DI INDONESIA
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sejarah perkembangan bimbingan dan konseling
di Amerika Serikat
2. Memahami sejarah perkembangan bimbingan dan konseling
di Indonesia
B. Sejarah Bimbingan Dan Konseling Di Dunia Internasional
Latar belakang perkembangan profesi konseling tidak dapat
dipisahkan dari dua jalur penanganan terhadap masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat Barat, yaitu tradisi gangguan mental dan penanganan
masalah-masalah pendidikan dan pekerjaan di sekolah. Evolusi profesi
konseling dapat terlihat pada rangkaian perjalanan profesi ini yang disusun
secara kronologis sebagai berikut:
1. Era Tahun 1900-1909 (Era Perintisan)
Tiga tokoh utama pada periode ini adalah Jesse B. Davis, Frank
Parsons, dan Clifford Beers. Davis adalah orang pertama yang
mengembangkan program bimbingan yang sistematis di sekolah-sekolah.
Pada tahun 1907, sebagai pejabat yang bertanggung jawab pada the Grand
Rapids (Michigan) school system, ia menyarankan agar guru kelas yang
mengajar English Composition untuk mengajar bimbingan satu kali
seminggu yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan mencegah
terjadinya masalah. Sementara itu, Frank Parsons di Boston melakukan hal
yang hampir sama dengan Davis. Ia memfokuskan pada program
pengembangan dan pencegahan. Ia dikenal karena mendirikan Boston’s
Vocational Bureau pada tahun 1908. Berdirinya biro ini mempresentasikan
langkah maju diinstitusionalisasikannya bimbingan karier (vocational
guidance).
Pada tahun yang sama ketika Frank Parsons mendirikan Vocational
Bureau (1908), William Heyle juga mendirikan Community Psychiatric
Clinic untuk pertama kalinya. Selanjutnya, The Juvenille Psychopathic
institute didirikan untuk memberi bantuan kepada para pemuda di Chicago
yang mempunyai masalah. Dalam keadaan tersebut terlibat pula para
psikolog. Tentu saja tidak mungkin berbicara soal kesehatan mental tanpa
melibatkan orang- orang yang cukup terkenal, seperti Sigmund Freud dan
Joseph Breuer.
Potensi yang dimaksudkan adalah potensi yang baik, yang bermanfaat bagi
anak-anak dan masyarakatnya. Pandangan itu bersumber dari aliran filsafat
humanistic, yang mana menganggap bahwa manusia adalah unggul dan
mempunyai kemampuan untuk mengatasi segala persoalannya di dunia.
Manusia menjadi sentral kekuatan melalui otaknya. Karena itu pendidikan
haruslah menyesuaikan otak (kognitif dan daya nalar) akibatnya manusia itu
sangat sekuler, hanya mengutamakan duniawi saja, dan mengabaikan
kekuasaan Tuhan. Terjadilah apa yang disebut kesombongan intelektual.
Namun aspek lain yang dianggap positif adalah paham demokratis, dimana
manusia dihargai harkat kemanusiaan, mengembangkan sifat empati terbuka
memahami dan sebaginya. Sikap – sikap tersebut amat mendukung bagi
kegiatan bimbingan dan konseling.
Untuk kondisi Indonesia, sebaiknya diterapkan paham humanistic
religious. Artinya menghargai menusia atas potensinya, namun ketaatan
kepada tetap tidak terabaikan sehingga bimbingan dan konseling menjurus
kepada pengembangan potensi dan penyerahan diri kepada Tuhan. Dengan
penyerahan diri yang bulat, maka masalah yang dihadapi akan lebih mudah
diatasi. Karena persoalan diri yang rumit biasanya bersumber dari adanya
jarak individu dengan yang maha kuasa.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung
berorientasi layanan pendidikan (intruksional) dan pencegahan. Sejak tahun
1975 bimbingan dan konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman
Natawidjadja, 1987). Upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada siswa sehingga ia dapat perkembang seoptimal mungkin disini amat
terlihat konsep barat mendominasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah
lebih banyak menangani kasus siswa bermasalah daripada pengembangan
potensi siswa disamping itu, konsep perkembangan optimal harus dalam
keseimbangan perkembangan otak dan agama karena itu aspek penting yakni
agama harus mendapat tempat yang layak dalam bimbingan dan konseling.
Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha bimbingan dalam
pendidikan di Indonesia.
1. Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah
(Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah). Para siswa
dididik untuk mengabdi untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti
ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan
pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan
tetapi, rasa nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangat tebal sehingga
upaya penjajah banyak mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme dan kemerdekaan
berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui
pendidikan. Salah satu di antaranya adalah Taman Siswa yang dipelopori
oleh K.H. Dewantara yang dengan gigih menanamkan nasionalisme di
kalangan para siswanya. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada
hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
Dalam bidang pendidikan, pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan
kerbelakangan merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi
pendidikan pada saat itu. Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia
agar memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan
UUD 1945. Hal ini pulalah yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai
kegiatan pendidikan. Upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak
dilakukan oleh guru di kelas atau di luar. Akan tetapi, pada hakikatnya bimbingan telah
tersirat dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa
di sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat.
Secara umum tiap-tiap pelayanan itu memiliki kekhasan tertentu sesuai daya
manfaat yang diberikan dari pelayanan itu sendiri, pelayanan kesehatan misalnya
(yang diberikan oleh dokter) berguna dan memberikan manfaat bagi para pasien
untuk memperoleh informasi tentang kesehatan, layanan pemeriksaan dan
pengobatan agar penyakit tersembuhkan. Misalnya lagi, pelayanan hukum (yang
diberikan oleh LBH) berguna dan memberikan manfaat agar warga masyarakat yang
berkepentingan menjadi lebih sadar hukum dan lain-lain.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang memberikan
kegunaan, keuntungan atau manfaat dari kegiatan itu sendiri. Apa manfaat layanan
BK bagi pengguna? Hal ini telah dikemukakan pada uraian terdahulu tentang
fungsi-fungsi BK.
c. Kaidah-Kaidah Psikologi
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku. Sedangkan bidang garapan
BK adalah tingkah laku yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau
dikembangkan.
Untuk keperluan BK seorang konselor perlu menguasai sejumlah daerah kajian
dalam bidang psikologi.
Dalam pelayanan BK kaidah-kaidah psikologi merupakan alat untuk memahami
dinamika tingkah laku klien, latar belakang dan perkembangannya. Oleh karena
ilmu psikologi merupakan alat bagi suksesnya kegiatan BK maka pelayanan BK
mempersyaratkan penerapan kaidah-kaidah psikologi.