Anda di halaman 1dari 2

Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka

( Studi Kasus Tambang Mineral x )

RINGKASAN

Desain lereng sangat berperan penting bagi perusahaan. Selain dapat menentukan
keseimbangan antara kemiringan lereng, Desain lereng mempunyai keuntungan bagi
perusahaan Tambang. Lereng yang curam dapat memaksimalkan perolehan pertambangan
tetapi dapat meningkatkan risiko, sedangkan lereng yang semakin landai dapat menurunkan
perolehan pertambangan namun dapat merendahkan risiko kestabilan lereng. Dalam desain
lereng hanya menggunakan satu indikator saja yaitu Nilai Faktor keamanan. Data sifat fisik
dan mekanik batuan merupakan data yang digunakan untuk menentukan nilai FK dan untuk
mendapatkan variasi nilai FK lereng, dilakukannya suatu pendekatan lereng yang
komprehensif yaitu pendekatan analisis risiko. Pendekatan ini merupakan fungsi dari
probabilitas kelongsoran ( PK ) lereng dan dampak akibat longsoran tersebut yang
selanjutnya akan menghasilkan variasi nilai FK lereng.

Ketidakpastian dalam disain lereng membuat kesulitan dalam menentukan sudut lereng,
seperti pada tambang mineral X. Ketidakpastian itu disebabkan oleh adanya variabilitas acak
dari aspek yang dianalisis atau karena ketidaktahuan terhadap aspek tersebut. Dalam hal ini
agar dapat mengurangi ketidakpastian dan mengetahui variabilitas alami, maka di lakukan
pengambilan data di lapangan dan penyelidikan lokasi. Setelah itu dilakukannya analisis
faktor keamanan dari geometri eksisting, maka didapatlah gambaran yang kemungkinan
mengoptimasi geometri lereng pada probabilitas yang lebih stabil.

Didalam studi kasus ini terdapat tiga jenis pendekatan yaitu


a. Pendektan faktor keamanan
Dalam pendekatan ini menggunakan FK sebagai indikator kestabilan lereng. Apabila
nilai FK=1 maka kondisi lereng dalam keadaan kritis dan apabila FK lebih dari 1 maka
lereng dalam keadaan stabil atau aman. Pendekatan FK ini menggunakan nilai rata-
rata sebagai estimasi nilai yang mewakili seluruh variasi/ketidakpastian faktor.
b. Pendekatan Probabilitas Kelongsoran
Merupakan pendekatan yang mempertimbangkan seluruh variasi yang ada pada
parameter yang menghasilkan nilai FK. Batas minimum FK ini didasarkan pada
jumlah kasus dan kombinasi banyak faktor. Dalam hasil analisis stabilitas lereng pada
kondisi lereng eksisting ini menghasilkan FK kritis sebesar 1,06, sehingga diperlukan
untuk menurunkan sudut lereng dan menghasilkan FK sebesar 1,22 untuk menjawab
probabilitas kelongsoran lereng dengan masing-masing nilai FK. Dalam penyajian
konsep probabilitas kelongsoran dan besaran ketidakpastian, PK lereng ditentukan dari
hasil perbandingan antara luas area dibawah kurva dari nilai FK<1 dengan nilai FK<_
1. Semakin besar nilai FK maka semakin tinggi ketidakpastian yang didapatkan dari
nilai FK dan PK yang sama.
c. Pendekatan Analisis Risiko
Pendekatan ini untuk memecahkan kelemahan utama dari pendekatan sebelumnya.
Analisis risiko ini merancang kriteria kemampuan dalam menerima terhadap dampak
dari satu peluang kejadian. Evaluasi terhadap PK lereng sangat di perlukan dengan
cara memasukkan sumber-sumber ketidakpastian yang tidak terhitung dalam model
stabilitas lereng. Ada banyak metode yang dapat di lakukan dalam pengembangan
proses dampak risiko.

Dalam kasus ini dilakukan metode bantuan seperti pengembangan analisis diagram logika
dan pohon kejadian. Teknik tersebut telah digambar rinci oleh Harr (1996), Vick (2002), dan
Baecher dan Christian (2003). Dalam penyajian konsep probabilitas kelongsoran dan
besaran ketidakpastian, PK lereng ditentukan dari hasil perbandingan antara luas area
dibawah kurva dari nilai FK<1 dengan nilai FK<_ 1. Semakin besar nilai FK maka semakin
tinggi ketidakpastian yang didapatkan dari nilai FK dan PK yang sama. FK yang besar tidak
menunjukkan lereng yang stabil, hal itu disebabkan karna besaran ketidakpastian tidak
tertangkap oleh nilai FK. Lereng dengan nilai FK=3 bukan berarti lebih stabil daripada FK
1.5, sedangkan lereng dengan nilai PK 5% menunjukkan 2 kali lebih stabil dari lereng dengan
nilai PK 10%. Penentuan ambang batas pada nilai PK juga sangatlah penting untuk kestabilan
lereng pada tambang terbuka. Pada kasus ini, lereng ini termasuk dalam kategori lereng Multi
jenjang sehingga ambang batas PK maksimum 25% yang berarti apabila analisis kestabilan
lereng ini didapatkan nilai PK lereng sebesar 25% keatas maka lereng tersebut di nilai tidak
stabil.

Dalam analisis longsoran terdapat beberapa metode yang bisa digunakan. Pada penelitian ini
menggunakan metode simulasi Monte Carlo yang mempunyai prinsip adalah dapat
memperbanyak variasi nilai FK berdasarkan jenis distribusi yang ditentukan. Eksisting lereng
yang jenuh memiliki nilai PK sebesar 34,4% yang berarti keadaan lereng tersebut tidak stabil
karna di atas ambang batas maksimum 25%. Agar menjadi stabil dilakukannya redisain
sehingga nilai PK lereng menjadi 1,5%. Selain menggunakan metode simulasi Monte Carl,
Studi kasus ini juga menggunakan cara dengan memanfaatkan data monitoring pergerakan
lereng dan observasi visual guna untuk mengkonfirmasi pergerakan lereng agar waktu dan
radius longsoran dapat di prediksi pada waktu yang telah di perkirakan. Sehingga operasi
produksi tidak dilakukan pada waktu potensi terjadinya longsoran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai