Anda di halaman 1dari 4

JOURNAL OF ARCHITECTURAL RESEARCH AND DESIGN STUDIES

PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP KONSISTENSI RUANG


DI MASJID PATHOK NEGARA AD-DAROJAT, BABADAN,
BANTUL
Intan Mahardika Ikhsani 1, Arif Budi Sholihah 2, Ina Fildzah Article History
Hanifah3 Received :
1Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia, Accepted :
19512005@students.uii.ac.id Published :
2Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia, Address
3Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia, Address

Abstract
The abstract has to have context, content and conclusions of the paper in less than 150 words. In
abstract should not enclose any reference citations or show equations. The type set in the abstract is 10
pt Arial.

Keywords: keyword1; keyword2; keyword3; .….

Pendahuluan tersebar di 4 penjuru mata angin, masing-


masing masjid pathok negara tersebut yaitu:
Yogyakarta merupakan salah satu wilayah (1)Masjid Pathok Negara Plosokuning sebagai
di Jawa yang memiliki kerajaan Islam dan batas utara; (2)Masjid Pathok Negara Babadan
cukup berpengaruh besar terhadap sebagai batas timur; (3)Masjid Pathok Negara
perkembangan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan Dongkelan sebagai batas selatan; dan
tersebut adalah Kasultanan Ngayogyakarta (4)Masjid Pathok Negara Mlangi sebagai batas
Hadiningrat yang didirikan oleh Sri Sultan barat. Keempat masjid ini merupakan
Hamengku Buwono I pada tahun 1755 dan manifestasi dari konsep transenden keblat
eksistensinya terus berlanjut hingga sekarang papat limo pancer dengan empat masjid pathok
ini. Sebagai kerajaan yang berlandaskan Islam, negara mengelilingi Masjid Agung Yogyakarta
masjid menjadi fasilitas utama yang banyak (Masjid Gedhe Kauman) di tengahnya sebagai
didirikan dengan tujuan sebagai sarana pusat (Suryanto dkk., 2015).
mengajarkan dan menyebarkan agama Islam di Salah satu dari 4 masjid pathok negara
wilayah kesultanan. Selain sebagai sarana tersebut yaitu Masjid Pathok Negara Babadan.
dakwah, keberadaan masjid-masjid menjadi Masjid ini merupakan masjid pathok negara
bentuk penegasan atas kekuasaan sultan serta yang dulu berperan sebagai penjaga
sebagai strategi kontrol wilayah pada masa perbatasan di wilayah timur Kasultanan
kolonial. Guna menegaskan kekuasaan sultan, Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid ini
maka diperlukan batas-batas fisik yang dibangun di Babadan Lama, Banguntapan,
menandai wilayah tersebut berada dalam Bantul. Masjid Pathok Negara Babadan berdiri
kekuasaan kesultanan. Untuk itu, dibangunlah pada tahun 1774 dan dibangun oleh Sri Sultan
sebuah tonggak tapal batas yang dikenal Hamengku Buwono I. Sepanjang
dengan pathok negara. Abror (2016) perjalanannya, masjid ini menjadi satu-satunya
mengatakan bahwa pathok/batas yang masjid pathok negara yang pernah berpindah
dibangun merupakan bangunan fungsional pada masa penjajahan Jepang. Masjid Pathok
berupa masjid, sehingga dikenal sebagai Negara Babadan pernah berpindah dari
masjid pathok negara. kawasan lamanya di Babadan Lama,
Dalam konsep spasial tata ruang Banguntapan, Bantul ke wilayah utara bernama
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Babadan Baru, Kentungan, Sleman.
terdapat 4 masjid pathok negara yang Pemindahan tersebut dilakukan dengan cara
difungsikan sebagai batas negara dan benteng bedol desa dengan memindahkan masjid
pertahanan negara. Keempat masjid tersebut beserta masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Ketika Jepang mengalami kekalahan dan
menarik pasukannya dari Yogyakarta, Masjid
Correspondence: Author1 Pathok Negara Babadan ‘dipulangkan’ kembali
Afiliation : ke daerah asalnya, yakni di Babadan Lama
E-mail: (Albiladiyah, 2006).

