Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan mudah-mudahn sampai kepada kita
selaku umatnya. Amiin

Makalah ini menyajikan pembahasan mengenai proses asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
citra tubuh dimana laporan ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa. Tim
penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu Tim Penyusun
berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa, berbagai pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Tim Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi masyarakat luas.

Bandung, Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena
masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik,
memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama
dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah
kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan
kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi (Depkes RI.
1993).
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan
perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara
berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang
terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap
anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya .
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karenaperan perawat dalam asuhan keperawatan jiwa
adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya pada klien
yang tidak menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes RI. 1993).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana konsep gangguan citra tubuh?
b. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan gangguan citra tubuh?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Citra tubuh harus dibedakan dari "harga diri" dan "kualitas hidup" karena kedua
konsep ini tidak hanya mencakup penampilan, tetapi juga hubungan seseorang, pan- dangan
religius, budaya, karier, dan nilai (Bolton, dkk., 2010).
Smolak dan Levine (2015) menyatakan bahwa citra tubuh terdiri dari 3 komponen,
yaitu kognitif-afektif (cognitive-affective), perseptual (perceptual), dan tingkah laku
(behavioral). Gangguan komponen kognitif-afektif citra tubuh meliputi ketidakpuasan tubuh
(evaluasi negatif terhadap tubuh sendiri), sedangkan gangguan komponen perseptual citra
tubuh meliputi distorsi perseptual seseorang yang memiliki penilaian yang salah terhadap
bentuk dan beratnya (estimasi berlebihan mengenai ukuran tubuhnya). Sementara itu,
komponen tingkah laku dari citra tubuh berhubungan dengan pikiran dan perasaan mengenai
tubuh, seperti memeriksa tubuh dan sikap menghindar.
Gangguan citra tubuh adalah keadaan di mana seseorang mengalami atau berisiko
mengalami gangguan dalam pencerapan diri seseorang (Carpenito- Moyet, 2009) Gangguan
ini biasanya melibatkan distorsi dan persensi negatif tentang penampilan fisik mereka.
Gangguan citra tubuh ini, misalnya dialami oleh seorang wanita selama masa kehamilan.
Ketidakpuasan tubuh berfokus pada "membangun tubuh" dan sering dioperasionalkan sebagai
perbedaan antara sosok ideal dan sosok nyata diri saat ini.
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan
yang diinginkan. dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu (NANDA-I, 2018).

B. Faktor Yang Memperngaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang
lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai
kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap
dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter
& Perry, 2017).

C. Klasifikasi Citra Tubuh

Menurut Riyadi (2015), citra tubuh normal adalah persepsi individu yang dapat menerima dan
menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan harga dirinya meningkat. Gangguan citra tubuh
adalah persepsi negatif tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2015).
Stressor pada tiap perubahan, yaitu :
a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit .

b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infuse.
c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai

dengan pemasanagn alat di dalam tubuh.

d. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.


e. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

f. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

D. Tanda dan Gejala

Menurut Dalami tahun 2018, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara lain:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi.

c. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negative pada tubuh.

d. Preokupasi dengan bagiantubuh yang hilang.

e. Mengungkapkan keputusasaan.

f. Mengungkapkan ketakutan

E. Stressor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh


a. Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi, histerektomi).

b. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang belakang, penyakit
neuromuskular, artritis, penurunan kemampuan mental dansensori).
c. Disfigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di wajah, kolostomi, trakeostomi).
Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi muskular yang tidak dapat dicapai).
F. Stressor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh

a. Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi, histerektomi).

b. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang belakang, penyakit
neuromuskular, artritis, penurunan kemampuan mental dansensori).
c. Disfigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di wajah, kolostomi, trakeostomi).

G. Terapi Keluarga

Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang menyusun aturan, peran,
struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat
melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif (Pardede, 2020)

H. Terapi Hipnotis 5 Jari

Pemberian terapi hipnotis lima jari ialah membantu pasien menurunkan stres tanpa adanya bantuan
pharmakologi, memberikan dan meningkatkan pengalaman subjektif bahwa ketegangan fisiologis
bisa direlaksasikan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan berespon pada keadaan- keadaan
tertentu ketika otot tegang, menurunkan stres pada individu, mencegah manifestasi psikologis
maupun fisiologis yang diakibatkan stress (Marbun, Pardede & Perkasa, 2019).

I. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data yang dikaji, diagnosis masalah gangguan citra tubuh


ditampilkan dalam pohon masalah berikut ini

Perubahan bentuk, ukuran, fungsi, serta kehilangan anggota tubuh

Gangguan citra tubuh


Gangguan konsep diri: harga diri rendah

J. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : Kekerasan Fisik Gangguan Citra Tubuh
Klien merasa malu dengan Perubahan bentuk tubuh:
kondisi wajahnya dan cacat wajah
takut menjadi bahan Gangguan Citra Tubuh
pembicaraan orang.
DO :
Klien tidak mau keluar
kamar dan berinteraksi
dengan orang lain karena
cacat pada wajahnya, klien
tidak mau melihat
wajahnya dicermin.

K. Perencanaan
RENCANA KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan(TUK/TU Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
M)
TUM: Pasien menunjukkan 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan
GANGGUAN Pasien dapat tanda-tanda percaya percaya dengan dari pasien
CITRA TUBUH meningkatkan citra kepada perawat mengemukakan prinsip merupakan hal
tubuh dan dapat melalui: komunikasi terapeutik: yang akan
berinteraksi dengan a. Ekspresi a. Mengucapkan memudah
orang lain tanpa wajah cerah, salam terapeutik. perawat dalam
terganggu tersenyum Sapa pasien melakukan
b. Mau dengan ramah, pendekatan
TUK 1 : berkenala baik verbal keperawatan
Pasien dapat n ataupun non atau intervensi
membi- nahubungan c. Ada kontak verbal selanjutnya
salling percaya mata b. Berjabat tangan terhadap pasien
d. Bersedia de- ngan pasien
men- c. Perkenalkan diri
ceritakan dengan sopan
pera saannya d. Tanyakan nama
e. Bersedia lengkap pasien
meng dan
ungkapka namapanggilan
n masalah yang disukai
pasien
e. Jelaskan tujuan
per-temuan
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu pasien
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya
h. Beri perhatian
kepada pasien dan
perhatian
kebutuhan dasar
pasien.

TUK 2: Kriteria Evaluasi: Diskusikan persepsi Kekuatan ego


Mengidentifikasi Pasien dapat men- pasien tentang citra tingkat tertentu,
citra tubuh pasien gidentifikasi citra tubuhnya: dulu dan saat seperti
tubuhnya ini, perasaan tentang citra kapasitas untuk
tubuhnya dan harapan uji realitas,
terhadap citra tubuhnya kontrol diri,
saat ini atau tingkat
integri- tas ego,
dibutuhkan
sebagai dasar
asuhan
keperawatan
kemu- dian
TUK 3: Kriteria Hasil: Diskusikan potensi Memfasilitasi
Pasien dapat Pasien dapat men- bagian tubuh yang lain. dengan
mengidentifikasi gidentifikasi potensi memanfaatkan
potensi (aspek positif yang kelebihan.
positif) dirinya. dimiliki. Keterbukaan
dan pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
adalah
prasyarat untuk

berubah.
Pengertian
tentang
kemampuan
yang
dimilikidiri
memotivasi
pasien untuk
tetap memper-
tahankan
penggunaannya
TUK 4 Kriteria Hasil: Bantu pasien untuk Pasien lebih
Pasien dapat men- Pasien tahu meningkatkan fungsi ba- percaya diri.
getahui cara-cara bagaimana gian tubuh yang
atau tindakan untuk meningatkan citra terganggu.
meningkatkan citra tubuh
tubuh
TUK 5 Kriteria Hasil: Ajarkan pasien Pasien
Pasien dapat Pasien mendemon- meningkatkan citra tubuh bertanggung
melakukan cara- strasikan tindakan dengan cara: jawab terhadap
cara untuk yang akan mengu- 1. Gunakan protese, dir- inya dalam
meningkatkan citra rangi gangguan citra wig kosmetik atau mening- katkan
tubuh tubuhnya. yang lain- nya citra tubuh
sesegera Motivasi
mungkin. penting untuk
Gunakan pakaian meningkatkan
yang baru rasa percaya
2. Motivasi pasien diri pasien.
untuk melihat
bagian yang

