Makalah TBP Kelompok 4
Makalah TBP Kelompok 4
Dosen Pengampu :
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teori belajar dan pembelajaran
yang berjudul “Teori belajar Kognivistik dan implementasinya dalam pembelajaran” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah teori belajar dan pembelajaran. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang teori belajar Kognivistik dan implikasinya dalam pembelajaran serta
manfaatnya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. Alwen Bentri, M.Pd dan
Ibuk Dr. Abna hidayati, M.Pd Selaku Dosen teori belajar dan pembelajaran yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
C. TUJUAN .................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. Teori belajar kognivistik ......................................................................................................... 6
3. Gestalt .................................................................................................................................. 9
4. Bloom……………………………………………………………………………………………………………………………….9
BAB III................................................................................................................................................. 12
PENUTUP............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................................ 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori belajar kognivistik merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar. Teori kognivistik pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy,
dilanjutkan oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang
membicarakan tentang perkembangan kognivistik dalam kaitannya dengan belajar. Kemudian
dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka, Kohler,
Wertheimer dan sebagainya. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu
belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri.
Teori belajar kognivistik muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum
merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar,
sebagaimana dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan stimulus-
responsreinforcement. Munculnya teori kognivistik merupakan wujud nyata dari kritik
terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit
dipertanggungjawabkan secara psikologis.8 Menurut paham kognitif, tingkah laku
seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan).
Tingkahlaku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan untuk
mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkahlaku itu terjadi. Dalam situasi
belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh pemahaman atau
insight untuk pemecahan masalah. Paham kognitifis berpandangan bahwa, tingkahlaku
seseorang sangat tergantung pada pemahaman atau insight terhadap hubungan-hubungan
yang ada di dalam suatu situasi.
3
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar menurut teori kognivistik adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Misalnya,
seseorang mengamati sesuatu ketika dalam perjalanan. Dalam pengamatan tersebut terjadi
aktifitas mental. Kemudian ia menceritakan pengalaman tersebut kepada temannya. Ketika
dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat menghadirkan
objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Maka dengan
demikian, telah terjadi proses belajar, dan terjadi perubahan terutama terhadap pengetahuan
dan pemahaman. Jika pengetahuan dan pemahaman tersebut mengakibatkan perubahan sikap,
maka telah terjadi perubahan sikap, dan seterusnya.
1. Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980) lahir di Swiss. Pada awal mulanya ia ahli biologi, dan dalam usia
21 tahun sudah meraih gelar doktor. Ia telah berhasil menulis lebih dari 30 buku bermutu,
yang bertemakan perkembangan anak dan kognitif. Pengaruh pemikiran Jean Piagert baru
mempengaruhi masyarakat, seperti di Amirika Serikat, Kanada, dan Australia baru sekitar
tahun 1950-an. Menurut Bruno (dalam Muhibin Syah), hal ini disebabkan karena terlalu
kuatnya cengkeraman aliran Behaviorisme gagasan Watson (1878-1958).
Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada aktivitas
individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan dan
perkembangan individu merupakan suatu proses sosial. Individu tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok
sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada di antara individu dengan lingkungan fisiknya.
Interaksi Individu dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan
pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, individu yang
tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah
pandangannya menjadi obyektif.
5
a).Tahap sensorimotor
(usia 0-2 tahun).individu memahami sesuatu atau tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan dengan tindakan-
tindakan motorik fisik. Dengan kata lain, pada usia ini individu dalam memahami sesuatu
yang berada di luar dirinya melalui gerakan, suara atau tindakan yang dapat diamati atau
dirasakan oleh alat inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit individu mengembangkan
kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan bendabenda lain.
b) Tahap pra-operasional
(usia 2-7 tahun). Individu mulai melukiskan dunia melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi
belum mampu untuk melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang
diinternalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang dilakukan sebelumnya
secara fisik. Pada usia ini individu mulai memiliki kecakapan motorik untuk melakukan
sesuatu dari apa yang dilihat dan didengar, tetapi belum mampu memahami secara mental
(makna atau hakekat) terhadap apa yang dilakuaknnya tersebut.
(usia 7-11 tahun). Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat
konkret. Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
(11 tahun ke atas). Sementara Salvin menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi
pada usia 11 sampai dewasa awal.Pada masa ini individu mulai memasuki dunia
“kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami perkembangan
penalaran abstrak.Individu dapat berpikir secara abstrak, lebih logis dan idealis.
2. Jerome S. Bruner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner, seorang ahli psikologi
perkembangan dan psikologi belajar kognitif, lahir tahun 1915 di New York City, dan lulusan
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat. Bruner telah mempelopori aliran psikologi
kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir, dengan cara mementingkan partisipasi aktif individu dan mengenal
adanya perbedaan kemampuan untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru.
Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang
telah dialami dan dipelajari, sehingga individu mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya. Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner diperlukan lingkungan
yang dinamakan “discovery learnig envoirment” atau lingkungan yang mendukung individu
untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru. Belajar penemuan (discovery
learning) merupakan salah satu model pembelajaran atau belajar kognitif yang
6
dikembangkan oleh Bruner. Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan yang terjadi dalam proses belajar.
