DISUSUN OLEH :
NIM : 213030402114
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak dari olahan kelapa sawit merupakan minyak yang murah, mudah
diproduksi dan sangat stabil. Minyak kelapa sawit ini digunakan untuk berbagai
variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai
sumber biodiesel. Karena itu Industri minyak kelapa sawit sangat potensial menjadi
Industri terpenting Indonesia. Nilai ekspor produk kelapa sawit di Indonesia secara
keseluruhan dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Menurut data dari BPS
tahun 2017 dari kategori minyak sawit dan minyak sawit lainnya (CPO and Other
CPO) mencapai nilai ekspor 27.353.337 Ton, dan untuk kategori Palm Kernel and
Other Palm Kernel mencapai 1.717.595 Ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2017).
Dengan nilai ekspor yang cukup tinggi juga disertai dengan produksi yang
tinggi. Keberhasilan pembangunan perkebunan kelapa sawit nasional, berasal dari
berhasilnya pembangunan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan di berbagai
provinsi. Untuk itu keberlanjutan perkebunan kelapa sawit ditengah banyaknya
tantangan dan hambatan yang dihadapi pengusahaan kelapa sawit agar tetap mampu
memberikan kontribusi dalam perekonomian. Menurut kajian yang dilakukan oleh
Qaim et al., (2020) salah satu tantangan yang dihadapi adalah isu mengenai ekpansi
kelapa sawit telah berkontribusi pada deforestasi dan hilangkan fungsi
1
keanekaragaman hayati. Namun disatu sisi pengusahaan kelapa sawit telah mampu
meningkatan pendapatan, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan
di antara rumah tangga pertanian dan nonpertanian.
2
Dalam tujuan SDGs tersebut penurunan kemiskinan merupakan tujuan yang paling
penting dan yang pertama yaitu mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kelapa sawit pertama kali ditanam di Kalimantan Tengah pada akhir tahun
1980-an, seiring dengan pelaksanaan transmigrasi. Sektor ini telah berkembang
pesat karena beberapa faktor, seperti tingginya permintaan dan harga, target dari
pemerintah nasional, provinsi, dan kabupaten, serta tersedianya lahan yang murah
bagi pengembang. Hingga tahun 2010, pemerintah telah mengeluarkan 302 izin
perkebunan kelapa sawit seluas 3.775.000 ha.
4
Kelapa sawit adalah faktor pendorong terpenting untuk pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan sosial ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah.
Namun, kelapa sawit juga menyebabkan deforestasi dan kerusakan lingkungan,
termasuk pencemaran air, sendimentasi, penggunaan pestisida yang berlebihan, dan
berkurangnya kesuburan tanah. Artinya, perkembangan industri kelapa sawit yang
pesat juga berakibat pada besarnya biaya perbaikan lingkungan. Menyadari
pentingnya industri kelapa sawit terhadap perekonomian dan juga dampak
negatifnya pada sisi sosial dan kerusakan lingkungan, Pemerintah Kalimantan
Tengah mengeluarkan Peraturan Provinsi No. 5/2011 mengenai pengelolaan
berkelanjutan untuk bisnis perkebunan. Aturan ini adalah yang pertama di
Indonesia, karena mengatur sejumlah ketentuan sosial dan lingkungan hidup,
bahkan melampaui peraturan serupa di tingkat nasional.
5
bagi masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit. Pada akhirnya, praktek-praktek
pengelolaan yang tepat diharapkan bisa menjamin pertumbuhan yang
berkelanjutan, sekaligus peningkatan hasil panen.
6
Menurut Hasibuan, (2019) Kemiskinan dapat dicirikan keadaan dimana
terjadi kekurangan hal-hal yang biasa dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup.
Kemiskinan juga dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (BPS, 2018). Menurut
Hermawan (2012) juga mengatakan bahwa sektor pertanian tetap menjadi kunci
dan sebagai leading sektor dalam mengurangi kemiskinan secara agregat,
mengingat kemiskinan terbesar terdapat di perdesaan.
7
Menurut (Arsyad, 2012) berpendapat bahwa pengertian ProdukxDomestik
Regional Bruto atau disingkat PDRB ialah nilai barang- barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu daerah tertentu dalam jangka waktu satu tahun.
SedangkanxPDRB, BPS, (2019) bahwa PDRB merupakan keseluruhan jumlah nilai
tambah bruto yang dihasilkan dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah
atau dengan kata lain merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa yang
mampu diproduksi oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah pada periode
tertentu.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dari tahun 2013 ke 2014 perluasan lahnnya
sangat tinggi yaitu 47,27%. Namun pada 2017 lahannya berkurang 4,37%. Menurut
data dari infosawit nasional bahwa berkurangnya lahan sawit Kalimantan tengah
pada tahun 2017 ada berbagai faktor diantaranya terjadi bencana alam, kebakaran
hutan dan faktor lainnya terjadi di Kalimantan Tengah yang menyebabkan lahan
untuk perkebunan kelapa sawit berkurang.
8
Tabel 2.2 Produksi kelapa sawit kaimantan tengah (2013-2018)
Tabel 2.3 Luas lahan kelapa sawit di kalimantan tengah per kabupaten 2013-2018
9
Kabupaten Seruyan dengan luas 332397.8 Ha. Sedangkan Kabupaten Murung Raya
memiliki luas lahan hanya 68,1 Ha ditahun 2018. Terlihat pada table tersebut bahwa
setiap kabupaten mengalami peningkatan luas lahan kelapa sawit.
Pada tabel 5 tersebut disebutkan bahwa dari data PDRB tahun 2013-2018
Kabupaten Kotawaringin Timur yang memiliki luas lahan kelapa sawit dan
produksi sawit terbanyak mempunyai PDRB tertinggi diantara kabupaten yang lain.
Kemudian diikuti Kabupaten Kotawaringin Barat dan Palangkaraya sebagai
ibukota provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan perolehan PDRB terendah adalah
Kabupaten Sukamara.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Runtuboi, Y. Y. et al. (2020) “Oil Palm Plantations, Forest Conservation
and Indigenous Peoples in West Papua Province: What Lies Ahead?,”
Forest and Society, 5(April), hal. 23–31. doi: 10.24259/fs.v5i1.11343.
Samuelson, P. A. dan N. (2005) Ilmu Makro Ekonomi. Diedit oleh B. C.
dan A. E. Penterjemah Greeta Theresa Tanoto. Jakarta: Gramedia Global
Edukasi.
Widarjono, A. (2013) Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews. 4 ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
13