net/publication/331311230
CITATIONS READS
0 9,065
1 author:
Ajeng Fitri
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ajeng Fitri on 24 February 2019.
Dalam abad ke-21 ini masyarakat mulai sadar pada era globalisasi dan modernisasi
yang terjadi saat ini, semua sangat mudah di dapat dan dijangkau seperti informasi melalui
media televisi, internet, sosial media dan lainnya. Pemikiran masyarakat menjadi berkembang
lebih maju dari masa ke masa. Perkembangan yang terjadi pada era saat ini menuntun
manusia menuju perubahan seiring dengan perkembangan jaman.
Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia dan penduduknya yang tersebar
dari sabang sampai merauke menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara multikultural atau
biasa disebut dengan masyarakat majemuk atau pluralisme. Yang berarti bangsa Indonesia
penuh dengan keberagaman, dari nilai budaya, ras, etnis, bahasa, sejarah dan adat istiadat
yang menjadi kebiasaan di daerah setempat yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
Namun pengaruh positif yang bisa kita ambil dalam masyarakat majemuk di
Indonesia ini kita bisa saling menghargai dan menghormati antar agama satu dengan yang
lainnya, antar tradisi satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam agama, saat penetapan hari
raya idul fitri atau hari natal kita semua bisa menikmati hari libur secara bersama-sama tidak
hanya suatu golongan saja yang merayakan tapi semua turut merayakan dan merasakannya.
Inilah yang disebut dengan toleransi, budaya toleransi dimana kita tetap menghormati dan
masih berpegang teguh pada keyakinan masing-masing. Selain toleransi, ini juga disebut
sebagai sikap empati sosial kepada sesama manusia, sikap empati dilakukan sebagai bentuk
menjaga keanekaragaman didalam mengisi bangsa multikultural yang penuh dengan
keragaman budaya.
Sebentar lagi rakyat Indonesia akan dihadapkan pada pesta rakyat, yaitu pesta
demokrasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada April 2019 mendatang. Debat
pertama sudah kita saksikan bersama pada beberapa waktu yang lalu. Beberapa waktu
belakangan ini media dan sosial media di hiasi oleh berita dan kampanye serta pencitraan dari
masing-masing calon presiden dan wakil presiden kita. Dalam kampanye, peran pencitraan
memang sangat wajar dilakuan karena memang itu tujuan dari strategi masing-masing calon
Presiden dan Wakil Presiden dalam mengambil hati dan suara rayat. Namun hal yang
membuat sendi-sendi demokrasi tersebut rusak adalah oknum-oknum yang mengaku sebagai
pendukung Capres yang melakukan kampanye hitam, dan kegiatan tersebut kemudian
menjadi bahan propaganda oleh media. Media dan pers juga seakan menjadi kehilangan etika
jurnalisme mereka. Karena semestinya peran pers yang menjunjung etika pers dengan netral
akhirnya ikut pula ke arus yang sama dan terkena dampak kapitalisme dari pemiliknya. Dari
hal tersebut, masyarakatlah yang terkena efeknya. Rakyat dibodohi oleh media dan berita
yang belum tentu benar, rakyat mudah di adu domba dan mereka menciptakan kubu yang
berbeda hanya karena terlalu fanatik dengan apa yang dipercayainya tanpa memperbanyak
literasi dan melihat data sebelumnya. Ini menjadi bentuk negatif dari majunya terknologi jika
tidak di pakai dengan bijak.
Toleransi
Sikap toleransi ini diartikan sebagai sikap saling menghormati, saling menerima,
saling menghargai di tengah kebergaman dan keragaman budaya pada suatu masyarakat.
