Dari segi pengertian kebahasaan, kata “alaq” antara lain berarti “sesuatu yang
tergantung”. Memang, salah satu periode dalam kejadian manusia saat berada
dalam rahim ibu adalah ketergantungan hasil pertemuan sperma dan ovum yang
membelah dan bergerak menuju dinding rahim lalu bergantung atau berdempet
dengannya. Yang berdempet itu dinamai zigote oleh pakar-pakar embriologi.
Kata “Alaq” dapat juga berarti “ketergantungan manusia kepada pihak lain”. Ia
tidak dapat hidup sendiri. Kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari
sebab-sebab guna memperoleh apa yang di dambakan, sedang sebagian lainnya
yang tidak terhitung banyaknya berada di luar kemampuan manusia.
Semua kita berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Dengan kuasanya-Nya itulah
kita membutuhkan-Nya serta tidak dapat mengelak dari kedudukan sebagai
makhluk sosial.
Selanjutnya, Allah sebagai pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru
mereka semua dengan firman-Nya:
َ ٓ َ َ َ ٗ ُ ُ ۡ ُ َٰۡ َ َ َ َٰ َُ َ َ ّ ُ َٰ َۡ َ ُ َ َ َ
:ِ;"<= *" و+, -/0+1 و2 ٖ وأ4 ذ6ِ8 -/ 09 " ِ "س إ#" ٱ$%&( '
ُ ٰ ََۡ
ٞ?<9َ ٌ ِ 0Aَ َ ۡ إن ٱ- َ ۡ ُ َ َ ۡ َ ْ ٓۚ ُ َ َ َ
ِ ِ ۚ D EF ِ ٱGِA -8 H ا إِن أJ"ر+ ِL
Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujurat : 13).
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir
akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Dan dalam upayanya menghindarkan setiap muslim dan muslimah terjatuh dalam
dosa pergaulan bebas yang termasuk dalam dosa besar zina, maka Islam datang
dengan membawa batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrim, yaitu :
a. Tidak saling memandang satu sama lain yang dapat menimbulkan fitnah.
Allah Swt. berfirman:
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.”
(Q.S. An-Nur : 31)
b. Tidak menyentuh dan melakukan kontak fisik dengan lawan jenis yang bukan
muhrim.
Nabi Saw. bersabda:
“Sesungguhnya saya tidak bersalaman dengan wanita”. (H.R. Nasai dan
Ibnu Majah)
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
(bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu.” (Q.S. Al-Ahzab : 33)
Ayat-ayat ini meski ditujukan khusus kepada para wanita, namun ia juga
berlaku umum bagi kaum lelaki, hal ini karena sesungguhnya pada dasarnya
para wanitalah yang kerap memulai mengundang perhatian kaum lelaki dengan
perbuatan-perbuatan mereka, namun seiring dengan semakin rusaknya zaman,
tak jarang di zaman ini para lelakilah yang justru sengaja mengundang
perhatian wanita-wanita dengan perbuatan perbuatan yang mereka lakukan.
Dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, seseorang harus lebih arif dan bijak
karena terkadang dalam menghasilkan tujuan amar ma’ruf nahi mungkar,
seseorang harus menghilangkannya sedikit demi sedikit, tidak memaksakan harus
hilang seluruhnya dalam waktu seketika itu.
Dalam hadis tersebut, Nabi Saw. menjelaskan bahwa ada dua pilihan, yaitu:
a. Melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
b. Jika tidak maka konsekuensinya adalah doa yang tidak dikabulkan.
Itu menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah wajib.
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. (Q.S. At-Taubah ayat 67 dan 71 menjelaskan bahwa
perbedaan antara kaum munafik dengan kaum mu’minin adalah dalam amar ma’ruf
nahi munkar. Jika kaum mu’minin melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,
sebaliknya kaum munafiq melakukan amar munkar nahi ma’ruf.
Sementara itu, munkar adalah perbuatan yang dilarang oleh syariat dan dianggap
buruk oleh akal sehat. Contoh perbuatan munkar antara lain:
a. berbohong
b. iri dan dengki
c. ghibah
d. takabur atau tinggi hati
e. nifak (tidak sesuai ucapan dan perbuatan)
f. mengadu domba
g. berbuat zalim
h. menyuap
i. memukul
j. tidak taat terhadap suami
k. zalim terhadap istri
l. membunuh, dan perbuatan lain yang tidak dibenarkan oleh Islam.
ْ َ ُ ََُْ
Allah Swt. berfirman:
َ ْ ُْ َ َ ْ ََْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ ْ ُ
ِ QG R ا6ِ A ن$GSوف و
ِ + R"ِN ونUVS ِ و9 ِ
ِ W م اMِ" ِ واN نGِ8OP
َYِ ِ "ZRا َ َ ُ َ َ ْ َْ
َّ 6َِ 8 [ َ ُ ُ
ِ ?^ ن ِ_ اAِ َ`"رaَو
\ِ ات وأو
Artinya :
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”
(Q.S. Al-‘Imron : 114)
Allahu’alam bish-Shawwab