Anda di halaman 1dari 6

UTS

TEORI AKUNTANSI BANK SYARIAH

DOSEN PENGAMPU: NOVIS, S.Hum

Nama : Dina Loreta


Nim : 1215.20.0201
Kelas : 3D
Mk : Teori Akuntansi Bank Syariah

1. Sistem akuntansi syariah adalah praktek akuntansi yang bertujuan untuk membantu
mencapai keadilan sosial ekonomi. Serta mengenal sepenuhnya akan kewajiban kepada
Tuhan, individu, dan masyarakat yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait pada
aktivitas ekonomi seperti akuntan, manajer, auditor, pemilik, pemerintah sebagai sarana
bentuk ibadah.

Akuntansi syariah adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam.


Akuntansi syariah ada dua versi, akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan
pada era di mana masyarakat menggunakan sistem nilai islami khususnya pada era Nabi
SAW, Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya. Kedua Akuntansi syariah yang saat
ini muncul di era kegiatan ekonomi dan sosial dikuasai oleh sistem nilai kapitalis yang
berbeda dari sistem nilai Islam.

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah Secara garis besar, perbedaan bank
konvensional dan bank syariah adalah sebagai berikut:

 Bank konvensional menggunakan prinsip bebas nilai, sementara bank syariah


berinvestasi pada usaha yang halal
 Bank konvensional menggunakan sistem bunga, bank syariah berdasarkan asas bagi
hasil, margin keuntungan, dan fee
 Besaran bunga di bank konvensional tetap, sementara bagi hasil di bank syariah
berubah-ubah tergantung kinerja usaha
 Bank konvensional berorientasi laba, sementara bank syariah berorientasi profit dan
falat (kebahagiaan dunia dan akhirat.
 Pola hubungan bank konvensional debitur dan kreditur, sementara bank syariah pola
hubungan yang digunakan kemitraan (musyarakah dan mudharabah), penjual –
pembeli (murabahah, salam dan istishna), sewa menyewa (ijarah), debitur – kreditur;
dalam pengertian equity holder (qard)
 Di dalam bank konvensional tidak ada lembaga sejenis dengan Dewan Pengawas
Syariah (DPS), sementara ada DPS pada bank syariah.
2. Fungsi dan peran lembaga keuangan syariah diantaranya memenuhi kebutuhan
masyarakat akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya mengonsumsi suatu barang,
tambahan modal kerja, mendapatkan manfaat atau nilai guna suatu barang, atau bahkan
per modalan awal bagi seseorang yang mempunyai usaha prospektifnamun padanya
tidak memiliki permodalan berupa keuangan yang memadai

Fungsi bank syariah Dilansir dari buku Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya (2020)
karya Irsyadi Zain dan Rahmat Akbar, dijelaskan beberapa fungsi bank syariah, yaitu:

Bank syariah berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

 Bank syariah menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
 Bank syariah bisa menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf, sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf.

Bank syariah menurut para ahli.

Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang memberikan
kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang
yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam.

Menurut Perwataatmadja, Bank Syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan


prinsip-prinsip syariah (Islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-quran dan
Hadist.

Menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan
pada hukum Islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan Islam dengan
menggunakan konsep bagi risiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan
yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini kian pesat. Maklum, Indonesia
termasuk negara muslim terbesar di dunia sehingga memiliki peranan besar dalam
membangun ekonomi syariah. Apalagi dengan lahirnya bank syariah raksasa di Tanah Air,
yakni Bank Syariah Indonesia. Hasil dari gabungan atau merjer tiga bank pelat merah,
antara lain Bank Mandiri Syariah, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah.

