Abstract: The present study aims to explore loneliness of college student during
COVID-19 pandemic in Indonesia. A total of 236 respondents were participated in the
study. Data collection was performed using UCLA Loneliness Scale version 3. Data
were analyzed by using descriptive analysis, independent sampel t-test and ANOVA.
The study found that more than half of the number of respondents were mild lonely
(66.95%), while the others were moderate lonely (19.91%), and the rest were not
lonely (13.13%). The finding also showed that there is no significant difference in
loneliness between men and women, as well as between respondents living in parents'
houses and boarding or rented houses. Based on this study, it can be concluded that
most participants experience loneliness in the mild level.
Keywords: Loneliness, students, COVID-19 pandemic
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris untuk mengetahui
kesepian pada mahasiswa di masa pandemi COVID-19. Sampel penelitian yaitu 236
mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan UCLA Loneliness
Scale 3. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji beda
dengan t-test dan ANOVA. Temuan dari penelitian ini yaitu sebesar 66,95% responden
menunjukkan kesepian ringan, 19,91% responden menunjukkan kesepian sedang, dan
13,13% responden menunjukkan tidak kesepian. Penelitian juga menunjukkan bahwa
tidak ditemukan perbedaan kesepian yang signifikan antara laki-laki dan perempuan,
maupun berdasarkan status tempat tinggal (rumah orang tua, indekos ataupun rumah
kontrak). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
mahasiswa mengalami kesepian pada tingkat ringan.
Kata kunci: Kesepian, mahasiswa, pandemi COVID-19
Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Martaria Rizky Rinaldi melalui email:
martariarizky@mercubuana-yogya.ac.id
267
Martaria Rizky Rinaldi: Kesepian pada Mahasiswa selama Pandemi COVID-19 (267-277)
langsung atau dekat dengan jarak kurang fase ini individu menghadapi tugas perkem-
dari 1 meter dengan orang yang terinfeksi bangan untuk mendapatkan kedekatan atau
(WHO, 2020b). intimasi dan menghindari isolasi sosial.
Cara penularan yang berisiko besar ke- Penelitian menunjukkan bahwa usia 19
tika melakukan kontak yang dekat menjadi tahun merupakan usia yang rawan meng-
alasan diberlakukannya berbagai kebijakan alami kesepian (Shovestul et al., 2020).
dan peraturan terutama pemakaian masker Kesepian dapat didefinisikan sebagai
dan pembatasan jarak sosial atau social pengalaman tidak menyenangkan yang ter-
distancing guna menurunkan risiko penu- jadi ketika jaringan seseorang dalam hu-
laran dengan kontak langsung. Pada bidang bungan sosial secara signifikan lebih rendah
pendidikan, telah dikeluarkan kebijakan pe- secara kualitas maupun kuantitas (Margalit,
merintah mengenai pembelajaran online 2010). Hal ini berarti terjadi ketimpangan
atau dalam jaringan (daring) dan Kerja dari antara kontak sosial yang diinginkan dengan
Rumah atau Work From Home (WFH) kondisi aktual kontak sosial tersebut hingga
untuk mencegah penyebaran COVID-19 membuat individu mengalami perasaan
(Kemendikbud RI, 2020). Kebijakan ini kesepian.
membuat sistem pembelajaran yang dulu- Pada dasarnya, kesepian sering ditandai
nya tatap muka kini berubah menjadi online dengan penilaian pribadi terkait dengan
atau daring (Arora & Srinivasan, 2020). isolasi sosial yang bersifat subjektif, bukan
Kondisi pembelajaran secara daring ini secara objektif (Hawkley & Cacioppo,
mempengaruhi interaksi mahasiswa. Ter- 2010). Individu mungkin memiliki banyak
jadi penurunan tingkat komunikasi antara kontak sosial dan banyak teman, namun
mahasiswa dengan dosen (Alawamleh et al, merasa kesepian, sedangkan individu lain
2020), dan menurunnya interaksi sosial mungkin memiliki sedikit hubungan yang
selama pembatasan jarak sosial (Son et al., dekat namun merasa puas dalam hubungan
2020). yang terjalin.
Pembatasan fisik yang diberlakukan Kesepian terjadi lebih bergantung pada
membuat penurunan interaksi sosial yang penilaian pribadi individu dalam hubungan-
dapat berdampak pada meningkatnya rasa nya daripada hanya pada jumlah teman yang
kesepian. Kesepian merupakan situasi yang dimiliki (Heinrich & Gullone, 2006). Kese-
secara subjektif dirasakan individu terkait pian terjadi ketika seseorang tidak bahagia
dengan perasaan kekurangan dalam hal dengan keadaan hubungan yang dimiliki
kuantitas dan kualitas hubungan (de Jong- saat ini kemudian mengalami perasaan
Gierveld, 1987). Kesepian dapat terjadi ke- negatif seperti kesedihan atau keputusasaan
tika jumlah hubungan yang dimiliki lebih (Buchholz & Catton, 1999). Kesepian juga
kecil dibandingkan dari yang diinginkan berkaitan dengan kondisi kesejahteraan psi-
serta situasi yang menunjukkan keitiman kologis dan emosional serta distres psikolo-
yang diharapkan belum terwujud (de Jong- gis (Franssen et al., 2020)
Gierveld et al., 2006). Kesepian berkorelasi dengan beberapa
Kondisi pandemi dapat memperparah gangguan psikologis, terutama gangguan
kesepian yang dialami oleh individu. Hal mood, perilaku menyakiti diri sendiri dan
ini dikarenakan interaksi sosial yang ter- bunuh diri serta dapat menurunkan kondisi
batas merupakan faktor risiko dari kesepian kesehatan mental saat ini (Holmes et al.,
dewasa muda (Victor, 2011). Selain itu, 2020). Kesepian juga berhubungan dengan
usia fase remaja akhir dan awal dewasa buruknya kondisi fisik dan mental serta me-
muda merupakan fase yang berisiko tinggi ningkatkan risiko kematian (Holt-Lunstad et
untuk mengalami kesepian (Groarke et al., al., 2015). Jika kesepian dibiarkan dan tanpa
2020; Li & Wang, 2020; Rubenstrein & penanganan maka akan berdampak negatif.
Shaver, 1982). Hal ini dikarenakan pada Oleh karena itu, diperlukan data empiris
268
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 11, No. 3 (Special Issue), 202
untuk mengetahui tingkat kesepian agar bahkan hilangkan kesempatan untuk bekerja
nantinya dapat diberikan penanganan yang ataupun magang (Aucejo et al., 2020; Seidel
tepat. et al., 2020)
Pada konteks nonpandemi, isolasi geo- Faktor protektif dari kesepian yaitu
grafis, hidup sendiri, dan kurangnya keter- terkait dengan variabel-variabel sosial (Bu
ikatan sosial memprediksi kesepian pada et al., 2020; Li & Wang, 2020). Kedekatan
populasi orang dewasa dan lansia (Beutel dan kualitas hubungan diperlukan untuk
dkk., 2017). Dalam konteks pandemi, ter- melindungi diri dari kesepian. Selama masa
jadi isolasi sosial yang masif sebagai upaya pandemi, mahasiswa ada yang memutuskan
untuk mencegah atau mengurangi penye- untuk kembali pulang ke rumah orang tua
baran virus, sehingga isolasi geografis tidak masing-masing, namun ada pula yang me-
hanya terjadi pada lansia, namun termasuk milih untuk tetap tinggal di perantauan, baik
terjadi pada mahasiswa. Kesepian pada indekos maupun di rumah kontrakan. Ketika
mahasiswa ditemukan mempengaruhi ki- berada jauh dengan keluarga, kedekatan dan
nerja akademiknya (Bek, 2017). Hal ini kualitas hubungan mahasiswa dengan ke-
dikarenakan mahasiswa yang yang merasa luarganya menjadi berkurang. Kuantitas dan
kesepian dan mengisolasi diri cenderung kualitas interaksi sosial dengan sesama te-
tidak berpartisipasi dalam kegiatan aka- man mahasiswa juga menjadi berkurang
demik. Selain itu, kesepian juga ditemukan karena banyaknya mahasiswa yang pulang
berkaitan dengan stres akademik (Stoliker kampung akibat kebijakan perguruan tinggi
& Lafreniere, 2015). untuk menerapkan pembelajaran daring se-
Penelitian terdahulu tentang kesepian bagai upaya mencegah penyebaran COVID-
dalam konteks masa pandemi pada individu 19. Untuk memastikan hal tersebut, maka
dengan periode perkembangan tertentu penting untuk mendapatkan data empiris
telah dilakukan. Akan tetapi, belum banyak mengenai perbedaan tempat tinggal ter-
penelitian yang secara khuus mengungkap hadap kesepian pada mahasiswa.