© JARS 2017 l Author


Title
Author
2

Dalam perkembangannya, kondisi Masjid Metodelogi


Pathok Negara Babadan telah mengalami Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-
berbagai macam perubahan fisik akibat pernah deskriptif dalam pengumpulan data dan informasi
beberapa kali direnovasi, khususnya di ruang- mengenai perkembangan denah serta ruang-
ruang yang ada saat ini. Renovasi Masjid ruang di Masjid Pathok Negara Babadan.
Pathok Negara Babadan dilakukan karena Pencarian data dilakukan dengan membaca studi
menyesuaikan dengan pengaruh sosial kasus terkait pada jurnal penelitian, kemudian
budaya, kondisi lingkungan, serta kebutuhan melakukan eksplorasi lapangan dengan
masyarakat di setiap zamannya. Perubahan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
tersebut telah memengaruhi berbagai aspek, dokumentasi. Kegiatan eksplorasi lapangan ini
seperti bentuk, dimensi, fungsi, hingga tatanan akan dilakukan sesuai protokol Covid-19.
spasialnya sejak Masjid dibangun kembali pada Observasi dilakukan melalui survei secara
tahun 1970 hingga sekarang ini. langsung guna melihat dan menemukan
Maka dari itu, penelitian dengan lokus di fenomena-fenomena empiris yang berada di lokasi
Masjid Pathok Negara Babadan menjadi sangat amatan. Wawancara akan dilakukan dengan
menarik untuk ditelusuri lebih mendalam narasumber masyarakat sekitar masjid maupun
dengan alasan (1)Masjid Pathok Negara takmir masjid yang dianggap cukup kompeten
Babadan merupakan salah satu dari empat dalam memberikan informasi mengenai seluk
Masjid Pathok Negara yang membentuk batas beluk Masjid Pathok Negara Babadan. Sedangkan
wilayah kesultanan; (2)Masjid Pathok Negara untuk dokumentasi dilakukan dengan beragam
Babadan pernah mengalami pemindahan cara melalui pencatatan hasil observasi lapangan,
hingga dibangun kembali di daerah asalnya; mensketsakan fenomena di lapangan, merekam
dan (3)Masjid Pathok Negara Babadan kegiatan wawancara dengan narasumber,
mengalami beberapa kali renovasi atau mengambil bukti foto atau video, serta
perkembangan dan mendapatkan banyak mengumpulkan manuskrip atau dokumen-
pengaruh sosial budaya yang cukup signifikan dokumen milik Masjid Pathok Negara Babadan
sejak dibangun kembali hingga masa sekarang yang relevan dengan topik penelitian.
ini. Penelitian ini akan berfokus untuk
mengungkap ruang-ruang yang keberadaannya
selalu konsisten sejak dibangun kembali hingga Kajian Teori
sekarang ini ditinjau dari aspek sosial budaya, 1. Sejarah Masjid Pathok Negara
serta apa yang mempengaruhi perubahan pada Sebagai kerajaan yang berlandaskan Islam,
ruang ruang lain di Masjid Pathok Negara masjid menjadi fasilitas utama yang banyak
Babadan. Hasil dari penelitian ini nantinya didirikan dengan tujuan sebagai sarana
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan mengajarkan dan menyebarkan agama Islam di
apabila Masjid Pathok Negara Babadan akan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
melakukan renovasi lagi kedepannya. Selain sebagai sarana dakwah, keberadaan
masjid-masjid menjadi bentuk penegasan atas
Rumusan Masalah kekuasaan sultan serta sebagai strategi kontrol
1. Bagaimana keadaan ruang-ruang pada wilayah pada masa kolonial. Guna menegaskan
Masjid Pathok Negara Babadan setelah kekuasaan sultan, maka diperlukan batas-batas
mengalami beberapa kali renovasi sejak fisik yang menandai wilayah tersebut berada
dibangun kembali hingga saat ini? dalam kekuasaan kesultanan. Untuk itu,
2. Adakah ruang pada Masjid Pathok Negara dibangunlah sebuah tonggak tapal batas yang
Babadan yang tetap dikenal dengan pathok negara. Abror (2016)
dipertahankan/konsisten walaupun mengatakan bahwa pathok/batas yang dibangun
dilakukan renovasi beberapa kali? merupakan bangunan fungsional berupa masjid,
3. Apakah yang mempengaruhi Masjid sehingga dikenal sebagai masjid pathok negara.
Pathok Negara Babadan direnovasi, Masjid Pathok Negara Babadan merupakan
adakah pengaruhnya dengan masjid pathok negara yang dulu berperan sebagai
perkembangan sosial budaya dari masa ke penjaga perbatasan di wilayah timur Kasultanan
masa? Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid ini dibangun di
Babadan Lama, Banguntapan, Bantul. Masjid
Pathok Negara Babadan berdiri pada tahun 1774
dan dibangun oleh Sri Sultan HB I. Sepanjang
perjalanannya, masjid ini menjadi satu-satunya