Kehadiran Bank Syariah Indonesia menjadi tonggak sejarah baru bagi bangsa ini. Dengan
penyatuan bank syariah tersebut, Indonesia ditargetkan menjadi pusat ekonomi dan
keuangan syariah di dunia. Bicara soal bank syariah di Tanah Air, ternyata memiliki
sejarah menarik untuk diulas. Biar gak penasaran, yuk napak tilas bank yang menganut
sistem syariah atau prinsip hukum Islam di Indonesia.
Bank syariah kerap disebut juga bank Islam. Bank syariah adalah perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariah. Tidak menerapkan sistem bunga
pada layanan mereka. Bank ini dijalankan berdasarkan syariat Islam. Penerapan bunga
dilarang dan tidak terjadi dalam bank syariah. Sebab hal tersebut dianggap tidak sesuai
dengan syariat Islam. Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil dan mendapatkan
sejumlah keuntungan dari sistem tersebut. Keuntungan inilah yang kemudian digunakan
pihak bank (selaku pengelola) untuk membiayai seluruh kegiatan operasional perbankan
yang dijalankan.

Mengutip laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), inisiatif pendirian bank Islam Indonesia
dimulai pada tahun 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar
ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan perbankan Islam dipraktikkan dalam skala yang
relatif terbatas, di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta
(Koperasi Ridho Gusti). Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk
kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18-20 Agustus
1990, MUI menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah
Nasional IV MUI di Jakarta 22-25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi
pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja
dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan
dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait.

4. Dikutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


 giro adalah salah satu produk perbankan berupa simpanan dari nasabah
perseorangan ataupun badan usaha dalam rupiah atau mata uang asing.
 Tabungan adalah suatu simpanan uang yang berasal dari pendapatan yang tidak
digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun kepentingan lainnya. Simpanan
uang dapat digunakan dan diambil kapan saja tanpa terikat oleh perjanjian dan
waktu.

Salah satu tabungan yang paling sering digunakan banyak orang zaman sekarang
adalah di Bank. Banyak kemudahan yang ditawarkan oleh Bank-Bank untuk
mereka calon nasabah yang ingin menabung, salah satu kemudahannya adalah
dapat menarik tunai secara mandiri melalui mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
yang disebar oleh Bank tersebut. Ketika menabung di Bank umumnya nasabah akan
mendapatkan fasilitas seperti kartu ATM, Buku Tabungan, Mobile Banking serta
beberapa layanan lain sesuai dengan kebijakan masing-masing Bank.

 Wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yang artinya meninggalkan atau menitipkan
sesuatu pada orang lain yang sanggup menjaga sebagai titipan murni dari satu pihak
ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Dalam ekonomi syariah, wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank
bertanggungjawab atas pengembalian titipan tersebut. Wadiah merupakan akad
tabarru’at (tolong menolong atau saling membantu), sehingga masuk dalam
kategori akad nonprofit. Namun, akad ini bisa menjadi akad mu’awadhah (transaksi
pertukaran) atau tijarah (transaksi motif profit) jika disepakati ada skema bisnis
berupa jual beli manfaat barang (sewa fasilitas) dan/atau jual beli manfaat
perbuatan (jasa) atas penitipan sesuatu tersebut.

 Wadiah Yad Amanah

Wadiah yang asli, tidak terjadi pengubahan esensi akad, titipan yang berlaku sesuai
kaidah asal titipan, yakni menjaga amanah. Penerima titipan tidak mempergunakan
barang titipan dan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang
terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut.

Contoh: Save Deposit Box (SDB). Nasabah menitipkan barang kepada Bank
Syariah. Sejak awal transaksi disepakati adanya jual beli manfaat barang (sewa
penyimpanan) dan/atau jual beli manfaat perbuatan (jasa penjagaan atau
pemeliharaan) barang titipan tersebut, sehingga Bank Syariah boleh mengenakan
fee kepada Nasabah.

 Wadiah Yad Dhamanah

Wadiah dimana penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut


dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut
secara utuh setiap saat kala si pemilik menghendakinya.