3. Gestalt
Menurut teori Gestalt belajar adalah proses pengembangan yang didasarkan pada
pemahaman atau insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam
suatu situasi permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight adalah inti dari
pembentukan tingkah laku. Teori belajar Gestalt pada dasarnya sebagai usaha untuk
memperbaiki proses belajar dengan rote learning dengan pengertian bukan menghapal.
Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu
mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi
hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan
pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan.
c) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek
yang perlu dapat diamati;
d) Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit;
7
Keterlibatan seseorang secara langsung dalam situasi belajar sangat penting. Keterlibatan
dalam belajar akan menghasilkan pemahaman (insinght) yang dapat membantu individu
dalam proses belajar. Dengan kata lain, yang terpenting dalam belajar menurut teori Gestalt
adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh individu tersebut.
b) Belajar dimulai dari keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke
bagian-bagian. Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian.
d) Individu belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Memahami sesuatu dapat
dilakukan dengan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam
situasi yang problematik, dan kemampuan menghubungkan pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan sebelumnya.
Dengan kata lain, belajar akan terjadi apabila ada pengertian atau insight. Pengertian atau
insight muncul apabila seseorang telah memahami suatu masalah atau informasi, kemudian
kejelasan, kemudian melihat hubungan unsur yang satu dengan yang lainnya, dipahami
sangkut-pautnya dan dimengerti maknanya. Belajar juga erat kaitananya antara
penemuanpenemuan baru dengan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Oleh karena itu,
agar siswa mudah mendapatkan pengalaman baru, maka siswa harus dipancing dengan
pengalamanpengalaman yang ada. Individu memahami sesuatu dengan cara mengatur dan
menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi satu
struktur yang memiliki makna dan dapat dipahami olehnya.
4. Bloom
Pengetahuan(Knowledge)
Aspek ini adalah aspek yang mendasar yang merupakan bagian dari aspek kognitif. mengacu
kepada kemampuan untuk mengenali dan mengingat materi – materi yang telah dipelajari
mulai dari hal sederhana hingga mengingat teori – teori yang memerlukan kedalaman
berpikir. Juga kemampuan mengingat konsep, proses, metode, serta struktur.
Pemahaman(Comprehension)
Aspek ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan. Mengacu kepada kemampuan untuk
mendemonstrasikan fakta dan gagasan dengan mengelompokkan, mengorganisir,
membandingkan, memberi deskripsi, memahami dan terutama memahami makna dari hal –
hal yang telah dipelajari. Memahami suatu hal yang telah dipelajari dalam bentuk translasi
8
(mengubah bentuk), interpretasi (menjelaskan atau merangkum), dan ekstrapolasi
(memperluas arti dari satu materi).
Penerapan(Application)
Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang telah dipelajari dengan
menggunakan aturan serta prinsip dari materi tersebut dalam kondisi yang baru atau dalam
kondisi nyata. Juga kemampuan menerapkan konsep abstrak dan ide atau teori tertentu.
Penerapan merupakan tingkat yang lebih tinggi dari kedua aspek sebelumnya yaitu
pengetahuan dan pemahaman.
Analysis(Analisa)
Menganalisa melibatkan pengujian dan pemecahan informasi ke dalam beberapa bagian,
menentukan bagaimana satu bagian berhubungan dengan bagian lainnya, mengidentifikasi
motif atau penyebab dan membuat kesimpulan serta materi pendukung kesimpulan tersebut.
Tiga karakteristik yang ada dalam aspek analisa yaitu analisa elemen, analisa hubungan, dan
analisa organisasi.
Sintesis(Synthesis)
Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak terlihat sebelumnya, dan juga
mampu menjelaskan mengenai data atau informasi yang didapat. Dengan kata lain, aspek
sintesis meliputi kemampuan menyatukan konsep atau komponen sehingga dapat membentuk
suatu struktur yang memiliki pola baru. Pada aspek ini diperlukan sisi kreatif dari seseorang
atau anak didik.
Evaluasi(Evaluation)
Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan penilaian serta pertimbangan dari nilai –
nilai materi untuk tujuan tertentu. Atau dengan kata lain, kemampuan menilai sesuatu untuk
tujuan tertentu. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.
9
B. Implikasi dalam pembelajaran
a. Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan membantu
mereka mengingatnya.
b. Bantu siswa mengindentifikasi halhal yang paling penting bagi mereka untuk dipelajari.
c. Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topiktopik yang mereka
pelajari.
d. Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang dunia.
e. Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif
siswa pada tingkat usia berbeda.
f. Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan
menggunakan mata pelajaran di kelas.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar kognivistik adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori kognivistik lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain.
B. SARAN
Dalam pembelajaran kognivistik, kita dapat membangun atau membimbing siswa dalam
melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek secara akal
atau rasional. Teori kognivistik menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi: Edisi Keenam. Alih Bahasa
oleh Tri Bowo B.S. Jakarta: Kencana.
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, 2011, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan : Perdana
Publishing
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2011, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ar Ruzz Media
Bambang Warsita, 2008, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta
12