mengenai kesepian pada mahasiswa di Selain itu, meneliti faktor jenis kelamin
masa pandemi COVID-19 ini. Sagita dan dalam variabel kesepian pada konteks ma-
Hermawan (2020) meneliti 300 remaja di hasiswa juga penting. Beberapa penelitian
Indonesia dan menunjukkan bahwa 43% terdahulu telah menguji keterkaitan antara
dari responden menunjukkan kesepian pada kesepian dengan jenis kelamin. Penelitian
kategori cukup tinggi, 10% pada kategori Wiseman et al. (1995) menyatakan bahwa
tinggi, dan 1,7% pada kategori sangat mahasiswa Israel laki-laki merasakan ke-
tinggi. Penelitian terkait kesepian pada usia sepian yang lebih tinggi daripada perem-
dewasa muda dilatarbelakangi oleh masa puan. Temuan ini berbeda dengan temuan
pandemi juga telah dilakukan dengan hasil Wedaloka dan Turnip (2019) yang menun-
yang menunjukkan tingkat kesepian yang jukkan bahwa perempuan lebih rentan
cukup tinggi (Groarke et al., 2020; Li & mengalami kesepian dibandingkan laki-laki.
Wang, 2020. Namun, hasil penelitian Ningrumsari dan
Penelitian kali ini dikhususkan untuk Sawitri (2018) justru menunjukkan bahwa
memahami kesepian pada responden maha- tidak terdapat perbedaan kesepian antara
siswa. Mahasiswa merupakan kelompok perempuan dan laki-laki. Ketidaksesuaian
yang rentan mengalami dampak mental dari dari beberapa hasil penelitian sebelumnya
pandemi COVID-19 dikarenakan tantangan mengenai keterkaitan kesepian dan jenis
yang dihadapi di perguruan tinggi. Hal ini kelamin membuat penelitian lanjutan untuk
terjadi karena munculnya permasalahan memastikan isu ini menjadi penting untuk
baru karena pandemi, seperti perubahan dilakukan.