DOI:
http://journal.uii.ac.id/index.php/jards
Journal of Architectural Research and Design
Studies
Volume ...............................
3

masjid pathok negara yang pernah berpindah mempertemukan jamaah yang ada di Masjid
pada masa penjajahan Jepang. Masjid Pathok tersebut.
Negara Babadan pernah berpindah dari kawasan 3. Tipologi Ruang Masjid Jawa
lamanya di Babadan Lama, Banguntapan, Bantul Abror (2016) menegaskan bahwa ada bentuk
ke wilayah utara bernama Babadan Baru, legitimasi kesultanan dalam mengarahkan masjid-
Kentungan, Sleman. Ketika Jepang mengalami masjid Pathok Negara agar dibangun sesuai
kekalahan dan menarik pasukannya dari dengan arsitektur Masjid Agung Yogyakarta
Yogyakarta, Masjid Pathok Negara Babadan sebagai acuan utamanya (Abror 2016). Dalam hal
‘dipulangkan’ kembali ke daerah asalnya, yakni di ini keraton berupaya untuk menyamakan arsitektur
Babadan Lama (Albiladiyah, 2006). Kondisi Masjid masjid-masjid Pathok Negara serta masjid-masjid
Pathok Negara Babadan hanya menyisakan tapak kagungan dalem lainnya agar sesuai dengan
atau toponim Masjid yang terdiri dari puing-puing arsitektur Masjid Jawa seperti yang
sisa konstruksi seperti pondasi dan lantai-lantai direpresentasikan oleh Masjid Agung Yogyakarta.
yang terbengkalai. Masjid ini dibangun kembali di Persamaan ini dilakukan terhadap segala aspek
Babadan Lama sekitar tahun 1970-an. Berkat arsitekturnya baik secara bentuk, konstruksi,
inisiatif Kyai Muthohar dan dukungan dari Sri elemen-elemen, hingga tatanan spasial di
Sultan HB IX, Sehingga Masjid Pathok Negara dalamnya. Ruang utama (tengah) masjid yang
Babadan kemudian diberi nama Ad-Darojat yang memiliki bentuk denah bujur sangkar, dinaungi
berasal dari nama asli sultan HB IX. secara penuh oleh atap tajug bertumpang dan
2. Teori Tata Spasial Masjid Jawa dikelilingi oleh serambi, memperlihatkan kesan
Masjid Jawa memiliki beberapa ruang tertutup dan bersifat sakral. Serambi depan,
karakteristik dimana menurut Pijper (1947) serambi kanan dan serambi kiri yang berorientasi
dalam Budi (2004: 189) adalah sebagai berikut: ke ruang utama, bersifat semi tertutup dan semi
(1) mempunyai bentuk persegi, (2) tidak sakral. Dengan keberadaan serambi di
disangga oleh tiang-tiang pada dasar sekelilingnya, menjadikan ruang tengah atau ruang
bangunannya. (3) Memiliki atap tumpang dua utama shalat baik secara dua dimensional maupun
sampai lima tingkatan. (4) Memiliki perluasan perkembangannya secara tiga dimensional
ruang pada sisi barat atau barat laut, yang memiliki keruangan yang memusat. (Ashadi. 2012)
digunakan sebagai mihrab. (5) Memiliki
serambi Masjid pada bagian depan atau Referensi
samping. (6) Halaman sekeliling Masjid tertutup
