Anda di halaman 1dari 21

BEBERAPA PENGUMPULAN DATA

(TEKNIK PENGAMATAN, WAWANCARA, DAN ANGKET)


A. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian
untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indera,
dan terjadilah penginderaan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian
akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan.

Contoh: Sebuah mobil di depan kita akan menyebabkan penginderaan pada kita.

Apabila mobil itu menarik perhatian kita, maka akan terjadi proses pengamatan.
Pada penginderaan tidak disertai keaktifan jiwa, sedangkan pada pengamatan disertai
keaktifan jiwa.

Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang


antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan afaktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi didalam melakukan observasi bukan
hanya “mengunjungi” . “melihat”, atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa
atau perhatian khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan,
bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati dan “mencatat”.

1. Pengamatan dan Ingatan

Ingatan adalan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan memproduksi


kesan. Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini diperlukan ingatan yang
cepat setia. teguk, dan luas. Ingatan yang cepat, artinya dalam waktu singkat dapat
memahami sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran-kesukaran. Setia, artinya kesan-
kesan yang telah diterimanya akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah.
Teguh artinya dapat menyimpan kesan waktu lama. tak mudah lupa artinya dapat
menyimpan kesan yang banyak.

Tetapi pada umumnya kita sulit untuk mempunyai sifat-sifat ingatan seperti
tersebut di atas. Oleh sebab itu untuk mengatasi kelemahan ini dan untuk
mengurangi timbulnya kesalahan-kesalahan observasi dapat dibantu dengan jalan :

a. Mengklasifikasikan gejala-gejala yang relevan.


b. Observasi diarahkan pada gejala-gejala yang relevan.
c. Menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak.
d. Melakukan pencatatan dengan segera.
e. Didukung pula oleh alat-alat mekanik/elektronik seperti alat pemotretan, film.
tape recorder, dan lain-lain.

Pertimbangan lain, diperlukannya alat-alat bantu ini mengingatkan bahwa di


dalam penelitian ilmiah, baik yang ada di laborat maupun di lapangan, indera
pengamatan yang paling penting adalah mata dan telinga. Alat-alat tersebut

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 1
kemampuannya terbatas, berbeda-beda secara individual, dan tidak lepas dari
kelemahan-kelemahan. Ditambah pula dengan kompleksnya fenomena sosial yang
berdimensi majemuk, yang menyulitkan proses pengamatan. Hal ini semua apabila
para pengamat tidak dibantu dengan alat-alat tersebut di atas akan memperbesar
kesalahan yang akan dilakukan.

2. Sasaran Pengamatan

Apabila seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan dijumpai


banyak sekali kenyataan/gejala-gejala sosial yang dijadikan sasaran pengamatan.
Tetapi tidak semua yang dilihat dan diamati itu dperlukan di dalam penelitian. Olen
karena itu. sasaran pengamatan peneliti menghadapi kesukaran dalam menentukan
apa yang harus diamati dan diperhatikan dengan seksama dan apa yang diabaikan.

pembatasan tentang sasaran pengamatan ini. sebaiknya dipertimbangkan


terlebih dulu sebelum peneliti memulai mengadakan pengamatan. Untuk membantu
pembatasan sarana pennelitian ini peneliti dapat mempelajari teori-teori ataupun
pengetahuan-pengetahuan. Dari sini akan diperoleh gambaran mengenai kenyataan-
kenyataan yang perlu diperhatikan dalam mempelajari masalah sosial tertentu.
Misalnya, kita akan mengamati status sosial ekonomi seseorang, di samping kita
dapat mengamati kekayaannya, kita juga dapat mengamati gejala-gejala lain yang
menunjukkan tinggi/ rendahnya status sosial orang tersebut, yang semua ini dapat
dipelajari di dalam leteratur atau pengalaman-pengalaman.

Di samping itu, untuk menentukan batas sasaran pengamatan diperlukan


rangka penulisan yang merupakan teori atau konsep-konsep dan hipotesis, yang
telah disusun di dalam suatu rancangan penelitian. Kemudian konsep atau pun
hipotesis tersebut di jabarkan pada instrumen yang iebih konkret (misalnya formulir
pengamatan).

3. Beberapa Jenis Pengamatan

a. Pengamatan Terlibat (Observasi Partisipatif)

Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar mengambil


bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan
(observee). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif berpatisipasi pada aktivitas
dalam kontak sosial yang tengah diselidiki. Jenis teknik ini biasanya digunakan
di dalam penelitian yang brersifat eksploratif, yang mula-mula dipakai dalam
penelitian di bidang antropologi. Tetapi akhirnya diterapkan pula terhadap
kesatuan-kesatuan sosial lainnya.

Yang perlu diperhatikan di dalam observasi partisipasi ini adalah jangan


sampai inereka (observee) tahu bahwa pengamat yang berada di tengah-tengah
mereka sedang memperhatikan gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, pada
pencatatan-pencatatan yang dibuat oleh pengamat jangan sampai terlihat oleh
sasaran pengamatan. Apabila observee tahu bahwa mereka sedang diperhatikan
(diamati), maka akan terjadi kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 2
1) Tingkah laku mereka akan dibuat-buat.
2) Kepercayaan mereka terhadap pengamat akan hilang, yang akhirnya menutup
diri dan selalu berprasangka.
3) Dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi.
4) Akibat dari ini semua akan diperoleh data yang bias.

Agar observasi partisipasif ini berhasil, perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut:

1) Dirumuskan gejala apa yang harus diobservasi.


2) Diperhatikan cara pencatatan yang baik. sehingga tidak mmenimbulkan
kecurigaan.
3) Memelihara hubungan baik dengan observee.
4) Mengetahui batas intensitas partisipasi.
5) Menjaga agar situasi dan iklim psikologis tetap wajar.
6) Sebaiknya pendekatan pengamatan dilakukan melalui tokoh-tokoh
masyarakat setempat (key person). ‘

Dalam hal intensitasnya partisipasi dapal digolongkan menjadi 2, yaitu:


a) Panisipasi partiil (sebagian), yang hanya mengambil bagian pada kegiatan-
kegiatan tertentu saja, di mana tingkahlaku-tingkahlaku yang akan diamati
timbul. b) Partisipasi penuh, dengan ikut serta pada semua kegiatan sosial yang
ada.

Sudah barang tentu, kedua jenis partisipasi ini dalam rangka pengamatan
pengumpulan data mempunyai kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan.

b. Pengamatan Sistematis

Ciri utama jenis pengamatan ini adalah mempunyai kerangka struktur


yang jelas. di mana di dalamnya berisikan fakror yang diperlukan dan sudah
dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. Dengan demikian maka materi
observasi mempunyai skope yang lebih sempit dan terbatas, sehingga
pengamatan lebih terarah. Pada umumnya isi sistematika ini didahului suatu
observasi pendahuluan, yakni observasi partisipasif guna mencari penemuan
dan perumusan yang akan dijadikan sasaran observasi.

Apabila dalam suatu observasi tidak diadakan sistematika secara


kategoris atau tidak mempunyai kerangka struktur, maka pengamatan ini
digolongkan dalam observasi non-sistematis. Hal ini yang perlu diperhatikan
oleh pengamat dalam pengamatan yang berstruktur ini adalah agar bermacam-
macam peralatan yang dipergunakan untuk mengadakan pencatatan jangan
sampai mengganggu hubungan antara pengamat itu sendiri dengan observee
(yang diamati).

c. Observasi Eksperimental

Dalam Observasi ini observee dicoba atau dimasukkan ke dalam suatu


kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan sedemikian rupa
sehingga yang akan dicari/diamati akan timbul. Pengamatan dilakukan dengan

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 3
amat teliti, karena pada umumnya gejala-gejala sosial itu sulit untuk
ditimbulkan lagi meskipun dalam situasi dan kondisi yang sama.

Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan faktor-faktornya dapat


diatur dan dikendalikan, maka observasi eksperimental ini juga disebut
Pengamatan terkendali. Keuntungan dari pengamatan terkendali ni antara lain:
orang tidak perlu menunggu terlalu lama timbulnya suatu gejala atau tingkah
laku yang diperlukan. Sebab gejala/tingkah laku yang sulit timbul dalam
keadaan normal, dengan stimulus/kondisi yang sengaja diciptakan itu, gejala-
gejala tersebut dapat muncul. Misalnya frustasi, ketekunan, agresi, reaksi, dan
sebagainya.

Namun demikian pengamatan jenis ini mempunyai kelemahan karena


hasilnya sering ”bias”. Hal ini disebabkan karena orang-orang yang menjadi
sasaran pengamacan seolah-olah dipaksa meninggalkan lingkungan mereka
yang asli, dan memasuki suatu tempat atau ruangan yang asing bagi mereka.
sehingga apa yang dilakukan mereka di tempat/situasi yang asing ini berbeda
dengan tingkah laku mereka di tempat asal mereka. Jadi kemungkinan
tingkahlaku mereka selama di dalam percobaan dibuat-buat.

Sedikit untuk mengurangi kelemahan ini kadang-kadang digunakan


“one way screen“, yaitu suatu alat yang memungkin pengamat melihat segala
sesuatu yang terjadi atau yang diperbbuat oleh observee di belakang layar,
sedangkan orang yang diamati tidak melihat pengamat (observer). Hal ini akan
lebih menjamin observee dapat berbuat bebas dan wajar.

Sering juga observasi eksperimental ini disebut observasiterkontrol,


karena dengan sengaja proses/gejala-gejalanya diusahakan agar dapat
dikendalikan dan dikontrol, Pengamatan semacam ini banyak dilakukan dalam
laboratorium ilmiah, klinik khusus, ruang-ruang penelitian dan sebagainya yang
mengadakan penyelidikan terhadap gejala kealaman dan fenomena sosial yang
sederhana (tidak kompleks).

Tetapi pada kenyataan gejala sosial itu sangat kompleks dimana suatu
gejala sosial itu berada di tengah matrix sosial yang luas dan rill yang kondisi
dan situasinya sulit untuk dikontrol. Maka timbullah obserfasi tidak terkontrol,
karena kondisi dan situasinya tidak dikendalikan oleh pengamat untuk
kemudian dilakukan pengontrolan. Untuk mempelajari fenomena sosial ini
digunakanlah teknik observasi partisipatif seperti telah diuraikan di depan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pengamatan

Kelebihan :
a. Merupakan cara pengumpulan data yang murah, mudah dan langsung guna
mengadakan penelitian terhadap macam-macam gejala.
b. Tidak mengganggu, sekurang-kurangnya tidak terlalu mengganggu pada sasaran
pengamatan (observee).
c. Banyak gejala-gejala psychis yang penting tidak atau sukar diperoleh denga teknik
angket ataupun interview, tetapi dengan metode ini mudah diperoleh.
d. Dikemungkinan mengadakan pencatatan secara serempak kepada sasaran

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 4
pengamatan yang lebih banyak.
Kekurangan :
a. Banyak peristiwa peikhis tertentu yang tidak dapat diamati, misalnya harapan,
keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya sangat pribad, dan lain-lain.
b. Sering memerlukan waktu yang lama. sehingga membosankan, karena tingkah-
laku/gejala yang dikehendaki tidak muncul-muncul.
c. Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka
akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Jadi sifatnya dibuat-buat.
d. Sering subjektifitas dari observer tidak dapat dihindari.

Beberapa Alat Observasi:

Seperti telah disinggung di depan bahwa pelaksanaan observasi agar dengan


cermat memperoleh data, diperlukan beberapa alat bantu. Alat-alat tersebut antara
lain :

a. Check List

Adalah suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa


gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal memberikan
tanda check (V) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya gejala/ciri dari
sasaran pengamatan. Check list ini dapat bersifat individual dan juga dapat
bersifat kelompok. Kelemahan check list ini adalah hanya dapat menyajikan
data yang kasar saja hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.

Contoh check list 

Cheek List Kelompok

 Kelemahan ceck list ini adalah hanya dapat menyajikan data kasar, sebab hanya
mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.

a. Skala Penilaian (Rating Scale)

Skala ini berupa daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku, yang dicatat
secara bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data
untuk menerangkan, menggolongkan, dan menilai seseorang atau suatu gejala.
Skala penilaian ini dapat berbentuk berbagai macam, antara lain :

1) Bentuk kuantitas yang menggunakan score atau rangking.

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 5
Contoh: Penilaian terhadap gejala tertentu sebagai berikut:

Gejala Skor

1 2 3 4 5

Kerja sama X

Kerajinan X

Partisipasi X

Ketekunan X

dsb

Pengamat tinggal memberikan score dari gejala yang diamati dengan


sendirinya menurut “Judment” pengamat itu sendiri.

2) Rating scale dalam bentuk diskripsi

Contoh : Kerja sama

————–– Dapat/ mau bekerja sama dengan orang lain.

————–– Kadang-kadang mau bekerja sama, tetapi tidak efektif.

————–– Mau bekerja sama, tetapi dengan orang-orang tertentu saja.

————— Bekerja sama secara baik dengan orang lain.

————— Bekerja sama baik sekali dengan setiap orang.

Pengamat memberikan tanda check di muka pertanyaan-pertanyaan yang


telah tersusun.

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 6
3) Rating scale dalam bentuk grafis

Bekerja sendiri (independentcy)

( ) ( ) (V) ( ) ( )

Selalu Biasanya Dalam hal- Sewaktu- Bekerja


mem- memerlukan hal tertentu waktu me- bail bila
butuhkan petujuk membutuh merlukan dibiarkan
petunjuk -kan petun- pengawas- sendiri
juk an

Pengamat memberikan tanda check (v) pada skala gejala yang telah
tersusun. Kelemahan dari skala penilaian ini antara lain : sangat subjektif
dan sangat kaku (rigid), sehingga kurang memberikan kesempatan luas
kepada observer.

b. Daftar Riwayat Kelakuan (Anecdotal Record)

Adalah catatan-catatan mengenai tingkah laku seseorang (observee) yang luar


biasa sifatnya atau yang khas. Catatan semacam ini kecuali dibuat oleh
pengamat, sering pula dibuat oleh guru pemimpin organisasi, pendeta, direktur
perusahaan dan sebagainya. Pada prinsipnya anecdotal record ini harus dibuat
secepat mungkin di kala penstiwa itu terjadi atau sesudah terjadi. dengan catatan
ucapan atau tingkah laku tertentu dari anggora suatu masyarakat.

c. Alat-alat Mekanik (Electronics)

Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat fotografis. Film, tape recorder,
kamera televisi, dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar
kembali untuk memungkinkan mengadakan analisis secara teliti.

A. WAWANCARA (INTERVIEW)

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan utuk mengumpulkan data,


di mana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (face to face) Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui
pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode
observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui
observasi dapat digali dari wawancara.

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 7
Wawancara bukanlah sekadar angka lisan saja, sebab wawancara peneliti akan
dapat:

1. Memperoleh kesan langsung dari responden.


2. Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden.
3. Membaca air muka (mimik) dari responden.
4. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden
5. Memancing jawaban bila jawaban macet.

Dalam pelaksanaan penelitian. wawancara kadang-kadang bukan merupakan hal


yang terpisah khusus, melainkan merupakan pelengkap atau Suplemen bagi metode-
metode yang lain. Diharapkan dengan wawancara ini diperoleh, suatu yang lebih valid.

Di dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer) dengan


sasaran (interviewee) :

1. Saling melihat, saling mendengar dan saling mengerti.


2. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal)
3. Mengadakan persetujuan/ perencanaan pertemuan denga tujuan tertentu.
4. Menyadari ada banyak kepentingan yang berbeda antara pencari informasi dan
pemberi informasi.

Beberapa jenis wawancara :

Selain wawancara penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan atau


melengkapi data penelitian. ada wawancara jenis lain, yaitu wawancara diagnostik dan
wawancara pengobatan yang masing-masing tujuannya adalah untuk menemukan jenis
gangguan/ penyakit dan tujuan pengobatan/ penyembuhan bagi seorang pasien/Client.
Di samping.itu ada wawancara jenis lain, yakni :

1. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided Interview)

Sebenarnya semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin oleh keinginan


untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi wawancara tidak terpimpin di sini
diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut.
Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan ini tidak
sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa/topik ke perisriwa/topik yang lain
tanpa berkaitan. Oleh karena itu wawancara ini tidak mempergunakan pedoman
yang tegas. Maka tidak jarang wawancara ini dapat menjurus ke arah “free
talk” yang sulit disebut wawancara lagi, karena situasinya tidak dapat dikuasai atau
dibimbing lagi oleh interviewer.

interviu ini hanaya cocok sebagai suatu teknik pengumpulan data guna
memperoleh data-data khusus yang mendalam, yang tidak dapat diperoleh dengan
wawancara terpimpin.

Dengan sendirinya wawancara tak terpimpin ini banyak kelemahan antara

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 8
lain :

a. kurang efisien;
b. tidak ada pengecekan secara sistematis. sehingga realibilitasnya kurang;
c. memboroskan tenaga, pikiran, biaya. dan waktu. Dsb
d. sulit untuk diolah/ dianalisis.

1. Wawancara Terpimpin (Structured or Interview)

Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa


kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya. Sehingga interview
tinggal membacakan pertanyaan-pertanya kepada interviewee. Pertanyaan-
pertanyaan di dalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Uraian
lebih lanjut dari hal ini akan akan dibicarakan di dalam Prinsip-prinsip Penyusunan
Kuesioner.

Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain :

a. Pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.


b. Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif.
c. Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-
pertanyaan yang uniform.

Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain :

Pelaksanaan wawancara kaku (rigid), interview selalu dibayangi


pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Di samping interviewer menjadi terlalu
formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang fleksibel.

1. Wawancara Bebas Terpimpin

Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin


dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh
pembicaraan secara tegas dan mengarah. jadi wawancara jenis ini mempunyai ciri
fleksibilitas (keluwesan) dan arah yang jelas. Oleh karena itu sering dipergunakan
untuk menggali gejala-gejala kehidupan psychis antropalogis, misalnya latar
belakang suatu keyakinan, motivasi dari suatu perbuatan, harapan-harapan. dan
unsur-unsur terpendam lainnya yang bersifat sangat pribadi.

Unsur keluwesan tersebut sebenarnya tergantung pada keteerampilan dari


pewawancara dalam memanipulasikan pada saat-saat psychologis yang tepat.
Misalnya, kita akan mengadakan penelitian tentang seorang pemimpin yang
otoriter, maka konsep otoriter itu kita jabarkan ke dalam variabel-variabel yang
dapat diobservasi. Dari analisis tersebut disusun ke dalam pokok-pokok hal
(pedoman interviu) yang sifatnya masih mentah. Artinya, interviewer diberi
kebebasan untuk memasak sendiri pertanyaan tersebut sehingga memperoleh
jawaban-jawaban yang diharapkan. Jadi dengan hanya berpedoman dengan pola ini
pewawancara melakukan wawancara dalam suasana atau dengan cara yang sesantai

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 9
mungkin, interviewee secara bebas dapat memberikan informasi selengkap
mungkin.

Maka dengan jalan penggalian dan pancingan-pancingan pewawancara,


akan diperoleh data yang lebih luas tentang latar belakang, motivasi-motivasi,
afeksi-afeksi, dan sebagainya yang menjadi landasan bagi sikap pemimpin yang
otoriter tersebut.

1. FreeTalk dan Diskusi

Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang sangat


terbuka antara interviewer dan interviewee, maka di sini sebenarnya kedua belah
pihak masing-masing menduduki dwifungsi, yakni masing-masing
sebagai ”information hanter” dan “information supplier: dan dalam keadaan
demikian ini kedua belah pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan perasaan
dan sesubjek mungkin mereka saling meberikan keterangan-keterangan. Maka
dalam situasi demikian ini berlangsunglah suatu “free talk” atau berbicara bebas.
Disini interviwer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari data, tetapi
juga sebagai sugester, motivator, dan edukator sekaligus.

Oleh karena itu. metode omong-omong bebas ini sering dipakai di dalam
suatu “action research “. Dalam penelitian semacam ini fungsi peneliti bukan saja
sebagai pencari data tetapi juga sebagai partisipan yang aktif dalam proses situasi
sosial atau kelompok sosial yang tengah diteliti. Free talk ini sering juga dipakai
dalam interaksi klinis antar seorang dokter dengan pasiennya untuk maksud-
maksud diagnotis dan terapeutis guna mempercepat kesembuhan pasien.

Kebaikan dari metode omong-omong bebas ini adalah bahwa dengan


adanya partisipasi aktif dari peneliti pada anggota masyarakat maka pihak informan
akan merasa terangsang dan merasa mendapatkan manfaat dalam memberikan
infomiasi-informasi yang benar kepada peneliti. Kelemahan metode ini adalah
kurang relevan untuk penelitian dalam rangka menguji hipotesis.

Di samping jenis-jenis wawancara tersebut di atas, ada wawancara jenis lain


yang dibedakan berdasarkan banyaknya Interviewee yakni wawancara prihadi dan
wawancara kelompok. Dalam wawancara pribadi, interviewer menghadapi dua atau
lebih interviewee. Dalam wawancara ini para anggota kelompok dapat saling
menambah dan mengurangi informasi dan dapat saling mengontrol terhadapj
jawaban rekannya.

1. Teknik Wawancara

Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung pada 3


hal, yaitu hubungan baik antara interviewer dengan interviewee, keterampilan sosial
interviewer, serta pedoman dan cara pencatatan.

a. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran (interviwee)

Dalam suaru wawancara interviewee akan memberikan informasi-

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 10
informasi atau nenjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik atau benar apabila
tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku. Suasana seperti ini akan dapat
rerbentuk apabila ada hubungan yang baik, saling percaya mempercayai antara
pewawancara dengan yang diwawancarai. Suasana semacam ini disebut
“rapport’. Jadi tugas pertama dari pewawancara adalah menciptakan “rapport”
ini. Untuk menciptakan keadaan semacam ini dapat dicapai dengan :

1) Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau “warming uP”


untuk perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan tujuan wawancara.

2) Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti. Apabila mungkin


gunakan bahasa sehari-hari dari responden, atau mungkin bahasa daerah.

3) Masalah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat atau keahlian


responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.

4) Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tak merasa
tertekan/ terpaksa.

5) Hindarkan kesan-kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang kurang
menghargai (sinis).

6) Memberikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan atau jawaban


mereka sangai berharga, tetapi dijaga pula jangan sampai mereka “over
acting“.

7) “Probing” (menstimulasi percakapan). Apabila jawaban itu masih kurang


lengkap, atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban dari interviewee,
rangsaaglah sehingga jawaban muncul). Hal semacam ini disebut “probing“.
Probing Juga diperlukan untuk mengarahkan atau menyaring jawaban-
jawaban yang relevan.

8) Hendaknya bersikap hati-hati.jangan sampai menyentuh titik-titik kritis


(critical points) dari interviewee, misainya hal-hal yang sangat sensitif dan
rahasia.

9) Harus memegang teguh “kode etik” Interviewer yang antara lain tidak


membicarakan dengan pihak siapa pun tentang rahasia dan interviewee.

b. Keterampilan Sosial Interviewer

Seorang pewawancara di samping mempunyai tugas untuk menciptakan


“raport” dengan responden, ia juga harus mempunyai penampilan diri yang
baik. Dengan kata lain, ia harus mempunyai keterampilan sosial. Keterampilan
sosial tersebut antara lain meliputi :

1) Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi.

2) Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, dan mudah di ditangkap

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 11
3) Bersikap luwes, supel, dan bijaksana.

4) Menggunakan lagu dan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi
jangan terlalu lembut.

5) Bersikap responsif, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan sesuatu yang
terjadi pada diri interviewee, Misalnya, bila interviewee sedang menceritakan
penderitaan atau kegembiraannya interviewer dapat ikut menghayati.

6) Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak sampai mempengaruhi jawaban


responden.

7) Menunjukkan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak menunjukkan sikap


tertutup dan terpaksa.

8) Apabila interviewer menggunakan alat-alat pencatat (kuesioner misalnya),


gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat
oleh interviewee.

9) Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu mendengarkan


jawaban-jawaban dari mereka.

10) Waktu wawancara, lebih baik menyebut nama responden (interviewee)


daripada hanya dengan sebutan bapak, ibu, anda, atau saudara. Misalnya :
“Berapa anak Pak Kijo” (lebih baik, daripada” Berapa anak bapak?“)

c. Pedoman dan Cara Pencatatan Wawancara

Untuk pedoman pencatatan suatu wawancara akan dibahas tersendiri di


dalam “Prinsip-Prinsip Penyusunan Kuesioner”. Di sini hanya akan dibahas
tentang cara melakukan pencatatan data wawancara. Secara garis besarnya
pencatatan data wawancara dapat dilakukan deangan 5 cara, yaitu pencatatan
langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording, pencatatan
dengan field ratting, dan pencatatan dengan field coding.

1) Pencatatan Langsung

Maksudnya pewawancara dengan langsung mencatat jawaban-


jawaban dari interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian erviewer
harus selalu siap di tangan. Memang hal ini ada keuntungannya, bahwa
interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang diperoleh.
Tetapi kerugiannya, hubungan antara pewawancara dengan responden
menjadi kaku dan tidak bebas/sehingga rapport dapat terganggu.

2) Pencatatan dari Ingatan

Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara


selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-apa,
sehingga hubungan antara kedua belah pihak tidak terganggu,
dan rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelelahan,

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 12
antara lain :

a) Banyak data/jawaban yang hilang karena terlupakan.

b) Bnyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang oleh


informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.

c) Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan
mengandung banyak kesalahan.

d) Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.

Beberapa ahii mencatat bahwa rata-rata 25% dari data yang dari
ingatan mengandung kesalahan (sosiolog Payne). Penelitian
(Symonas dan Dietrich) memperhitungkan bahwa rata-rata hanya 39% cari
data wawancara yang dapat dicatat dengan ingatan, kalau dilakukan segera
pada hari wawancara itu juga. Tetapi bila dilakukan 2 hari sesudahnya hanya
30%, dan hanya 23% bila pencatatan dilakukan seminggu sesudah
wawancara.

3) Pencatatan dengan Alat Recording

Pencatan dengan alat recording ini sangat memudahkan pewawancara,


karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail. pada saat ini banyak
alat-alat elektronik semacam ini yang berukuran mini yang mudah di bawa ke
mana-mana dan tanpa memerlukan persiapan yang berarti serta tidak rerlalu
mencolok.

Tetapi kelemahan pencatatan dengan alat ini ialah, memerlukan kerja


dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis dari alat recording
tersebut. Di samping itu pencatatan semacam ini sangat mahal harganya.

4) Pencatatan dengan Field Rating (dengan Angka)

Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya


interviewer mempersiapkan lebih dulu formulir isian atau kuesioner
mengenai data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan
jawaban yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori
diberi nilai atau “kata nilai”. Misalnya kita ingin mengukur tanggapan dan
penilaian terhadap Program Keluarga Berencana, maka jawaban yang kita
sediakan:

a) Sangat setuju sekali atau dengan angka 5


b) Sangat setuju. dengan angka 4
c) Setuju, dengan angka 3
d) Tidak setuju, denan angka 2
e) Sangat tidak setuju, dengan angka 1
f) Tak ada tanggapan, dengan angka 0

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 13
5) Pencatatan Data Wawancara dengart Kode (Field Coding)

Score pada field coding, jawaban responden tidak dinilai dengan


angka “kata angka”. melainkan hanya dengan tanda atau kode saja. Biasanya
kode tersebur berupa huruf atau tanda-tanda lain yang mengkiaskan jawaban-
jawabannya. Misalnya degan huruf A, B, C, D dan sebagainya. Atau dengan
tanda positif )+) atau tanda negatif ( – ) untuk jawaban “ya” atau “tidak”.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Wawancara

Kelebihannya :

1. Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya buta huruf
sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang mana pun, karena alat utamanya
adalah bahasa verbal. Dengan pengertian, bahwa interviewer harus dapat
menyesuaikan bahasa dan cara dengan latar belakang responden.

2. Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode wawancara dapat dipakai
sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi ataupun
angket.

3. Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk mengadakan observasi


terhadap perilaku pribadi.

4. Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis, terutama
yang berada di bawah sadar.

5. Dari pengalaman para peneliti, metode mi sangat cocok untuk dipergunakan di dalam
pengumpulan data-data sosial.

Kekurangan-kekurangannya :

1. Kurang efisien, karena mremboroskan waktu, cenaga, pikiran, dan biaya.


2. Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer.
3. Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikan jawaban. Bahkan
memberikan kemungkinan interviewer untuk memalsu jawaban yang dicatat di dalam
cacatan wawancara (tidak jujur)
4. Apabila interviewer dan interviewee memnunyai perbedaan yang sangat mencolok.
Sulit untuk mengadakan rapport sehinga yang diperoleh kurang akurat.
5. Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar, sehingga akan
menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh.

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 14
B. ANGKET

Yang dimaksud dengan angket, adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan
umum (orang banyak). Angker ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar
pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah
subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya. Teknik ini
lebih cocok dipakai untuk memperoleh data yang cukup luas, dari kelompok/
masyarakat yang berpopulasi besar, dan betebaran tempatnya. Biasanya pengirimannya
dilakukan melalui pos kepada responden.

Oleh karena angket ini selalu berbentuk formulir-formulir yang berisikan


pertanyaan-pertanyaan (question), maka angket sering disebut “questionaire “. Tetapi
tidak berarti kuesioner itu sama dengan; dengan angket Sebab kuesioner (daftar
pertanyaan) itu tidak selalu responden sendiri yang mengisi, di mana kuesioner
ditanyakan. secara lisan kepada responden melalui wawancara, dan yang mengisi
kuesioner itu adalah interviewer berdasarkan jawaban lisan dari responden. Jadi ada
kuesioner yang langsung diisi oleh responden sendiri, yang disebut “angket”, dan ada
kuesioner sebagai pedoman (pegangan ) wawancara.

Mengingat bahwa responden sendiri yang harus mengisi kuesioner tersebut,


maka angket tidak dapat dilakukan untuk responden yang buta huruf.

1. Beberapa Tipe Angket

a. Menurut sifatnya.

1) Anqket umum, yang berusaha sejauh mungkin untuk memperoleh selengkep-


lengkapnya tentang kehidupan seseorang.

2) Angket khusus, hanya berusaha untuk mendapatkan data-data mengenai sifat-


sifat khusus dari pribadi seseorang.

b. Menurut cara penyampaiannya

1) Angket langsung, apabila disampaikan langsung kepada orang yang dimintai


informasinya tentang dirinya sendiri.

2) Angket tak langsung, apabila pribadi yang disuruh mengisi angket adalah
bukan responden langsung. la akan menjawab dan memberikan informasi
tentang diri orang lain.

c. Menurut bentuk strukturnya

1) Angket berstruktur. Angket ini disusun sedemikian rupa tegas, dedinitif,


terbata, dan konkret, sehingga responden dapat dengan mudah mengisi atau
menjawabnya.

2) Angket tak berstruktur. Angket ini dipakai bila peneliti menghendaki suatu
uraian dari informan atau responden tentang suatu masalah dengan suatu

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 15
penulisan atau penjelasan yang panjang lebar. Jadi pertantnyaannya bersifat
terbuka dan bebas.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya atau menurut jenis penyusunan item


yang diajukan, angket dibedakan menjadi:

a. Angket berbentuk isian, di mana responden diberi kebebasan untuk mengisi


dengan jawaban yang sesuai menurut responden (open eded item).

b. Agket berbentuk pilihan, di mana jawabannya telah disediakan (Closed ended


item).

2. Psikologi Menjawab Angket

Sitat kerjasama adalah syarat penting dalam penelitian yang menggunakan


angket. Untuk itu maka para peneliti yang menggunakan meteode ini tidak hanya
memikirkan kepentingan sendiri. Tetapi harus mempertimbangkan faktor-faktor
yang ada pada diri responds. sebagai responden ini biasanya :

a. Asing bagi peneliti.

b. Tidak berkepentingan atas hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain.

c. Sudah sibuk dengan pekerjaan dan urusannya sendiri.

Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti harus memahami lebih dahulu
psikologi menjawab angketnya. bagaimana minatnya, motivasinya. kesediaannya,
dan kejujurannya dalam memberikan jawaban. Hal yang harus dijawab lebih dahulu
sebelum peneliti melakukan angket. adalah pertanyaan-pertanyaan antara lain
sebagai berikut.

– Mengapa mereka (responden) harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang


diajukan

– Adakah cukup alasan bagi penjawab untuk bersusah payah menjawab angket.

– Apakah ada kepastian tentang perhatian, simpati, kesediaan dan sebagainya dari
responden dan sebagainya.

Persiapan dan Penyusunan Angket

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam persiapan dan persiapan penyusunan


angket, antara lain sebagai berikut:

– Pertanyaan harus singkat dan jelas, terutama jelas bagi bagi calon penjawab.

– Jumlah pertanyaan hendaknya dibuat sedikit mungkin, supaya penjawab tidak terlalu
membuang waktu.

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 16
– Pertanyaan hendaknya cukup merangsang minat penjawab.

– Pertanyaan dapat “memaksa” penjawab untuk memberikan jawaban yang mendalam,


tetapi “to the point”.

– Pertanyaan jangan sampai menimbulkan jawaban yang meragukan.

– Pertanyaan jangan bersifat interogatif, dan jangan sampai menimbulkan kemarahan


penjawab.

– Pertanyaan jangan sampai menimbulkan kecurigaan pada penjawab.

Di samping hal-hal tersebut, pada lembaran pertama dari angket harus


dijelaskan tentang tujuan penelitian, serta petunjuk-petunjuk/ penjelasan tentang
bagaimana cara menjawab atau mengisi formulir (angket) tersebut.

Kelebihan :

– Dalam waktu singkat (serentak) dapat dapat diperoleh data yang banyak

– Menghemat tenaga dan mungkin biaya

– Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu
terganggu bila dibandingkan dengan wawancara

– Secara psikhologis responden tidak merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih
terbuka dan sebagainya

Kekurangan :

– Jawaban akan lebih banyak dibumbui dengan sikap dan harapan-harapan pribadi,
sehingga lebih bersifat sujektif.

– Dengan adanya bentuk (susunan) pertanyaan yang sama untuk responden yang sangat
hiterogen, maka penafsiran pertanyaan akan berbeda-beda sesuai dengan latar
belakang sosial, pendidikan dan sebagainya dari responden.

– Tidak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat yang buta huruf.

– Apabila responden tidak dapat memahami pertanyaan/ tak dapat menjawab, akan
terjadi kemacetan, dan mungkin responden tidak akan menajwab seluruh angket.

– Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-pertanyaan secara tepat degan


menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang sederhana.

1. Format Pedoman Wawancara

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 17
Aspek yang diungkap dalam wawancara
Biologis Psikologis Sosial Spriritual
Klien Klien Klien Klien

1. Nama 1. Pikiran 1. Relasi dengan 1. Kegiatan ibadah


2. Usia 2. Perasaan keluarga / teman 2. Keyakinan
3. Tempat Lahir 3. Dorongan 2. Lingkungan kerja terhadap Tuhan
4. Agama perilaku 3. Sumber daya YME
5. Sukubangsa 4. Gangguan yang ada 3. Berdoa ketika
6. Urutan kelahiran psikologis 4. Masalah social menghadapi
7. Hobby yang dihadapi masalah
8. Gangguan fisik 5. Riwayat social, 4. Harapan masa
9. Riwayat prestasi, depan
kesehatan kegagalan dsb) 5. Keteguhan iman
Orang tua Orang tua Orang tua Orang tua

1. Nama 1. Pikiran 1. Relasi dengan 1. Kegiatan ibadah


2. Usia 2. Perasaan keluarga / teman 2. Keyakinan
3. Tempat Lahir 3. Dorongan 2. Lingkungan kerja terhadap Tuhan
4. Agama perilaku 3. Sumber daya YME
5. Sukubangsa 4. Gangguan yang ada 3. Berdoa ketika
6. Urutan kelahiran psikologis 4. Masalah social menghadapi
7. Hobby yang dihadapi masalah
8. Gangguan fisik 5. Riwayat social, 4. Harapan masa
9. Riwayat (status, prestasi, depan
kesehatan kegiatan 5. Keteguhan iman
berorganisasi
dsb)
Lingkungan social Lingkungan social Lingkungan social Lingkungan social
klien klien klien klien

1. Usia 1. Pikiran 1. Relasi dengan 1. Kegiatan ibadah


2. Tempat lahir 2. Perasaan keluarga / teman 2. Keyakinan thd
3. Pekerjaan 3. Dorongan 2. Lingkungan kerja Tuhan YME
4. Penghasilan perilaku 3. Sumber daya 3. Berdoa ketika
5. Gangguan fisik 4. Gangguan yang ada menghadapi
psikologis 4. Masalah social masalah
yang dihadapi 4. Harapan masa
depan
5. Keteguhan iman
Anak (jika klien Anak (jika klien Anak (jika klien Anak (jika klien
punya anak) punya anak) punya anak) punya anak)

1. Nama 1. Pikiran 1. Relasi dengan 1. Kegiatan ibadah


2. Usia 2. Perasaan keluarga / teman 2. Keyakinan thd
3. Tempat Lahir 3. Dorongan 2. Lingkungan kerja Tuhan YME
4. Agama perilaku 3. Sumber daya 3. Berdoa ketika
5. Sukubangsa 4. Gangguan yang ada menghadapi
6. Urutan kelahiran psikologis 4. Masalah social masalah

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 18
7. Hobby yang dihadapi 4. Harapan masa
8. Gangguan fisik depan
5. Keteguhan iman
2. Format Pedoman Observasi

Aspek yang diobservasi


Biologis Psikologis Sosial Spiritual
Klien Klien Klien Klien

1. Jenis kelamin 1. Perilaku Tingkat kedekatan Kegiatan ibadah


2. Perilaku 2. Ekspresi dengan orang lain
3. Penampilan fisik perasaan
Orang tua / wali Orang tua / wali Orang tua / wali Orang tua / wali

1. Jenis kelamin 1. Perilaku Tingkat kedekatan Kegiatan ibadah


2. Perilaku 2. Ekspresi dengan orang lain
3. Penampilan fisik perasaan
Lingkungan social Lingkungan social Lingkungan social Lingkungan social
klien klien klien klien

1. Jenis kelamin 1. Perilaku Tingkat kedekatan Kegiatan ibadah


2. Perilaku 2. Ekspresi dengan orang lain
3. Penampilan fisik perasaan
Anak Anak Anak Anak

1. Jenis kelamin 1. Perilaku Tingkat kedekatan Kegiatan ibadah


2. Perilaku 2. Ekspresi dengan orang lain
3. Penampilan fisik perasaan

Contoh Guide Wawaancara

GUIDE WAWANCARA

A. Pernyataan rujukan
1. Sudah berapa lama anda berada di lembaga ini?
2. Bagaimana cerita mbak sampai datang kesini?
3. Siapa yang mengantarkan anda kesini?
4. Apa yang menyebabkan anda mau tinggal di lembaga ini?

B. IDENTITAS KLIEN
1. Siapa nama anda?
2. Apa jenis kelamin anda
3. Dimana anda dilahirkan?
4. Masih ingat tidak tanggal lahir anda berapa?

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 19
5. Apa agama yang anda anut?
6. Apa pendidikan terakhir anda?
7. Apakah sebelum berada di lembaga anda bekerja?
8. Apa pekerjaan anda?
9. Apa anda pernah cek golongan darah?
10. Apa golongan darah anda?
11. Berapa tinggi badan anda?
12. Berapa berat badan anda?
13. Anda berapa bersaudara?
14. Anda anak keberapa?
15. Apa hobby anda?
16. Dimana alamat anda?

C. SUSUNAN KELUARGA
2. Siapa nama ayah anda?
3. Berapa usia ayah anda?
4. Apa pekerjaan ayah anda?
5. Apa pedidikan terakhir ayah anda?
6. Dimana alamat tempat tinggal ayah anda?
7. Bagaimana hubungan anda dengan ayah anda?
8. Siapa nama ibu anda?
9. Berapa usia ibu anda?
10. Apa pekerjaan ibu anda?
11. Apa pendidikan terakhir ibu anda?
12. Dimana alamat tempat tinggal ibu anda?
13. Bagaimana hubungan anda dengan ibu anda?
14. Siapa nama kakak anda?
15. Berapa usia kakak anda?
16. Apa pekerjaan kakak anda?
17. Apa pendidikan terakhir kakak anda?
18. Dimana alamat tempaat tinggal kakak anda?
19. Bagaimana hubungan anda dengan kakak anda?
20. Siapa nama adik anda?
21. Berapa usia adik anda?
22. Apa pekerjaan adik anda?
23. Apa pendidikan terakhir adik anda?
24. Dimana alamat tempaat tinggal adik anda?
25. Bagaimana hubungan anda dengan adik anda?

D. LATAR BELAKANG MASALAH


1. Bagaimana ceritanya sampai anda mempunyai masalah seperti ini
2. D

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 20
E. GEJALA MASALAH
1. Bagaimana perasaan anda ketika menjadi
2. Siapa saja yang sudah anda kenal selama berada disini?

F. DINAMIKA KEBERFUNGSIAN KLIEN


1. Apa pernah sakit yang harus di opname?
2. Apa sakit itu sekarang sering kambuh?
3. Kalau waktu kambuh apakah mengganggu kegiatan?
4. Apakah punya keluhan pada bagian tubuh?
5. Tadikan anda mengatakan bahwa anda beraga islam, mohon maaf apakah
pelaksanaannya rutin, biasanya dilakukan dimana?

G. RENCANA INTERVENSI
Apa yang bisa saya bantu supaya mas/mbk tidak mengalami (masalahnya) ini?
1. Untuk bisa memecahkan permasalahan ini, siapa siapa saja yang anda
butuhkan

H. POTENSI DAN SUMBER-SUMBER

I. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Apa yang paling ingin anda capai, atau cita-cita anda mengikuti kegiatan disini?

July 9, 2020
Modul 2. Teknik Pengumpulan Data 21

Anda mungkin juga menyukai