Anda di halaman 1dari 23

PROSES OBSERVASI

A. ALAT OBSERVASI

Ada bebarapa alat observasi yang digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda-beda,
antara lain :

1. Anekdotal

Observer mencatat hal-hal yang penting. Pencatatan dilakukan sesegera mungkin pada tingkah
laku yang istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadian, bukan
bagaimana menurut pendapatnya. Akan tetapi, kerugian dari bentuk seperti ini adalah memakan
waktu yang agak lama.

2. Catatan Berkala

Dalam catatan berkala penyelidik yang mencacat macam-macam kejadian khusus sebagimana
pada observasi anecdotal, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu. Apa yang dia lakukan
adalah mengadakan observasi cara-cara orang bertindak dalam jangka waktu tertentu, kemudian
menuliskan kesan-kesan umumnya. Setelah dia menghentikan penyelidikannya dan mengadakan
penyelidikan lagi pada saat ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

3. Check List

Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang hendak
diselidiki. Check list dimaksudkan untuk mensistematikan catatan observasi. Dengan check list ini
lebih dapat dijamin bahwa penyelidik mencatat tiap-tiap kejadian yang telah ditetapkan hendak
diselidiki.

Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam check list, dan
observer tinggal memberi tanda check secara cepat tentang ada tidaknya aspek perbuatan yang
tercantum dalam list.

4. Rating Scale

Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Rating scale ini sangat populer
karena pencatatanya sangat mudah, dan relatif menunjukkan keseragaman antara pencatat dan
sangat mudah untuk dianalisis secara statistik.
Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat
secara bertingkat observasi diminta mencatat pada tingkat yang bagaimana suatu gejala atau ciri
tingkah laku timbul.

Rating scale mempunyai kesamaan dengan ckeck list. Observer tinggal member tanda-tanda
tertentu dan mengecek pada tingkat-tingkat tingkah laku tertantu. Dengan cara ini deskripsi yang
panjang lebar tidak diperlukan, dan waktu sangat dihemat oleh karenanya.

Namun, demikian ada beberapa sumber kesesatan yang perlu mendapat perhatian dari observer,
yaitu:

a. Hallo Effects

Kesesatan ‘halo’ terjadi jika observer dalam pencatatan terpikat oleh kesan-kesan
umum yang baik pada observe, sedang observer tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu.
Jadi, misalnya seorang observer mungkin terpikat oleh tingkah laku yang sopan dari orang
yang diamati, dan memberikan penilaian yang tinggi pada observe tanpa memperhatikan
pada aspek yang sebenarnya hendak diamati. Dan sebaliknya seorang observer dapat
memberi nilai yang lebih rendah daripada semestinya tentang suatu hal yang oleh karena
observe berpakaian yang kurang rapi, sedang observer sendiri adalah orang yang biasa
berpakaian rapi.

b. Generosity Effects

Kesesatan dapat terjadi karena keinginan untuk berbuat baik. Dalam keadaan-
keadaan yang meragukan seorang observer mempunyai kecenderungan seorang observer
mempunyai kecenderungan untuk menilai yang menguntungkan (atau merugikan) observee.

c. Carry Over Effects

Carry over effects terjadi jika pencatat tidak dapat memisahkan satu gejala dari yang
lain dan jika gejala yang satu kelihatan timbul dalam keadaan yang baik, gejala yang lainnya
juga dicatat dalam keadaan baik, sungguhpun kenyataannya tidak begitu. Pencatatan gejala
yang satu dan dibawa-bawa dalam pencatatan gejalan lainnya ini pasti tidak akan
menghasilkan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaannya. Sehingga hal ini perlu diperhatikan
oleh seorang peneliti yang hendak meneliti suatu gejala.
5. Mechanical Devices

Perkembangan alat-alat optika yang maju memungkinkan seorang observer menggunakan alat
pencatat mesin seperti kamera video untuk menyelidiki tingkah laku orang. Biaya untuk ini sangat
mahal tetapi pada kesempatan-kesempatan tertentu diperlukan juga.

Keuntungan dari observasi yang menggunakan alat ini adalah:

• Dapat diputar kembali setiap dibutuhkan.

• Dapat diputar lambat-lambat untuk memungkinkan analisa yang diteliti tentang tingkah
laku manusia, yang belum tentu dapat dilakukan dalam kegiatan normal.