hilang secara
lengkap
3. Bantu pasien
menyentuh
bagian tersebut
4. Motivasi pasien
untuk melakukan
aktifitas yang
mengarah pada
pembentukan
tubuh yang ideal
TUK 6: Kriteria Hasil: Lakukan interaksi secara Agar pasien
Pasien dapat berin- Pasien merasa diri- bertahap dengan cara: lebih percaya
teraksi dengan nya berharga dan 1. Susun jadwal diri. Setelah
orang lain tanpa dapat berinteraksi kegiatan sehari- dapat berin
terganggu. tanpa gangguan. hari teraksi dengan
2. Dorong pasien orang lain dan
untuk melakukan memberi
aktifitas sehari- kesem patan
hari dan terlibat pasien dalam
dalam aktifitas mengikuti
keluarga dan aktivitas pasien
sosial. merasa lebih
3. Dorong pasien percaya diri
untuk Motivast
mengunjungi penting untuk
teman atau orang meningkatkan
lain yang berarti/ rasa percaya
mempunyai peran diri pasien
pent- ing baginya.

4. Beri pujian
terhadap
keberhasilan
pasien melakukan
interaksi
TUK 7 Kriteria Evaluasi 1. Jelaskan dengan Keluarga
Pasien mendapat 1. Keluarga keluarga tentang merupakan
dukungan keluarga dapat gangguan citra sistem
untuk mengontrol mengenal tubuh yang terjadi pendukung
gangguan citra masalah pada pasien. utama bagi
tubuh pasien. gangguan 2. Jelaskan kepada pasien dan
citra tubuh. keluarga cara merupakan
2. Keluarga mengatasi bagian penting
menge- tahui masalah dari rehabilitasi
cara meng- gangguan citra pasien.
atasi masalah tubuh.
gangguan 3. Menyediakan
citra tubuh. fasilitas untuk
3. Keluarga memenuhi
mampu kebutuhan pasien
merawat di rumah.
pasien 4. Memfasilitasi
gangguan interaksi di
citra tubuh rumah.
4. Keluarga 5. Melaksanakan
mampu kegiatan di rumah
mengevaluas dan sosial.
i kemampuan 6. Memberikan
pasien dan pujian atas
memberikan kegiatan yang
pujian atas
keberhasilan telah dilakukan
nya pasien
7. Ajarkan kepada
keluarga untuk
mengevaluasi
perkembangan
kemampuan
pasien, seperti
pasien mampu
menyentuh dan
melihat anggota
tubuh yang
terganggu,
melakukan
aktifitas di rumah
dan di masyarakat
tanpa hambatan.
8. Berikan pujian
yang rea- listis
terhadap
keberhasilan
keluarga.
9. TAK: stimulasi
persepsi HDR.

L. Strategi pelaksanaaan
STRATEGI PELAKSANAAN 1

a) Proses keperawatan
-Kondisi klien
Klien mengatakan tidak percaya diri dengan tubuhnya yang kurang sempurna
Klien mengatakan bingung bagaimana cara merawat anak anaknya dengan
keterbatasan
 Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh
 Tujuan tindakan keperawatan
Tujuan umum
1. Pasien dapat meningkatkan citra tubuh dan dapat berinteraksi dengan orang
lain tanpa terganggu
Tujuan khusus
1. Pasien dapat membina hubungan salling percaya
2. Mengidentifikasi citra tubuh pasien
3. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya.
4. Pasien dapat mengetahui cara-cara atau tindakan untuk meningkatkan
citra tubuh
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase orientasi Salam terapeutik :
“Assalamualaikum,selamat pagi bapak/ibu.Perkenalkan saya perawat ……, yang
akan merawat bapak/ibu.Nama bapak/ibu siapa?”
Evaluasi/validasi:
“Bagaimana kabar bapak/ibu hari ini…?”
“Baiklah bapak/ibu, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan hari ini?”
Kontrak topik , waktu, tempat:
“Baiklah bapak/ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang
bapak/ibu rasakan selama ini?”
“Bapak/ibu maunya dimana…?”
“Baiklah bapak/ibu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”
2. Fase kerja
“Bapak/ibu… dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan
bapak/ibu. Apa saja kegiatan atau aktivitas yang bapak/ibu sering lakukan di
rumah?