sistem pembelajaran secara daring, wisuda Berdasarkan permasalahan tersebut,
yang menjadi tertunda, berkurangnya atau penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
269
Martaria Rizky Rinaldi: Kesepian pada Mahasiswa selama Pandemi COVID-19 (267-277)
bagaimana gambaran kesepian pada ma- nakan google form. Pada kuesioner terdapat
hasiswa pada masa pandemi COVID-19 di bagian persetujuan, sehingga hanya par-
Indonesia. Hipotesis yang diajukan yaitu: tisipan yang menyetujui informed consent
1) Terdapat tingkat kesepian pada maha- yang mengisi kuesioner. Tautan kuesioner
siswa pada masa pandemi COVID-19 di dikirimkan melalui media sosial WhatsApp
Indonesia; 2) Terdapat perbedaan jenis ke- dan Instagram. Partisipan juga didorong
lamin terhadap kesepian pada mahasiswa di untuk membagikan tautan ke orang lain se-
masa pandemi COVID-19; 3) Ada per- banyak mungkin, dengan demikian, tautan
bedaan tingkat kesepian jika ditinjau dari disebarkan secara meluas. Ketika partisipan
lokasi tempat tinggal mahasiswa. menerima dan menekan tautan maka ia akan
terarah pada halaman yang berisi informasi
Metode penelitian dan informed consent. Setelah
partisipan menyetujui, ia diarahkan pada
Penelitian ini menggunakan metode isian data demografis dan skala kesepian.
kuantitatif dengan desain survei berjenis Pengumpulan data dimulai dari tanggal
cross sectional. 25 hingga 31 Oktober 2020. Setelah data
terkumpul, selanjutnya dilakukan pemerik-
Sampel saan untuk melihat kelengkapan data. Jika
data tidak lengkap atau terdapat respon yang
Kriteria partisipan penelitian ini adalah kurang jelas, maka data dieliminasi. Jumlah
mahasiswa aktif di perguruan tinggi di pengisi data yang didapatkan yaitu 245 dan
Indonesia. Total partisipan penelitian ini dieliminasi 9 orang.
berjumlah 236 yang didapatkan dari ber-
bagai provinsi di Indonesia. Penelitian ini Analisis Data
mengumpulkan data secara online. Karena
itu, teknik pengambilan sampel mengguna- Data hasil penelitian dianalisis secara
kan convenient sampling karena responden deskriptif untuk mengetahui tingkat kese-
otomatis terseleksi ketika menerima link pian pada mahasiswa. Sebelumnya dilaku-
kuesioner yang tersebar. Semua mahasiswa kan uji prasyarat untuk melihat homogenitas
Indonesia yang dapat mengakses internet, dan linearitas dari variabel. Selanjutnya
memahami Bahasa Indonesia, dan bersedia untuk menjawab hipotesis penelitian kedua
berpartisipasi bisa terlibat dalam penelitian dan ketiga, digunakan teknik analisis
ini. statistik dengan bantuan IBM SPSS 22.0 for
Windows dengan uji beda t-test untuk meli-
Pengumpulan Data hat perbedaan pada kelompok laki-laki dan
perempuan. Analisis dengan menggunakan
Pengumpulan data dalam penelitian ini ANOVA digunakan untuk melihat perbe-
menggunakan UCLA Loneliness Scale daan lokasi tempat tinggal, yaitu indekos,
version 3 yang dikembangkan oleh Russell kontrakan, dan rumah.
(1996). Skala kesepian ini telah terbukti
memiliki reliabilitas yang tinggi dengan Hasil
internal konsistensi (koefisien alpha dalam
rentang 0,89 hingga 0,94) dan reliabilitas Berdasarkan hasil penelitian seperti
test-retest dalam periode satu tahun yaitu r yang ditunjukkan pada Tabel 1, diperoleh
= 0,73. Validitas konvergen dari skala ini skor rata-rata kesepian pada mahasiswa
juga menunjukkan korelasi yang signifikan yaitu 42, dengan standar deviasi (SD) 7,4.
dengan alat ukur lain dalam mengukur Nilai maksimal kesepian yaitu 60 dan nilai
kesepian (Russell, 1996). minimalnya adalah 22.