• Untuk seorang perancang reseach memberikan bahan-bahan yang berharga untuk


mengembangkan problema-problema penelitian.

• Sebagai alat untuk melatih observer untuk memperbaiki kecermatan dan ketelitian
observasinya.

B. OBSERVER

Spradley (1980) menyebutkan bahwa peran observer dalam metode observasi adalah:

1. Observer tidak berperan sama sekali

Dalam Observasi observer tidak berperan, kehadiran dalam area penelitian hanya untuk
melakukan observasi tetapi tidak diketahui oleh subyek yang diamati.

Observasi jenis ini bisa dilakukan, misalnya dengan menggunakan kaca “one way mirror“ seperti
pengamatan pada sekelompok anak-anak dengan perilaku di dalam kelas dalam suatu ruangan
atau kelas, atau menggunakan teropong jarak jauh untuk mengamati perilaku seorang atau
sekelompok orang. Pengamatan semacam itu juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan
rekaman video sehingga peneliti benar-benar tidak melakukan peran sama sekali.

2. Observer berperan pasif

Dalam jenis ini observer mendatangi peristiwa, akan tetapi kehadirannya di lapangan
menunjukkan peran yang peling pasif. Kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh orang
yang diamati, dan bagaimanapun hal ini membawa pengaruh. Agar kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi sifat alamiah subjek, sebaiknya peneliti tidak membuat catatan selama
penelitian, kecuali mungkin dengan menggunakan perekaman secara tersembunyi. Tetapi
setelah selesai melakukan pengamatan, peneliti harus segera membuat catatannya secepatnya
sebelum tertumpuk oleh informasi lainnya.

3. Observer berperan aktif

Dalam observasi ini peneliti dapat memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu
situasi sesuai dengan kondisi subjek yang diamati. Cara ini dilakukan semata untuk dapat
mengakses data yang diperlukan bagi penelitian. Keberadaan peneliti sebenarnya diketahui oleh
subjek yang diteliti, tetapi peneliti telah dianggap sebagai bagian dari mereka dan kehadirannya
tidak mengganggu atau mempengaruhi sifat naturalistik. Apa yang dilakukan tidak ubahnya
sebagaimana yang dilakukan subjek yang diteliti.

4. Observer berperan penuh

Pada observasi ini peneliti bisa jadi sebagai anggota resmi dari kelompok yang diamati atau
sebagai orang dalam atau orang luar tetapi telah dianggap sebagai orang dalam.

Peran peneliti dalam observasi terlibat penuh, bukan sekedar partisipasi aktif dalam kegiatan
subjek yang diteliti, tetapi juga bisa lebih menjadi pengarah acara sebuah peristiwa terarah
dengan skenario peneliti agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai.

Dalam melakukan observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan dalam observasi,
yaitu:

• Prasangka-prasangka dan keinginan-keinginan dari observer.

• Keterbatasan panca indra, kemampuan pengamatan, dan ingatan manusia.

• Keterbatasan wilayah pandang.

• Ketangkasan menggunakan alat-alat pencatatan.

• Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi

• Ketepatan alat dalam observasi. Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi.

• Kemampuan menangkap hubungan sebab akibat tergantung pada keadaan mental, indra
pada suatu waktu.
Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki syarat-
syarat sebagai berikut :

1. Mengerti latar belakang tentang materi yang akan diobservasi

Untuk mengobservasi tentang perkembangan anak maka seorang observer harus


mengusai teori tentang perkembangan yang harus dilalui oleh setiap anak.

2. Mampu memahami kode-kode / tanda-tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah laku
yang satu dengan yang lain.

Seorang observer hendaknya mempunyai kemampuan untuk membedakan tanda-tanda


tingkah laku agar dapat membedakan tingkah laku yang satu dengan yang lainnya. Juga perlu
mengetahui perbedaan mengekspresikan emosi ke dalam perilaku bagi masing-masing kelompok
masyarakat.

3. Membagi perhatian

Seorang observer harus mampu membagi perhatiannya antara mengamati tindakan yang
dilakukan oleh observee dan mencatat perilaku tersebut.

4. Dapat melihat hal-hal yang detail

Seorang observer harus mampu mengamati perilaku observee sampai pada perilaku yang
sekecil-kecilnya, karena bisa saja perilaku yang dianggap tidak penting justru merupakan perilaku
yang sangat penting.

5. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara
verbal/non verbal.

Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku yang ditunjukkan oleh
observee dan bagaimana respon yang harus diberikan.

6. Menjaga hubungan antara observer dan observee

Kemampuan menjalin hubungan baik dengan observe merupakan faktor yang sangat
penting dalam observasi.
C. HAL-HAL YANG DIOBSERVASI

Banyak hal-hal, peristiwa-peristiwa, masalah-masalah, dan gejala-gejala yang dapat


diobservasi.

Dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan, yaitu:

A. Penampilan fisik : yang meliputi kondisi fisik observe, misalnya tinggi badan, berat badan,
warna kulit, dan lain-lain.

B. Gerakan tubuh / penggunaan anggota tubuh. Misalnya: bagaimana postur tubuh observe,
bagian tubuh mana yang sering digunakan dan bagian mana yang kurang banyak gerakan
(misalnya observe selalu menggerak-gerakkan tengan ketika berbicara, dsb).

C. Ekspresi wajah : Bagaimana ekspresi wajah observe ketika sedang berbicara.

D. Pembicaraan : yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan.

E. Rekasi emosi : yaitu bagaimana reaksi emosi observe. Dalam penelitian seorang observer
perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observe terhadap suatu masalah yang
ingin diteliti.

F. Aktivitas yang dilakukan : Misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, dimana dan
sebagainya.

G. Dan beberapa hal yang perlu diobservasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian yang
akan dilakukan.

D. LANGKAH-LANGKAH DALAM OBSERVASI

Rummel telah merumuskan petunjuk-petunjuk penting bagi mereka yang menggunakan


metode observasi untuk mengumpulkan fakta-fakta seperti berikut:

1. Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik dapat mengobservasi
dan mengingat-ingat lebih banyak sifat-sifat khusus dari sesuatu jika dia telah mempunyai
pengetahuan lebih dahulu tentang apa yang akan diobservasi dan jenis fenomena-
fenomena apa yang perlu dicatat. Sebab itu ketahui dan tentukan lebih dahulu apa-apa
yang perlu diobservasi.

2. Selidiki tujuan-tujuan yang umum maupun khusus dari masalah-masalah reseach untuk
menentukan apa yang harus diobservasi. Perumusan masalah dan aspek-aspek khusus
dari penyelidikan akan menentukan apa yang harus diobservasi. Selidiki secara mendalam
dan gunakan penyelidikan-peyelidikan yang terdahulu yang mempunyai hubungan
dengan problematik reseach yang akan dilakukan untuk memperoleh petunjuk-petunjuk
tentang apa yang diobservasi dan dicatat.

3. Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. Adalah penting sekali untuk
menetapkan lebih dahulu simbol-simbol statistik atau rumusan-rumusan deskriptif yang
akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat waktu
dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa.
Banyak orang merasa perlu mencatat-catat hasil observasi, tetapi tidak berhasil untuk
melakukan itu karena ketiadaan cara pencatatn yang efisien.

Untuk melaksanakan itu umumnya digunakan check list. Check list akan menghemat
pencatatan sampai minimal dan jika dibuat secara cermat akan memungkinkan penyelidik
mencatat secara teliti unsur-unsur khusus dari gejala yang akan diselidiki.

4. Adakan dan batasai dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan,
kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku, kerapkali perlu sekali
penyelidik mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku yang muncul.

5. Adakan observasi secermat-cermatnya.

6. Catatlah tiap-tiap gejala secara terpisah.

7. Ketahuilah beik-baik alat-alat pencatatan dan data caranya mencatat sebelum melakukan
observasi.

Secara singkat berikut langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi :

1. Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi.

2. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.

3. Membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa).

4. Membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi.

5. Melakukan observasi dengan secermat-cermatnya.

6. Membuat hasil catatan-catatan/observasi.

7. Memahami pencatatan dan penggunaan alat.


E. PENCATATAN LAPANGAN

Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap
penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda. Yang
penting untuk diingat adalah catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan
tanggal dan waktu yang lengkap.

Untuk mampu menulis catatan lapangan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih
kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinyu, dan menuliskannya langsung saat
melakukan observasi di lapangan. Bila pencatatan tidak mungkin dilakukan langsung di lapangan,
hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan. Peneliti
harus menyadari ia tidak dapat mengandalkan ingatanya saja, dan bila ia tidak segera mencatat
apa yang ia amati, sangat mungkin akan kehilangan nuansa yang diamati.

Catatan lapangan harus deskriptif, diberi tanggal dan waktu, dan dicatat dengan menyertakan
informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa yang hadir di sana,
bagaimana setting fisik lingkungan, interaksi sosial dan aktifitas apa yang berlangsung dan
sebagainya.

Yang sangat penting untuk selalu diingat adalah peneliti yang baik akan melaporkan hasil
observasinya secara deskriptif, tidak interpratatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau
interpretasi, melainkan data kongrit berkenaan dengan fenomena yang diamati.

Deskripsi yang memadai dalam detil, dan ditulis sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca
menvisualisasikan setting yang diamati. Deskripsi interpretasi dengan menggunakan
penyimpulan-penyimpulan dari peneliti harus dihadari interpretasi dengan memberikan lebel
atau penjelasan sifat-sifat tidak ditunjukkan. Yang perlu dilakukan adalah menjabarkan situasi
yang diamati segera mengambil kesimpulan tentang hal tersebut.

Hasil interpretasi :

Contoh : Ruangan sangat nyaman dan indah. Mereka sangat membenci satu sama lain.

Kongrit, apa adanya dan mendatai :

Contoh :

Ruangan berukuran…, terdengar suara musik dari alat perekam, dan tembok yang berwarna biru
muda digantungi beberapa lukisan pemandangan……
Kedua tersebut saling memuku. Yang satu terjatuh dan lelaki yang lain kemudian menginjak
sampai yang terjatuh tersebut berteriak-teriak…….

Dengan uraian deskriptif sekaligus informatif demikian, pengamat meminimalkan biasnya,


sehingga dengan sendirinya dengan sendirinya juga dapat mengembangkan analisis yang lebih
akurat saat menginterpretasi seluruh data yang ada.

Bila relevan yang memungkinkan, catatan lapangan perlu juga diisi kutipan-kutipan langsung apa
yang dikatakan obyek yang diamati selama proses observasi. Hal itu akan membantu peneliti
dalam mengungkap prespektif orang yang diamati mengenai realitas yang alami.

Guba dan Lincoln telah memberikan pedoman dalam pembuatan catatan :

1. Pembuatan catatan lapangan, yaitu gambaran umum peristiwa-peristiwa yang telah


diamati oleh peneliti. Dalam hal ini pengamat bebas membuat catatan, dan biasanya
dilakukan pada malam hari setelah melakukan observasi.

2. Buku harian, yang dibuat dalam bentuk yang teratur dan ditulis setiap hari, yang isinya
diambil dari catatan lapangan.

3. Catatan tentang satuan-satuan sistematis, yaitu catatan rinci tentang tema yang muncul.

4. Catatan kronologis, yang merupakan catatan rinci tentang urutan peristiwa dari waktu ke
waktu.

5. Peta konteks, yang dapat berbentuk peta, sketsa atau diagram. Dengan peta konteks ini
dapat diperoleh gambaran umum tentang posisi subjek serta perkembangannya.

6. Taksonomi dan ketegori yang dikembangkan selama analisa di lapangan.

7. Jadwal observasi berisi dekripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, apa yang
diamati, dimana, kapan dan lain-lain.

8. Siometik merupakan diagram hubungan antara subjek yang sedang diamati.

9. Panel yaitu pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang secara periodik.

10. Kuesioner yang diisi oleh pengamat untuk memberikan balikan kepada pengamat
sehingga dapat lebih mengarahkan dan memperbaiki teknik pengamatannya.

11. Balikan dari pengamat lainnya, juga dapat memperbaiki teknik pengamatan yang
dipergunakannya.
12. Daftar cek, dibuat untuk mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukan telah
direkam.

13. Piranti elektronik, misalnya kamera atau video yang disembunyikan.

14. “Topeng Steno“ yaitu alat perekam suara yang diletakkan secara tersembunyi di tubuh
peneliti.

Banister (1994) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat
catatan observasi, yaitu:

1. Deskripsi konteks.

2. Deskripsi mengenai karakteristik orang-orang yang diamati.

3. Deskripsi tentang siapa yang melakukan observasi.

4. Deskripsi mengenai perilaku yang ditampilkan orang-orang yang diamati.

5. Interpretasi sementara peneliti terhadap kejadian yang diamati.

6. Pertimbangan mengenai alternatif interpretasi lain.

7. Eksplorasi perasaan dan penghayatan peneliti terhadap kejadian yang diamati.

F. SUMBER-SUMBER KESALAHAN DALAM OBSERVASI

Dalam melakukan observasi, terutama bagi observer pemula yang belum mahir melakukan
observasi kerap terjadi kesalahan dalam melakukannya oleh karena itu perlu diketahui masalah-
masalah yang sering menjadi sumber kesalahan dalam melakukan observasi.

Ada beberapa sumber kesalahan yang sering ditemukan dalam observasi, yaitu:

1. Kesalahan yang bersumber pada kualitas personel observer. Hal ini berkaitan dengan
penelitia, hello effect, usia, latar belakang pendidikan/budaya, personal value.

2. Kesalahan yang berhubungan dengan setting, skala, atau alat-alat yang digunakan.

3. Kesalahan yangbersumber pada subjek penelitian. Mungkin dikarenakan kesalahan atau


manipulasi diri.
Contoh Check List

Kebiasaan Dalam Perkuliahan

Faktor Ahmad Husin Hani

Terlambat - √ -

Mencatat - - √

Bertanya √ - √

Menjawab Pertanyaan - - √

Partisipasi dalam Diskusi √ - -

Berbicara dengan Teman di Dalam √ √ -


Kelas

Contoh Rating Scale

1. Kebiasaan Dalam Perkuliahan

Kadang- Tidak
Ahmad Sangat Sering Sering
Kadang Pernah

Terlambat √

Mencatat √

Bertanya √

Menjawab Pertanyaan √

Partisipasi dalam Diskusi √

Berbicara dengan Teman di √


Dalam Kelas
2. Reaksi Terhadap Gangguan Kerja

Mudah Sekali Terganggu. Agak Mudah. Tetap Bekerja Walaupun


Ada Gangguan.

Contoh Observasi

Observasi Yang Dilakukan Pada Anak Di Sekolah

A. Temperamen

No Temperamen Rating Karakter Perilaku

1. Aktivitas Rendah Gerakan tubuh amat sedikit

Tinggi Sangat aktif bergerak, jarang diam.

2. Ritmik Reguler Waktu tidur, makan, buang air besar pada


saat yang relatif sama setiap harinya.

Tidak Reguler Waktu tidur, makan dan buang air besar tidak
pasti.

3. Pendekatan / Positif Tersenyum, mau mendekati orang lain.


Penarikan Diri
Negetif Menolak bila ada orang asing.

4. Adaptasi Adaptif Mula-mula kaku/pasif/takut tapi lama-lama


merasa enak.

Tidak Adaptif Tidak suka bunyi-bunyi keras, sulit diberi


baju, sulit makan makanan baru.

5. Intensitas Reaksi Memadai Tidak pernah menangis bila


ngompol/pipis/dingin/takut.

Tegang Cengeng, mudah menolak pemberian,


mudah sedih, kecewa dsb.

6. Kualitas “MOOD” Positif Mudah tersenyum, tertawa, bekerja sama


dengan orang lain.
Negatif Mudah cemberut/marah, bila keinginannya
tidak terkabul, sulit dihibur bila sedih/marah.

B. Fisik

No Kualitas Keterangan

1. Dibandingkan dengan anak / remaja lain seusianya Lebih besar/sama/lebih kecil.

2. • Impresi observer tentang posisi tubuh anak


bila berdiri, duduk, berjalan, lari.

• Pandangan mata.

3. Di dalam kelas dibandingkan anak lain Lebih banyak bicara.

Lebih diam.

Lebih banyak berjalan di


kelas.

Lebih banyak bertanya.

Lebih banyak mengganggu


orang lain.

4. Di luar kelas (Misalnya: saat istirahat/olahraga). Aktif mengikuti

Tidak seaktif temannya.

Tidak mengikuti sama


sekali.

Sendirian.

Bergerombol.

Berjalan-jalan.

Diam di kelas.
5. Kecepatan melakukan tugas Lebih cepat dari temannya.

Sama cepatnya.

Kalah cepat.

C. Sosial-Emosional

Keterangan

1. Keinginan Memulai Kegiatan

✓ Hampir selalu berinisiatif melakukan sesuatu. Menolak


ide orang lain.
✓ kadang memerlukan bantuan dalam mengerjakan
sesuatu. Bisa menerima pendapat orang lain.
✓ Butuh waktu lama sebelum melakukan kegiatan.
✓ Hampir tidak punya inisiatif melakukan kegiatan.

2. Pemusatan Perhatian

✓ Bisa bertahan dalam waktu lama pada aktivitas


pilihannya.
✓ Betah mengerjakan sesuatu untuk kegiatan yang
sesuai dengan umurnya sampai selesai.
✓ Butuh banyak dorongan untuk menyelesaikan tugas.
✓ Jarang dapat menyelesaikan tugas, mudah pindah dari
aktivitas satu ke yang lain.

3. Keingintahuan

✓ Tertarik dengan ide-ide baru.


✓ Aktif mengeksplorasi barang-barang yang baru dalam
ruang.
✓ Mudah tertarik hal-hal baru, tapi kemudian surut.
✓ Tidak tertarik dengan hal-hal baru.

4. Toleransi terhadap frustasi


✓ Mau mencari pemecahan masalah-masalah praktis. Bila
gagal diterima dengan perilaku yang masak.
✓ Berusaha keras untuk berhasil dan menerima kegagalan
dengan baik, tapi bila sangat frustasi perilaku kekanak-
kanakan muncul.
✓ Mudah putus asa, menangis atau agresif bila frustasi.
✓ Tidak dapat toleransi sama sekali terhadap frustasi.

5. Hubungan dengan guru

✓ Mandiri, bahkan bisa membantu tugas guru.


✓ Hangat, hanya minta perhatian dan bantuan dari guru bila
perlu.
✓ kadang memerlukan banyak bantuan dan kontak fisik,
atau perhatian dengan cara-cara tidak umum.
✓ Selalu minta perhatian dan bantuan, kadang agresif atau
tidak mengindahkan guru sama sekali.

6. Kepatuhan terhadap aturan

✓ Faham dan patuh terhadap aturan kelas / sekolah meski


guru tidak ada.
✓ Biasanya patuh terhadap aturan tapi mudah melanggar
peraturan bila dalam keadaan terpaksa.
✓ Sering mencoba melanggar aturan atau disiplin.
✓ Sering sekali melanggar aturan, menolak terhadap
kegiatan-kegiatan rutin kelas/sekolah.

7. Reaksi terhadap orang dewasa

✓ Tertarik mau menyapa dan berbicara tapi tidak


memonopoli pembicaraan.
✓ Tidak memulai menyapa / berbicara tapi akan merespon
dengan baik bila didahului.
✓ Tidak merespon orang lain sama sekali, menolak kehadiran
orang lain di kelas / sekolah.
✓ Marah / menangis / cemberut / bersembunyi bila ada
orang lain.
8. Hubungan dengan anak / remaja lain.

✓ Selalu memulai permainan.


✓ Kadang-kadang memulai permainan atau menerima
permainan yang dimulai anak lain.
✓ Sering menolak ajakan anak lain, bermain sendiri /
tinggal di kelas.
✓ Menghindari anak lain hampir setiap waktu.

Contoh Pedoman Observasi

Pedoman Observasi Tentang Persepsi Karyawan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Aspek Kriteria

Sangat Baik Cukup Kurang Sangat


Baik Kurang

1. Lingkungan Kerja

Di dalam gedung

Suhu udara

Penerangan.

Kebersihan.

Polusi udara.

Kebisingan.

Di luar gedung

Suhu udara

Penerangan

Kebersihan
Polusi udara

Kebisingan

2. Keadaan mesin dan peralatan

Pemasangan tanda-tanda bahaya


pada peralatan dengan resiko kerja
tinggi.

Pengecekan berkala terhadap


peralatan kerja.

Penyediaan peralatan
penanggulangan bahaya ditempat-
tempat strategis.

Kondisi mesin-mesin yang digunakan.

Pemeliharaan dan perawatan mesin


di perusahaan.

3. Keadaan dan kondisi kerja

Kenyamanan pekerja ketika bekerja


di lingkungan kerja.

Konsentrasi pekerja dalam bekerja.

Kesehatan pekerja.

Telinga

Hidung

Tenggorokan

Jantung

Hati
Dan lain-lain

4. Cara kerja

Pemakaian penutup telinga oleh


pekerja ketika bekerja.

Pemakaian penutup kepala bagi


pekerja katika bekerja.

Pengawasan terhadap pemakaian


alat pelindung kerja oleh pekerja.

Ketaatan pekerja dalam mengikuti


prosedur baku bagi kegiatan rutin.

5. Pelayanan kesehatan

Pelayanan dokter disediakan oleh


perusahaan terhadap kesehatan
pekerja.

Pelayanan dokter yang disediakan


oleh perusahaan dalam mengatasi
kecelakaan yang terjadi.

Penyediaan peralatan P3K di


perusahaan.

Tanggapan pihak menejamen


terhadap keluhan pusing, mual, dari
pekerja.

Pelayanan oleh dokter ketika terjadi


kecelakaan akibat kerja di
perusahaan.

6. Komunikasi pelatihan K3
Pmasangan tanda-tanda peringatan
bahaya.

Pemasangan nomor-nomor telepon


untuk keadaan darurat.

Pelaksanaan kursus-kursus
keselamatan dan keselamatan kerja
untuk pekerja.

Publikasi tentang keselamatan dan


kesehatan kerja di perusahaan.

7. Manajemen

Keterlibatan menajemen dalam


pemasangan tanda-tanda
peringatan di tempat berbahaya.

Peran menajemen perusahaan dalam


memberikan latihan peran
kebakaran dan keadaan darurat.

Peran menajemen dalam kampanye


keselamatan dan kesehatan kerja.

Sikap menajemen dalam menerima


keluhan yang berkenaan dengan K3.

Peran pihak menajemen dalam


mencari sumbernya bila terjadi
kecelakaan kerja.

Dukungan fasilitas yang diberikan


pihak menajemen dalam
pelaksanaan K3
Contoh :

Pedoman Observasi Tentang Stress di Tempat Kerja

Aspek Kriteria

Sangat Sering Jarang Tidak


Sering Pernah

1. Fisiologis

Pekerja sering tegang saat menghadapi


pekerjaan.

Pekerja tenang pada saat menyelesaikan


tugas.

Pekerja berkeringat dingin saat bekerja.

Pekerja dapat bernafas dengan nyaman di


lingkungan tempat bekerja.

Pekerja kelelahan saat menghadapi pekerjaan


yang menuntut seluruh tenaga secara
optimal

2. Kognitif

Pekerja tidak berkonsentrasi saat menghadapi


pekerjaan.

Pekerja sulit menerima petunjuk-petunjuk


penting dari atasan.

Pekerja memperhatikan bagian-bagian


penting dari pekerjaan.
Pekerja tidak dapat menangkap informasi
penting yang berkaitan dengan pekerjaan
dari atasan.

Pekerja tidak dapat memutuskan untuk


bertindak sesuatu dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan.

Pekerja melewatkan langkah-langkah penting


dalam menyelesaikan pekerjaan.

Pekerja tidak dapat menyelesaikan pekerjaan


dengan konsentrasi penuh.

3. Perilaku

Pekerja bekerja kurang semangat.

Pekerja marah-marah ketika bekerja.

Pekerja gelisah bila sedang bekerja.

Pekerja melakukan kesalahan dalam


melaksanakan tugas.

Pekerja berselisih dengan teman sekerja.

Pekerja mengalami cedera saat melakukan


pekerjaan.

Pekerja memperhatikan hasil kerja teman


sekerja.
Contoh Format Observasi 1

Alun-Alun Kota Malang CL (Catatan Lapangan) No.9

Pemulung Adi Pengamatan Tgl 9-5-2009

Jam 10-12 WIB

Disususn jam 16.00

(judul) Aktivitas Pemulung

………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Tanggapan Observer

………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Contoh Format Observasi 2

Tema Observasi :………………………………………………………………………….

Lokasi Observasi :…………………………………..Tgl/jam :…………………………...

Jenis Observasi :………………………………………………………………………….

Observer :………………………………………………………………………….

Catatan :………………………………………………………………………….
Koding Data/Hasil Observasi

Ingat Kode Etik Psikologi !


Tidak dibenarkan Untuk menyebarkan file ini
kepada pihak-pihak manapun diluar kelas mata
kuliah ini!

Anda mungkin juga menyukai