Graham C. Kinloch (2005) dalam (Casram, 2016), mengatakan toleransi merupakan bentuk
akomodasi dalam interaksi sosial. Ini menjelaskan tentang bagaimana manusia beragama
secara sosial tidak bisa mewajibkan mereka harus bergaul dengan kelompok agamanya
sendiri, tetapi juga dengan kelompok yang berbeda agama dengan kita. Tidak bisa dipungkiri
akhir-akhir ini agama menjadi isu yang sensitif di Indonesia, sebagai Negara yang berdasar
pada pancasila seharusnya kita bisa mengamalkan nilai-nilai dari pancasila tersebut jika ada
kesalahpahaman sebaiknya musyawarah dan dilakukan secara mufakat jangan malah kita
saling serang dan mengadu domba. Perilaku inilah yang merusak keanekaragaman Indonesia
itu sendiri yang sudah selama ini kita jaga dengan sebaik-baiknya.
Menghormati Perbedaan
Kita semua sadar bahwa menghormati perbedaan adalah salah satu aspek penting
dalam menjaga perbedaan yang ada disekitar kita, perbedaan di Indonesia sangat wajar
mengingat Indonesia sebagai Negara majemuk, yang tidak wajar perbedaan itu sudah
ditunggangi oleh berbagai kepentingan, seperti kepentingan politik, ekonomi, sosial-budaya
dan kepentingan golongan lainnya. Perbedaan inilah yang makin lama menjadi tidak sehat,
tetapi masih banyak pula orang-orang baik yang selalu berusah mempersatukan perbedaan ini
menjadi harmonis. Hal tersebut juga bisa kita lakukan sehari-hari misalnya selalu bersikap
ramah pada orang, menghilangkan sikap egois dalam diri dan menumbuhkan budaya tolong
menolong pada sesama.
Peran Pemerintah
Kesadaran Masyarakat
Peran yang paling penting dalam menjaga keanekaragam suatu masyarakat majemuk
ada pada masyarakatnya sendiri. Masyarakat berperan penuh karena mereka adalah tokoh
utama dari multikutural. Kesadaran masyarakat menjadi dasar substansi dalam menjaga
keanekaragaman agar tetap utuh. Perbedaan menjadikan ilmu buat kita, perbedaan membuat
kita belajar dan memahami dari arti toleransi, empati, menghargai dan menerima. Kesadaran
tersebut yang membuat kita selalu berusaha untuk menyebarkan kebaikan, saling merangkul
walaupun tetap saja ada yang tidak sepaham dengan dengan kita, tapi sebisa mungkin kita
sendiri tetap harus belajar menghargai hal tersebut karena itulah arti dari bentuk “kesadaran”.
Sebagai bangsa multikultural kita menyadari akan keberagaman yang berbeda, mulai
dari perbedaan agama, ras, etnis, sosia-budaya dan adat istiadat dalam menjaga persatuan
agar tetap utuh caranya dengan kita mulai dari diri kita sendiri, kita rubah pola pikir kita lebih
maju tanpa menghilangkan budaya asli kita. Belajar untuk menghargai dan menghormati
orang lain disekitar kita, menerima segala perbedaan dan mengganggap perbedaan itu adalah
bumbu dari keanekaragaman yang bangsa kita miliki, selain itu tetap menjaga toleransi
dimanapun berada tanpa menyakiti orang yang berbeda dari kita, dan menggunakan sosial
media dengan bijak dalam menyampaikan informasi namun sebelum menyebaran informasi
pastikan berita yang kita sebarkan tersebut berisi data yang jelas agar tidak menyebarkan
“hoax” karena hal tersebut dapat merugikan diri kita dan juga orang lain. Indonesia bangsa
yang masih membutuhkan banyak orang baik, mereka orang-orang yang akan menjaga
bangsa ini, kita semua tidak mau bumi pertiwi ini menjadi sakit karena konflik antar sesama
saudara kita sendiri.
REFERENCE
Endang & Masruroh. (2018). Merawat Kebhinekaan Menjaga Keindonesiaan: Belajar Dari
Nilai Keberagaman Dan Kebersatuan Masyarakat Pulau. Jurnal Sejarah Citra
Lekha , Vol. 3 , No. 1, 2018, hlm. 13-19
Sa’idi. (2017). Urgensi Menjaga Kemajemukan dan Toleransi Dalam Era Demokrasi. Jurnal
TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017