Anda di halaman 1dari 12

Kehamilan 24-25 minggu dengan anemia ec malnutrisi dengan janin tunggal hidup

 Scenario
Perempuan 39 tahun, keluhan pusing dan lemas dan dalam keadaan hamil usia
20-21 minggu. keluhan disertai mata berkunang-kunang. Diawal kehamilan ada
mual muntah dan Riwayat perdarahan. Asupan makanan pasien kurang variasi
dan jumlah sehingga status gizi menjadi kurang kemudian anemia. ANC jarang,
hubungan dengan keluarga kurang baik, sosek menengah kebawah.
Pemfis : tampak lemah sakit sedang, penambahan BB kurang, LLA <23,5 cm,
konjungtiva anemis anemia
Pemeriksaan kehamilan : TFU dan DJJ normal (120-15)  tidak ada tanda IUGR
Pem. Penunjang : Hb <11gr  anemia
 DD/
- G5P4A0 Kehamilan 24-25 minggu dengan Anemia defisiensi Fe e.c
Malnutrisi dengan Janin Tunggal Hidup 
- G5P4A0 Kehamilan 24-25 minggu dengan Anemia e.c Perdarahan dengan
Janin Tunggal Hidup
 Dk/ G5P4A0 Kehamilan 24-25 minggu dengan Anemia defisiensi Fe e.c Malnutrisi
dengan Janin Tunggal Hidup 
 Dasar diagnosis :
- Kehamilan : DJJ dan TFU normal
- Anemia : pusing lemas berkunang-kunang, asupan makanan kurang,
konjungtiva anemis, Hb<10 gr/dL
- Malnutrisi : Asupan makanan pasien kurang variasi dan jumlah, status gizi
kurang,
 Patofisiologi :

 Penatalaksanaan
- Non farmakologi:
1. Edukasi mengenai kehamilan, anemia dan malnutrisi
2. Variasi dan jumlah makanan harus ditingkatkan agar BB ibu naik
dengan sesuai (tambah 500 kkal dari kebutuhan harian)
3. Makan makanan mengandung Fe daging merah, hati ayam,
bayam, kacang2an
4. Hindari meminum teh dalam jumlah banyak
5. Lakukan ANC secara rutin

- Farmakologi:
Ferrous sulfat 200mg tab No.XC 3 dd 1  Fe oral
Asam folat 400mg tab No.XXX 1 dd 1
Vit c tab 100 mg No.XX
Vit B comp 3 dd 1 pc
Calsium laktat tab 500 mg No. X 2 dd 1
Aspirin 80 mg tab No. XXX 1 dd 1  untuk preeklamsi
 Komplikasi
1. Kehamilan : abortus, IUGR, kelainan kongenital
2. Persalinan : perdarahan pasca salin, persalinan lama
3. Bayi : BBLR, kematian, asfiksi
 Indikasi rujuk
- Perdarahan kronis
- Setelah di tatalaksana tidak kunjung membaik
- Kecurigaan IUGR

Covid 19 kasus terkonfirmasi derajat ringan


 Skenario
Perempuan 7 tahun, keluhan demam naik turun 3 hari yll. Disertai penurunan
nafsu makan karena menghilangnya indra pengecap dan pembau. Pasien
merasakan sulti menelan, batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Riwayat ayah ibu
kakak mengalami hal serupa tetapi sudah sembuh dengan obat warung. Ayah
pasien tidak mematuhi protocol Kesehatan. Belum vaksinasi covid.
Pemfis : febris, secret di kedua hidung, faring hiperemis dan tonsil T1/T1
Pem. Penunjang : HJL shift to the left, PCR + covid
 Dd/
- Covid-19 terkonfirmasi dengan gejala ringan
- Covid-19 terkonfirmasi dengan gejala sedang
 Dk/ Covid-19 terkonfirmasi dengan gejala ringan
 Dasar diagnosis : demam, batuk, pilek, sulit menelan, Riwayat covid-19 pada
keluarga, PCR +
 Patofisiologi
Kontak dengan keluarga terinfeksi covid  droplet mengandung virus  virus
menyebar ke mucus membrane lalu ke aliran darah  virus mengeluarkan RNA
untuk RNA polymerase  menggunakan nukleotida untuk sintesis viral RNA 
membentuk viral partikel  virus baru terbentuk menyerang sel terkait
sehingga gejala timbul  covid- 19 simtomatik : 1. Paru2sitokin dan mediator
keluar mengiritasi jalan napas batuk. 2. Hidung  merusak sustentacular 
mucus meningkat dan inflamasi mengenai olfactory bulb pilek dan anosmia. 3.
GIT : enterosit  BAB cair. 4. Kematian sel dan peningkatan mediator inflamasi
 respon imun set point meningkat demam
 Tatalaksana
Paracetamol syr forte 250 mg/5 ml No. I 3 dd 1
Zinc tab 20 mg No.XIV I dd 1  booster
Vit C 50 mg No. VIII 2 dd 1 (max.600mg)
Ambroxol syrup 15 mg/5ml No.I 3 dd ½ cth  untuk mengencerkan dahak

