Abstract
The abstract has to have context, content and conclusions of the paper in less than 150 words. In
abstract should not enclose any reference citations or show equations. The type set in the abstract is 10
pt Arial.
DOI:
http://journal.uii.ac.id/index.php/jards
Journal of Architectural Research and Design
Studies
Volume ...............................
3
masjid pathok negara yang pernah berpindah mempertemukan jamaah yang ada di Masjid
pada masa penjajahan Jepang. Masjid Pathok tersebut.
Negara Babadan pernah berpindah dari kawasan 3. Tipologi Ruang Masjid Jawa
lamanya di Babadan Lama, Banguntapan, Bantul Abror (2016) menegaskan bahwa ada bentuk
ke wilayah utara bernama Babadan Baru, legitimasi kesultanan dalam mengarahkan masjid-
Kentungan, Sleman. Ketika Jepang mengalami masjid Pathok Negara agar dibangun sesuai
kekalahan dan menarik pasukannya dari dengan arsitektur Masjid Agung Yogyakarta
Yogyakarta, Masjid Pathok Negara Babadan sebagai acuan utamanya (Abror 2016). Dalam hal
‘dipulangkan’ kembali ke daerah asalnya, yakni di ini keraton berupaya untuk menyamakan arsitektur
Babadan Lama (Albiladiyah, 2006). Kondisi Masjid masjid-masjid Pathok Negara serta masjid-masjid
Pathok Negara Babadan hanya menyisakan tapak kagungan dalem lainnya agar sesuai dengan
atau toponim Masjid yang terdiri dari puing-puing arsitektur Masjid Jawa seperti yang
sisa konstruksi seperti pondasi dan lantai-lantai direpresentasikan oleh Masjid Agung Yogyakarta.
yang terbengkalai. Masjid ini dibangun kembali di Persamaan ini dilakukan terhadap segala aspek
Babadan Lama sekitar tahun 1970-an. Berkat arsitekturnya baik secara bentuk, konstruksi,
inisiatif Kyai Muthohar dan dukungan dari Sri elemen-elemen, hingga tatanan spasial di
Sultan HB IX, Sehingga Masjid Pathok Negara dalamnya. Ruang utama (tengah) masjid yang
Babadan kemudian diberi nama Ad-Darojat yang memiliki bentuk denah bujur sangkar, dinaungi
berasal dari nama asli sultan HB IX. secara penuh oleh atap tajug bertumpang dan
2. Teori Tata Spasial Masjid Jawa dikelilingi oleh serambi, memperlihatkan kesan
Masjid Jawa memiliki beberapa ruang tertutup dan bersifat sakral. Serambi depan,
karakteristik dimana menurut Pijper (1947) serambi kanan dan serambi kiri yang berorientasi
dalam Budi (2004: 189) adalah sebagai berikut: ke ruang utama, bersifat semi tertutup dan semi
(1) mempunyai bentuk persegi, (2) tidak sakral. Dengan keberadaan serambi di
disangga oleh tiang-tiang pada dasar sekelilingnya, menjadikan ruang tengah atau ruang
bangunannya. (3) Memiliki atap tumpang dua utama shalat baik secara dua dimensional maupun
sampai lima tingkatan. (4) Memiliki perluasan perkembangannya secara tiga dimensional
ruang pada sisi barat atau barat laut, yang memiliki keruangan yang memusat. (Ashadi. 2012)
digunakan sebagai mihrab. (5) Memiliki
serambi Masjid pada bagian depan atau Referensi
samping. (6) Halaman sekeliling Masjid tertutup
oleh dinding-dinding dengan hanya satu pintu Abror, Indal. 2016. ‘Aktualisasi Nilai-Nilai
masuk melalui sebuah gerbang di bagian Budaya Masjid Pathok Negoro’. Esensia :
depan. Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 17 (1): 63.
Menurut Budi (2006, 220:231), ada tiga https://doi.org/10.14421/esensia.v17i1.127
elemen dalam Masjid Jawa, yaitu: (1) Ruang 9.
shalat sebagai kebutuhan mutlak yang Ashadi. 2012. ‘Perkembangan Arsitektur Mesjid
digunakan jemaah untuk melakukan ibadah. (2) Walisongo Di Jawa: Perubahan Ruang
Mihrab merupakan ruang imam memimpin Dan Bentuk’. NALARs 11 (2): 143–60.
shalat, sekaligus sebagai penunjuk arah kiblat. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MESJID
(3) Atap dan struktur Masjid Jawa memiliki WALISONGO DI JAWA : PERUBAHAN
bentuk tumpang yang khas dimana pada RUANG DAN BENTUK | Ashadi | NALARs
bagian bawah terdapat struktur (sokoguru) (umj.ac.id)
yang menyangganya. Tata spasial Masjid Jawa Dewantara, Bayu Arga, Noviani Suryasari dan
terdiri dari beberapa bagian yaitu, pintu Indyah Martiningrum. 2015. ‘Transformasi
gerbang, serambi, ruang shalat, mihrab, Tata Ruang dan Elemen Linear Vertikal
makam. Setiawan (2010:172) mengatakan Masjid Jawa pada Perancangan Museum
bahwa keberadaan Masjid dan makam tidaklah Islam Nusantara’.
dapat dipisahkan dan memiliki posisi yang khas https://media.neliti.com/media/publications/
antara keduanya. Dimana letak makam tokoh 112365-ID-transformasi-tata-ruang-dan-
penting (sunan-wali-kyai-pangeran-raja) berada elemen-linea.pdf
bagian depan (arah kiblat) pada sebuah Masjid. Jemadi, Gordianus, Iwan Priyoga, Ogi Dani
Serambi dikaitkan dengan konsep Sakarov. 2016. ‘Konektivitas Ruang Pada
habluminnannas dalam Islam, yaitu hubungan 5 Masjid Pathok Negara Dan Masjid
antar manusia dimana serambi sendiri juga Agung Gedhe Kauman Yogyakarta’.
bisa berfungsi sebagai ruang bersama yang
DOI:
http://journal.uii.ac.id/index.php/jards