Ratna Istriyani
ABSTRAK
Bencana merupakan masalah serius sebab tidak hanya berdampak pada kerusakan
fisik melainkan juga aset produktif atau sumber daya alam yang kemudian
mempengaruhi aspek sosial ekonomi masyarakat. Krisis tersebut tidak cukup hanya
diatasi dengan upaya pragmatis yaitu distribusi bantuan. Namun, butuh upaya solutif
untuk mengatasi kevakuman aktivitas produktif masyarakat korban bencana. Salah
satunya adalah mekanisme kewirausahaan sosial dengan didorong oleh aktor yang
inovatif dalam meramu ide sesuai dengan masalah yang terjadi dan kapasitas lokal
yang dapat diberdayakan. Pemuda dalam hal ini merupakan aktor potensial dan kreatif
yang mampu menjawab kompleksitas masalah tersebut melalui social
entrepreneurship. Hal itu tercermin dalam pengelolaan daerah terdampak bencana
menjadi destinasi wisata di Umbulharjo Cangkringan yang kemudian dinamakan
dengan wisata Volcano Tour.
Tim Volcano Tour adalah organisasi yang bergerak pada pengelolaan daerah
terdampak bencana menjadi wisata. Tim tersebut diinisiasi dan dirintis oleh tokoh
muda lokal, dengan melibatkan masyarakat lokal (korban bencana) agar dapat
merasakan manfaat sosial maupun ekonomi. Dengan demikian, tokoh muda dalam hal
ini berposisi sebagai social entrepreneur. Secara ekonomi, pengelolaan wisata erupsi
menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat lokal. Secara sosial, pengelolaan wisata
erupsi melalui Tim Volcano Tour mampu menjamin pemerataan akses ekonomi,
mereduksi gesekan sosial yang sempat muncul, menciptakan kohesi sosial, dan
perubahan mindset.
ABSTRACT
A disaster is a serious problem because not only affects physical damage but also
productive assets or resources that influence social and economic aspects. The crisis
was certainly not enough to just overcome with pragmatic action such as logistic
distribution. However, it needs an effort to overcome the vacuum productive activities.
One of solution is the social entrepreneurship mechanism that driven by an innovative
actor in concocting the idea according to the problem and empowering local capacity.
Youth in this case is the potential and creative actors who able to overcome the
complexity of the problems through social entrepreneurship. This was reflected in the
management of the area affected by the disaster became a tourist destination in
Umbulharjo Cangkringan which was later renamed to Volcano Tour.
Volcano Tour Team is organization that engaged in management disaster affected areas
into tourist. The team initiated and pioneered by local youth leaders who are members,
involving local people (victims) in order to get the social and economic benefits. Thus,
local youth leaders in this regard are in a position as a social entrepreneur.
Economically, tourism management erupted into a source of income for local
communities. Socially, management through Volcano Tour team able to guarantee
equalility of economic access, reduce social friction that could arise, creating social
cohesion, and a mindset change.
objek daya tarik wisata dan manajemen Volcano Tour menjawab permasalahan
wisata. Lebih dari itu, Volcano Tour sosial ekonomi pascabencana erupsi.
merupakan aktivitas ekonomi alternatif Kemudian perlu dipaparkan pula seperti
sebab permasalahan krusial peran serta atau posisi pemuda dalam
pascabencana waktu itu adalah rusak aktivitas kewirausahaan sosial tersebut.
dan hilangnya sumber daya alam yang
menjadi tumpuan ekonomi mayoritas LANDASAN TEORITIK
masyarakat. Kerangka Konseptual Social
Wisata Volcano Tour itu sendiri Entrepreneurship
merupakan aktivitas pengelolaan yang Kewirausahaan sosial (social
diorganisir oleh Tim Volcano Tour, entrepreneurship) berbeda dengan
yang mana pengurus dan anggotanya kewirausahaan bisnis (business
merupakan masyarakat lokal yang entrepreneurship). Adapun perbedaan itu
menyandang status sebagai korban terletak pada, pertama: etika atau misi
bencana. Pencetus dan penggerak dari sosial untuk mengentaskan masyarakat lokal
ide Volcano Tour tersebut adalah tokoh dari masalah sosial (Bornstein, 2006: 279-
pemuda desa yang mencoba 280), kedua: pemberdayaan masyarakat
mengaplikasikan konsep kewirausahaan (empowerment) dalam perintisan usaha
dengan tujuan membuka dan sosial (Leod dalam Mair.et.al, 2006: 62).