Perawakan pendek e.c def. Gizi kronis + anemia ringan dengan tonsilofaringitis
akut e.c bakterialis
 Scenario
Perempuan usia 4 tahun tampak kecil. Sejak 5 hari yll batuk pilek dan demam.
makan menu keluarga 3x sehari 2-3 sendok setiap makan dengan sedikit lauk,
tahu, tempe, jarang makan daging dan meminum susu SKM. Camilan ciki dan
biscuit warung. Nafsu makan tidak bagus.
- Riwayat penyakit terdahulu : sering diare sejak usia 10 bulan dan sering
batuk pilek usia 1 thn
- Riwayat kehamilan : cukup bulan langsung menangis, BB TB normal. ANC
6x
- Keluarga : TB ayah : 158, TB ibu : 155
- Pemfis : TB : 80 cm (normal : 90-103 cm), konjungtiva anemis  anemia,
secret purulent pada hidung  tanda infeksi bakteri, tonsil T2/T2 
tonsilofaringitis, faring hiperemis dan detritus  tanda inflamasi, KGB
soliter 0,5 cm mobile  tanda infeksi
- Pem. Penunjang : Hb 10 (n:11-14), leukositosis, HT menurun, HJL shift to
the left (neutrofilia)
 Dk/ Perawakan pendek e.c def. Gizi kronid + anemia ringan dengan
tonsilofaringitis akut e.c bakterialis
 Dasar diagnosis :
- Perawakan pendek : TB/U <-2SD, asupan makanan kurang dan jarang
minum susu, kecepatan tumbuh lambat tetapi kembang tidak
- Anemia : konjungtiva anemis, Hb 10 (<11)
- Tonsilofaringitis : secret di orofaring, tonsil T2/T2 detritus, faring
hiperemis

 Patofisiolgi :
1. Factor lingkungan (sanitasi buruk)  diare  kerusakan sel usus
2. Factor biologi (TB ibu dan ayah 155 dan 158)
3. Makan sedikit dan jarang minum susu 3. Penyakit infeksi berulang
4. Sosek rendah
Menyebabkan : nutrisi kurang  definisi mikronutrien:
 Makronutrien (zinc) : reepitelisasi GIT menurun 
penurunan fungsi absorbs peningkatan frek. BAB
 Asupan vit dan mineral menurun : vit c dan Fe menurun
anemia
 KH menurun : pembentukan energi terganggu
 Protein menurun : sistem imun menurunrespon
inflamasi kuman masuk gagal di eliminasi respon
inflamasi:
1. Migrasi sel radang leukosit berkumpul, bakteri mati
 detritus
2. Mediator PG dan bradykinin set point meningkat
demam
3. histamin  merusak sel goblet sekresi mucus
bercampur bakteri  dahak purulent
4. vasodilatasi vaskuler  peningkatan permeabilitas 
edema  T2/T2
 Tatalaksana :
- Non farmakologi :
1. Orang tua harus bisa meluangkan waktu dan lebih perhatian
terhadap anaknya
2. Perbaikan gizi pasien : makan dengan nutrisi seimbang dan
bervariasi (KH, protein, vit & mineral) dan susu
3. Atur jadwal makan pasien agar lebih teratur
4. Berikan makanan yang menarik agar anak senang untuk makan
5. Perbanyak makanan tinggi Fe (hati ayam,daging merah, bayam dan
kacang2an)
- Farmakologi :
Sulfa ferrous 15 mg/5ml syr Fl No.I 2 dd 2 cth a.c
Amoxicilin 125 mg/5 ml syr Fl No. I 3 dd 2 cth
Zinc 10mg/5ml fl No. I 1 dd 2 cth
Ambroxol syr 15mg/syr No.I 3 dd ½ cth
 Prognosis
Baik jika diintervensi pada 1000 HPK. Bila sudah diatas 2 tahun target tinggi
mungkin tercapai tetapi jika sunting belum tentu dapat di perbaiki

