Anda di halaman 1dari 3

4. Apa dilemma etik yang terjadi pada skenario?

(paragraf 1)
(Beneficence)
1. Pada paragraf satu dikatakan “Tudor berusaha untuk menimbulkan
kegagapan pada anak-anak yang sehat dan untuk melihat apakah sugesti
dengan mengatakan “bicara mereka baik-baik saja” kepada penderita gagap
akan menghasilkan perubahan.” Dimana Tudor melanggar kriteria beneficence
yang berbunyi “ meminimalisir akibat buruk” karena Tudor malah menimbulkan
kegagapan pada anak-anak yang sehat. Selain itu melanggar kriteria
beneficence yang berbunyi “mengusahakan manfaat dibanding keburukan”
karena dapat dilihat bahwa keburukan lebih mendominasi akibat dari penelitian
ini banyak anak sehat menjadi gagap yang bahkan belum dikatahui seberapa
besar keberhasilannya.
2. Pada paragraf satu juga dikatakan “Penelitian dimulai dengan melakukan
seleksi 22 subjek dari panti asuhan veteran di Iowa. Tidak ada satupun dari
pihak panti asuhan yang diberitahu maksud penelitiannya, dan mereka percaya
bahwa mereka akan menerima terapi wicara” dimana penelitian ini melanggar
benefience yang berbunyi “ menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan”
karena Tudor melanggar hak pasien untuk mengetahui apa yang akan dilakukan
pada mereka dan bagaimana efeknya.
(Nonmalefience)
1. Pada paragraf satu juga dikatakan “Penelitian dimulai dengan melakukan
seleksi 22 subjek dari panti asuhan veteran di Iowa. Tidak ada satupun dari
pihak panti asuhan yang diberitahu maksud penelitiannya, dan mereka percaya
bahwa mereka akan menerima terapi wicara” dimana ini melanggar kriteria
nonmalafience yaitu “menghindari misrepresentasi pasien” karena pasiennya
percaya bahwa mereka akan menerima terapi wicara diakibatkan mereka tidak
diberi tahu tujuan dan maksud dari penelitian ini.
2. Pada paragraf satu dikatakan “Tudor berusaha untuk menimbulkan
kegagapan pada anak-anak yang sehat dan untuk melihat apakah sugesti
dengan mengatakan “bicara mereka baik-baik saja” kepada penderita gagap
akan menghasilkan perubahan.” Dimana Tudor melanggar kriteria
nonmalaficence yang berbunyi “ menfaat lebih besar kepada pasien” namun
kenyataannya yang dilakukan oleh tidor malah memberikan kerugian pada
pasiennya.
(Autonomy)
1. Pada paragraf satu juga dikatakan “Penelitian dimulai dengan melakukan
seleksi 22 subjek dari panti asuhan veteran di Iowa. Tidak ada satupun dari
pihak panti asuhan yang diberitahu maksud penelitiannya, dan mereka percaya
bahwa mereka akan menerima terapi wicara” dimana ini melanggar kriteria
autonomy yaitu “melaksanakan informed consent” dimana pihak panti asuhan
tidak diberi tahu tujuan dan maksud dari penelitian ini.
(Justice)
1. Pada paragraf satu juga dikatakan “Penelitian dimulai dengan melakukan
seleksi 22 subjek dari panti asuhan veteran di Iowa. Tidak ada satupun dari
pihak panti asuhan yang diberitahu maksud penelitiannya, dan mereka percaya
bahwa mereka akan menerima terapi wicara” dimana penelitian ini melanggar
justice yang berbunyi “ menghargai hak sehat pasien ” karena Tudor melanggar
hak pasien untuk sehat dan malah mengubahnya menjadi gagap.

(paragraf 2)
(Justice)
1. Pada paragraf 2 dikatakan “ Dari keseluruhan 22 subjek, 10 diantaranya
merupakan anak yatim penderita gagap yang sudah ditandai sebelum penelitian
dimulai. Peneliti mendengarkan masing-masing anak berbicara dan menilai
mereka dalam skala dari 1 (gagap) hingga 5 (lancar)” dimana ini melanggar
kriteria justice yaitu “menjaga kelompok yang rentan” dimana anak yatim disini
masuk kedalam kelompok rentan karena termasuk anak-anak dan tidak ada
yang melindungi yaitu orang tuannya.

(paragraf 3)
(Nonmalaficence )
1. Pada paragraf 3 dikatakan “mereka dan mengidentifikasi apakah mereka kidal
atau tidak kidal, karena terdapat sebuah teori populer pada saat itu menyatakan
bahwa kegagapan disebabkan oleh ketidakseimbangan otak” dimana melanggar
kriteria nonmalafience yaitu “tidak membahayakan kehidupan pasien karena
kelalaian “ dimana Tidor melakukan penelitian hanya berdasarkan sebuah teori
yang populer pada saat itu tanpa mengakaji teori itu lebih dalam yang bahkan
Tidor sendiri belum tau efeknya pada si pasien sehingga hal ini tentu saja dapat
membahayakan kehidupan pasiennya akibat kelalaian Tidor.

(paragraf 4)
(Non-maleficence, Beneficence, Autonomy)
1. memberitahu anak yang tidak gagap bahwa mereka gagap atau memiliki
gangguan wicara, dan meyakinkan anak normal yang diberitahu gagap untuk
jangan berbicara jika mereka merasa tidak melakukannya dengan benar yang
menyebabkan anak-anak menjadi pendiam, menolak untuk berbicara dan
mempercayai bahwa mereka menderita gangguan wicara. Dalam hal ini para
peniliti ingin mengetahui dampak tanpa memberi tahu kondisi wicara yang tidak
benar kepada anak normal. Karena hal ini belum terbukti hasilnya sehingga
membahayakan psikis anak anak maka dari itu bertentangan dengan prinsip
non-maleficence dan benefince. Lalu anak-anak juga harus mengetahui tujuan
dari penelitian ini maka dari itu tidak sesuai dengan prinsip autonomy.

(paragraf 5)
(Non-maleficence, Autonomy)
1. Hasil dari dilakukannya penelitian ini membawa dampak buruk bagi para anak-
anak ditandai dengan gangguan kecemasan untuk berbicara dan perubahan
perilaku kepada temannya karena peneliti tidak tahu dampak yang diberikan dari
penelitian dan juga karena tidak ada informed consent kepada pihak panti
asuhan. Hal ini bertentangan dengan prinsip non-malefince karena ini
merupakan kejahatan yang berbahaya bagi anak-anak, serta melanggar prinsip
autonomy karena hak informed consent tidak diberikan.

(paragraf 6)
(Beneficence)
1. wendell johnson mengira bahwa hal tersebut tidak akan menyakiti anak-anak
yatim piatu akan bagaimana psikis mereka kedepannya. Dalam hal ini para
peniliti tidak memikirkan dampak dari yang mereka lakukan tetapi hanya demi
kepentingan peniliti tersebut hal ini melanggar prinsip beneficence yaitu
memberikan manfaat bagi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai