Anda di halaman 1dari 5

TEKNIK-TEKNIK DASAR

KONSELING

I. PENDAHULUAN

Di arus globalisasi dewasa ini, majunya teknologi mendorong terjadinya suatu perubahan yang begitu
cepat, yang menuntut sikap masyarakat yang mempunyai mental yang kuat dan adaptif. Keadaan ini dapat
mempengaruhi tata nilai dan pola hidup mayarakat sehingga seringkali menimbulkan dampak psikologis
dan sosial bagi masyarakat. Ketidak harmonisan dilingkungannya sering kali berdampak pada
ketidaknyamanan seseorang yang dapat menimbulkan stres, sehingga berbagai pelarian sering dilakukan
masyarakat.

Merokok adalah salah satu pelarian yang dilakukan masyarakat, hal ini sering dilakukan baik oleh
orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Motivasi merokok membawa sensasi kenikmatan sendiri bagi
mereka, sensasi ini melatarbelakangi seseorang untuk merokok sehingga lambat laun berpotensi
menimbulkan kecanduan. Mengingat hal tersebut maka perlu diupayakan penaggulangannya.

Dinas Kesehatan berupaya untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan yang perlu segera
dilaksanakan secara terpadu. Pelayanan kesehatan dimulai dari tingkat dasar yakni puskesmas yang
didukung dengan upaya rujukan yang berkesinambungan oleh Rumah sakit.

Dalam hal ini para medis, non medis maupun pekerja sosial perlu dibekali pengetahuan mengenai
teknik konseling bagi perokok ringan maupun berat. Pelatihan konseling ini dilakukan untuk membantu
mayarakat yang sedang mengahadapi masalah yang berkaitan dengan kecanduan merokok. Melalui
pelatihan ini diharapkan masyarakat dapat terbantu sehingga tidak menggunakan rokok sebagai
pelariannya dan dapat melaksanakan peran dan fungsinya di masyarakat.

2. PENGERTIAN KONSELING

Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan
perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan individu.
Konseling ditujukan kepada individu yang normal, maupun yang mengalami kesullitan dalam melakukan
penyesuaian diri di bidang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu merasa diterima dan dimengerti
oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor menerima individu secara pribadi dan tidak memberikan
penilaian. Individu (klien) merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan
keluhan dan curahan perasaannya.

Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar klien (individu) dapat mengenal diri,
menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam kehidupannya. Dalam konseling
tercipta hubungan pribadi yang unik dan khas, dengan hubungan tersebut individu diarahkan agar dapat
membuat keputusan, pemilihan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih
baik di lingkungannya. Konseling membantu individu agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu
mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya.

Proses konseling lebih bersifat emosional diarahkan pada perubahan sikap, perubahan pola-pola
hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan
penyelesaian masalah, khususnya masalah yang berhubungan dengan masalah kecanduan merokok dan
ingin berhenti merokok.

3. TUJUAN KONSELING

Tujuan pemberian layanan konseling ini adalah agar individu dapat berperan dalam kehidupanya,
antara lain :
 Mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif.
 Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif
 Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan realistik.
 Menuntun perilaku mereka agar dapat mencapai keefektivan pribadi.
 Mendorong individu untuk dapat mengambil keputusan dengan berbagai konsekuensinya.

4. SASARAN KONSELING
Sasaran konseling adalah individu normal, tetapi mempunyai permasalahan yang mengganggu
kehidupannya dan penyesuaian dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.

5. PRINSIP-PRINSIP DASAR KONSELING


Prinsip-prinsip dasar konseling merupakan pedoman atau acuan yang digunakan dalam melaksanaan
konseling. Adapun prinsip-prinsip konseling yang dimaksud meliputi :
1. Menciptakan suasana yang aman sehingga klien tidak merasa terancam.
2. Program konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
3. Konseling merupakan proses belajar yang mengarah pada perubahan sikap dan tindakan.
4. Konseling lebih menekankan pada penghayatan emosional dari pada intelektual.
5. Konseling melayani semua individu tanpa pandang bulu.

6. PROSES KONSELING

Dalam proses konseling akan dibatasi sebagai prosedur sistematis dimana intervensi konselor dalam
kehidupan individu (klien) dengan tujuan menolong individu tersebut untuk merubah tingkah lakunya.
Proses konseling dapat digambarkan sebagai suatu keberlanjutan interaksi antara konselor dan klien.
Dalam proses konseling terdapat beberapa tahap-tahap yang harus dilalui yaitu :
a. Pengembangan/pembinaan hubungan baik.
Pada tahap ini adanya inisiatif untuk mempertemukan antara konselor dengan klien,
membangun/membina hubungan baik antar keduanya, mengumpulkan informasi/data mengenai
klien, dan menentukan tujuan yang akan dicapai dalam konseling. Kalimat yang dapat digunakan
pada pertemuan pertama (setelah perkenalan dan saling menyebutkan identitas diri), antara lain :
“Ada yang bisa saya bantu?” atau “Apakah yang dapat saya bantu untuk Anda?” kalimat-kalimat
semacam ini memberikan keleluasaan kepada klien untuk menceritakan apapun yang ingin
diceritakan, tanpa harus langsung tertuju pada masalah intinya.
Tidak dianjurkan untuk langsung bertanya dengan kalimat seperti: “Ada masalah apa?” atau “Apa
yang menyebabkan Anda datang kemari?”.
Kalimat-kalimat seperti ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman, langsung dipaparkan pada
masalah yang sulit diungkapkan langsung kepada orang lain (dalam hal ini konselor) yang belum
dikenalnya.

b. Memperdalam penggalian.
Tahap ini merupakan pondasi yang dibangun pada tahap pertama, kemudian memilih pendekatan
dan strategi yang sesuai, selanjutnya menggali kedalaman emosi, dinamika kognitif klien,
merumuskan masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan mengevaluasi ulang penentuan tujuan dari tahap pertama. Dalam hal ini Klien
sering mempunyai presepsi yang salah tentang proses konseling, ia ingin mendapatkan hasil atau
solusi yang segera (instant). Oleh karennya dalam membahas topik atau problem yang dibawa
oleh klien, perhatikan hal-hal seperti:
 Mengarahkan klien bila ia sulit memformulasikan apa yang ingin diungkapkan.
 Konselor berbicara singkat, kecuali pada saat membuat konklusi pada akhir sesi.
 Bila tidak tahu harus mengatakan pas, lebih baik diam daripada berkata tetapi justru
membuat kondisi atau suasana memburuk.
 Bila percakapan klien terlalu jauh melenceng dari fokus, konselor dapat membantu
mengingatkan kembali akan hal-hal penting yang sebetulnya ingin dibah

c. Menetapkan dan memecahkan masalah.


Pada tahap ini konselor berupaya untuk memfasilitasi, mendemonstrasikan, mengajarkan,
menyediakan lingkungan yang nyaman dan aman dalam pengembangan perubahan. Aktivitas
klien difokuskan pada pengevaluasian emosional dan dinamika kognitif, mencoba tingkah laku baik
didalam sisi maupun diluar sisi konseling, dan membuang/menghilangkan perilaku yang tidak
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling.
Bila klien dalam koncisi keragu-raguan untuk memilih hal yang penting dalam hidupnya, konselor
tidak dianjurkan segera memberikan nasihat (karena keluarga, teman atau lingkungan dekat klien
sudah menasihatinya), membantu menyelesaikan problem secara dini. Konselor pemula, biasanya
sangat antusias untuk menolong klien, sehingga cenderung dapat memberikan nasihat dan
membantu menyelesaikan problem klien; sebaliknya konselor yang telah berpengalaman, lebih
melihat pada latar belakang klien, membantu klien untuk memahami diri dan problem yang dialami.
Apabila klien sangat tegang dan sangat sulit memusatkan konsentrasi, dapat dibantu dengan
membantu mengajukan alternatif pilihan.

d. Pengakhiran dan tindak lanjut.


Tahap ini merupakan tahap untuk menutup sisi konseling selanjutnya, pada tahap akhir ini
menentukan prioritas yang akan ditindak lanjuti sesuai dengan metode dan prosedurnya.
Pada akhir sesi konselor mengingatkan kembali hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan
dilaksanakan oleh klien.

7. SIKAP DASAR KONSELOR

Seorang konselor, hendaknya menguasai beberapa hal penting, antara lain :

a. Mampu membina rapport dengan klien dan mampu menumbuhkan empati kepada klien,
b. Mampu membangun dan memperkembangkan kerjasama konselor bertugas mengajak kliennya
agar bersedia bekerjasama mengatasi problemmya ; hal ini bisa saja tidak terjadi, antara lain bila
konselor memaksa klien untuk berubah, atau klien tidak mempunyai motivasi,
c. Mampu menjadi pendengar yang trampil.
d. Berbicara singkat atau tidak lebih banyak dari kliennya.
e. Pada saat tidak mengetahui harus mengatakan sesuatu, lebih baik diam,
f. Mengenali adanya resistensi pada klien, yaitu halangan atau hambatan yang diciptakan oleh klien,
misalnya tiba-tiba mengubah topik pembicaraan, lupa akan materi yang penting.
g. Bila ragu-ragu, lebih baik memfokuskan pada perasaan, misalnya sedih, takut, marah, senang.
h. Merencanakan tujuan dan pengakhiran konseling sejak awal.

8. SYARAT SYARAT MENJADI KONSELOR YANG EFEKTIF -


Menjadi seorang konselor perlu beberapa hal yang penting dilakukan, antara lain :
a. Mau dan mampu berhubungan dengan orang lain.
b. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain.
c. Dapat berkomunikasi secara efektif.
d. Tidak ada gangguan verbalisasi.
e. Mau dan mampu mendengarkan secara aktif.
f. Mempunyai empati yang tinggi.
g. Mempunyai daya observasi yang tajam.
h. Mampu dalam komunikasi non verbal.
i. Mampu mengendalikan diri, emosi dan prasangka.
j. Terbuka terhadap pendapat orang lain.
k. Mampu mengidentifikasikan masalah psikologis-sosial maupun budaya.
l. Terampil secara wajar.
9. ETIKA KONSELING

Etika merupakan standar tingkah laku seseorang, atau sekelompok orang yang didasarkan atas nilai-
nilai yang disepakati. Ada beberapa aspek dalam membahas etika konseling, yaitu :

1. Aspek kesukarelaan
Pada aspek ini konselor perlu mengetahui apakah klien datang secara sukarela atau tidak. Hal ini
penting kerena besar manfaatnya dalam hubungan konseling sehingga kemungkinan keterlibatan
diri klien secara lebih efektif dalam proses konseling akan terwujud, dan keterbukaan diri dari
klien akan memberikan kesan positif.
2. Aspek kerahasiaan (konfidensialitas)
Berkaitan dengan konseling dapat dinyatakan bahwa informasi yang dibicarakan oleh klien baik
menyangkut diri klien bersifat rahasia dan tidak dapat disampaikan secara terbuka oleh konselor
kepada siapapun termasuk kolegan-kolegannya.
3. Aspek keputusan oleh klien sendiri
Konseling mengajarkan pada klien untuk membuat dan menghasilkan keputusan yang sifatnya
jangka panjang (Long-term goals). Berkaitan dengan hal tersebut konselor memberikan dorongan
untuk berani membuat keputusan yang sesuai dengan resiko yang sudah dipertimbangkan.
4. Aspek sosial budaya
Dalam hubungan konseling, konselor dituntut sadar akan aspek-aspek sosial, budaya dan nilai-
nilai pihak klien. Klien mungkin memiliki pengalaman-pengalaman sosial dan budaya yang sangat
berlainan dengan konselor. Dengan kata lain konselor hendaknya mempelajari karakteristik
budaya nilai dan kebiasaan klien. Layanan konseling tanpa pemahaman budaya dan nilai-nilai di
tempat konselor bekerja maka konselor belum memenuhi etika profesi konselor.

Keberhasilan dalam konseling banyak ditentukan oleh kualitas hubungan antara klien dengan konselor.
Didalam hubungan bantuan tersebut tedapat kondisi-kondisi penting agar terjadi perubahan kepribadian
yang positif. Dalam melakukan bantuan tersebut dibutuhkan suatu empati. Empati merupakan kekuatan
untuk mengerti perasaan orang lain, selain itu juga diperlukan penghargaan positif terhadap klien. Yakni
menghormati dan menerima klien apa adanya tanpa membedakan nilai dan pandangan. Kondisi ini akan
menciptakan hubungan yang baik antara konselor dan klien. Hendaknya konselor menjadi pribadi yang
mempunyai kemampuan menghasilkan alternatif perilaku bantuan dalam berbagai situasi, dan mempunyai
beberapa alternatif cara bantuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien.

***********

Anda mungkin juga menyukai