DM tipe 2
 Scenario
Laki-laki 55 tahun, keluhan lemah badan sejak 2 bulan yang lalu. Disertai dengan
peningkatan frekuensi BAK, lapar, haus, kesemutan dan pengelihatan menjadi
kurang nyaman. 2 minggu yang lalu kaki pasien tergores paku namun luka tidak
dirawat dengan baik sehingga menjadi besar dan bau. Asupan makanan baik yaitu
3x sehari dengan berbagai macam lauk, namun pasien sering mengkonsumsi
gorengan dan kopi atau the manis. Pasien malas berolahraga, merokok dan
terdiagnosis DM 5 tahun lalu namun tidak terkontrol. Terdapat riwayat kedua
orangtua terdiagnosis DM. hubungan dengan keluarga kurang baik, sosek
menengah kebawah.
Pemfis : mulut  karies dentin, ekstremitas  sensasi taktik dan nyeri superficial
menurun, ulkus a/r kalkaneus dextra dengan jaringan granulasi dan dasar ulkus
terlihat pus.
Pem. Penunjang : GDS 345 (meningkat, N:<200), darah rutin : leukosit 13.000
(meningkat), urine : reduksi +++
 Dk/ DM tipe 2 tidak terkontrol dengan komplikasi neuropati diabetikum + ulkus
a/r kalkaneus dextra + karies dentis
 Patofisiologi :
 Penatalaksanaan
- Non farmakologi:
1. Edukasi mengenai cara perawatan luka serta kaki (melakukan
debriment, pastikan kaki dalam keadaan bersih, tidak basah dan
berjalan menggunakan alas kaki)
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengolahan
makanan dan diet ( 1/4 karbo, 2/4 sayuran hijau, ¼ protein, 3x
sehari dengan 2 kali cemilan berupa buah-buahan)
3. Edukasi mengenai aktivitas fisik ( olahraga ringan yg tidak
membebani kaki 3-5x/minggu selama 30-45 menit )
4. Pasien diminta untuk berhenti merokok
5. Lakukan control/ cek gula darah rutin dan mengkonsumsi obat
secara teratur

- Farmakologi:
Metformin tab 500 mg no.XXI 3dd1
 Rujuk
- Terdapat karies dentis  poli gigi
- Terdapat ulus  poli bedah (debriment dan wound treatment)

Stroke
 Scenario
Laki-laki 54 tahun, keluhan tidak bisa menggerakkan badan sebelah kanan secara
tiba-tiba saat bangun pagi. Pasien mengeluhkan nyeri kepala berdenyut, nyeri
tengkuk, merasa lemas sehingga butuh bantuan untuk berjalan, wajahnya mencong
dan bicaranya pelo. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan bersantan dan
berlemak, merokok, jarang olahraga, pasien mengidap hipertensi tapi tidak control
teratur. Ibu pasien meninggal karena stroke dan mengidap penyakit hipertensi dan
DM. Ayah pasien mengidap penyakit jantung dan hipertensi.
Pemfis : Tampak sakit ringan, murung, obesitas, hipertensi stage II, pemeriksaan
Neurologis : N.VII & N.XII Terdapat parase kanan, pemeriksaan Motorik : Spastis,
Kekuatan 4/5 4/5, refleks fisiologis : KPR & APR : Kanan meningkat , refleks
patologis : Babinski (+), fungsi Luhur : Komunikasi baik tapi lambat
Pem. Penunjang : Profil lipid meningkat Dislipidemia
 DD
1. Pasca Stroke Infark Aterotrombotik Sistem Karotis Kiri E.C Hipertensi Stage II Tidak
Terkontrol Disertai Dyslipidemia + Obesitas Tipe I 
2. Pasca Stroke Hemoragik E.C Hipertensi Stage II Tidak Terkontrol Disertai
Dyslipidemia + Obesitas Tipe I
 Dk/ Pasca Stroke Infark Aterotrombotik Sistem Karotis Kiri E.C Hipertensi Stage II
Tidak Terkontrol Disertai Dyslipidemia + Obesitas Tipe I 
 Patofisiologi :
 Penatalaksanaan
- Non farmakologi:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi
b. Untuk pasien stroke/pasca stroke harus diberikan fisioterapi terlebih
dahulu, apabila sudah memungkinkan untuk melakukan olahraga sendiri,
bisa melakukan olahraga ringan sebanyak 2 – 3x / seminggu dengan durasi
kurang lebih 30 menit. Jenis olahraga yang dilakukan adalah jalan kaki
santai, bersepeda, dan jogging
c. Edukasi penyakit hipertensi, DM, stroke, obesitas serta komplikasinya
d. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai faktor genetic, dan memberikan
dukungan penuh kepada pasien
e. Hindari stress untuk mengurangi gejala depresi
f. Hindari makanan tinggi lemak, karbohidrat, dan tinggi garam. Perbanyak
makan buah dan sayuran

