REVOLUSI PERANCIS
Dosen Pengampu:
Dr. Sri Ana Handayani, M. Si.
Oleh:
M. Qois Astiya Putra (210110301003)
Qutub Latifah Akbar (210110301005)
Marrisa Syalwa Nabila (210110301046)
M. Naufal An-Nizar (210110301063)
Bella Praduati (210110301070)
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmatnya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Dr. Sri Ana Handayani, M. Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Sejarah Barat yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “REVOLUSI PERANCIS” ini dengan lancar.
Kami berharap penulisan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat ilmu dan
pengetahuan bagi pembaca. Dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari
pembaca supaya dapat mengerjakan dengan lebih baik untuk kedepannya.
Perancis adalah bangsa merdeka di Eropa Barat dan pusat pemerintahan yang besar. Perancis
telah menjadi negara yang terlibat dalam beberapa peristiwa paling penting dalam sejarah Eropa,
bahkan menjadi salah satu negara yang turut menjadi sejarah penting lahirnya paham liberalisme
di Eropa.
Paham liberalisme tersebut lahir karena adanya peristiwa pemberontakan masyarakat
Perancis yang bertujuan untuk menghapuskan abolutisme yang telah terjadi dalam kurun waktu
berabad – abad di Perancis. Absolutisme yang terjadi telah merampas kebebasan hak – hak
warganya, selain itu campur tangan gereja katolik dalam kebijakan dari lembaga Negara juga
membuat rakyat Perancis menginginkan perubahan dalam sistem pemerintahan dan hukum
negaranya. Peristiwa pemberontakan tersebut terjadi dalam kurun waktu 10 tahun yaitu pada
tahun 1789 – 1799 karena itu peristiwa ini dinamakan Revolusi Perancis. Dalam makalah ini
kami akan membahas sistem pemerintahan dan hukum yang terjadi setelah Revolusi perancis
yang mempengaruhi Benua Eropa.
BAB II
PEMBAHASAN
Revolusi Perancis terjadi pada tahun 1789-1799 dan merupakan periode sosial radikal dan
pergolakan politik yang terjadi di Perancis dan memiliki dampak abadi dalam sejarah Perancis
dan Eropa secara keseluruhan.
3. Sistem pemerintahan Raja Louis XIV yang bersifat monarki absolut menjadi tidak
terkendali karena kewenangan raja tidak dibatasi oleh konstitusi.
Sistem pemerintahan monarki absolut adalah raja bebas menggunakan kekuasaannya
tanpa dibatasi oleh norma, nilai, ataupun undang – undang. Raja Louis XIV
membangun benteng dan penjara Bastille, mereka yang tidak setuju dengan raja atau
yang membenci raja akan dipenjara.
4. Kekecewaan terhadap Raja Louis XVI yang tidak berhasil mengatasi krisis keuangan
negara akibat keikutsertaan perancis dalam perang tujuh taun dan perang Revolusi
Amerika.
Perancis tergabung dalam Perang Tujuh Tahun namun kalah dan perang tersebut
mengeluarkan banyak biaya. Dalam Perang Revolusi Amerika mereka berhasil
menang namun perang itu sangat mahal. Sehingga Perancis hampir mengalami
kebangkrutan karena krisis biaya dan juga beban hutang dari raja – raja sebelumnya.
5. Kebencian terhadap kehidupan mewah raja Louis XVI dan keluarga kerajaan padahal
negara sedang krisis.
Rakyat semakin menginkan perubahan karena negara menglami krisis hebat namun
keluarga kerajaan malah hidup mewah di Versailles yang terkesan tak acuh terhadap
pemasalahan negaranya yang sedang terjadi dan sangat perlu diselesaikan.
6. Ketidakadilan politik dan ekonomi terhadap rakyat, dimana pajak dibebankan hanya
kepada rakyat karena para bangsawan tidak bersedia membayar dan tidak adanya
kebijaksanaan raja untuk menindak golongan I dan II sehingga mereka tetap memiliki
hak istimewannya.
Raja Louis XVI mencoba menyelesaikan krisis keuangan dengan membebankan pajak
pada kaum bangsawan dan rohaniawan juga, tetapi mereka menolak dan Raja Louis
XVI tidak memiliki kebijaksanaan untuk menindak mereka.
C. PASCA PEMBERONTAKAN
1. 4 Agustus 1789, Majelis Konstituante Nasional mengeluarkan “Dekret Agustus”
yang menghapuskan feodalisme dan hak-hak istimewa yang dimiliki etats pertama
dan etats kedua.
2. 26 Agustus 1789, Majelis Konstituante Nasional mengeluarkan “La Declaration Des
Droits De L’homme Et Du Citoyen 1789” atau “Deklarasi Hak Asasi Manusia dan
Warga Negara 1789”.
3. Majelis Konstituante Nasional berfungsi sebagai legislatif dan juga bertugas
membentuk konstitusi baru.
4. Setelah ada konstitusi maka lahirlah Negara Republik Perancis, negara republik
pertama di Eropa.
5. 2 November 1789, Majelis memutuskan bahwa property Gereja menjadi milik negara
termasuk pengurusannya menjadi tanggung jawab negara.
6. Pada bulan Desember tanah-tanah milik gereja mulai dijual kepada penawar tertinggi
untuk menambah pendapatan negara. Tindakan ini efektif menaikan nilai assignats
sebanyak 25% dalam dua tahun.
7. Musim gugur tahun 1789, UU baru menghapuskan sumpah Monastik, juga pada 13
Februari 1790 semua ordo keagamaan dibubarkan. Para biarawan dan biarawati
diberi kebebasan untuk kembali ke kehidupan pribadi mereka atau tetap mengabdi di
gereja, beberapa dari mereka akhirnya menikah.
8. Konkordat 1801 yaitu perjanjian antara Napoleon dengan Paus Pius VII yang
memuat aturan yang mengatur hubungan antara Gereja Katolik dengan negara,
aturan ini berlaku hingga 1905.
9. 11 Desember 1905, Republik ketiga memisahkan urusan gereja dengan urusan
negara.
Asikin, Saroni & Pudjitriherwanti, Anastasia & Syaefudin, Muhammad. 2020. Sejarah Prancis
Pergulatan Peradaban Benua Biru. DI Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI).
http://eprints.undip.ac.id/34622/1/citra_lekha.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Prancis
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jphi/article/view/8465/4437
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/22738/18039
https://youtu.be/7i9CsCRpqtk