Kuesioner online disebarkan menggu-
270
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 11, No. 3 (Special Issue), 202
271
Martaria Rizky Rinaldi: Kesepian pada Mahasiswa selama Pandemi COVID-19 (267-277)
272
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 11, No. 3 (Special Issue), 202
temukan adanya perbedaan gender dalam buat setiap orang melakukan isolasi diri,
kesepian, perbedaan tersebut lebih mencer- sehingga di manapun tempat tinggalnya, in-
minkan pada sejauh mana perempuan dan dividu lebih banyak menghabiskan waktu
laki-laki bersedia melaporkan rasa kesepian bersama orang dekat di tempat tinggalnya.
yang dialami (Barreto, 2021). Laki-laki le- Karena itu, pengalaman isolasi diri bersama
bih enggan untuk mengakui perasaan kese- keluarga dapat menjelaskan kesamaan pe-
piannya karena akan lebih distigmatisasi ngalaman kesepian pada mayoritas respon-
daripada perempuan yang mengungkapkan den penelitian ini (Groarke et al. 2020).
perasaan yang sama (Borys & Perlman,
1985). Dengan demikian, tidak adanya per- Simpulan
bedaan tingkat kesepian pada laki-laki dan
perempuan yang menjadi hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bah-
kali ini mengindikasikan bahwa seluruh wa sebagain besar mahasiswa mengalami
partisipan melaporkan kondisi kesepiannya kesepian mulai dari tingkat ringan hingga
nya secara lebih terbuka. sedang. Selain itu tidak ada perbedaan jenis
Selain itu, adanya perbedaan gender kelamin dalam tingkat kesepian mahasiswa
dalam kesepian seringkali dipengaruhi oleh dan tidak ada perbedaan dalam tingkat ke-
faktor lain. Penelitian Aartsen & Jylha sepian mahasiswa jika ditinjau dari status
(2011) menunjukkan bahwa ketika faktor tempat tinggal mereka.
lain seperti status pernikahan, kesehatan,
usia, dan pengaturan tempat tinggal dikon- Saran
trol maka tidak ada perbedaan gender yang
signifikan pada pengalaman kesepian. Pada Keterbatasan dari penelitian ini adalah
penelitian ini, terdapat kesamaan dalam belum menjangkau populasi dari daerah-
beberapa faktor tersebut. Penelitian ini daerah di seluruh Indonesia. Respon dari
dilakukan pada mahasiswa yang seluruhnya penelitian berasal dari 19 provinsi dari 34
berstatus belum menikah, dalam kondisi provinsi yang ada di Indonesia, sehingga
kesehatan yang baik, rentang usia yang untuk penelitian selanjutnya disarankan
tidak terlalu jauh, dan status tempat tinggal untuk dapat lebih menjangkau responden
yang mayoritas bersama keluarga di rumah dari semua provinsi di Indonesia agar dapat
(87,7%). lebih dapat memahami kesepian sebagai
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak dampak dari pandemi pada mahasiswa di
ada perbedaan rerata kesepian ketika di- Indonesia. Selain itu, variabel kesepian
tinjau dari faktor status tempat tinggal, perlu diuji kaitannya dengan berbagai faktor
yaitu rumah orang tua, indekos, atau rumah penyebabnya terutama dalam konteks pan-
kontrak. Berdasarkan penelitian Kearns et demi serta perlu diteliti dengan berbagai
al. (2015), ditemukan bahwa individu yang variabel psikologis lainnya.