- Farmakologi:

 Komplikasi
Stroke berulang, Edema Serebri, Dekubitus, Depresi
 Rujuk
Rujuk karena ada gangguan mood yang mengarah ke depresi dan juga butuh
rehabilitasi untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.

Intoksikasi Paracetamol dengan gangguan depresi berulang episode kini berat tanpa
gejala psikotik
Dasar Diagnosis
- Terdapat 3 gejala utama depresi (afek datar, hilang minat / kegembiraan, kurang
berenergi)
- Terdapat 4 gejala depresi lainnya (sulit tidur, nafsu makan terganggu, konsentrasi
menurun, menurun kepercayaan diri)
- Lamanya episode 3 minggu
- Riwayat berulang : setahun yang lalu pasien memiliki keluhan sering sakit kepala
dan mudah lelah saat mengetahu ayah akan menikah lagi 
- Faktor pencetus : mendapat undangan pernikahan mantan pacarnya yang sudah
putus 3 bulan yang lalu 
- Tidak ada gejala halusinasi dan waham (tanpa gejala psikotik) 
- Faktor reisko : pribadi pendiam, tertutup dan jarang mengeluh. Pasien terbiasa
menyelesaikan masalah sendiri 
- Intoksikasi paracetamol : mual muntah, penurunan kesadaran, konsumsi
paracetamol > dosis maksimal (pada kasus pasienn mengkonsumsi 10 gr/20
tablet)
- Depresi berulang sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung min 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna (pada
pasien terjadi selama 3 bulan saat episode depresi pertama) 
- Pasien tidak memungkinkan melakukan kegiatan sosial, kesulitan bekerja dan
urusan rumah tangga (kriteria diagnosis depresi) 
- Konsumsi Paracetamol melebihi dosis maksimum
- Dalam 0-1 hari muncul gejala mual muntah
DD/ 
1. Intoksikasi Paracetamol dengan gangguan depresi berulang episode berat tanpa
gejala psikotik
2. Intoksikasi Paracetamol dengan gangguan depresi berat tanpa gejala psikotik
3. Intoksikasi Paracetamol dengan gangguan cemas menyeluruh tanpa gejala psikotik
DK/ intoksikasi Paracetamol dengan gangguan depresi berulang episode kini berat tanpa
gejala psikotik

Patofisiologi
Tatalaksana :
Non-Farmakologi
- Edukasi pasien mengenai bahaya paracetamol dan dosis yang tepat
- Edukasi pasien untuk lebih membuka diri dan berbagi masalah
- Edukasi keluarganya untuk mendukung pengobatan pasien
- Intoksikasi <2 jam diberikan gastric lavage dan activated charcoal , <8 jam
acetysitein untuk menurunkan hepatotoksisitas.

Farmakologi
R/ Infus set No .I
Abocath no.18 No. I
Dextrose 5 % 200 ml No. I
R/Fluoxetine cap 20 mg No. VII
S 1 dd 1
R/ Acetylcysteine 20 % vial 25 ml 200 mg /ml No. II
S IV
Komplikasi
- Self harm
- Bunuh diri
- Kerusakan hepar ( akibat intoksikasi )
Rujukan
Pasien perlu di rujuk ke Sp.KJ karena pada pasien terdapat gejala depresi sudah berat
dan dapat meningkatksn risiko percobaan bunuh diri, tetapi sebelum itu perlu dirujuk
terlebih dahulu ke S.PD untuk diatasi intoksikasi hingga stabil

Anda mungkin juga menyukai