Wadiah yad dhamanah ini terjadi tahawwul al aqd (perubahan akad) dari akad
titipan menjadi akad pinjaman oleh karena titipan tersebut dipergunakan oleh
penerima titipan. Dengan demikian, pada skema wadiah yad dhamanah ini berlaku
hukum pinjaman qardh (jika barang titipan dihabiskan) atau pinjaman ariyah (jika
barang titipan tidak dihabiskan).

5. Kehadiran bank syariah di Indonesia tentunya mendapat sambutan yang cukup baik,
terlebih mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Meski popularitasnya belum
sebanding dengan bank-bank konvensional lainnya, namun ada banyak keuntungan bank
syariah yang bisa membuat Anda menabung dengan tenang. Salah satunya adalah karena
tidak ada risiko riba. Dijalankan sesuai dengan prinsip syariah.

Terjamin oleh LPS (Lembaga Penjaminan Simpanan)


Bagi nasabah yang menabung di bank syariah, seluruh dana yang tersimpan sudah bisa
dipastikan terjamin oleh LPS (Lembaga Penjaminan Simpanan). Baik berupa tabungan,
giro, ataupun deposito, seluruh kegiatan perbankan dijamin keamanannya oleh LPS.
Dengan begitu, Anda tak lagi perlu merasa khawatir kehilangan sejumlah dana apabila
terjadi bangkrut atau risiko kerugian lainnya. Hebatnya lagi, LPS ini juga berkontribusi
aktif di dalam menjaga stabilitas sistem perbankan syariah di Indonesia sehingga mampu
bersaing dengan bank-bank konvensional lainnya.

Dilengkapi fasilitas internet banking

Untuk memudahkan transaksi keuangan para nasabahnya, bank syariah juga melengkapi
fasilitas internet banking. Hal ini berarti sebagai nasabah, Anda tetap bisa melakukan
pengiriman uang, pembayaran tagihan, pembelian, ataupun transaksi lainnya kapan saja
dan di mana saja hanya dengan berbekal gadget dan koneksi internet. Meski terlihat sepele,
ternyata fasilitas ini sangat menguntungkan nasabah, terutama di era digital seperti saat ini
yang segala sesuatunya serba cepat.

Sistem bagi hasil, bukan bunga

Jika bank konvensional menerapkan sistem bunga, maka di bank syariah Anda akan
mengenal sistem bagi hasil sesuai dengan syariat Islam. Hal ini berarti keuntungan dihitung
berdasarkan pendapatan yang diperoleh bank. Artinya, semakin tinggi pendapatan suatu
bank syariah, maka semakin besar pula bagi hasil yang akan didapatkan oleh nasabah. Hal
ini sangat berbeda dari sistem bunga bank yang ditentukan oleh dana bank.

Bebas biaya administrasi

Anda tak perlu khawatir terbebani biaya administrasi bulanan seperti ketika menabung di
bank konvensional. Pasalnya, tidak ada biaya administrasi yang akan dibebankan kepada
nasabah bank syariah, sekali pun nasabah tersebut memiliki saldo dalam jumlah minimum.
Hal ini tentu akan semakin memudahkan Anda yang setiap bulannya hanya mampu
menyetor uang dalam jumlah kecil. Dengan begitu, jumlah tabungan tidak akan berkurang
karena di tabungan syariah tidak terdapat biaya administrasi yang perlu dibayar oleh
nasabah.

Adanya produk-produk yang tidak tersedia di bank konvensional

Satu lagi keuntungan menabung di bank syariah yang perlu Anda pertimbangkan, yaitu
adanya produk-produk menarik yang tidak tersedia di bank konvensional. Misalnya,
tabungan haji dan umrah, wakaf, tabungan kurban, hingga deposito syariah. Bahkan
tabungan personal syariah dari Bank Danamon juga menyediakan layanan asuransi jiwa
dan pembiayaan kepemilikan rumah berbasis syariah dengan akad sewa beli atau Ijarah
Muntahiya Bit Tamlik (IMBT).

Anda mungkin juga menyukai