oleh dinding-dinding dengan hanya satu pintu Abror, Indal. 2016. ‘Aktualisasi Nilai-Nilai
masuk melalui sebuah gerbang di bagian Budaya Masjid Pathok Negoro’. Esensia :
depan. Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 17 (1): 63.
Menurut Budi (2006, 220:231), ada tiga https://doi.org/10.14421/esensia.v17i1.127
elemen dalam Masjid Jawa, yaitu: (1) Ruang 9.
shalat sebagai kebutuhan mutlak yang Ashadi. 2012. ‘Perkembangan Arsitektur Mesjid
digunakan jemaah untuk melakukan ibadah. (2) Walisongo Di Jawa: Perubahan Ruang
Mihrab merupakan ruang imam memimpin Dan Bentuk’. NALARs 11 (2): 143–60.
shalat, sekaligus sebagai penunjuk arah kiblat. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MESJID
(3) Atap dan struktur Masjid Jawa memiliki WALISONGO DI JAWA : PERUBAHAN
bentuk tumpang yang khas dimana pada RUANG DAN BENTUK | Ashadi | NALARs
bagian bawah terdapat struktur (sokoguru) (umj.ac.id)
yang menyangganya. Tata spasial Masjid Jawa Dewantara, Bayu Arga, Noviani Suryasari dan
terdiri dari beberapa bagian yaitu, pintu Indyah Martiningrum. 2015. ‘Transformasi
gerbang, serambi, ruang shalat, mihrab, Tata Ruang dan Elemen Linear Vertikal
makam. Setiawan (2010:172) mengatakan Masjid Jawa pada Perancangan Museum
bahwa keberadaan Masjid dan makam tidaklah Islam Nusantara’.
dapat dipisahkan dan memiliki posisi yang khas https://media.neliti.com/media/publications/
antara keduanya. Dimana letak makam tokoh 112365-ID-transformasi-tata-ruang-dan-
penting (sunan-wali-kyai-pangeran-raja) berada elemen-linea.pdf
bagian depan (arah kiblat) pada sebuah Masjid. Jemadi, Gordianus, Iwan Priyoga, Ogi Dani
Serambi dikaitkan dengan konsep Sakarov. 2016. ‘Konektivitas Ruang Pada
habluminnannas dalam Islam, yaitu hubungan 5 Masjid Pathok Negara Dan Masjid
antar manusia dimana serambi sendiri juga Agung Gedhe Kauman Yogyakarta’.
bisa berfungsi sebagai ruang bersama yang

© JARS Nama Penulis


Title
Author
4

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


ITNY, Yogyakarta
Muhammad, Sam Reza, M. Bambang
Susetyarto, Endang Marlina. 2019.
‘Arsitektur Regionalisme Dan Islam Dalam
Tata Zonasi Masjid Agung Demak’.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Trisakti
N. Hadi, Ardiyanto, dkk. 2018.‘ Menggali
Identitas Kawasan Masjid Pathok Negoro
Plosokuning Berdasarkan Pendekatan
“Collective Memory”’. Vol 1, No 2 (2018):
September (Jurnal Arsitektur dan
Perencanaan), 149-167.
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/i
ndex.php/JUARA/index
Huldiansyah, Denny, dkk. 2020. ‘ Pola Invasi
Ruang Sebagai Penentu Hierarki Kegiatan
Di Masjid Pathok Negara Babadan, Bantul,
D. I. Yogyakarta’. JTD: Volume 1, Nomor
2, Januari 2020; 1-13 ISSN: 2685 - 0222

DOI:
http://journal.uii.ac.id/index.php/jards

Anda mungkin juga menyukai