memberikan akses ekonomi kepada para Social entrepreneurship
korban bencana, sehingga masyarakat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu Non-
tidak pasif dan vakum dalam kondisi Profit with Earned Income Strategies dan
krisis. Dengan demikian, Volcano Tour For Profit with Mission-Driven Strategies.
dapat dikatakan sebagai manifestasi dari Keduanya sama-sama mencangkokkan
kewirausahaan sosial yang metode pengelolaan kewirausahaan secara
implementasinya ditentukan atau sosial maupun komersial. Karakteristik
dipengaruhi oleh hadirnya tokoh khusus, Non-Profit with Earned Income
pemuda sebagai promotor. Realitas ini Strategies tidak begitu fokus pada
penting untuk dikaji. Pemuda selalu keuntungan. Sedangkan For Profit with
hadir menjadi sumber daya potensial Mission-Driven Strategies cenderung
sebab dianggap memiliki akses berorientasi pada pendapatan dan
pengetahuan serta informasi yang lebih keuntungan secara kontinyu sebab
luas serta fisik yang lebih kuat keuntungan itu merupakan modal ekonomi
dibandingkan kelompok masyarakat lain yang digunakan untuk menggerakkan usaha
(Asriani dan Puspitasari dalam sosial (social enterprise). Social
Azca.et.al, 2011: 134). Dengan entrepreneurship dengan tipe For Profit
demikian, pemuda dalam hal ini berada with Mission-Driven Strategies berorientasi
pada posisi penting dalam ranah social pada tujuan sosial jangka panjang atau
entrepreurship. keberlanjutan (Saifan, 2012).
Berdasar pada latar belakang Social entrepreneurship dalam hal
tersebut, tulisan ini mencoba ini ditentukan oleh eksistensi perintis atau
memberikan pemaparan bagaimana insiator (Bornstein, 2006: 107). Inisiator
mekanisme social entrepreneurship atau changes maker yang kemudian
yang diimplementasikan oleh Tim didefinisikan sebagai social entrepreneur
adalah individu atau kelompok yang tidak Sejarah politik Indonesia sejak
harus secara formal belajar tentang social zaman pra-kemerdekaan hingga pasca-
entrepreneurship tetapi secara dasar tahu kemerdekaan membuktikan bahwa kaum
latar belakang dari munculnya masalah muda merupakan kelompok yang layak
sosial pada suatu masyarakat dan sistem apa untuk diperhitungkan dalam proses sosial
yang dapat memberikan perubahan dan perubahan bangsa ini. Realitas tersebut
progresif bagi masyarakat (Bornstein, 2010: menunjukkan bahwa kaum muda bukanlah
125). Secara spesifik social entrepreneur obyek pasif yang dianggap lebih banyak
disyaratkan mampu mengkonsep ide menyumbangkan problem sosial tetapi
kewirausahaan, memiliki kecerdasan subyek yang aktif yang memiliki segenap
membangun kapasitas dan kemampuan potensi. Oleh karena itu, pendekatan aktif
mendemonstrasikan secara konkret ide serta diperlukan untuk menjelaskan bahwa kaum
prakiraan dampak sosial dari kewirausahaan muda merupakan aktor aktif yang mampu
yang dijalankan (Perrini dan Vurro dalam menjadi leader bagi aspek perubahan sosial
Mair.et.al, 2006: 69). Social entrepreneur dan berbagai peluang dan tantangan yang
juga berperan dalam membentuk mindset ada (Hall, Coffey dan Willian dalam
baru terkait kapasitas dan kompetensi yang Margono, 2011: 7).
dimiliki oleh masyarakat. Artinya inisiator Potensi kaum muda dalam hal ini
berperan dalam membangun optimisme di tentu saja tidak terbatas pada aspek politis
tengah krisis yang melanda (Bornstein, melainkan juga aspek-aspek lain yang dapat
2010: 76). Dengan demikian dapat menjadi ruang eksistensi mereka. Berbagai
dikatakan bahwa social entrepreneur terikat permasalahan sosial sesungguhnya
dalam proses inovasi, adaptasi, dan memerlukan sentuhan kaum muda, sebab
pembelajaran (Cho dalam Mair.et.al, 2006: mereka memiliki energi dan potensi untuk
35). menjawab permasalahan tersebut secara
Rancangan social entrepreneurship lebih dinamis. Potensi tersebut tercermin
hampir sama dengan business dari karakteristik kaum muda yang
entrepreneurship. Namun, terdapat dijabarkan oleh Taufik Abdullah dalam
perbedaan pada hal-hal atau faktor yang beberapa sisi (dalam Satries, 2009) yaitu 1)
mendorong munculnya inovasi atau ide kemurnian idealisme, 2) keberanian dan
usaha. Selain peluang dan kemampuan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai
memanfaatkan peluang, kewirausahaan dan gagasan-gagasan baru, 3) semangat
sosial dilatarbelakangi oleh faktor krisis dan pengabdian, 4) spontanitas, 5) inovatif dan
visi untuk mengatasi krisis. Visi menjadi kreatif, 6) kehendak untuk segera
acuan untuk melakukan langkah konkret mewujudkan gagasan-gagasan baru, 7)
dalam membuat model usaha yang inovatif. kehendak untuk menampilkan sikap dan
Model usaha tentu disesuaikan dengan kepribadiannya yang mandiri, 8) masih
kebutuhan dan kapasitas masyarakat yang langkanya pengalaman-pengalaman yang
dilibatkan. Usaha sosial pada dasarnya dapat merelevansikan pendapat, sikap, dan
adalah untuk mencapai social outcome, dan tindakannya dengan kondisi sosial.
untuk jangka panjangnya yaitu menciptakan Singkatnya pemuda adalah sosok yang
transformasi sosial. membawa potensi karena dianggap
memiliki akses pengetahuan serta informasi
Kajian tentang Kaum Muda yang lebih luas serta fisik yang lebih kuat
dibandingkan kelompok masyarakat lain sudah populer menjadi destinasi wisata pada
(Asriani dan Puspitasari dalam Azca.et.al, tempo sebelumnya. Oleh karena itu, wisata
2011: 134). Dengan demikian, tulisan ini Volcano Tour bukan hanya tren wisata
hendak memberikan ulasan mengenai aspek bencana melainkan bentuk empowerment
kepemudaan yang dielaborasikan dengan terhadap masyarakat yang kehilangan akses
uraian mengenai social entrepreneuship ekonomi akibat bencana.
yang termanifestasi dalam pengelolaan Wisata Volcano Tour yang dikelola
wisata Volcano Tour. Mengingat ketokohan oleh Tim Volcano Tour merupakan
dan gerak kaum muda tercermin dalam manifestasi dari social entrepreneurship
upaya perintisan dan pengelolaan wisata yang bertitik tolak dari gagasan khas di
Volcano Tour tersebut. mana orientasinya berbeda dengan
kewirausahaan pada umumnya. Gagasan
merupakan poin utama yang menentukan
STUDI TENTANG TIM VOLCANO langkah-langkah strategis dalam
TOUR mengorganisir usaha sosial. Dengan kata
Kekuatan Gagasan Tokoh Muda1 lain, gagasan adalah pintu utama untuk
Volcano Tour merupakan wisata menuju pemecahan masalah sosial. Kendati
yang berjalan di lahan terdampak bencana demikian, gagasan tidak akan memberikan
erupsi yang terjadi tahun 2010. Komoditas implikasi apa pun apabila hanya berhenti
utamanya tentu saja atraksi sisa bencana. dalam pikiran belaka. Gagasan harus
Model wisata yang menyajikan atraksi dipromosikan secara aktif seperti yang
mengerikan, kondisi mencekam, dan ditegaskan oleh David Bornstein.
bencana dalam definisi Fooley (dalam Gagasan seperti layaknya
International Journal of Tourism Research sebuah pertunjukan drama yang
Vol.4 No.6 Tahun 2002) disebut sebagai keberhasilannya membutuhkan
seorang produser dan promotor
dark tourism. Wisata Volcano Tour secara yang baik. Jika tidak, drama
legal dikelola oleh Tim Volcano Tour tidak akan bergerak dari arus
beranggotakan masyarakat lokal yang pinggiran ke arus utama atau
menyandang status sebagai korban bahkan tidak dapat
langsung bencana. Wisata tersebut menjadi dipertunjukkan sama sekali,
tren wisata baru di Yogyakarta bahkan sehingga gagasan harus
dipasarkan dengan mahir
Indonesia, sebab tanpa dibayangkan
sebelum benar-benar mengubah
sebelumnya bahwa daerah bencana pemahaman dan perilaku orang.
memiliki potensi sebagai daerah tujuan (Bornstein, 2006: 107).
wisata. Apalagi orang-orang yang terlibat di
dalamnya adalah masyarakat lokal yang Merujuk pada pernyataan tersebut,
menyandang status sebagai korban bencana. gagasan memang dibutuhkan dalam
Terlebih lagi mereka tidak memiliki menjawab tantangan sekaligus peluang.
pengetahuan dan keterampilan tentang Tetapi gagasan juga dapat memberikan
manajemen wisata meskipun Umbulharjo kontribusi secara nyata apabila muncul dari
1
Korban langsung adalah istilah yang dipilih oleh penulis untuk menunjukkan masyarakat yang secara langsung
menjadi korban dari bencana erupsi, yaitu mereka yang tidak hanya menderita secara psikologis melainkan juga
secara materiil karena kehilangan aset dan faktor (modal) produksi seperti lahan pertanian, peternakan, dan
sebagainya.
orang atau kelompok yang mahir dalam c. Penyebaran inovasi, berkaitan dengan
merealisasikannya. Orang yang memiliki bagaimana inovasi dapat digunakan
gagasan dan kemampuan secara luas.
mendemonstrasikan gagasan dalam hal ini d. Nilai utama dari inovasi, berkaitan
menduduki peran sebagai aktor yang juga dengan seberapa besar nilai atau
dapat disebut sebagai social entrepreneur. manfaat yang diciptakan dari suatu
Gagasan mengenai wisata Volcano inovasi.
Tour pada konteks ini tidak dapat dipisahkan Berdasar pada definisi-definisi di
dari tokoh muda, sebab memang ide atas, inovasi bukan hanya berkaitan dengan
sekaligus konsep mengenai pengelolaan produk yang bisa dimanfaatkan atau
lokasi terdampak bencana menjadi wisata dikonsumsi, melainkan juga proses.
bersumber dari tokoh pemuda Umbulharjo. Demikian pula dengan inovasi sosial yang
Aktor yang menggagas pengelolaan wisata menjadi ciri khas dari social
bencana ini merupakan pengurus aktif entrepreneurship. Inovasi sosial tidak hanya
organisasi Karang Taruna Desa dalam definisi produk melainkan juga
2 proses. Bedanya, menurut James Phill
Umbulharjo yang ternyata dapat
menangkap peluang di tengah-tengah krisis inovasi sosial berlatar dari masalah sosial
sosial ekonomi masyarakat pascabencana. yang membutuhkan solusi.
Kemampuan tokoh pemuda desa dalam
menangkap peluang dipengaruhi oleh ..A novel solution to a social problem that
pengalaman (personal experience maupun is more effective, efficient, sustainable, or
previous experiences). Salah satu yang just than existing solution and for which
that value created accrues primarly to
paling mempengaruhi adalah pengalaman
society as whole than private individual.
sebelumnya (previous experiences) yaitu (dalam Dhewanto, et. al, 2013: 9).
ketika mengelola wisata Lava Tour yang
muncul setelah erupsi tahun 2006 tetapi Secara lebih eksplisit, Stanford
justru hancur setelah erupsi tahun 2010. Graduate School of Business menetapkan
Dalam kewirausahaan, gagasan inovasi sosial dalam pengertian proses.
berkorelasi dengan inovasi. Inovasi itu Inovasi sosial didefinisikan sebagai proses
sendiri memiliki definisi yang cukup menemukan, menjamin dukungan, dan
kompleks setidaknya ada poin yang dapat mengimplementasikan solusi baru yang
membedakan istilah mengenai inovasi, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
antara lain sebagai berikut (Dhewanto, et. al, (Dhewanto, et. al, 2013: 10). Dengan
2013: 9). demikian, inovasi sosial tidak muncul secara
a. Proses inovasi, berkaitan dengan cara tiba-tiba tetapi didorong oleh serangkian
menghasilkan produk atau solusi baru faktor dan melibatkan serangkaian tahapan.
yang meliputi faktor teknis, sosial, dan Adapun proses inovasi dapat digambarkan
ekonomi. berikut (Tanimoto dan Prahalad dalam
b. Penciptaan produk, berkaitan dengan Dhewanto, et. al, 2013: 23).
hasil atau social outcome.
2
Disebut sebagai karang taruna Umbulharjo, yaitu organisasi pemuda tingkat kelurahan yang memiliki jaringan
dengan organisasi-organisasi pemuda tingkat dusun atau pedukuhan.
Seperti yang disampaikan Bornstein langsung bencana. Oleh karena itu, dibuat
bahwa ide atau gagasan harus dipromosikan suatu forum pertemuan dengan warga yang
terutama kepada kelompok atau masyarakat terkena dampak langsung bencana. Dalam
yang memiliki kepentingan. Pada konteks hal ini mengajak sekaligus merekrut
Volcano Tour, stakeholder mengarah pada masyarakat secara langsung untuk terlibat
tokoh masyarakat seperti sesepuh, ketua secara aktif dalam pengelolaan sehingga
padukuhan, ketua RT, dan sebagainya. konsep wisata yang dikelola merupakan
Mereka dianggap sebagai figur elit yang wisata berbasis masyarakat (community
memiliki legitimasi politis untuk based tourism).
mengakomodir warga masyarakat. Oleh c. Menyesuaikan Ide dengan Kapasitas
karena itu langkah pertama yang dilakukan Masyarakat
perintis (yang dalam hal ini adalah tokoh Model pengelolaan wisata Volcano
muda) mempromosikan ide sekaligus Tour tidaklah rumit, hal itu mengingat latar
menyusun langkah-langkah strategis belakang pengetahuan masyarakat yang
bersama dengan elit lokal yang meliputi minim tentang pengelolaan wisata. Kendati
kepala desa, kepala dukuh, tokoh pemuda banyak pondok wisata atau penginapan di
dusun maupun desa, serta tokoh kharismatik wilayah Umbulharjo namun wisata yang
yang berpengaruh. Para elit ini bahkan populer di Umbulharjo sebelumnya lebih
menjadi mitra yang kemudian mendapatkan bersifat top down. Dengan demikian, ide
peran sebagai Tim Inti Volcano Tour dan mengenai pengelolaan wisata disesuaikan
menduduki jabatan ketua, wakil ketua, dengan kapasitas dan pengetahuan yang
bendahara, sekretaris, koordinator mudah dipahami oleh masyarakat lokal.
keamanan, koordinator sarpras (sarana dan Adapun adapatasi ide tersebut tertuang
prasarana), koordinator humas, serta dalam pembentukan organisasi/lembaga
kordinator keamanan. bernama Tim Volcano Tour dan skema
Langkah kedua adalah manajeman pengelolaan; yang mana
mempromosikan ide dan langkah-langkah pengelolaan ini menjelaskan tentang alur
strategis mengenai pengelolaan wisata penugasan antara pengurus sebagai tim inti
Volcano Tour kepada seluruh masyarakat dan anggota sebagai tim lapangan.
lokal yang berstatus sebagai korban
Gambar 3. Skema Manajeman Volcano Tour
Sumber : Diolah dari data lapangan
Tim Inti Tim Lapangan
Koordinatir Sie
(Korlap):
Koordinator
Ketua sarana dan o Petugas Tiket
Wakil Ketua prasarana o Petugas Parkir
Koordinator
Bendahara o Keamanan dan
humas
Sekretaris pemandu
Koordinator
komunikasi dan wisata
bantuan
keamanan
tantangan dan peluang. Kendati selalu Pendapatan dari Volcano Tour diperoleh
digolongkan sebagai aktor yang minim dari penarikan retribusi tiket dan tarif
pengalaman namun kreativitas dan parkir (roda dua, roda empat, dan roda
spontanitas mereka pada konteks tertentu enam) yang dijalankan oleh tim lapangan
memang diperlukan. Kehadiran mereka dan kemudian dilaporkan kepada tim inti
turut menjadi pemantik bagi semangat (terutama bendahara). Bendahara
perubahan terutama dalam hal ini adalah kemudian membuat perhitungan secara
mengubah situasi krisis dengan membuka menyeluruh untuk dilaporkan pula kepada
akses ekonomi. pemdes dan pemkab.
Pendapatan atau keuntungan yang
Volcano Tour: Manifestasi Social diperoleh melalui penarikan tiket retribusi
Entrepreneurship dengan Pendekatan dan parkir juga merupakan modal
For Profit Driven Mission ekonomi yang diperlukan untuk
Kejelian tokoh muda dalam menggerakkan usaha sosial (social
mengemas pengelolaan wisata Volcano enterprise). Hal ini berlaku dalam
Tour juga dilihat dari bentuk usaha apa pengelolaan Volcano Tour. Alasannya
yang harus dijalankan dan misi apa yang bahwa pengelolaan wisata Volcano Tour
perlu dicapai. Konteks ini lagi-lagi berdiri di atas lahan yang termasuk dalam
memperlihatkan bahwa kaum muda perlu zona bahaya. Kendati memperoleh izin
ditempatkan sebagai subyek yang kreatif pengelolaan secara legal bukan berarti
dan memperhatikan aspek perubahan juga memperoleh dukungan material dari
progresif. Dengan demikian, perlu melihat pemerintah. Oleh karena itu, Volcano
jenis kewirausahaan apa yang menjadi Tour harus mengupayakan secara mandiri
spirit pengelolaan wisata Volcano Tour, modal untuk pengelolaan wisata. Salah
sehingga dapat digambarkan kontribusi satunya adalah mengalokasikan anggaran
apa yang bisa diberikan kaum muda dalam pendapatan untuk sarpras (sarana dan
mereduksi masalah sosial pascabencana prasarana) dan operasional (pencetakan
erupsi melalui mekanisme social tiket dan kartu parkir) sebesar 19% dari
entrepreneurship ini. total pendapatan, di samping alokasi
Menurut Saifan (2012) social anggaran untuk para anggota tim yang
entrepreneurship dikategorikan menjadi telah bekerja dalam pengelolaan wisata
dua jenis, yaitu Non-Profit with Earned (43%).
Income Strategies dan For Profit with Penekanan kewirausahaan sosial
Mission-Driven Strategies. Pada konteks dengan tipe For Profit with Mission-
ini, pengelolaan wisata Volcano Tour Driven Strategies berorientasi pada tujuan
termasuk dalam tipe For Profit with sosial jangka panjang atau keberlanjutan
Mission-Driven Strategies. Alasannya (Saifan, 2012). Salah satu strategi yang
jelas bahwa pengelolaan wisata dilakukan dilakukan oleh Tim Volcano Tour adalah
untuk memperoleh pendapatan dan agar wisata Volcano Tour bisa berjangka
keuntungan secara kontinyu. Baik itu panjang, artinya tidak hilang dalam kurun
pendapatan secara personal bagi pengurus beberapa tahun atau bersifat temporer
dan anggotanya (Tim inti dan Tim yaitu dengan mengalokasikan seperlima
lapangan) maupun pendapatan bagi tim anggaran untuk sarana dan prasarana.
secara keseluruhan (lembaga). Orientasinya jelas untuk pengembangan
muda yang berusaha menyelaraskan Dhewanto, et. al,, dkk. 2013. Inovasi dan
antara krisis pascabencana, peluang dari Kewirausahaan Sosial: Panduan
banyaknya pengunjung, dan kapasitas Dasar Menjadi Agen Perubahan.
masyarakat lokal dengan gagasan Bandung: Alfabeta.
pengelolaan wisata secara kolektif dan Effendi, Tadjuddin Noer. 1995. Sumber
tepat sasaran, yaitu fokus pada Daya Manusia, Peluang Kerja, dan
pemberdayaan masyarakat korban Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara
bencana yang membutuhkan aktivitas Wacana.
produktif. Berdasarkan peran tersebut, Haugh, Hellen. 2006. “Social Entreprise:
pemuda menjadi aktor penggerak atau Beyond Economic Outcomes and
social entrepreneur. Pada konteks ini pula Individual Return” Pp 180-205
memperlihatkan bahwa kaum muda dalam Mair, Robinson, and
adalah subyek aktif yang menyimpan Hockerts. Social Entrepreneurship.
potensi memberikan memberikan efek New York: Palgrave Macmillan.
perubahan secara progresif. International Journal of Tourism
Research Vol.4 No.6 Tahun 2002.
DAFTAR PUSTAKA Margono, Subando Agus 2011. “Pemuda
Anonim. Potensi Bencana Indonesia dan Transformasi Pasca Orde
(http://www.hpli.org/bencana.php Baru” Pp 3-17 dalam Azca,
dikutip pada 3 Agustus 2016 Pukul Margono, dan Wildan. Pemuda
21.07 WIB). Pasca Orba: Potret Kontemporer
Asriani, Deshinta Dwi dan Dewi Cahyani Pemuda Indonesia. Yogyakarta:
Puspitasari. 2011. “Modal Sosial YouSure Fisipol UGM.
Kelompok Pemuda Dalam Proses Perrini, Francesco and Clodia Vurro.
Pemulihan Pasca Bencana” Pp 127- 2006. “Social Entrepreneurship:
143 dalam Azca, Margono, dan Innovation and Social Change
Wildan. Pemuda Pasca Orba: Potret Across Theory and Practice” Pp 57-
Kontemporer Pemuda Indonesia. 85 dalam Mair, Robinson, and
Yogyakarta: YouSure Fisipol UGM. Hockerts. Social Entrepreneurship.
Bornstein, David dan Susan Davis. 2010. New York: Palgrave Macmillan.
Social Entrepreneurship (What Saifan, Samer Abu. 2012. Social
Everyone Needs To Know. New York: Entrepreneurship: Definition and
Oxford University Press. Boundaries. Diakses melalui
Bornstein, David. 2006. Mengubah Dunia: http://timriview.ca/article/523 pada
Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan tanggal 21 Oktober 2014 pukul
Gagasan Baru. Terjemahan Bambang 10.18 WIB.
Agung. Yogyakarta: InsistPress Satries, Wahyu Ishardino. 2009. “Peran
Nurani Dunia. Serta Pemuda Dalam
Cho, Albert Hyunbae. 2006. “Politics, Values, Pembangunan Masyarakat”. Jurnal
and Social Entrepreneurship: A Madani Edisi I Mei 89-93.
Critical Appraisal” Pp 34-56 dalam Siraishi, Saya Sasaki. 2001. Pahlawan-
Mair, Robinson, and Hockerts. Social Pahlawan Belia: Keluarga
Entrepreneurship. New York: Indonesia Dalam Politik. Jakarta:
Palgrave Macmillan. Kepustakaan Populer Gramedia.