menyadari bahwa ada lebih banyak orang di Bagi perguruan tinggi, hendaknya da-
sekitarnya, merasakan kesepian yang lebih pat menciptakan program pencegahan dan
rendah. Hal ini berarti dimungkinkan tidak penanganan kesepian untuk mahasiswanya
ada perbedaan persepsi dalam pengenalan misalnya dengan memberikan psikoedukasi
orang sekitar pada partisipan penelitian ini dan berbagai pelatihan pengelolaan emosi,
karena mayoritas bertempat tinggal ber- serta layanan konseling secara online. Hasil
sama keluarga. Tidak adanya perbedaan penelitian ini menunjukkan tidak ada per-
kesepian ditinjau dari asal provinsi dalam bedaan jenis kelamin dalam tingkat kese-
penelitian ini juga dimungkinkan karena pian mahasiswa. Hal ini berarti dalam mem-
adanya kesamaan situasi saat mereka berikan penanganan terkait dengan kesepian
tinggal di rumah bersama keluarga, yaitu tidak diperlukan pembedaan antara laki-laki
situasi pandemi. Kondisi pandemi mem- dan perempuan. Hasil penelitian ini juga
273
Martaria Rizky Rinaldi: Kesepian pada Mahasiswa selama Pandemi COVID-19 (267-277)
menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat mahasiswa. Kegiatan penanganan dan kon-
kesepian jika ditinjau dari status tempat sultasi secara online dapat dilakukan untuk
tinggal. Dengan demikian, penanganan ke- mahasiswa dari berbagai lokasi tempat
sepian pada mahasiswa diarahkan kepada tinggal mereka.
semua tanpa memperhatikan tempat tinggal
Daftar Pustaka
Aartsen, M., & Jylha, M. (2011). Onset of Bauer, N. & Rokach, A. (2012). The
loneliness in older adults: Results of a Experience of Loneliness in
28 year prospective study. European University: A Cross-Cultural Study.
Journal of Ageing, 8(1), 31-38. International Journal of Adolescence
https://doi.org/10.1007/s10433-011- and Youth, 11(4), 283-302.
0175-7. https://doi.org/10.1080/02673843.20
04.9747936
Alawamleh, M. & Al-Twait, (2020). The
effect of online learning on Bek, H. (2017). Understanding the Effect
communication between instructors of Loneliness on Academic
and students during Covid-19 Participation and Success among
pandemic. Asian Education and International University Students.
Development Studies. 9(4), 1-21 Journal of Education and Practice.
https://doi.org/10.1108/AEDS-06- 8(14), 46-50.
2020-0131 https://doi.org/10.1143922/2222.288
Arora, A.K. & Srinivasan, R. (2020). Banerjee, D., & Rai, M. (2020). Social
Impact of Pandemic Covid19 on the isolation in Covid-19: The impact of
Teaching–Learning process: A Study loneliness. International Journal of
of Higher Education Teachers. Social Psychiatry, 66(6), 525-527.
Prabandhan, 13(4), 43-56. https://doi.org/10.1177%2F0020764
http://doi.org/10.17010/pijom%2F20 020922269
20%2Fv13i4%2F151825 Beutel, M.E., Klein, E.M., Brähler, E.,
Aucejo, E. M., French, J. F., Araya, M. P. Reiner, I., Jünger, C.,
U., & Zafar, B. (2020). The impact of Michal,…Tibubos, A.N. (2017).
COVID-19 on student experiences Loneliness in the general population:
and expectations: Evidence from a prevalence, determinants and
survey (No. w27392). National relations to mental health. BMC
Bureau of Economic Research. Psychiatry. 17(1), 97-103.
https://doi.org/10.3386/w27392 https://doi.org/10.1186/s12888-017-
1262-x.
Azwar, S. (2017). Reliabilitas dan
Validitas. Pustaka Belajar. Borys, S., & Perlman, D. (1985). Gender
Differences in Loneliness.
Barreto, M., Victor, C., Hammond, C,…
Personality and Social Psychology
& Qualter, P. (2021). Loneliness
Buletin. 11(1), 63–74.
around the world: Age, gender, and
https://doi.org/10.1177/01461672851
cultural differences in loneliness.
11006
Personality and Individual
Differences, 169, 1-6. Bu, F., Steptoe, A., & Fancourt, D. (2020).
https://doi.org/10.1016/j.paid.2020.1 Loneliness during a strict lockdown:
10066. Trajectories and predictors during the
274
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 11, No. 3 (Special Issue), 202
275
Martaria Rizky Rinaldi: Kesepian pada Mahasiswa selama Pandemi COVID-19 (267-277)
276
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 11, No. 3 (Special Issue), 202
277