“Apa sekarang bapak/ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut


bapak/ibu….?”
“Apa harapan bapak/ibu terhadap keadaan bapak/ibu yang sekarang?”
“Saya mengerti bapak/ibu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa
tetap beraktivitas meskipun dengan menggunakan tangan bapak/ibu yang masih
dapatdigunakan dengan baik yaitu sebelah kanan.”
“Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak/ibu
agar dapat beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu tangan.
Tapi sebelumnya kita coba berlatih untuk menggerakkan dan melakukan
aktivitas yang ringan-ringan.
“sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…”
“Baiklah pak/bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bapak/ibu yah.”
(tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku
Rencana tindakan pasien).”
3. Fase Terminasi
Evaluasi
Subjektif: “Bapak/ibu… Bagaimana perasaan bapk/ibu setelah kita berbincang-
bincang dan melakukan latihan hari ini…?”
Objektif: “Kalau begitu sekarang bapak/ibu coba beritahu saya kembali,
kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan hari ini?”
Rencana tidak lanjut:
“Baiklah bapak/ibu. Apa yang kita lakukan hari ini bapak/ibu dapat melatihnya
sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya sendiri di rumah.”
Kontrak yang akan datang:
“Bapak/ibu saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih bapak/ibu beberapa
cara untuk mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh bapak/ibu yang lain dan
melatihnya dengan-kegiatan yang lain.Bagaiamana apa bapak/ibu bersedia?”

STRATEGI PELAKSANAAN 2
a) Proses keperawatan
1.Kondisi klien

Klien tampak gelisah dan depresi dengan keadaannya


2.Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh
3.Tujuan tindakan keperawatan
Tujuan umum:
1. Pasien dapat meningkatkan citra tubuh dan dapat berinteraksi dengan orang
lain tanpa terganggu
Tujuan khusus
1. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
2. Pasien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol gangguan citra tubuh
pasien.
b) .Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
Salam terapeutik:

“Assalamualaikum.selama pagi bu/bapak. Ibu/bapak masih ingat saya tidak saya


perawat.......saya yang kemarin ngajarin bapak/ ibu.
Evaluasi/validasi:
“bagaimana perasaannya hari ini bagaimana perasaannya hari ini apakah sudah
dipakai cara yang kita latih ?”
“Baiklah ibu sesuai janji kemarin saya akan mengajarkan bagaimana cara untuk
melakukan latihan interaksi yanglainnya dan mengkoordinasikan bagian tubuh
ibu yang lain.”
2. Fase Kerja
“baiklah kalau begitu sebelum kita mulai belajar cara yang kedua saya ingin ibu
memperagakan cara yang kemarin sudah saya ajarkan “
“Ibu/bapak apakah memiliki kerabat terdekat?”
“Saran saya ibu jangan takut/malu ,coba ibu sering bersosialisasi dengan
lingkungan terutama lingkungan terdekat”

“ibu dari lima kegiatan kemampuan ini yang mana yang masih dapatdikerjakan
di rumah sakit sekarang coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan
di rumah sakit ini coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri*
kalau ibu lakukan tanpa disuruh tulis B bantuan* jika diingatkan bisa melakukan
dan T jika ibu ibu tidak* melakukan.)Tapi jika ibu merasa lelah atau tidak
mampu untuk melakukannya ibu dapat meminta bantuan keluarga atau tetangga.
Mungkin ada kegiatan lain yang ingin ibu lakukan kedepannya selain kegiatan
kegiatan yang ibu sebutkan tadi?”
3. Terminasi
Evaluasi
Subjektif: “Bagaiman perasaan ibu setelah peragaan tadi”
Objektif :“coba ibu/bapak menjelaskan hal-hal yang sudah kita pelajari tadi”
Rencana tindak lanjut:
“ternyata ibu sudah memahami dengan baik apa yang saya sampaikan.Mungkin
pertemuan hari ini saya akhiri dan terima kasih untuk waktunya dan saya doakan
agar ibu selalu sehat untuk melakukan aktivitas sehari hari ya .”
Kontrak yang akan datang:-

M. Pendokumentasian
Langkah terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan. Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan
yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan

Anda mungkin juga menyukai