasil penelusuran pertama, variabel Y nya sama tentang motivasi belajar siswa
akan tetapi variabel X nya berbeda. Yang telah dilakukan yaitu pengaruh
penggunaan metode kerja kelompok, sedangkan yang dilakukan peneliti yaitu
pengaruh hasil tes formatif matematika.

Hasil penelusuran kedua, variabel X dan Y nya sama yaitu tentang tes formatif
dan motivasi belajar, namun yang telah dilakukan yaitu tes formatif dan motivasi
belajar siswa serta hubungannya dengan prestasi siswa pada mata pelajaran
matematika di MTs Nurul Ikhsan, sedangkan yang dilakukan peneliti yaitu pengaruh
hasil tes formatif terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati.

Hasil penelusuran ketiga, variabel X nya sama yaitu tentang tes formatif akan
tetapi variabel Y nya berbeda. Yang telah dilakukan yaitu kemampuan pemahaman
matematika siswa, sedangkan yang dilakukan peneliti yaitu motivasi belajar siswa.

Hasil penelusuran keempat, variebel X nya sama yaitu tentang tes formatif
akan tetapi variabel Y nya berbeda. Yang telah dilakukan yaitu perbandingan
hasilnya melalui pemberitahuan dan tanpa pemberitahuan, sedangkan yang dilakukan
peneliti yaitu motivasi belajar siswa.

Hasil penelusuran kelima, variabel Y nya sama tentang motivasi belajar siswa
akan tetapi variabel X nya berbeda. Yang telah dilakukan yaitu pengaruh
36

pembelajaran dengan pendekatan “savi”, sedangkan yang dilakukan peneliti yaitu


pengaruh hasil tes formatif matematika.

Akan tetapi dari kelima penelitian tersebut tidak ada satupun yang sama, oleh
karena itu,peneliti dengan judul “Pengaruh Hasil Tes Formatif terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati” layak dilakukan karena masalah
yang diteliti bukan duplikat dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

D. Kerangka Pemikiran

Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung, ada


subjek yang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan murid.
Guru sebagai pendidik yang mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada pesertra
didik, sedangkan murid adalah peserta didik yang mendapatkan transfer ilmu dari
guru. Keduanya saling berinteraksi di dalam ataupun di luar ruangan, tanpa ada salah
satunya kemungkinan kegiatan belajar mengajar kurang efektif, bagaimana tidak
apabila murid-murid belajar tanpa seorang guru maka kegiatan belajar mengajar
tidak terkordinir dengan rapih, begitu pula apabila tidak ada murid, maka kepada
siapa ia akan mentransfer ilmunya.

Di dalam aktivitas pembelajaran matematika perlu diadakannya evaluasi agar


bisa dikaji kekurangan dalam pembelajaran sebelumnya dan kakurangan tersebut
akan diperbaiki dan dipertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan di waktu
mendatang.

Ada beberapa jenis-jenis evaluasi dalam proses belajar mengajar, salah


satunya dengan tes formatif. Menurut Nana Sudjana tes formatif adalah penilaian
yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian penilaian formatif
berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan
guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya50.

Evaluasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam siswa itu
sendiri (internal) dan faktor lingkungan(eksternal). Menurut Clark sebagaimana yang

50
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2006. Media Pengajaran Cetakan ke-6. Jakarta: PT. Sinar Baru
Algesindo, hal. 5
37

dikutip oleh Nana Sudjana bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi
oleh kemampuan siswa itu sendiri dan 30 % dipengaruhi oleh linkungan.51

Motivasi merupakan bagian dari factor siswa itu sendiri dimana apabila
adanya miotivasi yang baik dalam belajar maka hal itu menunujukan akan
memperoleh hasil yang baik. Menurut Sadirman mengatakan bahwa adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu
akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestsi belajarnya.52

Menurut uraian di atas mengenai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


dalam factor intern salah satunya adalah motivasi. Dimana apabila timbul motivasi
yang baik akan menimbulkan dorongan pada diri siswa untuk lebih giat belajar,
tekun dalam mengerjakan tugas-tugas dan selalu memperhatikan pelajaran yang dia
pelajari maka hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
Sebaliknya, jika motivasi siswa menurun sehingga belajar pun menjaadi malas,
begitu pula dengan mengerjakan tugas-tugas maka hal ini akan berdampak negative
terhadap prestsi belajarnya.

Dari uraian di atas menunjukan dua variabel, yaitu variabel Hasil tes formatif
(variabel X) dan variabel Motivasi Belajar Matematika Siswa (Variabel Y).

E. Hipotesis Penelitian

Secara bahasa, hipotesis berasala dari bahasa Yunani, dimana kata “hypo”
yang artinya di bawah, dan “thesis” yang artinya pendirian, pendapat yang
ditegakkan. Maka pengertian hipotesis adalah suatu pernyataan ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian dimana kebenarannya masih belum terbukti atau dikatakan masih perlu
diuji kebenarannya53. Dari teori-teori dan kerangka pemikiran yang telah
dipaparkan di atas, maka hipotesis yang akan diajukan dan diuji kebenarannya
adalah:

H0 : Tidak terdapat pengaruh hasil tes formatif matematika terhadap motivasi


belajar siswa.
51
Ibid, hal. 39
52
A.M. Sardiman. 2005, Op.Cit, hal. 84
53
https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis, diakses: Kamis, 18 Februari 2016, pukul 14.00 wib.
38

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh hasil tes formatif matematika terhadap


motivasi belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai